Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 69503 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Keisha Anggraini
"Bantaran sungai yang melewati daerah padat penduduk sering kali dilanggar oleh dengan pembangunan rumah-rumah diatasnya, sehingga keberadaannya mengurangi lebar efektif sungai. Simulasi penyempitan sungai tersebut dilakukan dengan menggunakan suatu model matematis berupa program HEC-RAS. Simulasi ini bertujuan untuk mengkuantifikasikan pengaruh penyempitan sungai oleh perancah terhadap persentase kenaikan muka air berdasarkan fluktuasi debit aliran steady dan unsteady. Konfigurasi penyempitan divariasikan berdasarkan jarak perancah lateral (X) dan longitudinal (Y) saluran, dan lebar bukaan tengah. Dari simulasi ini dapat disimpulkan bahwa semakin rapat jarak antar perancah dan semakin sempit bukaan maka persentase ketinggian muka air semakin besar di sepanjang penyempitan.

Floodplain that passes through a densely populated area is often being intruded by an illegal built of temporary hut, hence the effective width of the river is reduced. A river choking simulation is run using HEC-RAS. This simulation is to quantify the effect of river choking due to illegal installation of scaffolding towards the percentage of water level fluctuation based on steady and unsteady flow. The contraction configurations are varied on their lateral distance (x), longitudinal distance (y), and center opening. The simulation shows that the closer the distance between the scaffoldings and the narrower the opening, the percentage of water level increases along the contraction area."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S50701
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Triyaka Lisdiyanta
"DAS Cidanau mempunyai arti penting untuk tetap dipertahankan, karena DAS Cidanau selain sebagai penyedia air baku bagi masyarakat hulu juga berfungsi sebagai penyangga utama bagi kelangsungan industri di Cilegon. Selain itu, DAS Cidanau juga berfungsi sebagai penyedia air bagi kebutuhan domestik, masyarakat Kota Cilegon dan sekitarnya. Kebutuhan air DAS Cidanau bagi sektor industri dan domestik Cilegon mencapai 1.000 liter/detik. Hal tersebut, menuntut tetap lestarinya fungsi hidrorologi DAS dalam upaya menjamin kelanjutan proses pembangunan.
Meskipun berbagai program penghijauan dan reboisasi telah dijalankan di DAS tersebut, namun hingga saat ini kualitas lingkungan terus saja merosot. Hal tersebut dapat dilihat dari indikator terjadi perbedaan debit maksimum dan minimum yang sangat tajam di DAS tersebut. Selain itu, laju erosi dan sedimentasi yang juga semakin tinggi telah mengakibatkan pendangkalan dan penyempitan sungai.
Permasalahan penelitian yang dikemukakan adalah kurangnya peranserta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan sehingga belum dapat terbangun suatu hubungan hulu-hilir yang baik. Oleh karena itu, terjadi ancaman terhadap pemenuhan kebutuhan air bagi masyarakat, baik hulu maupun hilir.
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Bagaimana peranserta masyarakat hulu dalam membangun mekanisme hubungan hulu-hilir?; (2) Faktor apa saja yang menjadi potensi dan kendala dalam membangun mekanisme hubungan hulu-hilir DAS Cidanau?
Penelitian ini mempunyai tujuan dua hal yaitu: (1) Mengetahui peranserta masyarakat hulu untuk mekanisme hubungan hulu-hilir; (2) Mengetahui faktor yang menjadi potensi dan kendala dalam membangun mekansime hubungan hulu-hilir.
Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif-kuantitatif dengan metode deskriptif-analitik dengan metode survey. Penelitian dilakukan selama dua bulan, antara bulan Januari -Februari 2004 di Desa Citaman, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Serang Propinsi Banten. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu, dengan kuisioner, data sekunder dan studi literatur. Populasi penelitian adalah masyarakat di Desa Citaman yang ditentukan sebagai lokasi studi. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah gabungan dari teknik purposive sampling untuk penentuan lokasi dan teknik random sampling dalam penentuan responden. Variabel penelitiannya adalah peranserta, kebutuhan air, insentif dan informasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Tingkat peranserta masyarakat hulu untuk membangun mekanisme hubungan hulu-hilir DAS Cidanau pada kategori sedang yang berhubungan dengan tingkat kebutuhan air dan insentif; (2) Sistem insentif menjadi potensi dalam upaya membangun mekanisme hubungan hulu-hilir sedangkan terbatasnya sumber informasi bagi masyarakat dalam pengelolaan DAS menjadi faktor kendala dalam membangun mekanisme tersebut.
Daftar kepustakaan: 39 (1962-2004).

DAS Cidanau needs to be preserved because it not only supplies water for upstream area people but also supports industries in Cilegon. Moreover, DAS Cidanau also supplies water for the household needs of people in the town of Cilegon and surrounding areas. Water demand of Cilegon's households and industries reaches 1,000/second, which requires preservation of DAS Cidanau's hydrological function so as to guarantee the continuity of development in the area.
Although different re-greening and reforestation programs have been carried out in DAS Cidanau, the quality of area environment has continued to drop. This is indicated by the stark difference between the maximum debit and the minimum debit of DAS Cidanau's water flows. Also, erosion and sedimentation in the area have increased, making the river shallow and narrow.
The problem detected in the survey is low participation of the focal people in environmental management so that links between upstream and downstream areas have not been properly developed. This situation could endanger efforts to meet area people's need for water, in upstream and downstream areas.
Considering abovementioned problems, questions arose from the survey: (1) How could upstream people participate in developing mechanisms of upstream-downstream links?; (2) What factors support and hinder the development of the mechanisms of DAS Cidanau's upstream-downstream links?. This survey had two objectives (1) Promotion of upstream people's participation in the mechanisms of upstream-downstream links; (2) Adequate knowledge about the potentials and constraints in the development of the mechanisms of upstream-downstream links.
This survey was carried out using qualitative-quantitative approaches, and descriptive-analytical and survey methods. The survey took two months for completion, January-February 2004, in Citaman Village, Ciomas District, Serang Regency, Banten Province. Data collection used questionnaires, secondary data collection and literature study. The population surveyed was Citaman villagers. Sampling method used in the survey was a mixture between purposive sampling that was meant to decide survey location and random sampling for deciding respondents. Variables used for the survey were participation, water demand, incentives and information.
From survey results, a conclusion was drawn: (1) The level of participation in developing mechanism of DAS Cidanau's upstream-downstream links at category medium and related to people's water demand and incentives; (2) Incentives system can be encourage them to develop mechanisms of upstream-downstream links and information limitedness for the upstream people can be constraint provided to develop mechanisms of upstream-downstream links.
Number of References: 39 (1962-2004)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11937
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Firdaus
"ABSTRAK
Sungai merupakan cekungan panjang yang menampung aliran permukaan yang bersumber dari curah hujan dalam suatu DAS dan aliran bawah permukaan. Menurut teori geomorfologi, bentuk DAS suatu sungai akan tergantung pada massa air yang bergerak di atasnya sebagai gaya eksogen yang bekerja pada DAS, disamping gaya endogen bumi yang membentuk rupa kulit kerak bumi.
Di lain pihak, secara rasional dimaklumi bahwa adanya hubungan antara perubahan tataguna lahan dengan besar aliran sungai. Luas DAS menentukan seberapa besar larian permukaan yang ditampung menjadi aliran sungai dan tataguna lahan menentukan seberapa besar hujan yang berinfiltrasi ke dalam tanah.
Karya tulis ini mencoba untuk mengetahui apakah bentuk hubungan antara luas DAS dan aliran sungai berubah bersama dengan waktu. Apabila ada perubahan, maka hal ini berarti bahwa teori geomorfologi hanya berlaku untuk kondisi DAS yang tidak berubah.
Metode yang digunakan untukmencari korelasi antara luas DAS dengan besar aliran, digunakan dengan regresi linear sederhana antara logaritma luas DAS dan logaritma aliran. Data besar aliran yang digunakan sebagai bahan studi adalah besar aliran ekstrem tahunan, aliran harian, dan aliran rata-rata tahunan. Dengan cara ini akan didapatkan bentuk korelasi yang berbeda tiap tahun. Dari perbedaan ini dapat dicari mengenai pengaruh perubahan tataguna lahan terhadap perbedaan bentuk korelasi ini."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S34997
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elang Nur Reiz M. N. Insaani
"Sungai Citarik menjadi salah satu percontohan nyata dari permasalahan pencemaran sungai. Selain karena perkembangan wilayah industri di kecamatan Rancaekek dan sekitarnya yang merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai Citarik. Mayoritas penggunaan lahan sebagai wilayah pertanian yang sangat masif juga menjadi salah satu penyebab utamanya. Di antara berbagai jenis kandungan pada badan sungai, BOD dan TSS merupakan salah satu indikator utama yang patut untuk diberi perhatian lebih. Nilai BOD di 14 titik pemantauan sepanjang sungai Citarik berada pada kisaran 0,3 mg/L-14,7 mg/L untuk nilai rataan, dan 1 mg/L-31 mg/L untuk nilai maksimum. Adapun kandungan TSS berada pada kisaran 20 NTU-51,3 NTU untuk nilai rataan, serta 20 NTU-88 NTU untuk nilai maksimum Penelitian ini bertujuan untuk menyimulasikan hidrolika Sungai Citarik menggunakan HEC-RAS, mengidentifikasi dan mengkuantifikasi besaran pencemar BOD dan TSS yang masuk ke badan air Sungai Citarik, menyimulasikan kualitas air Sungai Citarik berupa BOD, dan TSS dengan menggunakan HEC-RAS, mengevaluasi kesesuaian dari program Citarum Harum dalam penanganan limbah BOD dan TSS di sungai Citarik. Pada penlitian ini, menggunakan metode HEC-RAS. Proporsi sumber pencemar pada Sungai Citarik yang terdiri dari limbah domestik, industri, dan tata guna lahan terhadap timbulan beban BOD ke Sungai Citarik yaitu: limbah domestik sebesar 78,12%, limbah tata guna lahan sebesar 21,77%, serta limbah industri sebesar 0,12%. Adapun untuk timbulan beban TSS yaitu: limbah domestik sebesar 98,86%, limbah tata guna lahan sebesar 1,05%, serta limbah industri sebesar 0,09%. Meski industri memiliki proporsi kontribusi beban pencemar yang sangat rendah dibandingkan dua jenis sumber lainnya, namun beban pencemar industri dapat meningkatkan konsentrasi BOD Sungai Citarik hingga sebesar 6 mg/L pada lokasi titik pembuangannya. Sumber limbah domestik ke Sungai Citarik berasal dari 3 wilayah Kabupaten yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, dan Kabupaten Sumedang. Kondisi kualitas Sungai Citarik belum memenuhi Baku Mutu Kelas II sepanjang keseluruhan segmen. Keberadaan program pada Rencana Aksi Citarum belum mampu memperbaiki kualitas Sungai Citarik secara signifikan.

The Citarik River is a real example of the problem of river pollution. Apart from the development of industrial areas in the Rancaekek sub-district and its surroundings, which are part of the Citarik River Basin. The majority of land use as a very massive agricultural area is also one of the main causes. Among the various types of content in river bodies, DO, BOD and TSS are one of the main indicators that deserve more attention. DO values ​​at 14 monitoring points along the Citarik river are in the range of 6.3 mg/L-12.2 mg/L for the average value, and 7.8 mg/L-13.43 mg/L for the maximum value. Then the BOD value is in the range of 0.3 mg/L-14.7 mg/L for the average value, and 1 mg/L-31 mg/L for the maximum value. The TSS content is in the range of 20 NTU-51.3 NTU for the average value, and 20 NTU-88 NTU for the maximum value. Citarik River water body, simulating the water quality of the Citarik River in the form of BOD, and TSS using HEC-RAS, evaluating the suitability of the Citarum Harum program in handling BOD and TSS waste in the Citarik river. In this study, using the HEC-RAS method. The proportion of pollutant sources in the Citarik River consisting of domestic, industrial, and land use waste to the generation of BOD loads to the Citarik River, namely: domestic waste of 78.12%, land use waste of 21.77%, and industrial waste of 0 .12%. As for the generation of TSS loads, namely: domestic waste of 98.86%, land use waste of 1.05%, and industrial waste of 0.09%. Although the industry has a very low proportion of the contribution of the pollutant load compared to the other two types of sources. However, the industrial pollutant load has a significant effect on the point of discharge to the Citarik River so that it can increase the BOD concentration by 6 mg/L. Sources of domestic waste to the Citarik River come from 3 regencies, namely Bandung Regency, Garut Regency, and Sumedang Regency. The quality condition of the Citarik River has not met the Class II Quality Standard throughout the entire segment. The existence of the program in the Citarum Action Plan has not been able to significantly improve the quality of the Citarik River."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Atmanto
"ABSTRAK
Pencemaran lingkungan sungai, lebih disebabkan oleh faktor perilaku manusia (sosial). Bila hal ini tidak dilakukan perbaikan, maka keberlanjutan sungai dan ekosistemnya dikhawatirkan akan mengalami kehancuran dalam waktu tidak terlalu lama, Pemerintah telah berupaya mengatasi kerusakan daerah aliran sungai di antaranya adalah Prokasih. Namun belum ada tanda perbaikan bahkan kualitas lingkungan sungai makin kritis. Apalagi pengelolaan sungai di Indonesia masih menggunakan konsep hidraulik murni, yang menimbulkan masalah baru, kerusakan ekosistem sungai dan bencana. Namun bila Eko-hidraulik diterapkan di Indonesia, sulit berhasil tanpa melibatkan masyarakat. Indonesia mempunyai potensi modal sosial yang cukup kuat dan pemberlakuan otonomi daerah berasaskan demokrasi dan berkeadilan memberikan ruang peran serta masyarakat.
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji baik sccara teoretis maupun praktis dan memberi pemikiran tentang model pendekatan S0550-hidraulik pada masyarakat daerah aliran sungai dalam mengelola kualitas air sungai. Penelitian ini dilakukan di bantaran Sungai Ciliwung DKI Jakarta dan bantaran Sungai Citarum Kabupalen Bandung Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan: pertama, kelompok masyarakat bantaran Sungai Citarum Bandung Jawa Barat telah melakukan penerapan Sosio-hidraulik lebih tinggi (80%) dalam mengelola kualitas air sungai dibandingkan dengan kelompok masyarakat bantaran Sungai Ciliwung Jakarta (44,7%). Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat kandungan unsur pendekatan Sosio-hidraulik yaitu : pelestarian fungsi sungai, partisipasi stakeholders, ekonomi sumberdaya air, pemberdayaan masyarakat dan pengembangan budaya air masyarakat lokal yang diterapkan oleh kelompok masyarakat dalam mengelola kualitas air sungai. Kontribusi unsur pendekatan Sosio-hidraulik oleh masyarakat terhadap pengelolaan Iingkungan slmgai di dua lokasi penelitian adalah 38,50%. Kedua, model system dynamics dapat mengkonstruksi diagram sistem Sosio-hidraulik dan subsistem yang lain seperti dukungan pemerintah, dan dukungan swasta (dunia usaha) yang dapat menganalisis perbaikan kualitas air sungai. Simulasi akhir model ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan Sosio-Hidraulik (l00%) oleh stakeholders yang didukung oleh pemerintah (l00%) dan dunia usaha yang dilaksanakan secara konsisten Serta dilaksanakan serentak oleh seluruh stakeholders daerah aliran sungai hulu-hilir (terpadu), akan menghasilkan perbaikan kualitas air sungai setelah 18 tahun. Hasil penelitian ini berimplikasi terhadap: 1) penguatan pemberlakuan konsep Sosio-hidraulik dalam pengelolaan kualitas air sungai yang berbasis masyarakat, 2) Pengakuan pemerintah atas kemampuan masyarakat mengelola kualitas air sungai, 3) Sistem pengelolaan sumberdaya berbasis komunitas (Community Based Resources Management- CBRM) harus disempurnakan menjadi ISBRM (Integrated Socio-hydraulics Based Resources Management).

ABSTRACT
The caused ofthe polluting that happens on the river was human ?s behaviour (social responsibility. If the reparation has not been done, then the river and its ecosystem continuity will faced the damage in near time. The government has tried to fx the damage ofthe river-basin. But, there are still no signs that it will be better though the river environment quality is getting worse. It was because the managing of the river in Indonesia is still using the pure hydraulics concept which caused the damaged of the river ecosystem and disaster. lf the Eco- Hydraulics has been applied in Indonesia, it will be difficult to be done without the involvement of the Socio-Hydraulics. while Indonesia has many strong potential social capital. The provisions of the autonomy region based on democracy and justice has given rooms to participate by citizen.
The aims of this research are to examine and to give ideas about approaching model jbr Socio-Hydraulics in managing the quality of the river water in continuity. This research was done on Ciliwung Watershed DKI Jakarta and Citarum Watershed Bandung West Java. The result ofthe research shown that first, the citizen of Citarum Watershed Bandung West Java were more succeed through the Socio-Hydraulics approach than the citizen of the Ciliwung Watershed Jakarta The Inplementation of Socio-Hydraulics respondence level on Citarum Watershed Bandung West Java groups has higher score (80%) than the Socio-Hydraulics respondence level on Ciliwung Watershed Jakarta (44. 7%). Next is, the result of analyses shown that there are Socio-Hydraulics approach elements such as: the continuity of river water junction, stakeholder 's participants, the economy water source, the involvement of society and the local culture development in reaching the succeed of the river environment quality improvement that has been done by the groups of society who ?s lived in the river basin. The contribution of the Socio-Hydraulics approach elements to the succeeding of the managing river environment in two research location were 38.50% Second the system dynamics model can be constructed the diagram system of Socio-Hydraulics and others subsystem such as the government support, the involvement of the sociegf and the privates support, so that the river water quality improvement can be anabfsed This last simulation model has shown that the application of the Socio- Hydraulics approach (l00%) by the stakeholders with the support #om the government (1 00%) and the privates (industry) that will be done in consistently and it will be done at the some time by all stakeholders of the river area (integrateaD, will produce the improvement of the river water quality ajter l8 years. This research result has imply to the policies of I) The supervision of Socio-Hydraulics concept in river water quality management on society base, 2) The government recognition to the society ability in managing the river water quality, and 3) The community based resources management (CBRM) must be completely to be integrated Socio-hydraulics based resources management (ISBRM).
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
D1894
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taqyuddin
"Bangunan air di DAS Ciliwung sebagai obyek penelitian atau sebagai kebudayaan materi yang diteliti secara arkeologi tanpa melakukan penggalian. Berdasarkan konsep pengelolaan sumberdaya air di suatu DAS yang dikemukakan Asdak (1995), bangunan air tersebut dalam pembahasannya dikaitkan dengan karakteristik lingkungan abiotik DAS Ciliwung. Dengan mengkaji keterkaitannya diharapkan dapat menjelaskan upaya pengelolaan sumberdaya air di DAS Ciliwung yang dilakukan pada masa kolonial (dalam hal ini penekanannya pada keahlian teknik mengatur air atau water engineering).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada masa kolonial sudah melakukan pengaturan sumberdaya air di DAS Ciliwung. Pengaturan yang dilakukan yaitu dengan tujuan untuk rnengendalikan banjir di Batavia, untuk keperluan pengairan lahan perlanian dan keperluan kebutuhan air bersih kota. Dengan memperhatikan keberadaan banguan air yang ditemukan di wilayah hilir (di sekitar kota Batavia) yang merupakan dataran rendah menunjukkan fungsi pengelolaan bangunan air tersebut kecenderungannya untuk menanggulangi banjir. Dan bangunan yang ada di hulu pengelolaannya dengan tujuan untuk menghambat dan menyalurkan sebagian air Ciliwung ke saluran-saluran irigasi agar tidak seluruhnya mengalir ke hilir. Bagian tengah DAS hanya sebagai pelintasan saja tidak ditemukan bangunan air yang memiliki tujuan yang sudah disebutkan di atas.
Dapat disimpulkan bahwa pengaturan yang dilakukan belum menyelesaikan permasalahan secara jangka panjang, dan menyeluruh dari ancaman air melimpah di wilayah hilir di Batavia, jika dinilai dengan menggunakan konsep Asdak (1995) yang menyatakan bahwa bagian hululah yang diprioritaskan untuk dikelola karena sangat mempengaruhi bagian tengah dan hilirnya. Dan pengaturan yang dilakukan pada masa kolonial menunjukkan kecenderungan budaya penanganan dari pada budaya pencegahan dengan dibangunnya bangunan air di wilayah hilir. Hal ini terbukti bahwa lingkungan fisik di bagian hulu dan tengah yang berpotensi mengirim air dengan jumlah besar ke hilir ternyata diatur dengan dua bangunan air yang kapasitasnya terbatas."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11822
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: ASCE, 1996
627.12 RIV
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Fauzi
"Pada umumnya untuk mendapatkan debit sungai rata-rata, maksimum atau minimum dari daerah aliran sungainya sangat sulit sekali kalau tidak ada data curah hujan pada suatu jangka waktu tertentu, ataupun tidak ada pengukuran debit secara langsung di lapangan dengan jangka waktu tertentu. Untuk kondisi itu maka diperlukan suatu bentuk pendekatan yang berlaku pada suatu luasan daerah aliran sungai agar didapat suatu korelasi yang dapat digunakan untuk memperkirakan debit sungai pada setiap waktu, mengingat luas daerah aliran sungai itu mudah mendapatkannya. Korelasi tersebut dinyatakan dalam suatu persamaan bentuk korelasi yang dapat mewakili hubungan debit pada suatu daerah aliran sungai dengan luas daerah pengaliran sungai tersebut. Daerah aliran sungai ( luas daerah aliran sungai) akan dianggap sebagai suatu sistem, sehingga masukan dan keluaran dari sistem tersebut mempunyai korelasi. Persamaan bentuk korelasi tersebut akan menjadi suatu bentuk model matematis, dan didapatkan melalui pendekatan empiris dengan menggunakan perangkat statistik regresi. Skripsi ini ditujukan untuk meneliti persamaan bentuk korelasi debit dan luas daerah aliran sungai pada sungai Citanduy dan sungai Ciujung."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S34897
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>