Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 69560 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rhino Akbarinaldi
"Toko merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan barang atau jasa. Fasade merupakan bagian dari bangunan yang dilihat pertama kali dari jalan. Apabila dihubungkan dengan toko, fasade memberi impresi pertama kepada calon konsumen. Impresi pertama ini menjadi image yang diasosiasikan pada toko.
Konsumen yang mementingkan image berasal dari kelas menengah ke atas yang tinggal di kota. Mereka duduk pada piramida Maslow di tingkat kebutuhan aktualisasi diri. Dengan sifat setf-absorption, maka mereka akan terus berusaha memenuhi kebutuhannya.
Sifat ini membentuk masyarakat berbudaya kapitalis. Produsen dalam kapitalisme menciptakan kebutuhan palsu yang seolah-olah diperlukan. Image dari kebutuhan palsu merupakan penanda semu yang menutupi fakta-fakta dari kenyataan yang sebenarnya dan menciptakan simulacra sehingga masyarakat akan tenggelam dalam dunia hiper-realitas dimana tidak ada referensi yang jelas kecuali simulacra itu.
Fenomena hiper-realitas dapat dilihat pada fasade bangunan toko. Ada fasade yang diolah agar menyampaikan image secara menyeluruh seperti jenis usaha atau sasaran konsumennya. Ada pula fasade yang diolah dengan bentuk dan warna yang unik dan sedang menjadi trend sehingga memberi kesan pada konsumen tanpa menyampaikan informasi apapun mengenai jenis usaha dan sasaran konsumen. Fasade tanpa referensi ini disebut sebagai fasade hiper-realitas.
Fasade hiper-realitas atau bukan, keduanya menyampaikan image yang berbeda-beda tetapi memiliki tujuan sama yaitu menarik minat konsumennya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48573
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitia Panduwinata
"Fasade bangunan merupakan bagian dari bangunan yang pertama kali dilihat dan dinikmati oleh orang-orang yang melaluinya. Sehingga, keindahan atau estetika menjadi hal yang sangat penting untuk menjadi pertimbangan dalam perencanaannya. Terutama pada bangunan-bangunan yang diperuntukkan bagi publik, seperti halnya bangunan komersil dan bangunan publik lainnya.
Perencanaan fasade yang memperhatikan prinsip-prinsip estetika akan mampu mengundang orang untuk tertarik dan mendatangi bangunan tersebut. Tentu hal ini akan memberikan keuntungan tersendiri sesuai dengan tujuan dan fungsi dari bangunan tersebut.
Material kaca merupakan elemen yang pada umumnya mendominasi pada fasade bangunan-bangunan komersil dan bangunan publik lainnya. Kaca menghadirkan fungsi sebagai jembatan visual antara ruang luar dan dalam bangunan. Hal ini akan lebih mengundang orang yang melalui bangunan untuk lebih tertarik melihat isi dalam bangunan sebelum memutuskan untuk mendatangi/memasukinya. Untuk itu diperlukan perencanaan fasade kaca yang memenuhi prinsip-prinsip estetika dan selaras dengan fungsi utama bangunan.
Perencanaan fasade kaca merupakan elemen yang tidak terpisahkan dari perencanaan fasade yang menyeluruh dan tidak dapat berdiri sendiri-sendiri sehingga terdapat kesatuan, keharmonisan, dan keselarasan antara satu dengan lainnya dan juga antar fasade. Prinsip-prinsip perencanaan fasade bangunan tidak terlepas dari prinsip-prinsip estetika. Perencanaan fasade bangunan yang sesuai dengan fungsinya juga harus menghadirkan nilai estetika yang tinggi sehingga ini akan menambah nilai jual sebuah bangunan. Tidak hanya dari segi bentuk dan warna dari materal kaca, tetapi meliputi komposisi kaca dan bidang keseluruhan dari fasade sehingga menghasilkan satu kesatuan pada fasade bangunan.
Pada karya tulis ilmiah ini akan dibahas mengenai prinsip-prinsip estetika pada perencanaan fasade kaca sebagai bagian dari keseluruhan fasade bangunan. Prinsip-prinsip komposisi akan menjadi acuan utama dalam pemaparan teori yang diajukan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48582
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Fiqi Rizal
"Matahari memancarkan energi dari radiasi cahayanya. Energi dari pancaran radiasi matahari ini dapat dimanfaatkan bagi manusia di atas bumi ini. Pemanfaatannya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara aktif dan pasif. Dalam kaitannya dengan energi listrik di dalam bangunan maka energi matahari dimanfaatkan secara aktif dengan cara mengubah energi radiasi cahaya matahari menjadi energi listrik dengan bantuan solar cell atau fotovoltaik.
Penerapannya pada bangunan adalah dengan mengintegrasikan di kulit terluar bangunan seperti atap dan fasade. Pemasangannya sangat bergantung kepada letak geografis suatu wilayah dimana bangunan itu berdiri, karena letak geografis suatu wilayah sangat mempengaruhi efisiensi pancaran energi dari radiasi cahaya matahari. Konsekuensi dari letak geografis suatu wilayah akan berpengaruh kepada pemilihan jenis fotovoltaik seperti jenis sel fotovoltaik, dan teknik pemasangan pada kulit terluar bangunan.
Melalui skripsi ini, pembahasan akan diutamakan mengenai upaya penerapan panel fotovoltaik pada atap dan fasade bangunan dengan memperhatikan dan membuat analisis (studi kasus pada bangunan ECN Building di Belanda dan The Solar Ofice di Inggris) mengenai kaitan antara konsekuensi dari letak geografis wilayah dan pemilihan fotovoltaik. Serta pengaruh dari jenis, fungsi dan kegiatan yang terjadi di dalam bangunan terhadap penerapan sistem ini. Sehingga penerapan fotovoltaik pada atap dan fasade bangunan ini dapat bekerja dengan efisien dalam menangkap energi dari pancaran cahaya matahari pada setiap bangunan, mencipatakan atmosfir positif pada ruang dalam bangunan dan memberikan kulitas visual yang baik pada tampak luar bangunan.

The sun radiates its energy from its light radiation. Energy from sun?s radiaton could used by man on this earth. The benefits of it could applied by two methods, that is active and passive. In its relation with power energy at the building, then the sun energy applied in an active method by converting the sun energy become power energy with the use of solar cell or photovoltaics.
The application of that on the building is integrating it into the outer building skin like façade and roof. The setting of it is extremely depending on the geographical position of a certain area where the building?s rise, because the geographical position of a certain area will give an influence to the efficiency of the energy from the sunlight radiation. The concequencies of the geographical position will give an influence to the choosen of photovoltaics panel like a choosen of photovoltaics cell and the application techniques into the outer building skin.
Through this thesis, the investigation will focused at the effort of application of integrated photovoltaics panel on façade and roof with observing and making an analysis (case studies at the ECN building 31 in Holland and The Solar Office building in England) about the relationship between the concequencies of geographical position of certain area with the choosen of photovoltaics panel. Along with the influences of genre, function, and the activities which is happened inside the building toward this application?s system. So that this application of integrated photovoltaics panel in façade and roof could work efficient in arresting the energy from the sunlight radiation for each building, producting the positive atmosphere inside the room of the building and giving the good visual quality for the building?s elevation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48419
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dhyan Seminar Asih
"Fasade bangunan merupakan selubung bangunan yang sangat berpengaruh terhadap kondisi nyaman dan energi pada suatu bangunan. Pada penelitian ini material pelapis pada fasade bangunan mengambil material cat, batu alam, dan keramik. Karena ragam material pelapis pada fasade inilah yang banyak digunakan pada bangunan bertingkat rendah. Ketiga jenis material akan diuji nilaiOTTV pada masing-masing material untuk mengetahui material mana yang mempunyai nilai OTTV tertinggi, sedang dan rendah.
OTTV atau Overall thermal transfer value adalah merupakan satu paket kebijakan dari pemerintah mengenai konservasi energi pada bangunan yang mengatur nilai perpindahan panas pada fasade dinding bangunan. Dalam hal ini nilainya tidak boleh melebihi 45 watt/m². Semakin tinggi nilai OTTV maka semakin besar watt per meter persegi energi yang akan diterima suatu bangunan. Metode yang digunakan adalah testing out dengan pendekatan kuantitatif.
Luasan bukaan mempengaruhi nilai OTTV pada suatu bangunan. Semakin besar bukaan dinding tembus cahaya maka semakin besar beban energi yang dihasilkan suatu bangunan. Ketebalan dinding memperkecil beban energi oleh karena itu penambahan material pelapis dilakukan untuk mengoptimalisasikan konservasi energi pada suatu bangunan dengan memakai software OTTV v2.01didapat batu alam memiliki OTTV baik ( nilai OTTV= 21.70 watt/m²), keramik nilai OTTV sedang (nilai OTTV= 21.33 watt/m²), cat nilai OTTV terendah (nilai OTTV=29.4 watt/m².

Building façade is the cover of a building that strongly influences the comfort and energy inside a building. In this research, coating materials are paints, natural stones, and ceramics since these various coating materials are commonly used for low-rise buildings. Each material was tested/examined for its OTTV value to figure out the one of which has the highest, average and lowest OTTV value.
OTTV or Overall thermal transfer value is the government's policy about energy conservation in buildings to manage the value of energy transfer of a building wall façade. For this extent, the value can't be more than 45 watt/m². the higher OTTV value is, the more watt per meter square will be absorbed by the building. The method used is 'testing out' with quantitative approach.
The width of the openings influences OTTV value of a building. The wider of the transpicuous opening is, the more energy load generated by the building. The thickness of the walls reduces the energy load so that the additional coating materials is to optimize energy conservation in a building by using OTTV v2.01 software. The finding is that natural stones have good OTTV( OTTV value= 21.70 watt/m²), ceramics has average OTTV (OTTV value = 21.33 watt/m²), and paint has the lowest (OTTV value = 29.4 watt/m²).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T30041
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erick Budhi Yulianto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S48245
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monika Diah Savitri
"Times Square, New York City dan Ginza, Tokyo adalah tempat yang terkenal sebagai kawasan pusat hiburan, karena sebagian besar bangunannya berfungsi sebagai tempat hiburan dan bersenang-senang, seperti gedung pertunjukan (Broadway di Times Square dan Kabuki di Ginza), pusat perbelanjaan, restoran, caf_s, bars, dan lain-lain. Selain itu, yang menarik adalah ketika melalui jalan-jalan di kawasan tersebut, terasa atmosfer ruang kota yang meriah dan heboh, serta terasa sangat khas dan berbeda dengan ruang kota lainnya. Kemeriahan dan kehebohan itu tercipta dari kehiruk-pikukan manusia dengan berbagai aktivitasnya, serta dari tampilan ruang kotanya yang begitu heboh dengan warna-warni dan gemerlap cahaya yang berasal dari muka-muka bangunannya. Warna-warni dan gemerlap cahaya tersebut mampu menarik mata manusia, sehingga dapat menimbulkan perasaan antusias dan kegembiraan yang mengebu-gebu ketika mengalami ruang kota tersebut, dan menunjang aktivitas bersenang-senang di dalamnya. Penulisan ini memaparkan faktor-faktor arsitektural yang dapat meningkatkan kemenarikan sebuah ruang kota yang peruntukannya sebagai tempat hiburan, seperti yang terdapat pada jalan-jalan di Times Square, New York City dan di Ginza, Tokyo, terutama faktor-faktor fisik berupa profil-profil penarik mata yang terdapat pada muka bangunan. Bagaimana penataan wujud dan letak profil-profil tersebut agar dapat ?dinikmati? manusia juga menjadi pembahasan di dalam penulis ini.

Times Square, New York City and Ginza, Tokyo are places known as an entertainment district, because many of its buildings are used as places for fun and pleasure, such as theater (Broadway in Times Square and Kabuki in Ginza), shopping centers, restaurants, caf_s, bars, etc. Be sides that, it?s interesting when going through its streets, the atmosphere of the urban spaces felt exciting and extravagant, very unique and different from the other urban spaces. The excitement and extravagance are emerged from the uproar of people?s activities, and also from the appearance of its urban spaces which are excessive with colors and gleaming lights that come from the building?s front face. Those colors and gleaming lights are able to engage the people?s eyes which created the feeling of enthusiasm and excitement when experiencing those urban spaces, and also support the pleasure activities inside. This writing explains the architectural factors that can increase the amusement of urban space which its purpose are for entertainment place, as in Times Square, New York City and Ginza, Tokyo, especially physical factors, which are profiles that engage the eyes attach to the building?s front face. The ordering of its appearance and placement, so it can be enjoyed by people, is also mentioned in this writing."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S48376
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinda Kartikasari
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S48396
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Viola
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang resiliensi dan tipe nilai serta melihat hubungan antara kedua variabel tersebut pada anak jalanan peserta didik nonformal. Gambaran resiliensi yang dipakai merujuk pada tiga karakteristik resiliensi Grotberg (2005), yaitu I Am, I Have, dan I Can. Skor resiliensi diperoleh dengan menggunakan alat ukur CD-RISC 10 item. Gambaran tipe nilai merujuk pada 10 tipe nilai dasar Schwartz (2012), yaitu universalism value, benevolence value, power value, self direction value, stimulation value, hedonism value, achievement value, security value, tradition value, dan conformity value.Gambaran tipe nilai diperoleh dengan menggunakan alat ukur Portrait Values Questionnaire (PVQ) 40 item. Penelitian ini dilakukan di wilayah Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Depok, dan Tangerang. Partisipan penelitian berjumlah 111 orang dan 3 orang diantaranya diwawancara secara mendalam. Rentang usia partisipan berkisar mulai dari 12 hingga 18 tahun. Melalui penelitian ini didapatkan tiga hasil penelitian.Pertama, anak jalanan peserta didik nonformal memiliki karakteristik dan kemampuan resiliensi yang baik.Kedua, tipe nilai yang paling penting pada anak jalanan peserta didik nonformal adalah conformity value, sedangkan power value berada di urutan terendah.Ketiga, terdapat hubungan positif yang signifikan antara resiliensi dengan security value, universalism value, stimulation value dan self direction value.

The major purposes of this studywere to get an overview of resilience and type of values as well as to determine the relationship between the two variables on the street children of nonformal learners. The definition of resilience refered to the three characteristics of resilience from Grotberg (2005), which were: I Am, I Have, and I Can. Resilience score wasmeasured by the Connor Davidson Resilience Scale 10 items measurement. Type of values refered to the typology of Schwartz’s 10 basic values (2012), whichwere: universalism value, benevolence value, power value, self-direction value, stimulation value, hedonism value, achievement value, security value, tradition value, and conformity value. Valueswere measured bythe Portrait Values ​​Questionnaire (PVQ) 40 items measurement. Thisstudy was conducted in North Jakarta, Central Jakarta, East Jakarta, South Jakarta, Depok and Tangerang. In all, 111persons, age 12 to 18 years old participated in the studyand 3 persons were interviewed in depth. Through this study, the three research results. First, street children of nonformal learners had resilience capability and showed the characteristic of resilience. Second, the most important type of values in the street children of nonformal learners was conformity value, while the power value was in the lowest order. Third, there was significant positif relationship between the resilience and the security value, Universalism value, self-direction and stimulation value.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55149
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amrulloh Hakiem
"ABSTRAK
Garuda Indonosla adalah flag carrier BUMN dengan aset Rp 10 triliun dengan
masalah keuangan yanq dlhadapi adalah kemampuan mempertahankan laba operasi
dan arus kas Secara berkeIanjutan. Domestik memberi kontribusi yang signifikan
pada keuangan, namun Penurunan kurs rupiah dan masuknya pesaing baru menjadi
ancaman.
Kekuatan merek Garuda dibanding pesaing adalah skala ekonomi dan experience
curve, sehlngga strategi harga adalah diferensiasi dan bukan mengikuti perang
harga. Untuk meningkatkan nilai tambah, customization harga perlu dilakukan untuk
menjaring pelanggan baik dari segmen yang kurang sensitif maupun sensitif harga.
Customization mempunyal dampak strategis terhadap persaingan yaltu mengurangi
intensitas persaingan harga pada pasar premium sekaigus menjaring segmen
sensitif-harga dan mempertahankan dominasi. Rute Jakarta-Surabaya dipilih karena
memberi kontribusi terbesar di domestik cian persaingan yang dinamis. Untuk
merancang implementasi, customization didasari oleh pengendali-nilai (value driver)
yaitu fleksibilitas, kenyamanan dan penghargaan. Inovasi diperlukan untuk
membangun pagar pembatas antar kelompok pelanggan. Namun demikian
overcustomization dihindari karena bíaya yang tidak sebanding dengan tambahan
nilai yang diporoleh, dan menurunnya goodwill konsumen.
Tantangan Customization adalah rasa keadilan, arbitrase dan peraturan batas-atas
harga. Komunikasi ke pelanggan melalui media dan agen perlu dilakukan untuk
memberikan kejelasan bahwa perbedaan harga dan batasan tempat-duduk
memenuhi rasa keadilan. Arbitrase dihinclari dengan pembuatan penyekat antar
kelompok pelanggan secara efekiif, Garuda juga perlu mempengaruhi pemerintah
untuk menghilangkan batas-batas dan membiarkan harga tersebuJt berdasar
mekanisme pasar. Untuk menghindari penyalahgunaan kekuatan monopoli atau
oligopoli secara berlebihan. pemerintah perlu memberi keleluasaan perijinan untuk
mendirikan perusahaan penerbangan baru, bukan dengan pembatasan harga
"
2002
T2811
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silaban, Rismauli
Depok: Universitas Indonesia, 1992
S27958
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>