Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 218852 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdul Muchhyi
"Skripsi ini membahas tentang rugi-rugi energi (losses) pada penyulang Leci di gardu induk Jababeka bus 150/20 kV. Penulis dalam skripsi ini berkeinginan membahas tentang sebab-sebab terjadinya losses pada penyulang Leci di gardu induk Jababeka, dan mengkalkulasi akibat dari losses tersebut, dalam hal ini penulis mengevaluasi biaya kerugian selama tahun 2009 dan membuat evaluasi biaya kerugian pada Perusahaan Listrik Negara ( PLN) tahun 2009. setelah itu, penulis akan membuat alternative perbaikan bagaimana cara menekan kerugian dan membuat evaluasi biaya kerugian dari solusi tersebut. Dan Penulis akan merekomendasikan solusi tersebut ke PLN.

This script is discuss about Losses at Leci Distribution Line from 150/20 kV bus Jababeka power station. The writer in this end task have analyze about the causes of Losses at this Leci Distribution Line, and calculate the annual value of losses, in this case, the writer have been calculate the annual value in 2009. and make cost evaluation of money losses of Perusahaan Listrik Negara (PLN) Company in 2009. after that, the writer will make alternative repair how to press the Losses and make make cost evaluation of money losses of this solution. And the Writer will recommend this solution to PLN Company for this case."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51361
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Danang Ramadhianto
"Di dalam suatu sistem tenaga listrik terdapat suatu faktor yang dinamakan faktor rugi rugi atau penyusutan dari energi. Penyusutan ini dapat ditemui di berbagai tempat pada jaringan tenaga listrik, mulai dari pembangkitan, transmisi, sampai dengan kepada distribusi kepada konsumen.
Terdapat dua jenis penyusutan pada sistem tenaga listrik, yaitu penyusutan teknis dan non-teknis. Penyusutan teknis adalah penyusutan yang terjadi sebagai akibat adanya impedansi pada peralatan pembangkitan maupun peralatan penyaluran dalam transmisi dan distribusi sehingga terdapat daya yang hilang. Penyusutan secara non teknis adalah susut yang disebabkan oleh kesalahan dalam pembacaan alat ukur, kesalahan kalibrasi di alat ukur, dan kesalahan akibat pemakaian yang tidak sah (pencurian) atau kesalahan kesalahan yang bersifat administratif lainnya.
Penyusutan daya tidak mungkin dihindari karena pada peralatan tidak mungkin memiliki tingkat efisiensi 100%, namun yang perlu mendapatkan perhatian adalah apakah penyusutan yang terjadi di dalam batas kewajaran. Sebagian besar penyusutan yang ada berada pada jaringan distribusi. Hal ini disebabkan karena pada jaringan distribusi, tegangan yang dipakai berada dalam rentang tegangan menengah dan tegangan rendah. Dimana untuk tegangan menengah dan tegangan rendah, arus yang mengalir pada jaringan nilainya besar untuk nilai daya yang sama, sehingga penyusutan energi juga akan besar.

On power ystem there is a factor known as losses factor of energy. These losses could be found in several places all over power network, from the power plant, transmission system, until the network end in distribution system.
Actually, there are two kinds of losses on power system network, which are technical losses and non-technica losses. Technical losses is losses that happen not only as an effect of impedance on power plant utilities,but also as an effect of impedance on equipment that used in transmission and distribution. In other side, the non-technical losses is a losses that caused by the mistake tha occurred when reading the measurement equipment, the mistake of equipment calibration, and a mistake that caused by illegal user or other administrative mistakes.
We can not avoid energy losses, because the equipment that we used can not possible have 100% efficiency, but there is one thng that should become our primary concern is the losses that occur are still in normal level or not. Mostly the energy losses happen on distribution network. Because on distribution network, the rate of voltage that being used is located in middle voltage and low voltage range. As we know, on middle voltage and low voltage, the amount of current that flow in the cable increasing for the same power. In the simple word, it will cause te energy losses bigger than before.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40523
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alfan Yusuf Habibie
"Saluran distribusi primer merupakan bagian dari sistem transmisi tenaga listrik mulai dari gardu induk menuju ke gardu distribusi. Konsumsi energi listrik yang meningkat mengakibatkan pembebanan dalam penyulang semakin tinggi. Susut energi yang timbul dalam saluran distribusi primer dapat dianalisis dengan variasi pembebanan menggunakan jenis pelanggan yang berbeda. Analisis sistem distribusi primer dapat dilakukan dengan mengidentifikasi beberapa parameter seperti kapasitas trafo gardu distribusi, saluran penghantar, serta panjang saluran. Penyulang dikatakan mendekati ideal apabila memiliki nilai susut energi dan daya maksimum yang rendah. Susut energi berbanding terbalik dengan nilai efisiensi pada sistem. Standar deviasi juga dapat digunakan untuk menentukan nilai susut di dalam jaringan. Pada penyulang dengan satu jenis pelanggan nilai susut terendah yaitu sebesar 0.16 % pada pelanggan industri. Pada penyulang dengan dua jenis pelanggan yaitu variasi residensial dan industri dengan komposisi 30%:70% memiliki nilai susut terendah sebesar 0.16% dan untuk penyulang dengan tiga jenis pelanggan, nilai susut paling rendah yaitu 0.17% pada variasi beban merata.

Primary distribution line is part of electrical power transmission from the substation to the distribution substation. Increased electrical energy consumption results enlarge load in feeder. Energy losses built in primary distribution line can be analyzed with load variation that use different type of customers. Primary distribution system analysis can be done by identifying some parameters such as distribution transformer capacity, cable conductor, and length of line. Feeder is said close to the ideal condition if it has low energy losses and low maximum power. Electrical energy losses is inverse proportional with system efficiency. Standard deviation can also be used to determine the energy losses value in the system. In feeder with one type consumer, minimum losses is 0.16 % in industry consumer. In feeder with two type consumers that are residence and industry variation with composition 30%:70%, have minimum losses is 0.16% and for feeder with three type consumers, minimum losses is 0.17% in balance load variation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42976
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ifkrah Usrah
"Terjadinya kegagalan sistem proteksi arus lebih yang terjadi pada penyuangan Leuwimunding jika ngangguan setu fasa ke tanah merupakan suatu kasus yang tidak diharapkan karena akan menimbulkan kerugian bagi pihak PLN maupun konsumen.
Dari kasus diatas maka diadakan penelitian pada proteksi arus lebigh tersebut yaitu tentang bagaimana waktu kerjanya terhadap arus gangguan hubung singkat tiga frasa dan satu fasa ke tanah, dan melakukan perbandingan hasil perhitungan dengan hasil lapangan, sehingga akan diperoleh solusi dengan menentukan berbagai perbaikan setting arus (Iset), TMS dan penggunaan waktu tunda (Td).
Berdasarkan hasil perhitungan, besarnya arus gangguan pada trafo daya 70/20 kV sisi 20 kV untuk gangguan hubung singkat tiga fasa adalah 5093,812 A dan untuk gangguan hubung satu fasaa ke tanah adalah 469,372 A, sehingga proteksi arus lebih akan bekerja untuk OCR selam 0,593 detik dan GFR bekerja selama 0,560 detik. Besarnyarus gangguan pada penyulang 20 kV leuwimunding untuk gangguan hubung tiga fasa adalah 1309,392 A dan untuk gangguan hubung satu fasa ketanah adalah 205,242 A sehingga proteksi arus lebih akan bekerja untuk oCR selama 2,630 detik dan untuk GFR selama 0,562 detik. dengan menggunakan Td 0,3 detik masih memungkinkan terjadinya kegagalan sistem proteksi arus lebih karena waktu koordinasi dari hasil perhitungan 0,335 detik.
Dari hasil penelitian bahwa penggunaan Td 0,4 detik akan lebih baik dari sebelumnya (Td = 0,3 detik) pada sistem proteksi arus lebih terutama pada sisi GFR, sebab proses koordinasinya bekerja dengan baik sehingga rele akan selektif."
[s.l.]: Jurnal Peneltian : Sitrotika, 2007
507 JPS 3:2 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Haris Hakim
"ABSTRAK
Di dalam sistem tenaga listrik dikenal faktor rugi atau penyusutan dari
energi. Penyusutan ini dapat ditemukan di berbagai tempat pada jaringan tenaga
listik, mulai dari pembangkitan, transmisi sampai dengan jaringan distribusi
kepada konsumen. Sebagian besar susut ini terjadi pada jaringan distribusi. Hal ini
disebabkan karena pada jaringan distribusi, tegangan yang dipakai berada level
tegangan rendah dan menengah dimana arus yang mengalir juga menjadi besar
sehingga penyusutan bernilai besar. Faktor lain yang dapat mengakibatkan
terjadinya susut adalah perilaku pembebanan itu sendiri, dimana nilai susut
terbesar terjadi pada waktu beban puncak karena pada saat itu trafo bekerja pada
kondisi puncak dan arus yang mengalir pada jaringan bernilai besar. Dalam
penelitian ini didapatkan suatu hasil perhitungan dimana pada suatu kapasitas
sistem yang terpasang tetap, susut energi total terbesar terjadi pada komposisi
pelanggan bisnis B1100% yaitu setara dengan 5466 kWh (1.716% dari kapasitas
sistem). Nilai susut energi total terkecil terjadi pada komposisi 3 jenis beban
bisnis (B1 25%, B2 25%, B3 50%) yaitu setara dengan 2430 kWh (1.14% dari
kapasitas sistem). Untuk meminimalisir terjadinya susut ini yang mungkin
dilakukan adalah dengan menganalisa nilai susut teknis dan berusaha melakukan
pemindahan pemakaian listrik dari waku beban puncak ke luar waktu beban
puncak.

ABSTRACT
In electrical power system, there has known the factor of loss or shrinkage of
energy. This loss can be found in various places on the electrical power network,
from the generator, transmission, to the distribution network of electrical power to
the consumer. Most of the loss occurs in the distribution network. This happens
because in the distribution network, the voltage that being used is low voltage and
medium voltage in which current flow can rise so that the value of loss can
become greater. Other Factors that may lead to loss occurrence is the behavior of
the loading itself, when most of the loss happens when the load is reaching the
highest load because that is when the transformer works on peak condition, and
the current that flows on the network become greater. In this research, obtained a
result where at a fixed installed system capacity, the greatest energy losses occurs
on the 100% load from B1 business customer composition (energy mix) which is
the equivalent of 5466 kWh (5.360% of system capacity). The smallest energy
loss occurs when the composition (energy mix) of business load is 25% B1,
25%B2, and 50% B3 that is the equivalent of 2430 kWh (1.140% of system
capacity). To minimize the occurrence of this energy loss, what we may do is to
analyze the value of technical losses and attempt to transfer the consumption out
from peak load time.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43897
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Setyawan
"Merujuk pada UU No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, produsen listrik harus menyediakan layanan dan produk yang sebaik-baiknya pada masyarakat. Untuk mewujudkan hal ini produsen harus meningkatkan mutu produknya. Salah satu hal yang dapat menurunkan kualitas produk adalah susut yang terjadi pada jaringan tenaga listrik. Susut pada jaringan tidak bisa dihindari, namun dapat diminimalisisai. Studi mengenai hal ini telah banyak dilakukan oleh berbagai pihak. Pada skripsi ini dibahas pengaruh dari bentuk kurva beban harian (KBH) terhadap susut yang terjadi pada konduktor Jaringan Tegangan Menengah PT. PLN khususnya Area Cempaka Putih. Bentuk kurva beban harian direpresentasikan dengan koefisien variasi. Semakin besar koefisien variasi susut yang terjadi semakin besar untuk besar energi harian yang sama.

Refering to UU No. 30 Tahun 2009 about electricity, that electricity provider has to provide best services and products to the electricity consumers. In order to make it comes true, electicity provider has to improve its products quality. One of factors that could decrease the quality of electricity products is loss in power system. Loss in power system can not be avoided, but it may be decereased. There are many study concern in decreasing loss of electric power lines. This thesis discusses about the effects of daily load profile form toward distribution loss in medium voltage line?s conductor of PT. PLN expecially Cempaka Putih region. Daily load profile form is represented by variation coeficient. The bigger variation coefficient of daily load profile, the bigger loss for the same daily energy delivered."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42673
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Beni Agus Permana
"Industri baja merupakan industri padat energi yang memerlukan energi dalam jumlah yang sangat besar dalam proses produksi baja. Dari sisi intensitas energi, industri baja di Indonesia memiliki intensitas energi yang lebih besar dibandingkan industri sejenis di kawasan Asia, hal ini berarti konsumsi energi untuk menghasilkan satu ton produk baja di Indonesia lebih besar dibandingkan produk impor. Mengacu pada biaya energi, dengan konsumsi energi yang lebih tinggi dari negara lain di Asia, dapat menyebabkan produk baja Indonesia kurang kompetitif di pasar Asia.
Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian telah menetapkan target produksi baja dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan baja nasional dan meminimalisir ketergantungan terhadap produk impor. Hal ini perlu diikuti dengan perencanaan kebutuhan energi dan upaya untuk menurunkan biaya energi agar produk baja Indonesia lebih kompetitif di pasar Asia dan dapat memenuhi kebutuhan baja nasional secara optimal.
Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan jumlah energi yang diperlukan dalam bauran energi yang optimal dan menemukan cara menurunkan intensitas energi oleh industri baja dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan baja nasional.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pada tahun 2020 diperkirakan industri baja dalam negeri memerlukan energi sebesar 57,75 juta MSCF gas alam; 14,91 TWh listrik dan 1,49 milyar liter bahan bakar diesel untuk menghasilkan produk baja sesuai target Restra Kementerian Perindustrian yaitu sebesar 5 juta ton besi sponge, 20 juta ton baja kasar dan 20 juta ton baja akhir. Terdapat potensi efisiensi energi pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 29,80 juta GJ atau setara dengan 8,28 TWh. Potensi ini dapat direalisasikan dengan menerapkan teknologi hemat energi antara lain adalah teknologi zero reformer DRI pada pembuatan besi sponge, yang dapat menurunkan intensitas energi sebesar 3,77 GJ/ton besi sponge atau dapat menurunkan biaya energi sebesar Rp. 200.068,00 per ton besi sponge.

The steel industry is an energy intensive industry that requires energy in very large quantities in the steel production process. In terms of energy intensity, the steel industry in Indonesia have greater energy intensity than similar industries in the Asian region, this means that the energy consumption to produce one ton of steel products in Indonesia is higher than imported products. Referring to the cost of energy, the energy consumption is higher than other countries in Asia, may cause Indonesian steel products less competitive in the Asian market.
The Government through the Ministry of Industry has set a target of domestic steel production to fulfill national steel demand and minimize dependence on imported products. It is necessary be followed by the energy demand planning and efforts to reduce the cost of energy that Indonesian steel products more competitive in the Asian market and can fulfill national steel demand optimally.
This study aims to estimate the amount of energy required in the optimal energy mix and find a way of reducing energy intensity in the domestic steel industry to fulfill the national steel demand.
The result showed that in 2020 the domestic steel industry is estimated to require an energy of 57.75 million mscf natural gas; 14.91 TWh of electricity and 1.49 billion liters of diesel fuel to produce steel products as targeted the Ministry of Industry of 5 million tonnes of sponge iron, 20 million tons of crude steel and 20 million tons of finished steel product. There is the potential for energy efficiency in 2020 was estimated at 29.80 million GJ, equivalent to 8.28 TWh. This potential can be realized by implementing energy-saving technologies include zero reformer DRI technology in the manufacture of sponge iron, which can reduce the energy intensity of 3.77 GJ / tonne of sponge iron or can reduce energy costs by Rp. 200,068.00 per tonne of sponge iron.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42180
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Symphathetic Tripping adalah suatu peristiwa yang menggambarkan kejadian ketika suatu peralatan pengamanan menanggapi secara salah atau tidak cliharapkan pada suatu sistem tenaga listrik yang sedang mengalami gangguan. Hal ini dapat terjadi pada suatu peralatan pengaman yang dihubungkan secara seri pada suatu penyulang yang sarna, sedemikian rupa sehingga untuk gangguan yang terjadi diantara peralatan-peralatan pengaman tersebut, sate atau lebih peralatan pengaman yang lain akan turut bekega. Sedangkan tripping paralel adalah kejadian yang menggambarkan ketika terjadi gangguan pada sate penyulang akan mengakibatkan satu atau lebih penyulang-penyulang yang terhubung pada suatu bus (Gardu Induk) yang sama akan turut mengalami lock-out (terus terbuka). Daum Tugas Akhir ini digambarkan beberapa kemungkinan penyebab terjadinya gangguan Symphathetic Tripping, clan menerangkan bagaimana gangguan ini dapat terjadi, disamping itu diuraikan bagaimana gangguan Symphathetic Tripping ini dapat diminimalkan atau dihindari sekecil mungkin."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S38922
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Rele sebagai alat pendeteksi adanya gangguan yang selanjutnya memberi perintah trip kepada pemutus tenaga (PMT). Rele digunakan pada daerah pengaman garuda induk diisi 20 kV di penyulang untuk mengatasi "
JDTEK 4:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dhowi Purwanti
"Rele sebagai alat pendeteksi adanya gangguan yang selanjutnya memberi perintah trip kepada pemutus tenaga (PMT). Rele digunakan pada daerah pengaman Gardu Induk disisis 20 kV di Penyulang untuk mengatasi adanya gangguan hubung singkat yang terjadi karena adanya gangguan yang bersifat temporer atau permanen. Oelh karena itu pentingnya kinerja settingan koordinasi rele antara Over Current Relay (OCR) dan GFR (Ground Fault Relay) agar tidak menyebabkan kerusakan pada peralatan akibat gangguan hubung singkat terjadi. Arus gangguan hubung singkat yang terjadi di Penyulang Banteng adalah sebesar 3835,086 Ampere pada arus gangguan tiga fasa, sedangkan arus gangguan terkecil terjadi saat arus gangguan satu fasa ke tanah di saluran penyulang sebesar 231,0788 Ampere. Sedangkan set PLN didapat, arus setelan (Iset) sebesar 231,079 A dengan Tms 0,10 sedangkan untuk setelan rele diisi incoming di dapat arus setelan (Iset) sebesar 37 A dengan Tms 0,26 dari data set PLN arus setelan (Iset) disisi penyulang 241,5 A dengan Tms 0,122 dan sisi incoming arus setelan (Iset) 573,3 A. Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahkan kooridnasi antara OCR dan GFR sudah cukup selektifitas dan hadnal dalam kinerja rele. Dan dari hasil perhitungan terjadi perbedaan selisih waktu kerja rele yang cukup lama dan mempengaruhi kinerja rele unutk mentripkan dalam jeda waktu 1.33 detik. BErdasarkan perhitungan tersebut semakin besar arus gangguan terjadi akan semakin lama pula waktu rele tersebut bekerja mentripkan ke PMT. Jika dibiarkan arus gangguan tersebut membesar terllau lama maka arus gangguan tersebut merusak peralatan pada transformator."
Palembang: Fakultas teknik Universitas tridinanti palembang, 2016
600 JDTEK 4:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>