Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176864 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Panjaitan, Henny R.
"Tulisan ini membahas mengenai konsep silence dan bagaimana implikasinya terkait ruang dalam arsitektur. Sebagai suatu istilah yang sering dikaitkan dengan konotasi - ketiadaan - dan - kekosongan - baik dalam musik maupun puisi, silence sebenarnya merupakan suatu jeda dengan muatan signifikan. Keberadaan silence yang hadir dari - kekosongan - tersebut justru memberi jeda dan kesempatan bagi interpretasi terhadap estetika, terutama terkait dengan pengalaman terhadap aspek suara. Ketika pengalaman manusia terhadap ruang dalam arsitektur cenderung dipersepsi lebih dominan dari apa yang terlihat, penilaian terhadap estetika ruang seringkali terbatasi hanya pada properti ruang yang menyangkut domain visual, sehingga properti lainnya terabaikan dan aspek-aspek dalam ruang lainnya menjadi tertutupi. Ini menyebabkan pengalaman ruang yang diperoleh menjadi terdegradasi. Dalam meningkatkan pemahaman terhadap estetika ruang ini, suara sebagai bagian dari aspek aural kemudian menjadi suatu properti ruang yang mempunyai potensi memperkaya pengalaman dalam ruang, terlebih ketika arsitektur kemudian dikaitkan dengan musik. Dalam konteks ini, silence dalam arsitektur kemudian hadir sebagai suatu bingkai ruang-waktu di mana pengalaman terhadap seluruh aspek-aspek dalam ruang mungkin untuk dialami. Dalam pengalaman terhadap silence ini kepekaan terhadap ruang - yang dimulai dari kepekaan terhadap pengalaman aural - membuka kemungkinan terhadap dialaminya setiap dimensi dalam ruang lainnya secara seimbang dan menyeluruh, sehingga pengalaman terhadap ruang lebih dari persepsi visual belaka. Sehingga di sini kehadiran silence dapat mengungkapkan estetika ruang yang lain yang dapat dirasakan sebagai pengalaman ruang yang berbeda dari - yang biasa.

This thesis focuses on the study of the concept of 'silence' and its implication in architectural space. Both in music and poetry, silence usually relates to an understanding of 'nothingness' and 'emptiness'. Moreover, silence actually is a gap that contains important capacity. When silence is present with its 'emptiness', it indeed presents a moment of rest for us to open a space for an interpretation of the aesthetics, especially towards the experience of sounds. While experiencing a space, we tend to perceive architecture from what we can see. Thus, appreciation of the aesthetics of an architectural space is often limited on the spatial properties concerning only to visual domain, which makes the properties of other aspects in space do not get our attention sufficiently. The result is that the value of our experience in space comes to a degradation of what its essence truly is. As we deal with this understanding of the aesthetics in space, sounds as the object of aural experience indeed gets the potency to enrich our feeling for space. Aural experience is, then, supposed to be possible to give us another aesthetics in experiencing architecture, especially when we try to relate architecture to music. In this case, silence implies in architecture as a time-space frame, which lets all aspects in space come to our experience. By experiencing silence, our awareness towards space increases'which begins from our awareness for aural properties'and then opens the possibility for every spatial dimension to be experienced thoroughly. So that the presence of silence will reveal the 'other' aesthetics of space that can be perceived as a different spatial experience from 'the usual'."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52252
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Blaser, Werner, 1924-
Basel: Birkhauser, 2001
720.92 BLA t (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Azalia
"ABSTRAK
Sebagai pengguna tangan kiri, saya menyadari banyaknya proses adaptasi yang saya lakukan dalam mengalami ruang yang dibentuk berkebalikan mengikuti kebutuhan pengguna tangan kanan. Pengguna tangan kiri dianggap berbeda dan berseberangan langsung dengan pengguna tangan kanan dalam arsitektur keseharian. Tubuh pengguna tangan kiri berperan sebagai bagian dari susunan ruang singular dan plural. Susunan ruang tersebut dapat dibaca secara mendalam melalui pendekatan mikroanalisis dan makroanalisis melalui mathematical space yang rigid dan experiential space yang fleksibel. Perbedaan cara meruang yang ditemukan yaitu perubahan sumbu sistem axis, perbedaan pola dan bentuk, dan akumulasi ruang, yang mengubah posisi pengguna tangan kiri sehingga tidak berseberangan secara langsung dengan Pengguna Tangan Kanan. Pengalaman ruang Pengguna Tangan Kiri dalam arsitektur keseharian dapat menjadi dasar pemikiran tentang bagaimana keberadaan arsitektur perlu dilihat secara mendalam baik secara mikroanalisis maupu makroanalisis, yang salah satunya melalui mathematical space dan experiential space.

ABSTRACT
As a left hand user, I realize that I’ve survived a lot of adaptation process by experiencing the space that formed oppositely following right hand user’s needs. In the architecture of everyday, left hand user was always seen as different and opposite side of right hand user. Left Hand User’s Body plays a role as a part of singular and plural spatial arrangement, which can be read using microanalysis and macroanalysis approach through rigid mathematical space and flexible experiential space. The differences between Left Hand User’s Body and Right Hand User’s Body are found in axial system’s transformation, the differences in patterns and shapes, and also space accumulation. Left Hander User’s spatial experience within architecture of everyday could be a basic idea about how architecture needs to be seen both using microanalysis and macroanalysis, which one of ways are mathematical space and experiential space. "
2016
S63195
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Anisa
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas museum yang berfokus pada pembentukan pengalaman dan
pengaruh elemen ruang arsitektur terhadap pembentukan makna di dalam museum.
Dengan menggeser fokus dari objek museum ke elemen ruang di museum,
rangsangan dan respon yang diproses oleh tubuh juga berubah. Untuk menyelidiki
pengaruh hubungan elemen ruang terhadap pengalaman di museum, skripsi ini akan
mengamati peranan objek di museum, peran atmosfer ruang, dan pengaruh sensori
terhadap pengalaman di museum. Hasil dari penulisan skripsi ini diharapkan dapat
memberi gambaran akan pengaruh yang dihasilkan dari kombinasi berbagai elemen
ruang yang dirasakan dan diproses oleh tubuh melalui panca indera. Penulisan ini
skripsi juga diharapkan dapat mengangkat pentingnya memahami kaitan antara
pengalaman sensori, karakter elemen ruang, dan proses pembentukan makna di
dalam museum.

ABSTRACT
The focus of this study is regarding experience-based museum and the role of
spatial elements in the proces of meaning-making in museum. By shifting the focus
from object to experience, stimuli and sensory respons which took place in museum
also change accordingly. To dissect the role and effect of spatial elemets on spatial
experience, we will need to observe the role of museum objects, museum
atmpsphere, and also sensory response in museum. The result of this study
hopefully will give a description and analysis on the effect of many spatial elements
combination and highlight the importance of understanding the connection between
sensory experience, the presence of spatial elements, and the resulting meaningmaking
in museum.;"
2016
S64624
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endo, Shusaku, 1923-1996
Tokyo: Sophia University, 1972
895.63 END s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Maharisa
"[ABSTRAK
Employee silence banyak terjadi di Indonesia dan menyebabkan banyak kerugian pada karyawan dan organisasi. Sayangnya, hingga saat ini masih terdapat gap pengetahuan tentang apa saja yang memengaruhi employee silence. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah traditionality dan psychological safety memiliki hubungan dengan acquiescent silence dan defensive silence. Penelitian dilakukan terhadap 276 karyawan di sebuah institusi pemerintahan Indonesia dengan metode survei menggunakan kuesioner. Hasil analisis multiple-regression menunjukkan bahwa psychological safety memiliki hubungan negatif dengan acquiescent silence (β = -,88; p<0,1) dan defensive silence (β = -,88; p<0,1). Selain itu, traditionality tidak memiliki hubungan dengan acquiescent silence dan defensive silence. Implikasi terhadap penelitian mengenai employee silence dan cara meminimalisasi employee silence pada organisasi didiskusikan lebih lanjut.

ABSTRACT
Employee silence causes harms to both employees and organization. This harmful phenomenon happens a lot in Indonesia. Unfortunately, there is still a gap about what factors that can influence this behavior. This study reveals the relationships among acquiescent silence, defensive silence, traditionality, and psychological safety. The data was gathered from 276 public employees of Indonesia’s government institution by survey method. Multiple-regression analysis shows that psychological safety has negative relationships with both acquiescent silence (β = -,88; p<0,1) and defensive silence (β = -,88; p<0,1). There is no relationship between traditionality and acquiescent silence and also between traditionality and defensive silence. Implications for research on employee silence and means to reduce employee silence in organizations are discussed.
, ABSTRAK
Employee silence banyak terjadi di Indonesia dan menyebabkan banyak kerugian pada karyawan dan organisasi. Sayangnya, hingga saat ini masih terdapat gap pengetahuan tentang apa saja yang memengaruhi employee silence. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah traditionality dan psychological safety memiliki hubungan dengan acquiescent silence dan defensive silence. Penelitian dilakukan terhadap 276 karyawan di sebuah institusi pemerintahan Indonesia dengan metode survei menggunakan kuesioner. Hasil analisis multiple-regression menunjukkan bahwa psychological safety memiliki hubungan negatif dengan acquiescent silence (β = -,88; p<0,1) dan defensive silence (β = -,88; p<0,1). Selain itu, traditionality tidak memiliki hubungan dengan acquiescent silence dan defensive silence. Implikasi terhadap penelitian mengenai employee silence dan cara meminimalisasi employee silence pada organisasi didiskusikan lebih lanjut.

ABSTRACT
Employee silence causes harms to both employees and organization. This harmful phenomenon happens a lot in Indonesia. Unfortunately, there is still a gap about what factors that can influence this behavior. This study reveals the relationships among acquiescent silence, defensive silence, traditionality, and psychological safety. The data was gathered from 276 public employees of Indonesia’s government institution by survey method. Multiple-regression analysis shows that psychological safety has negative relationships with both acquiescent silence (β = -,88; p<0,1) and defensive silence (β = -,88; p<0,1). There is no relationship between traditionality and acquiescent silence and also between traditionality and defensive silence. Implications for research on employee silence and means to reduce employee silence in organizations are discussed.
]"
2015
S59081
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Mas Daffa Dinan Islam Handayaningrat
"Skripsi ini membahas mengenai hubungan arsitektur dalam film, khususnya dalam
bagaimana ruang tergambarkan. Ruang yang di sini digambarkan sebagai simbol.
Arsitektur yang digunakan sebagai latar film tersebut menjadi simbol dari makna
yang ingin disampaikan. Begitu juga dengan teknik pengambilan gambarnya yang
dapat menyimbolkan suatu narasi tertentu pula Penelitian tentang hubungan
arsitektur dalam film lebih tergambarkan oleh studi kasus serial TV Avatar: The
Last Airbender.

This thesis discusses the relations of architecture in film, especially in how space
is depicted. The space here is depicted as a symbol. The architecture used as the
background of the film becomes a symbol of the meaning to be conveyed.
Likewise with the camera technique which can symbolize a certain narrative as
well. Research on architectural relationships in films is more illustrated by the
case study of the TV series Avatar: The Last Airbender.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mikhael Johanes
"Tesis ini menelusuri peran representasi dalam perancangan arsitektur. Dengan memahami mekanisme pada penggunaan media representasi, arsitektur dapat dipahami sebagai proses translasi antara ide dan material. Penggunaan media representasi secara tidak langsung mempengaruhi bagaimana proses translasi antara ide dan material tersebut terjadi. Transformasi yang terjadi pada representasi ini dipandang sebagai potensi yang patut ditelusuri.
Penelusuran dilakukan secara teoritikal dengan memanfaatkan fotografi sebagai media representasi yang telah populer saat ini. Penelusuran berakhir pada penggunaan 'spatial cloud' sebagai alternatif dalam melihat ruang pada arsitektur secara lebih subjektif dan kontingen dengan memanfaatkan fragmentasi yang terjadi pada representasi. Pada akhirnya, proses penelusuran ini merupakan suatu cara lain untuk memahami arsitektur dan dapat dimanfaatkan untuk membuka peluang-peluang spasial baru dalam perancangan arsitektur.

This thesis invetigates the role of representation in architecture. By understanding the mechanism within representation, architecture is understood as a translation between ideas and materiality. This translation is indirectly affected by the representation which is seen as a kind of possibility of transformation. Thereby, this transformation inevitably becomes a kind of possibility of architecture.
The investigation is conducted theoritically using the representation of photograph which is already a popular medium in our everyday life. By identifying the fragmentation in the process of representing, the investigation results in 'spatial cloud' as alternative in seeing the space in architecture in a more subjective and contingent way. Finally, this investigation of representation becomes an alternative way to understand architecture which can be used to open spatial possibilities in architectural design.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T34984
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Himawan Sutanto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S48976
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maniek Akbar Susetyo
"Perizinan berusaha berbasis risiko merupakan salah satu program dari pemerintah yang bertujuan untuk menyukseskan amanat Undang-Undang Cipta Kerja terutama pada sektor percepatan perizinan berusaha. Pada implementasinya, respon terhadap permohonan perizinan usaha berbasis risiko sepenuhnya menggunakan portal daring Online Single Submission (OSS). Permasalahan terjadi ketika pejabat/lembaga administrasi publik terkait tidak kunjung memproses permohonan izin usaha milik pelaku usaha. Ditambah lagi ketika hadir jenis usaha yang tidak memiliki pengaturan mengenai jangka waktu proses permohonan izin usaha dalam Standar Pelayanan atau Service Level Agreement (SLA). Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyelesaian masalah pada tingkatan kebijakan perizinan usaha berisiko tanpa batas waktu melalui mekanisme fiktif positif. Penelitian ini menggunakan teori good governance yang dikemukakan oleh Henk Addink (2019). Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data kualitatif melalui wawancara mendalam sebagai data primer dan studi literatur sebagai data sekunder. Analisis data yang digunakan adalah illustrative method. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan good governance pada proses permohonan izin usaha berisiko tanpa batas waktu terlaksana dengan cukup baik sesuai dengan indikator yang ada. Penerapan fiktif positif sebagai konsekuensi dari keadaan administrative silence dalam praktik perizinan usaha telah diatur dengan sedemikian rupa lewat peraturan umum dan peraturan sektor.

Risk-based business licensing is one of the government's programs which aims to make the mandate of the Job Creation Law a success, especially in the sector of accelerating business licensing. In its implementation, responses to requests for risk-based business licensing completely use the Online Single Submission (OSS) online portal. Problems occur when relevant government officials/institutions fail to process business permit applications. What's more, when there are types of businesses that do not have regulations regarding the time period for the business permit application process in the Service Standards or Service Level Agreement (SLA). Therefore, this research aims to analyze problem solving at the risky business licensing policy level without time limits through positive fictitious mechanisms. This research uses the good governance theory put forward by Henk Addink (2019). The research approach used is a qualitative approach with qualitative data collection techniques through in-depth interviews as primary data and literature studies as secondary data. The data analysis used is an illustrative method. The results of this research show that the implementation of good governance indicators in the application process for risky business permits without time limits was carried out well. The application of positive fiction as a consequence of administrative silence in business licensing practices has been regulated in such a way through general regulations and sector regulations."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>