Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 221807 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Frezer, Ronald
"Skripsi ini membahas tentang peristiwa adsorpsi gas nitrogen dan metana pada suatu padatan adsorben dalam hal ini zeolit alam Malang. Adapun penelitian ini dapat digunakan sebagai aplikasi untuk proses pemisahan gas alam dari nitrogen ataupun dapat digunakan untuk proses penangkapan kembali gas metana di dalam gas buang. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari preparasi zeolit, persiapan peralatan Adsorpsi Isotermis, adsorpsi isotermis N2, adsorpsi gas CH4, pemodelan adsorpsi gas N2 dan CH4 dengan model BET.
Adapun data yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsi zeolit dalam mengasorpsi nitrogen dan metana lebih besar pada suhu 30°C dibandingkan pada suhu 40°C dan 50°C pada kondisi tekanan yang sama, dimana kapasitas adsorpsi pada tekanan 900 Psia (6 MPa) untuk gas nitrogen adalah 2,55 mmol/g zeolit, 2,43 mmol/g zeolit dan 2,20 mmol/g zeolit untuk temperatur 30°C, 40°C dan 50°C secara berturut-turut sedangkan kapasitas adsorpsi pada tekanan 900 Psia untuk gas metana adalah 3,02 mmol/g zeolit, 2,90 mmol/g zeolit dan 2,22 mmol/g zeolit untuk temperatur 30°C, 40°C dan 50°C secara berturut-turut.
Pemodelan BET yang digunakan dalam merepresentasikan data hasil uji percobaan menunjukkan persentase deviasi rata-rata (% AAPD) untuk Model BET pada adsorpsi gas nitrogen adalah adalah 1,69 dan gas metana adalah 4,16. Selektivitas zeolit pada suhu 30°C ditunjukkan dengan adanya harga yang maksimum dari perbandingan CH4ads/N2ads sebesar 1,15 pada 3 Mpa. Pada suhu 40°C diperoleh dengan tekanan tinggi maka daya adsorpsinya menurun, dengan tekanan maksimum 1 Mpa yaitu 1,27, dan pada suhu 50°C didapatkan bahwa zeolit lebih mudah menyerap nitrogen dibandingkan metana.

This 'skripsi' describes about adsorption of nitrogen and methane experiments into solid like Malang natural zeolite. The information gathered in this research can be used for natural gas separation from nitrogen or can catch methane in the off-gases. The experiment methods used involves preparation of zeolite, preparation of isotherm adsorption's equipment, isotherm adsorption N2, isotherm adsorption CH4, and the modelling of nitrogen and methane adsorption using BET's Model.
The results show that the adsorption capacity of nitrogen and methane on zeolite is greater at 30°C than 40°C and 50°C for the same pressure condition. Adsorption capacity of nitrogen at 900 Psia(6 MPa) are 2.55 mmol/g zeolite, 2.43 mmol/g zeolite, 2.20 mmol/g zeolite at 30°C, 40°C and 50°C respectively. Meanwhile, the adsorption capacity of methane at 900 Psia(6 MPa) are 3.02 mmol/g zeolite, 2.90 mmol/g zeolite, 2.22 mmol/g zeolite at 30°C, 40°C and 50°C respectively.
Modeling of BET in representing the data shows that, the average Absolute Percent Deviation (% AAD) of BET Model is 1.69% for nitrogen adsorption and 4.16% for methane adsorption. Selectivity of zeolite at 30°C is shown by a maximum value of ratio CH4/N2 = 1.15 at 3 MPa. At 40°C, ratio of CH4/N2 decreases as the pressure increases, and its maximum value is 1.27 at 1 MPa. Different phenomena occurs at 50°C, when adsorption capacity of methane is less than of nitrogen.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52226
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arum Siti Eris Nova Vidya
"Sektor energi merupakan sektor yang sangat penting di Indonesia. Konsumsi energi di Indonesia yang semakin meningkat, membuat para ahli untuk mencari solusi energi alternatif, salah satunya adalah coalbed methane (CBM) yang sangat potensial di Indonesia. Untuk mengetahui potensi CBM di Indonesia, maka dilakukan penelitian adsorpsi tekanan tinggi gas metana dan nitrogen pada substrat karbon aktif dan juga dikembangkan alternatif model yang lebih sederhana namun cukup akurat dalam merepresentasikan data adsorpsi yang ada.
Penelitian ini dilakukan dua tahap, yaitu tahap percobaan dan tahap pemodelan. Tahap percobaan meliputi preparasi karbon aktif, karakterisasi karbon aktif, dan uji adsorpsi tekanan tinggi gas metana dan nitrogen pada karbon aktif dengan variasi tekanan antara 150 psia - 900 psia, dan variasi temperatur antara 30°C- 50°C. Tahap pemodelan meliputi pemodelan menggunakan model Ono-Kondo yang didasarkan pada Lattice Theory dan model Langmuir Modifikasi, serta evaluasi terhadap pemodelan tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi temperatur maka kapasitas adsorpsi gas yang terjadi semakin kecil. Selain itu, model Langmuir Modifikasi dapat merepresentasikan data percobaan secara lebih akurat dibandingkan dengan model Ono-Kondo. Namun, baik model Langmuir Modifikasi (dengan 2 parameter) ataupun model Ono-Kondo (dengan 1 parameter) sama-sama menghasilkan nilai AAPD yang cukup rendah, sehingga cukup baik untuk diaplikasikan dalam proses adsorpsi.

Energy sector is an important sector in Indonesia. High energy consumption in Indonesia makes the researchers are trying to find renewable energy solution, which is coalbed methane (CBM). To know about CBM potential in Indonesia, so I do the research about High Pressure Gas Adsorption of Methane and Nitrogen on Activated Carbon, and also developed more simple model alternative but accurate enough to representate the adsorption datas.
This research is do in two steps, there are experimental step and modeling step. The experimental step included activated carbon preparation, activated carbon characterization, and also do an adsorption experiment of gas methane and gas nitrogen on dry activated carbon with variation pressure between 150 psia'900 psia and variation temperature between 30°C-50°C. For the modeling step is used Ono-Kondo modeling based on Lattice Theory and Modifcation of Langmuir.
The results indicated that more higher the temperature, so the adsorption capacity is getting low. Besides, Modification of Langmuir model can representate data more accurate than Ono-Kondo model. Besides, both Modification of Langmuir model (with 2 parameters) and Ono-Kondo model (with 1 parameter) are representating a less AAPD, so both of them are good enough for applicated in adsorption process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51931
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Akmal Daffari
"Coalbed methane (CBM) adalah gas alam dengan kandungan utama gas metana (CH4) yang terkandung di dalam pori-pori permukaan pada matriks lapisan batubara. Indonesia saat ini memiliki cadangan CBM sebesar 453 Tcf (6% cadangan CBM dunia) yang tersebar pada 11 coal basin dan merupakan sumber energi alternatif yang besar. Sumber energi ini dapat dimanfaatkan bagi Indonesia sebagai salah satu solusi untuk pemenuhan kebutuhan energi nasional. Maka dari itu informasi mengenai kapasitas adsorpsi batubara Indonesia, terutama adsorpsi gas metana sangat diperlukan untuk memprediksi kandungan gas pada reservoir tersebut. Prediksi adsorpsi metana pada batubara Indonesia ini dilakukan menggunakan metode Simplified Local Density-Peng Robinson yang mana memiliki kapabilitas untuk memprediksi adsorpsi metana tekanan tinggi pada fasa superkritis yang ditemukan pada Coalbed methane. Pengembangan model yang dilakukan meliputi dua parameter yang di optimasi yakni, densitas adsorben dan volume pori adsorben (V). Penelitian ini, jenis batubara Indonesia yang akan digunakan adalah Barito dan Ombilin dengan tekanan tinggi diatas suhu kritis yakni pada rentang 30oC-60oC dan pada tekanan 0,79-6,27 Mpa. Berdasarkan hasil simulasi, didapat rentang volume pori adsorben Barito dan Ombilin diantara 0,0126 – 0,0205 ml/g dan batubara Barito pada suhu 30oC tekanan 5,9 MPa memiliki kapasitas adsorpsi metana tertinggi pada batubara Indonesia yang diuji dengan kapasitas 4,8601 mg/g. Pemodelan Simplified Local Density-Peng Robinson dapat merepresentasikan adsorpsi metana pada batubara Indonesia dan batubara yang bukan berasal dari Indonesia dengan akurat dengan nilai %AAPD sebesar 1,2386%.

Coalbed methane (CBM) is a natural gas with the main content of methane gas (CH4) contained in the surface pores of the coal seam matrix. Indonesia currently has CBM reserves of 453 Tcf (6% of world CBM reserves) spread over 11 coal basins and is a large alternative energy source. This energy source can be utilized for Indonesia as a solution to fulfill national energy needs. Therefore, information about the adsorption capacity of Indonesian coal, especially methane gas adsorption is needed to predict the gas content in the reservoir. Prediction of methane adsorption in Indonesian coal was carried out using the Simplified Local Density-Peng Robinson method which has the capability to predict high pressure methane adsorption in the supercritical phase found in Coalbed methane. The model development carried out includes two optimization parameters, namely, adsorbent density and adsorbent pore volume (V). In this study, the types of Indonesian coal that will be used are Barito and Ombilin with high pressure above the critical temperature in the range of 30oC-60oC and at a pressure of 0.79-6.27 MPa. Based on the simulation results, the range of the pore volume of the Barito and Ombilin adsorbents is between 0.0126 - 0.0205 ml/g and Barito coal at a temperature of 30oC and pressure of 5.9 MPa had the highest methane adsorption capacity in the tested Indonesian coal with the capacity of 4.8601 mg/g. Simplified Local Density-Peng Robinson modeling can accurately represent methane adsorption on Indonesian coal and coal that is not from Indonesia with the percentage of error (%AAPD) of 1.2386%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Menner Zaglulsyah Noviyanto
"Methane Adsorptive Storage merupakan metode peningkatan kapasitas dalam teknologi penyimpanan gas Metana. Dalam penelitian ini, Multi-walled CNT (MWCNT) komersial dari Chinese Academic of Science dan MWCNT lokal produksi Depatemen Teknik Kimia UI diuji kemampuan adsorpsi gas Metana-nya dalam proses adsorpsi isotermis pada temperatur ruangan (25_C) dari 0 psia -1006 psia dengan interval 100 psi.
Uji adsorpsi dan desorpsi gas Metana menggunakan metode volumetrik dengan temperatur konstan sehingga dapat dilakukan perhitungan adsorpsi isotermal Gibbs. Kapasitas adsorpsi maksimum MWCNT komersial mencapai 5,36 mmol/g pada tekanan 1006 psia, sedangkan MWCNT lokal hanya mencapai 0,48 mmol/g pada tekanan 986,16 psia.
Adsorptive Storage MWCNT komersial memiliki excess capacity sebesar 33,2% dari storage biasa pada tekanan 1006 psia (69,36 bar), dengan kapasitas adsorpsi setara dengan 152,56 v(STP)/v pada 35 bar, hal ini masih lebih rendah dari target DOE yang menetapkan 180 v(STP)/v untuk kandidat adsorben pada Methane Adsorptive Storage. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S51756
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bhujangga Binang Jalantara
"Coalbed Methane (CBM) merupakan gas alam dengan kandungan utama gas metana yang tersimpan atau terabsorbsi ke dalam pori-pori permukaan pada matriks lapisan batubara. Coalbed Methane(CBM) merupakan salah satu sumber potensial untuk digunakan sebagai energi alternatif. Indonesia memiliki cadangan CBM cukup besar sekitar 453 TCF yaitu sekitar 6% dari total cadangan CBM dunia. Oleh karena itu, CBM dapat menjadi solusi bagi Indonesia untuk pemenuhan kebutuhan energi nasional. Namun, masih sedikitnya informasi mengenai kapasitas adsorpsi metana pada batubara Indonesia menghambat pengembangan CBM di Indonesia. Prediksi kapasitas adsorpsi gas metana pada batubara Indonesia pada penelitian ini menggunakan pemodelan Generalized Ono-Kondo. Pemodelan Generalized Ono-Kondo merupakan salah satu pemodelan adsorpsi yang dapat digunakan untuk memprediksi kapasitas adsorpsi khususnya adsorpsi gas tekanan tinggi. Penggunaan pemodelan pada penelitian ini meliputi perhitungan dua parameter, yaitu nilai energi interaksi antara adsorben dengan adsorbat ( ) dan kapasitas maksimum adsorpsi pada adsorben (C). Pada penelitian ini, jenis batubara Indonesia yang akan digunakan adalah Barito dan Ombilin dengan tekanan tinggi diatas suhu kritis. Berdasarkan hasil simulasi pemodelan Ono-Kondo, batubara barito kering memiliki kapasitas adsorpsi maksimum yang lebih besar dibandingkan dengan batubara ombilin. Kapasitas adsorpsi terbesar untuk batubara barito adalah 0,1879 mmol/g dan untuk batubara ombilin adalah 0,16944 mmol/g. Kapasitas adsorpsi terbesar untuk batubara Indonesia terdapat pada batubara barito kering suhu 30 ⸰C dengan kapasitas 0,1879 mmol/g. Batubara yang bukan berasal dari Indonesia yaitu jenis Pocahontas dan fruitland memiliki kapasitas adsorpsi yang lebih besar dibandingkan batubara Indonesia. Batubara Pocahontas memiliki kapasitas 0,6479 mmol/g dan untuk batubara fruitland adalah 0,5828 mmol/g. Berdasarkan hasil simulasi, pemodelan Ono-Kondo dapat merepsentasikan adsorpsi metana pada batubara Indonesia dan batubara yang bukan berasal dari Indonesia dengan akurat karena memiliki nilai AAPD dibawah 1%.

 


Coalbed Methane (CBM) is natural gas with the main content of methane gas that is stored or absorbed into the surface pores of the coal seam matrix. Coalbed Methane (CBM) is one of the potential sources to be used as an alternative energy. Indonesia has quite large CBM reserves of around 453 TCF, which is about 6% of the world's total CBM reserves. Therefore, CBM can be a solution for Indonesia to fulfill national energy needs. However, there are still little information about the adsorption capacity of methane in Indonesian coal, which hampers the development of CBM in Indonesia. Prediction of methane gas adsorption capacity in Indonesian coal in this study using Generalized Ono-Kondo modeling. Generalized Ono-Kondo modeling is one of the adsorption modeling that can be used to predict adsorption capacity, especially for high pressure gas adsorption. The use of modeling in this study includes the calculation of two parameters, namely the value of the interaction energy between the adsorbent and the adsorbate ( ) and the maximum adsorption capacity of the adsorbent (C). In this study, the types of Indonesian coal that will be used are Barito and Ombilin with high pressure above the critical temperature. Based on the simulation results of Ono-Kondo modeling, dry barito coal has a higher maximum adsorption capacity than ombilin coal. The largest adsorption capacity for barito coal is 0.1879 mmol/g and for ombilin coal is 0.16944 mmol/g. The largest adsorption capacity was found in dry barito coal at 30 C with a capacity of 0.1879 mmol/g. The Coal that is not come from Indonesia, namely the Pocahontas and fruitland types, has a higher adsorption capacity than Indonesian coal. Pocahontas coal has a capacity of 0.6479 mmol/g and for fruitland coal is 0.5828 mmol/g. Based on the simulation results, Ono-Kondo modeling can represent methane adsorption on Indonesian coal and coal that is not from Indonesia accurately because it has an AAPD value below 1%."

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panji Dermawan
"Pada umumnya proses pengolahan gas yang berlangsung di dalam industri terjadi terjadi pada keadaan tekanan tinggi sehingga pengetahuan dan pengembangan teknik adsorpsi gas pada tekanan tinggi sangatlah diperlukan. Dalam suatu proses, biasanya dilakukan beberapa pendekatan melalui model atau persamaan empiric untuk mengoptimasikan proses secara efektif dan efisien.
Salah satu model yang biasa digunakan adalah model BET. Model BET memiliki kelebihan yaitu dapat digunakan untuk adsorpsi gas secara multilayer, tetapi juga memiliki kelemahan jika digunakan untuk merepresentasikan data adsorpsi gas pada tekanan tinggi. Hal ini disebabkan model adsorpsi BET merupakan adsorpsi absolut yaitu suatu angka hipotesis yang tidak pernah dapat terukur secara percobaan karena yang terukur dari suatu percobaan sebenarnya adalah apa yang disebut sebagai - adsorpsi Gibbs - .
Data adsorpsi Gibbs seiring dengan kenaikkan tekanan akan menunjukkan kenaikkan dari jumlah zat yang teradsorpsi sampai pada titik tekanan tertentu (maksimum) kemudian saat tekanan terus dinaikkan akan mengalami penurunan jumlah zat teradsorpsi sedangkan model BET nilainya akan terus naik. Perbedaan ini menggambarkan bahwa model BET merupakan kondisi yang nyata (absolut) sedangkan model Gibbs merupakan kondisi yang ideal dari eksperimen Untuk mengatasi permasalahan tersebut, kita memerlukan modifikasi pada model BET.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa model modifikasi BET dapat merepresentasikan data eksperimen adsorpsi gas pada tekanan tinggi dengan lebih baik dibandingkan dengan model BET. Hal ini dapat diketahui dari nilai Average Absolute Percent Deviation (AAPD) yang dihasilkan dari model modifikasi BET nilainya lebih kecil dibandingkan dengan nilai AAPD dari model BET. Hasil pengolahan data dari eksperimen adsorpsi gas dengan menggunakan adsorben karbon aktif, zeolit, batu bara, dan silika gel masing-masing diperoleh nilai AAPD untuk model modifikasi BET adalah 1,98 %; 1.00 %; 3,12 %; dan 3,38 % sedangkan model BET adalah 2,48 %; 2,02 %; 3,29 %; dan 3,36 %.

Gas treatment processes in industry are usually occurred at high pressure condition. In the gas adsorption process, some approach can be used a model or empirical equation to optimize gas adsorption process effectively and efficiently.
BET model is one of the popular models used. BET model can be used for multilayer gas adsorption, but it has also weakness to present the gas adsorption data at high pressure condition. As an absolute model, BET has hypothetical value that never be measured in practice because the result of the experiment is 'Gibbs adsorption'.
Gibbs adsorption shows that if the pressure increases it will also increase the amount of adsorption, until it reaches maximum value, then the amount of adsorption will decrease by increasing pressure, while the BET model will decrease. This phenomenon shows that BET model is a real (absolute) condition, while Gibbs model is an ideal condition of experiment. To solve this problem we need some modification of BET model to make better representation of the adsorption data.
The results of experiment prove that the modification of BET can represent gas adsorption data better than BET model. This can be shown by its lower value of AAPD, compared to BET without modification. The AAPD value for BET modification from gas adsorption evaluation using active carbon, zeolite, coal, and silica gel as adsorbent are 1,98 %; 1.00 %; 3,12 %; and 3,38 % while BET model are 2,48 %; 2,02 %; 3,29 %; and 3,36 %.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52205
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Doni Pabhassaro
"Coalbed methane adalah gas metana (CH4) yang terkandung dalam batubara yang teradsorpsi dalam batubara. Di Indonesia saat ini diidentifikasikan memiliki 11 cekungan batubara dengan potensi sumber daya CBM sangat besar. Penemuan sumber energi baru tersebut belum diiringi dengan penelitian lebih lanjut tentang potensi CBM Indonesia, terutama kapasitas adsorpsi gas metana pada batubara Indonesia. Informasi mengenai kapasitas adsorpsi gas metana sangat diperlukan untuk estimasi kandungan gas pada reservoir serta sebagai input pada simulator proses produksi.
Pada penelitian ini, digunakan 2 variasi batubara (batubara Barito dan batubara Ombilin), tiga variasi temperatur (30°C, 40°C, 60°C), dan 6 variasi tekanan ( 150 psia, 300 psia, 450 psia, 600 psia, 750 psia, dan 900 psia), serta 2 jenis kandungan air (batubara kering dan batubara dengan kandungan air kesetimbangan).
Uji adsorpsi batubara terhadap gas CH4 dilakukan dengan menggunakan prinsip adsorpsi isothermis Gibbs, sedangkan model yang digunakan adalah model adsorpsi Ono-Kondo. Pengembangan model dalam penelitian ini meliputi perhitungan dua parameter yaitu energi interaksi antara adsorbat dengan adsorben (?is/k) dan nilai kapasitas adsorpsi maksimum adsorben (C).
Hasil uji adsorpsi menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsi batubara Barito lebih besar 22 % daripada batubara Ombilin. Pengaruh kelembaban pada daya adsorpsi cukup signifikan. Kapasitas adsorpsi batubara kering lebih besar 14 % dibandingkan batubara basah. Selain itu, kapasitas adsorpsi berbanding terbalik dengan temperatur. Pada batubara kering Barito terdapat penurunan kapasitas adsorpsi 16.1 % sedangkan batubara kering Ombilin sebesar 12.8 % pada temperatur 30°C.
Pada penelitian ini, kondisi adsorpsi maksimum terjadi pada temperatur 30°C, tekanan 900 psia dan batubara kering Barito adalah sebesar 0,3029 mmol/gram batubara. Pengembangan model Ono-Kondo menghasilkan nilai ?is/kterbesar pada batubara Barito kering dan nilai C terbesar pada Barito kering dengan temperatur 30°C. Penyimpangan antara model Ono-Kondo dengan hasil percobaan adalah sebesar 0.44 % sehingga dapat disimpulkan bahwa pemodelan Ono-Kondo untuk memprediksi kapasitas adsorpsi CH4 pada batubara Indonesia cukup akurat.

Coalbed methane is methane gas (CH4) that adsorbed in coal seams. In Indonesia there are 11 identified high potential CBM reservoirs. However these big inventions are not escorted with more researches about Indonesia's CBM potentials, especially methane adsorption capacity in Indonesian's coals. This information about methane adsorption capacity is required for estimating the gas content of CBM reservoirs and as the input of production process simulations.
In this research, utilized with two types of Indonesian's coal (Barito and Ombilin coal), three variations of temperatures (30°C, 40°C, 60°C), and six variations of pressure ( 150 psia, 300 psia, 450 psia, 600 psia, 750 psia, dan 900 psia), also two variations of moisture content (dry coal and moisture equilibrium coal).
Methane adsorption to indonesia's coal is implemented according to isothermic Gibbs adsorption, and Ono-Kondo adsorption modeling. This high pressure adsorption model development consists of two parameters calculation; the fluid 'solid energy parameter (?is/k) and maximum adsorption capacity (C).
The adsorption results show that the adsorption capacity of Barito coal is 22 % more than Ombilin coal. The moisture effect of both types of coals change significantly about 14 % less than dry coals. Moreover, the effect of pressure is monotonically proportional with the adsorption capacity of both coals. Then the effect of temperature is inversely proportional with it based on the comparison between 30°C and 40°C is about 16.1 % for dry Barito coal and 12.8 % for dry Ombilin coal.
In this research, the maximum adsorption capacity occurred at the temperature 30°C, 900 psia, and dry Barito coal which is 0.3029 mmol/gram of coal. The Ono-Kondo modeling development results at the highest on ?is/k on dry Barito coal and C value at 30°C. The deviation between Ono-Kondo modeling and the experimental results is about 0.44 %. So that, the Ono-Kondo modeling is quite accurate to predict the CH4 adsorption capacity of Indonesia's coals.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49712
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Ruhiat
"Adsorpsi merupakan salah satu proses pemisahan yang biasa dilakukan dibidang industri gas dan petrokimia. Penelitian mengenai adsorpsi banyak dilakukan terutama mengenai adsorben dan peningkatan siklusnya. Penelitian juga dilakukan untuk pengembangan model-model mengenai adsorpsi. Banyak model adsorpsi yang telah dikembangkan diantaranya Langmuir, BET, Dubinin-Radushkevich (DR), dll. Setiap model yang digunakan dalam merepresentasikan data adsorpsi memiliki tingkat keakuratan yang berbeda. Model Langmuir dan BET memiliki tingkat akurasi yang tidak terlalu baik terutama dalam merepresentasikan data adsorpsi pada tekanan tinggi.
Dalam penelitian sebelumnya telah dilakukan modifikasi persamaan Langmuir dan BET dengan penambahan koreksi terhadap densitas gas teradsorpsi, tetapi modifikasi persamaan tersebut hanya merubah tingkat akurasi yang tidak terlalu signifikan. Oleh karena itu pada penelitian ini akan digunakan persamaan DR untuk merepresentasikan data adsorpsi dari literatur. Persamaan DR ini telah terbukti dapat merepresentasikan data adsorpsi dengan baik. Selain itu akan dilakukan modifikasi pada persamaan DR dengan harapan dapat memperbaiki tingkat akurasi dibandingkan dengan persamaan DR secara aslinya. Modifikasi model DR dilakukan dengan memasukan pengaruh densitas adsorpsi sehingga memiliki tingkat akurasi yang lebih baik. Tingkat akurasi yang dihasilkan dapat ditunjukan dengan suatu parameter yaitu Average Absolute Percent Deviation (AAPD).
Hasil pengolahan data dengan menggunakan model DR pada data adsorpsi dengan menggunakan karbon aktif sebagai adsorben memiliki nilai AAPD sebesar 1,75% sedangkan untuk model hasil modifikasinya sebesar 1,12%. Pada adsorben lainnya yaitu zeolit AAPD yang dihasilkan model DR adalah sebesar 2,18% sedangkan model hasil modifikasinya adalah 1,98%. Sedangkan adsorpsi dengan jenis adsorben batubara nilai AAPD yang dihasilkan model DR adalah 1,37% dan model hasil modifikasinya adalah 0,98%. Secara kesuluruhan nilai AAPD yang dihasilkan oleh model DR dan modifikasinya lebih baik dari model Langmuir dan BET yang ditunjukkan oleh nilai AAPD yang dihasilkan oleh model tersebut lebih rendah daripada kedua model lainnya.

Adsorption is one of the separation process commonly used in gas and petrochemical industry. Many research on adsorption have concerned on adsorbent development, lifecycle and regeneration process. There are many research carried out for the development of models concerning the adsorption. Many models adsorption that have been developed. Among of them are Langmuir, BET, and Dubinin-Radushkevich. Each model can represent the adsorption data in the different level of accuracy. Langmuir model and BET have less accuracy in the representing the adsorption data at the high pressure conditions.
Previous researches modified had the Langmuir and BET models by substituting the density of the absorbate, but this modification give in significant changes in the accuracy level. In this research, the DR equation is used represent to the adsorption data from the literature. DR equation has been proven to be able to represent the adsorption data very well. Modification of DR equation is carried out to improve the accuracy level of the original DR equation. Modification of DR equation has been conducted by considering adsorption density influence. Accuracy level had been showed by level of Average Absolute Percent Deviation (AAPD) parameter.
The results on the DR equation on the adsorption data which use activated carbon as adsorbent gave AAPD 1.75%, whereas on the modified DR equation was 1.12%. On zeolite adsorbent the AAPD using DR equation was 2.18% while on the modified DR equation was 1.98%. The adsorption with coal as adsorbent on the AAPD value using DR equation was 1.37% and the modified DR equation result was 0.98%. DR equation and the DR modified gave better accuracy than the Langmuir model and BET; shown by lower AAPD value than the two other models (Langmuir & BET).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51745
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Husin A.
"Bahan Bakar Minyak (BBM) adalah sumber alam yang tidak dapat diperbaharui. Meningkatnya kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) tidak seimbang dengan ketersediaan bahan bakar lain padahal setiap tahun produksi kendaraan bermotor naik. Selain itu hasil pembakaran pada kendaraan bermotor menghasilkan polusi udara yang menjadi salah satu faktor pemanasan global. Masalah tersebut perlu dipecahkan dengan cara mencari energi alternatif yang lebih bersih dengan nilai oktan tinggi serta ketersediaanya di alam masih banyak dan dipilih gas alam dengan komposisi utama gas metana (CH4). Walaupun penggunaan gas alam masih sedikit disebabkan tempat penyimpanan yang memiliki tekanan besar 150 bar (CNG), keadaan masyarakat sosial yang bingung akan dalam menggunakannya dan masih jarangnya stasiun bahan bakar gas. Maka dibuatlah sistem ANG yang dianalisa lebih rendah tingkat tekanan gas yang digunakan. Metode isotermal (volumetrik) yang digunakan untuk proses adsorpsi dengan memvariasikan suhu adsorpsi yaitu 5°C, 15°C dan 15°C dengan 5-35 bar dengan menggunakan metode bertahap dalam memasukkan tekanan gas metana (interval 5 bar).

Fuel is one of non renewable resources. The consumption of fuel are not balanced with another resources. The biggest consumption of fuel is vehicle. The production of vehicles are increasing every year so that the consumption of fuel to high and longer of time, the fuel resources will be lost while the gas resources are less to use. Furthermore, the effect of fuel in combustion engine can produce CH4 and CO2 and another gases can create green house effect. From green house effect make increase temperature in the earth because the content of CO2 and CH4 are increasing. It has a dangerous impact for another life in the earth. For that we need something way to decrease the emission from the engine combustion vehicles and utilizing the gas resources. Although the gas resources are utilized by vehicle, the consumption of gas still little because the vessel to big size and has the pressure about 150 bar (CNG), that is make the people are so confuse to use it and the gas stations are rare. Adsorption is effective way to reduce pressure in vessel and gas emission which released. This study discusses the capacity adsorption CH4 (ANG) at activated carbon. In this research the activated carbon used is a commercial active carbon. Adsorption measurement use volumetric method (isothermal) at temperatures 5°C, 15°C and 15°C with 5-35 bar pressure with step-by-step method?s (interval 5 bar). The objective from this research is to get capacity data and the rate adsorption at activated carbon until several work cycle."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42667
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Agung L.
"Salah satu upaya ECBM adalah dengan menginjeksikan gas nitrogen ke dalam reservoir CBM. Gas nitrogen yang diinjeksikan ke dalam reservoir batubara tersebut teradsorp seiring dengan berkurangnya CH4 di dalam reservoir tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan informasi mengenai karakteristik adsorpsi N2 pada batubara Indonesia, mengingat Indonesia memiliki potensi CBM yang cukup besar, yaitu 450 TCF. Dalam penelitian ini, digunakan sampel batubara Barito dan Ombilin sebagai adsorben. Kapasitas adsorpsi N2 pada batubara Indonesia diperoleh dengan adsorpsi tekanan tinggi dengan variasi kandungan air pada temperatur 25°C - 55°C dan tekanan 0 atm - 60 atm. Dari penelitian ini diperoleh bahwa kapasitas adorpsi N2 pada batubara Barito 6,85 % hingga 16,92 % lebih banyak daripada batubara Ombilin. Selain itu, peningkatan temperatur dapat menurunkan kapasitas adsorpsi hingga 8,96 %. Kandungan air pada batubara juga dapat menyebabkan penurunan kapasitas adsorpsi 11,6 % hingga 11,8 %. Data eksperimen yang direpresentasikan dengan model Ono-Kondo menghasilkan deviasi hingga 11,75 % AAD.

Injecting high pressure nitrogen into CBM reservoir is one of ECBM methods. The nitrogen injected into CBM reservoir will be adsorbed on coal surface, while partial pressure of methane decreases. The consequences, we need information about nitrogen adsorption capacity on Indonesian coal, considering that Indonesia has 450 TCF CBM potential. Barito and Ombilin coal are used as adsorben. Nitrogen adsorption capacity obtained by doing high pressure adsorption using water content variation at temperature 25°C - 55°C and pressure 0 atm ' 60 atm. This experiments results that N2 adsorption capacity on Barito coal is 6,85 % - 16,92 % higher than Ombilin coal. Additionally, increasing temperature cause decreasing N2 adsorption capacity on coal as much as 8,96 %. Water content also decreases adsorption capacity as much as 11,6 % up to 11, 8%. This experiment data correlated using Ono-Kondo model results in deviation up to 11,75 % AAD."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S52244
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>