Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125601 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reza Ajiputra
"CALM buoy adalah salah satu bangunan lepas pantai dengan tipe sistem penambatan kapal yang dikenal dengan SPM. CALM buoy menggunakan pola penambatan menyebar dengan beberapa titik jangkar yang berguna yang fungsinya tidak hanya menjaganya tetap bertahan di posisi awalnya namun juga memberikan fleksibilitas kepada sistem ketika mengalami beban yang besar yang disebabkan oleh kapal yang tambat dan juga beban-beban lingkungan. Pada umumnya CALM buoy memiliki 4 hingga 16 rantai tambat, namun regulasi terbaru dari OCIMF mengharuskan penggunaan minimum 6 rantai tambat berlaku untuk bangunan buoy yang terbaru. Sementara CALM buoy 35000 DWT milik PT PERTAMINA UP VI dengan 4 rantai tambat direncanakan untuk dipindahkan keperairan yang lebih dalam dari 14 m ke 22 m. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kapabilitas buoy dalam mendukung tanker ketika proses bongkar muat, khususnya pada saat kondisi laut dengan surut yang terendah yang menyebabkan pengurangan jarak aman lunas kapal ke dasar laut. Pemindahan buoy ke laut yang lebih dalam telah diprediksi akan memberikan beban yang lebih besar bagi buoy sehingga dipertimbangkan untuk dilakukan modifikasi pada konfigurasi rantai. Sehingga modifikasi yang dilakukan tidak hanya menggunakan 4 titik jangkar, namun juga dipersiapkan untuk 6 dan 8 titik jangkar sekaligus berkaitan dengan adanya rencana pembelian buoy yang baru dalam jangka watu yang belum ditentukan. Sehingga titik jangkar yang sudah ada dapat dipergunakan lagi ketika bouy yang baru datang. Untuk memilih konfigurasi yang sesuai maka harus dihitung besarnya tegangan rantai dan respon gaya pengembali dari setiap konfigurasi, dilakukan secara iteratif menggunakan persamaan catenary dengan pendekatan kuasi statik dengan arah beban horizontal dan vertikal. Hasil akhir yang diharapkan adalah menemukan konfigurasi baru yang sesuai, posisi titik jangkar, tipe jangkar yang dipilih dan arrangement dari rangkaian.

CALM buoy is a kind of offshore structures which use mooring systems called SPM. CALM buoy has spreading mooring pattern with several anchor points, its function is not only to hold its position but also to gives flexibilty to the system when suffer a huge loads caused by a moored tanker and environmental loads. Regularly CALM buoy has 4 to 16 mooring line, but the newest OCIMF regulation require the use of minimum 6 mooring lines for a brand new building. Mean while PT PERTAMINA's CALM buoy 35000 DWT which use 4 mooring lines was been planned to be relocated to a deeper sea from 14 m to 22 m water depth. Its main pupose was to increase the capability of buoy to support the tanker when running a loading or an unloading operation, especially when the sea condition is in its lowest tides that cause reduction in save clearence distance from ships keel to sea bed. It was been predicted before that the buoy's relocation process to the deeper sea will cause bigger loads to the buoy, so that it was considered to modify its mooring lines configuration. Thus, modification will be prepared not only with 4 anchor points but also 6 and 8 points, also related to the purchasing of the new building in the future at unknown time, so that the anchor points can be re use when the new one comes. To choose an appropriate configuration we must know the tension dan the respons of restoring force from the system in each configuration. The calculation will be done iteratively using catenary equations with quasi-static approach using vertikal loads and horizontal loads as its variable. The expected result is to find an approriate new configuration, anhor points, the anchors type, and the arrangements of the mooring lines."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S38065
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"CALM Buoy is one of the offshore structure which is used for loading/unloading liquid cargo to/from
oil tanker from/to onshore facilities. This paper will analyze the relocation process of 35,000 DWT front
14 m depth to 22 m depth. The relocation of CALM Bouy needs some configuration changes in its
mooring system due to changes of environtmental factors and future requirements for minimum 6 legs
mooring. So that its anchors and other configuration can be reused For this purpose three preliminary
modifications are proposed i.e. 4-4, 6-4, and 8-4, each of the configuration is then calculated for their
chain tension and restoring forces. iterative calculation is carried out using catenary equation with quasi
static approach on horizontal and vertical load directions. The objective of this analysis is to obtain a
new suitable configuration, anchor position and anchor type for the mooring leg arrangement.
"
Jurnal Teknologi, 21 (4) Desember 2007 : 256-264, 2007
JUTE-21-4-Des2007-256
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ardian
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T40580
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amrina Roosyada
"Sehubungan dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia nomor 56/PERMEN-KP/2014 tentang moratorium perizinan usaha tangkap di wilayah perairan Indonesia dan 57/PERMEN-KP/2014 tentang pelarangan alih angkut muatan di laut yang menyebabkan beberapa kapal angkut ikan berhenti beroperasi. Sebagai salah satu solusi agar kapal dapat beroperasi kembali adalah dengan utilisasi kapal angkut ikan dengan cara memodifikasi kapal menjadi kapal angkut penumpang dan barang. Sebelum pelaksanaan utilisasi, diperlukan studi untuk mengetahui kelayakan investasinya. Kelayakan investasi tersebut dapat dinilai dari manfaat ekonomi maupun non ekonomi dari hasil modifikasi kapal di masa yang akan datang. Dengan menggunakan analisis metode-metode umum kelayakan investasi, maka dapat diketahui modifikasi kapal angkut ikan ini layak untuk dilaksanakan.

In relation by the release of Minister Regulation of Maritime Affairs and Fisheries Republic of Indonesia Number 56 / PERMEN-KP / 2014 about moratorium licensing of fish catching in Indonesian waters, and Number 57 / PERMEN-KP / 2014 about banning transshipment at sea, causing several fish carrier vessels to stop operatin. As one of a solution so that the ship can resume operations, was then conducted a utilization of fish carrier vessel by modifying the ship into a cargo passenger vessel. Prior to the implementation of the utilization, is needed a study to determine the feasibility of the investment. The feasibility of the investment can be assessed from the economic and non-economic benefits of the modified vessel for the future.Using feasibility of investment analysis, it is known that the modification of fish carrier vessel is feasible."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S61946
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadine Hendrietta
"Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pelabuhan terbesar di Indonesia kian mengalami peningkatan produktivitas kontainer dan membutuhkan pengembangan kawasan sehingga dilakukanlah pembangunan NewPriok Port sesuai dengan Perpres No.36 Tahun 2012, yang nantinya akan memiliki kapasitas dua kali lebih besar. Seiring dengan aktivitas pelabuhan yang semakin padat, akses jalan di sekitarnyapun terkena imbas, yakni terjadi kemacetan, sehingga dibutuhkan moda transportasi alternatif untuk menunjang pendistribusian barang, terutama dari Tanjung Priok ke Cikarang sebagai daerah hinterland yang berperan penting untuk mendongkrak produktivitas pelabuhan. Dengan menghitung tingkat pelayanan jalan akses Pelabuhan Tanjung Priok serta melakukan perbandingan kapasitas dan tarif pengangkutan kontainer, dapat diketahui salah satu moda transportasi yang mampu menjadi alternatif adalah inland access waterway yang menghubungkan NewPriok Port dan Cikarang Dry Port melalui kanal Cikarang Bekasi Laut.

Port of Tanjung Priok as the biggest seaport in Indonesia needs an area development due to the increased of commodity market growth, according to “Perpres No.36 Tahun 2012”, so then begun the construction of NewPriok Port that will be having a capacity doubled than before. As the higher port activity, the road access around could be affected with congestion, so they will need an alternative transport mode to support the distribution of goods, especially from Tanjung Priok to Cikarang, one of its hinterlands that plays an important role to boost the port productivity. By calculating the level of service on Tanjung Priok’s Access Road and calculate the capacity and freight ratio, could be known that one of the transportation mode that can be the alternative way is inland access waterway which connects NewPriok Port and Cikarang Dry Port through Cikarang Bekasi Laut."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S61584
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Fadhatayni
"Seiring dengan semakin meningkatnya trafik kontainer yang terjadi di Tanjung Priok, maka diperlukan area pelabuhan dan hinterland yang memadai untuk menampung arus distribusi yang terjadi setiap harinya. Sebesar 70% dari kontainer tersebut menuju ke dan berasal dari daerah Cikarang dan sekitarnya, sedangkan jalan toll yang telah dibangun dikhawatirkan tidak mencukupi untuk melayani jumlah kontainer dalam beberapa tahun ke depan. Hal ini menyebabkan harus adanya moda transportasi alternatif lain. Inland access waterway dinilai sebagai solusi yang baik untuk permasalahan ini.
Penelitian ini menggunakan metodologi pengumpulan data dari perusahaan-perusahaan yang berkaitan seperti PT. Pengembang Pelabuhan Indonesia dan Balai Besar Wilayah Sungai lalu kemudian dianalisis lebih lanjut. Rencana inland access waterway yang akan dibahas dalam skripsi ini berlokasi di Sungai Cikarang Bekasi Laut yang menghubungkan NewPriok dan Cikarang dengan ukuran sungai yang perlu disesuaikan.

As the container traffic in Tanjung Priok has been increased, an adequate port area and hinterland are needed in order to accommodate the flow distribution which happens everyday. 70% of containers go to Cikarang. However, the nowadays toll road might not able to serve more containers in the next couple of years. That is why we need other alternative modes of transportation. Inland access waterway is considered as the best solution for this issue.
This study uses the methodology of collecting data from the related companies such as PT. Pengembang Pelabuhan Indonesia and Balai Besar Wilayah Sungai and then analyzed it. The inland access waterway plan that will be discussed in this thesis is located in Cikarang Bekasi Laut river which connects NewPriok and Cikarang with size that is need to be adjusted.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62194
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haura Rasya Maharani
"Dalam era digital saat ini, Indonesia mengalami pergeseran signifikan dalam metode pembayaran dari tunai ke non-tunai. Bank Indonesia bersama Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) meluncurkan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) untuk memfasilitasi pembayaran kode QR di Indonesia. UMKM yang juga mendominasi merchant pengadopsi QRIS, memiliki andil besar terhadap perkembangan perekonomian Indonesia di masa mendatang. Ditinjau dari jenis usaha, salah satu sektor UMKM terbesar adalah industri kuliner, 70% dari UMKM di Indonesia bergerak di industri pangan atau kuliner. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi niat perpindahan metode pembayaran dari tunai ke QRIS pada UMKM bidang kuliner dari perspektif pelaku usaha dengan menggunakan framework Push-pull-mooring (PPM). Melalui framework ini, faktorfaktor yang memengaruhi niat beralih pengguna dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu faktor yang mendorong (push), menarik (pull), dan menghambat (mooring). Penelitian ini menggunakan analisis data dengan Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLSSEM), melibatkan 227 responden valid yang merupakan pelaku usaha UMKM di bidang kuliner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang push perpindahan metode pembayaran dari tunai ke QRIS pada UMKM bidang kuliner meliputi perceived risk, transaction inconvenience. Faktor pull perpindahan metode pembayaran meliputi ease of use, mobile usefulness, social influence, dan QRIS perceived benefit. Faktor mooring yang menghambat perpindahan metode pembayaran meliputi perceived distrust dan perceived switching cost. Kegunaan aplikasi QRIS memengaruhi niat beralih pelaku usaha untuk menggunakan QRIS secara signifikan, sehingga penyedia layanan QRIS diharapkan meningkatkan kualitas fitur notifikasi dan riwayat transaksi. Dengan demikian, pelaku usaha dapat lebih mudah memantau dan mengelola transaksi mereka, meningkatkan efisiensi operasional sehari-hari.

In today's digital era, Indonesia is experiencing a significant shift in payment methods from cash to non-cash. Bank Indonesia, together with the Indonesian Payment System Association (ASPI), launched the Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) to facilitate QR code payments in Indonesia. MSMEs, which dominate merchants adopting QRIS, play a significant role in the future development of the Indonesian economy. Among various business types, the culinary industry stands out, with 70% of MSMEs in Indonesia engaged in food or culinary activities. This study aims to identify factors affecting the switching intention of payment methods from cash to QRIS in culinary MSMEs from the perspective of business owners' using the Push-Pull-Mooring (PPM) framework. Through this framework, the factors influencing user switching intentions are categorized into three groups: push factors, pull factors, and mooring factors. This research employs Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM) for data analysis, involving 227 valid respondents who are MSME business owners' in the culinary field. The results indicate that the push factors for shifting payment methods from cash to QRIS in culinary MSMEs include perceived risk and transaction inconvenience. Pull factors include ease of use, mobile usefulness, social influence, and QRIS perceived benefit. Mooring factors that hinder the switch include perceived distrust and perceived switching cost. The usefulness of the QRIS application significantly influences business actors' intention to switch to QRIS. Therefore, QRIS service providers are encouraged to improve the quality of notification features and transaction history, enabling businesses to monitor and manage their transactions more effectively and improve daily operational efficiency."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samodero Mahardika Patria
"Kapal dengan lambung pentamaran merupakan kapal yang memiliki keuntungan diantaranya adalah ukuran sarat yang lebih kecil, ukuran deck yang lebih luas, dan hambatan yang relatif lebih kecil dibandingkan kapal dengan bentuk lambung monohull dengan dimensi yang sama. Penelitian yang dilakukan pada jenis lambung pentamaranini masih jarang dilakukan, padahal kapal pentamaran ini masih bisa dioptimalkan lagi penggunaannya pada segi hambatan dengan rekayasa yang dilakukan pada bentuk lambung, konfigurasi, dan variasi posisi peletakan lambung. Pada penelitian ini akan dilakukan eksperimen uji tarik untuk mengetahui konfigurasi stagger, clearance, dan kondisi trim yang secara umum paling baik dilihat dari nilai hambatan dan faktor interferensinya. Kapal pentamaran yang digunakan berbentuk outrigger dengan mainhull Wigley dan sidehull Wigley dan Transom. Variasi stagger yang diberika nadalah 0,35 dan 0,40 serta clearance 1,05; 1,20; 1,35; dan 1,50 pada kondisitrim 0; -0,5; dan -1. Hasil eksperimen memberikan outrigger pentamaran denganstagger 0,35 dan clearance 1,35 pada kondisi tanpa perlakuan trim memberikanhasil yang paling baik.

Pentamaran hull is a newly introuduced ship that has many advantages such as smaller draft, wider deck area, and reduced resistance compared to a monohull with same dimensions. Research on pentamaran is not very popular these days, even though there are so many changes in hull shape, configuration, and hull positioning variation which can be done to achieve optimization. In this research, experiment will be called to determine the most beneficial stagger, clearance, and trim configuration in terms of total resistance and interference factor. The hull shape of pentamaran that is used in this experiment is an outrigger pentamaran with Wigley mainhull and Wigley Transomside hull. Stagger variations used in the experiment are 0.35 and 0.40 clearan cevariations are 1.05, 1.20, 1.35, and 1.50 with trim conditions given by 0 0.5 and 1. The result of this experiment shows outrigger pentamaran with 0.35 stagger and 1.35 clearance configuration without trim condition gives the most beneficial result related to reduced resistance and interference factor."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Azwin Alfarizsy
"Pentamaran merupakan salah satu jenis kapal yang memiliki beberapa keuntungan dibandingkan kapal dengan tipe monohull dengan dimensi yang sama, di antaranya adalah ukuran sarat yang lebih kecil, ukuran deck yang lebih besar, tingkat kestabilan yang lebih baik, serta hambatan yang relatif lebih kecil. Kapal pentamran memiliki potensi yang besar untuk pemakainnya dengan mempertimbangkan keunggulannya. Rekayasa bentuk lambung, konfigurasi, dan variasi peletakan lambung masih dapat di teliti untuk dioptimalkan. Pada penelitian kali ini, uji tarik dilakukan untuk mengetahui hambatan dan faktor interferensi terbaik diantara konfigurasi stagger, clearance, dan kondisi trim yang telah ditentukan. Kapal pentamaran yang digunakan berbentuk outrigger dengan mainhull wigley dan sidehull wigley. Variasi stagger yang diberikan adalah 0.35 dan 0.40. Clearance yang digunakan adalah 1.05, 1.20, 1.35 dan 1.50. Kondisi trim yang digunakan pada pengujian adalah 00; -0.50; dan -10. Hasil eksperimen yang ditunjukkan outrigger mainhull wigley dan sidehull wigley pentamaran dengan stagger 0,40 dan clearance 1.20 pada kondisi trim -0.50 menunjukkan hasil yang paling baik.

Pentamaran is one type of vessel which has better adventeges than monohull with same dimensions, such as a smaller draft, larger deck sizes, better stability levels, and smaller resistant. Pentamaran has great potential for usage by considering their superiority. Hull Form Engineering, configuration, and variation of hull placement can still be observe to be optimized. In this research, towing tests were performed to determine the best resistant and interference factor at stagger configuration, cleareance configuration and trim conditioning that has been specified. The outtriger using wigley mainhull and wigley sidehull. The variations of stagger was 0.35 and 0.40. Clearance used is 1.05, 1.20, 1.35 and 1.50. The trim conditions which used in this research was 00 0.50 and 10. The experiment results shown that outrigger wigley mainhull and wigley sidehull pantamaran with 0.40 stagger and clearance 1.20 under trim conditions 0.50 showed as the best results."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rian Joshua Yones
"Kapal pentamaran merupakan desain kapal yang memiliki banyak keunggulan seperti rasio tonnase dengan sarat air yang baik, ukuran dek yang lebar dan hambatan yang relatif kecil karena bentuk lambungnya yang ramping. Hambatan pada kapal pentamaran masih dapat dioptimalkan dengan rekayasa yang dilakukan pada bentuk lambung, konfigurasi dan variasi peletakan dari tiap lambung. Pada penelitian ini akan dilakukan eksperimen untuk mengetahui konfigurasi stagger, clearance dan trim yang paling menguntungkan dari kapal pentamaran outrigger. Konfigurasi yang menguntungkan dapat dilihat dari nilai hambatannya dan faktor interferensi yang dihasilkan oleh interaksi gelombang buatan antar lambung. Pentamaran outrigger yang diujikan terdiri dari mainhull dengan transom dan sidehull campuran bentuk lambung wigley dan bentuk lambung stern transom. Pengujian akan dilakukan dengan variasi stagger 0.35 dan 0.40 dan clearance 1.05, 1.20, 1.35, 1.50 dengan perlakuan trim 0.0, -0.5, dan -1.0. Hasil eksperimen menunjukan konfigurasi dengan stagger 0.40, clearance 1.05 tanpa perlakuan trim merupakan konfigurasi yang paling menguntungkan.

Pentamaran ship is a design of a ship that has many advantages such as good ratio between tonnage and draft, wide deck size and relatively small resistance due to the slender form of the hull. Resistance of the ship can still be optimized with the engineering done on the form of hull, configuration and variation of the placement of each hull. In this research, experiment will be conducted to find out the most advantageous stagger and clearance configuration of outrigger pentamaran ships. The most advantageous configuration can be seen from its resistance and the interference factor generated by interactions of wave created by each hulls. Outrigger pentamaran that has been tested composed by mainhull with transom and sidehull mixed by wigley hullform and stern transom hullform. The test will be performed with stagger variations 0.35 and 0.40 and clearance 1.05, 1.20, 1.35, 1.50 with additional trim treatment 0.0, 0.5, and 1.0. The experimental results show configuration with stagger 0.40, clearance 1.05 without trim is the most advantageous configuration."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>