Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 120234 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Natasya Deviyani
"Tingkat persaingan yang tinggi dan tingkat tuntutan pasien yang semakin meningkat kian hari membuat berbagai rumah sakit terus melakukan upaya untuk rnemberikan bentuk-bentuk pelayanan prima. Sebagai salah satu rumah sakit yang beroperasi di Jakarta Selatan, RS X selalu berupaya meningkatkan kualitas pelayanannya. Instalasi Radiologi, yang merupakan Salah satu lnstalasi dalarn RS X, juga beroperasi dengan kerangka pikiran kualitas.
Tingkat kegagalan dan pengulangan foto rontgen, yang berkaitan langsung dengan jumlah penggunaan film, merupakan salah satu ukuran kinerja dalam Instalasi Radiologi, karena selain memiliki pengaruh langsung dengan kepuasan pasien, juga pada biaya yang harus dikeluarkan. Untuk mengukur kinerja Instalasi Radiologi RS X secara obyektif dan mengidentifikasikan usaha dan solusi peningkatan kinerja yang efektif digunakan metode Sir Sigma. Sb: Sigma merupakan suatu pendekatan terhadap kualitas yang disiplin terhadap fakta dan data. Saat ini Six Sigma sudah banyak diaplikasikan di industri manufaktur dan mulai populer di industri jasa, seperti rumah sakit.
Hasil dari penelitian ini meliputi berbagai hal, di antaranya analisa kapabilitas proses dan usulan solusi peningkatan kualitas dan pengendalian kinerja.

The high level of competition and patients’ demands has forced hospitals to continuously strive on improving their quality of service. As one of the hospitals operating in South Jakarta, Hospital X is always in search of ways to improve its quality of service. Radiology Installation, being one ofthe installations operating in Hospital X, is thus working in a quality mindset.
X-ray photo reject and repeat rate, directly related to the usage of Ehns, is one of the measures of perfomiance in the Radiology Installation, for it has a direct effect both to the installation’s customers’ satisfaction level and the expenditure level. To obtain an objective performance measurement and to identify potential Solutions to the existing problems, a method called Six Si grna is deployed- Six Sigma is an eifective approach to quality that grotmds its deployment in a most disciplined fashion on hard facts and data. Today, Six Sigma is already a popular approach in the manufacturing industry, and it is gaining prominence in the services industry, such as hospitals.
The results that can be expected from this research will include a process capability analysis and recommendations for quality improvements and performance control.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S50080
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rully Hendra Wijaya
"Kualitas adalah elemen terpenting dalam parsaingan dunia bi5ni5 saat ini. Perusahaan yang mampu bersaing adalah perusahaan yang mempunyai proses bisnis yang berkualitas tinggi dan mampu memenuhi keinginan pelanggan Salah satu hal yang sangat eral kaitannya dengan kualitas adalah Six Sigma.
Six Sigma merupakan konsep peningkatan kualitas yang b_Clff0k\lS kepada pemenuhan kebutuhan kritis pelanggan dengan cara mengurangi tingkat cacat. Pemsahaan-perusahaan kelas dunia menjadikan Six Sigma sebagai suatu standar karena kemampuannya untulc mencapai 3,4 cacat per juta peluang-. Six Sigma melakukan S fasc untuk mencapai tingkat kegagalan nol, Define - Measure -Analyze - Improve - Control (DMAIC).
Pada penelitian ini, peneliti akan mencoba menerapkan konsep Six Sigma melalui 5 fase DMAIC-padaproses bisnis di Departemen Weaving. Penelitian-bertujuan untuk mengurangi tingkat cacat pada kain Grey yang merupakan masalah utama yang sering terjadi pada Departemen ini.
Hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa rata-rata proses di Departemen Weaving menghasilkan nilai sigma sebesar 3,71 dengan tingkat Defect Per Million Opportunity sebesar 13.655._ Hasil ini juga sebanding dengan nil i indeks kapabilitas proses sebesar 1,235. Hasil ini dapat menjadi tolak ukur untuk melakukan perbaikan hingga mencapai perusahaan kelas dunia.

In the present day, quality is the most important element in global business competition. Only company that has high quality business process and the ability to satisfy customer's needs could be compete and stay exist. One of' issue that closely related to quality is Six Sigma.
Six Sigma is a quality improvement concept that focused o_n fulfilrnent of customefs critical expectation by reducing the level of defect. Six Sigma becomes a standard for world class company, because its ability to achieve up to 3,4 non conformity per million opportunity. Six Sigma's goal is zero defect which is achieve by performing 5 phase, Define - Measure -Analyze - lm prove - Control (DMAIC).
In this research, Six Sigma will be implemented at Weaving Department by performing 5 phase of DMAIC Its goal to reduce Grey Fabric's Defect Level which are the main problem and frequently-occurred at this Department.
The results of this research pointed that process held at Weaving Department has an average sigma value of 3,71 and the average Defect Per Million Opportunity of 13.655. This result is equivalent to Process Capability Index of 1,235. Management could consider the results to be a baseline for quality improvement to achieve world class company.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S50021
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marliza
"Nowadays, Industries in this world wide are very competitive. The increasing quality ofa product is the main thing to satisfy the customer. One way to improve the quality of a product is by decreasing costs that came from the defect of a product. One methods which is used and succsed in big company in order to decreasing defects ofa product is Six Sigma. SixSigma found by Motorola Cpmpany in about l98O. Six Sigma method describe step by step with Define Measure Improve Control (DMAIC) way to make company more focus to what their aim to.
In this observation, SixSigma is used in assembly process because many defecs are founded in this Process. The product that being observed are running Nike shoes which will be export to whole continent in this world. The aim of Six Sigma implemention in this Subcontractors Nike are decreasing the amount of defects with knowing the value of sigma and yields as a result of processing the quantitative data. Systematically and conlinously the calculation result the categorize of the company level as an average industiy. From the result of the calculation, analyzing by Six Sigma method will somuch helping to determine Risk Priority Number (RPN) from Failure Modes Electrict Analysis (FMEA) which resulted no quality and inspection standard PT. Pralama Abadi Industri."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S50188
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bahrun Afriansyah
"Tulisan ini merupakan suatu pentaburan penerapan metodologi Six Sigma dalam upaya perbaikan proses dengan studi kasus proses pemotongan material dengan mesin Eye Tracer di lini persiapan bahan PT. United Tractors Pandu. Pada psrbaikan proses ini dilakukan penggunaan tahapan Six Sigma yang dikenal sebagai DMAIC (Define-Measure-Analyze-Improve-Control), dimana dalam tiap tahapannya digunakan berhagai kombinasi metode ataupun alat (tools) baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif secara feksibel dan koutekstual. Dengan penggunaan metodologi Six Sigma, dihatapkan akan terjadi perbaikan proses k arah proses tampa cacat (zero defect) atau secara realistis mencapai 3,4 cacat per juta kemuugkinan (DPMO) pada saat suatu proses telah mencapai tingkatan enam sigma (Six Sigma).
Usaha peningkatan kualitas produk ataupun jasa yang ditawarkan kepada konsumen dalam era yang semakin kompelitif merupakan sesuatu yang mutlak perlu untuk dilakukan oleh setiap perusahaan. Demikian pula halnya dengan kuntitas produk yang dihasilkan oleh PT. United Tractors Pandu Produk setengah jadi yang dihasilkan oleh proses pemotongan dengan mesin Eye Tracer pada Lini Persiapan Bahan di perusahaan ini baru mencapai 3 sigma, yang menandakan masih terdapat sekitar 66.800 kejadian cacat dalam satu juta kemungkinan yang ada (DPMO). Banyaknya jumlah kejadian cacat yang ditemukan pads proses pemotongan tersebut, umumnya disebabkan oleh permasalahan metode dan permasalahan permesinan.
Melalui penerapan melodologi Six Sigma, sepedi dalam penelitian ini, diharapkan akan mampu meningkatkan nilai sigma proses pemotongan menjadi 3,5 sigma, yaitu 22-800 kejadian cacat dalam satu juta kCHl H. Peningkatan tersebut dapal diwujudkan melalui pengaplikasian usulan-usulan perbaikan yang berupa pembuatan prosedur standar opcrasi (SOP), perbaikan meja polong, maupun berbagai perbaikan lain yang digabarkan dalam tulisan ini.

This writing will explain in details about the implementation of Six Sigma methodology in order to make an improvement of cutting process by using Eye Tracer cutting machine in material preparation section, PT. United Tractors Pandu. This irnprovement method are using Six Sigma improvement stem which known as DMAIC (Define-Measure-Analyze-Improve-Control). In every those step, there would be a different methods and tools flexibly and eontextually used, which differ into quantitative or qualitative characteristics. By using Six Sigma methodology, we will go to achieve zero defect process or realistically 3,4 defect per million opportunity (DPMO) when the process has gain six sigma level.
All effort to increase a quality of products or services offered to customers was something really need to be done by many companies in this fast growing competitive market, including PT. United Tractors Pandu. As this far, semi finish product produced by Eye Tracer cutting machine which located in material preparation section., still only have 3 sigma in their process capability. This 3 sigma shows that there is a possibility of 66.800 defect was found in a million opportunity (DPMO) of their semi Enish product. The large number of defect found in that cutting process was identiiied mostly caused by cutting method and machinery problem.
By using Six Sigma method in this research, hopefully the company could eliminate those problems, and could increase the sigma capability into 3,5 sigma, which means there would be 22.800 defect occur in a million opportunity- This target of improvement could be realize by implementing the solutions given, like establishing a standard operating procedure (SOP) for cutting process, cutting table changing, and many other solutions proposed.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S50107
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadeak, Renni Rouli
"PT Aneka Star adalah perusahaan manufaklur pembuatan Banking system dan racking system Karma meningkatnya tingkat persaingan industri maka PT. Aneka Star bemsaha meningkatkan kepuasan pelanggan dengan bemsaha memenuhi semua spesiiikasi yang pelanggan. Spesitikasi yang pelanggan inginkan dalam proscs pengecatan seperti ketebalan pengecatan dan tingknt kematangan pengecatan. Metode yang digunakan untuk menekan vmiasi serendah munglcin, digimakan Six Sigma dengan pendekatan statistic, Six Sigma mampu menjadi alat perbaikan l¢l'llS menems. Dengan menggunakan proses yang beijalan saat ini PT. Aneka Star memiliki kemampuan sigma sebesar 3.8 sigma sebagai baseline ldneija tingkax output, dengan analisa mulai dari proses awal pretreatment sampai proses akhir cooling daprat diketahui bahwa kesalahan mama taletak pada proses pretreatment dau proses pengovenan. Sebagai tahap akhir yang dicapai, PT Anekn Star harus membuat suani standar/acuan kerja baku mmtuk pmses pengovennn dan pretreaunent dan juga membuat jadwal preventive mainienance.

PT. Aneka Star is a manufacturer company which made a banking system and a racking system Because ofthe industry competitive level nowadays so PT. Anoka Star ny to increase statisfying of the customer with ny to complete all the specincation of customer want. Speciiication that the customer want such as the thick of painting and the ripe level of painting. Using statistical base approach Six Sigma methodology is a very good tool for reducing variability and for continuous improvement _ Using current production process PT. Aneka Star could reach the sigma capability as 3.8 sigma as a baseline capability in output level, with the analysis start from the beginning process pretreatment rmtil the end process cooling, the main problem could be identified. The main problem are pretreatment process and curing process. As the conclusion, PT. Aneka Star has to make an accurate work standard for curing and pretreatment and also PL Aneka Star has to make a schedule of preventive maintenance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S50005
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Kristina
"CV Expand Jaya Perkasa adalah perusahaan bergerak dibidang distribusi branded FCMG (Fast Moving Consumer Goods). Perusahaan ini ingin meningkatkan pencapaian service level pada proses pengirimannya. Oleh karena itu, penelitian dilakukan untuk memperoleh usulan perbaikan rantai suplai yang dapat digunakan sebagai masukan untuk peningkatkan pencapaian service level.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan Lean Six Sigma dan Vehicle Routing Problem. Tahapan penelitian yang dilakukan terdiri dari tahap define, measure, analyze, improve, dan control. Pada tahap define dilakukan pengumpulan data perusahaan, diagram SIPOC, service level, diagram alir proses, data mobil, data pengiriman, diagram sebab akibat, dan penentuan tujuan.
Pada tahap measure dilakukan pengukuran kapabilitas proses, DPMO, tingkat sigma, clan pengukuran proses pengiriman.
Pada tahap analyze dilakukan identifikasi pemborosan EDOWNTIME dan analisa pemborosan lebih lanjut dengan menggunakan 5W+1H.
Pada tahap improve dilakukan perbaikan rantai suplai dari sistem kerja dan sistem transportasi.
Perbaikan sistem kerja dilakukan dengan pendekatan seiri, seiton, seiso, dan perbaikan alur proses pengiriman. Sedangkan perbaikan sistem transportasi dilakukan dengan pendekatan Vehicle Routing Problem. Pada tahap control dilakukan pengontrolan implementasi tindakan perbaikan yang dilakukan.

CV Expand Jaya Perkasa is a company which have a role in distribution of branded FCMG (Fast Moving Consumer Goods). This company want to improve service level on delivery process. Therefore, the experiment was done have a goal to get a recommendation of supply chain improvement which can be used to increase the service level.
This experiment was done with Lean Six Sigma and Vehicle Routing Problem approach. The step of experiment which be done consisted of define, measure, analyze, improve, and control step.
At define strep was done colleted company's data, SIPOC diagram, service level, process flow diagram, cause and effect diagram, and determination of goal.
At measure step was done measurement of capability process, DPMO, sigma level, and process delivery. At analyze step was done identification of EDOWNTIME waste and the next step of analyze with 5 Wf 1 H.
At improve step was done supply chain improvement on working system and transportation system.
The improvement of working system was done with seiri. sexton, seiso approach, and improvement of delivery process flow. The improvement of transportation system was done with Vehicle Routing Problem approach. At control step was done controlling of improvement which be done.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24268
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gde Arya Harsana
"Karya akhir ini mempunyal tiga tujuan utama yaitu mengoptimumkan jumlah persediaan (inventory) bahan baku (raw material) dan local manufactured finished goods di Divisi Otomotif PT 3M Indonesia, meningkatkan net working capital inventory turn dengan melakukan perbaikan pada proses perencanaan produksi serta melakukan proyek Six Sigma untuk mengetahui faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam mencapai kedua tujuan diatas untuk selanjutnya dilakukan perbaikan dan proses kontrol. Menurut Peter S. Pande dan Neuman P. Robert (2000) kunci sukses dari Six Sigma adalah kemampuan untuk mengidentifikasi masalah bisnis yang kritis dan strategis untuk dipecahkan terlebih dahulu kemudian menciplakan hubungan (link) antara usaha yang harus dilakukan melalui proyek Six Sigma dengan hasil yang harus dicapai.
Pemecahan masalah yang diterapkan pada karya akhir ini dengan metode DMAIC, langkah-langkah yang harus dilakukan dalam setiap tahap adalah:
1. D (Define): Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap permasalahan jumlah persediaan dan perencanaan produksi pada divisi otomotif. Metodologi Six Sigma diharapkan dapat mengurangi jumlah persediaan (inventory) tanpa mengorbankan pertumbuhan bisnis yang tinggi di divisi tersebut. Pembatasan masalah dilakukan hanya pada proses production planning dan inventory control (PPIC) divisi otomotif dengan potensi kesalahan adalah nilai jumlah persediaan pada bahan baku dan local manufactured finished good yang terlalu besar.
2. M (Measure): Pengukuran kemampuan awal menunjukkan walaupun pertumbuhan penjualan pada periode tersebut sangat baik namun karena peningkatan jumlah inventory yang juga cukup besar mengakibatkan perputaran jumlah persediaan (inventory turn over) memiliki kecenderungan menurun. Langkah penting yang juga dilakukan pada tahap pengukuran ini adalah aktivitas MSA (Measurement System Analysis) untuk memastikan kelengkapan dan konsistensi data yang digunakan.
3. A (Analyze): Tahap yang harus dilalui dalam langkah ini adalah analisa terhadap potensi kegagalan yang mungkin terjadi melalui FMEA (Failure Mode Effect Analysis). Seluruh variabel dari FMEA selanjutnya dilakukan uji statistik Multi Vari untuk memastikan semuanya berpengaruh signifikan terhadap jumlah persediaan sehingga harus diperhitungkan dalam proses perbaikan.
4. I (Improvement): Perbaikan yang dilakukan diantaranya adalah mengusulkan dibuat proyek Six Sigma baru yang dipimpin oleh seorang green belt dalarn rangka implementasi sistem manajemen persediaan yang lebih terintegrasi melalui MRP (Material Requirement Planning) dan MPS (Master Production Schedule), menghilangkan penggunaan surat jalan sementara serta menciptakan alat bantu untuk menganalisa pergerakan jumlah persediaan dan penjualan dalam bentuk graIlk sehingga mempermudah pengambilan keputusan.
5. C (Control): llntuk memastikan semua proses perbaikan berjalan dengan baik dibuat rencana kontrol (control plan). Selain itu perlu dibuat sistem audit yang memadai melalui Reaction Plan untuk memastikan kapan audit berkala harus dilaksanakan dan siapa yang bertanggung jawab untuk melakukan audit.
Ada tiga perrnasalahan utama dalam jumlah persediaan Divisi Otomotif PT 3M Indonesia:
1. Jumlah persediaan (inventory) yang terlalu besar pada bahan baku (raw material),
2. Jumlah persediaan (inventory) yang terlalu besar pada produk jadi yang diproduksi di dalam PT 3M Indonesia dan dijual langsung ke OEM yang sering disebut Local Manufactured Finished Goods,
3. Kurangnya koordinasi antar bagian yang terlibat dalam proses perencanaan produksi sehingga mengakibatkan bagian perencanaan harus menyediakan jumlah persediaan (inventory) dalam jumlah besar untuk mengantisipasi permintaan dari pelanggan.
Dalam hal ini bahan baku (raw material) merupakan komposisi terbesar dari keseluruhan jumlah persediaan sehingga akan dilakukan pendekatan Six Sigma untuk mengurangi jumlah persediaan khususnya pada raw material dan local manufactured finished goods.
Divisi Otomotif mengalami kenaikan inventory turn over dari Juni 2005 sampai Agustus 2005. Pengurangan jumlah persediaan dan penjualan yang sangat baik pada periode tersebut merupakan faktor utama kenaikan inventory turn over. Hal ini juga menggambarkan barangbarang di Divisi Otomotif bergerak Iebih cepat mulai dari bahan baku hingga produk jadi dan langsung dikirim ke pelanggan. Pertumbuhan penjualan pada periode tersebut sangat baik dan di sisi lain jumlah persediaan bisa dikurangi.
Secara keseluruhan kinerja bisnis di Divisi Otomotif melampaui target yang ditetapkan perusahaan. Jumlah persediaan (inventory) untuk barang-barang yang dikategorikan dead stock dan excess stock pada Divisi Otomotif cenderung menurun karena permintaan pasar yang sangat besar. Diharapkan dengan keberhasilan proyek Six Sigma pada Divisi Otomotif akan merupakan jembatan untuk manajemen persediaan yang Iebih terintegrasi.
Hasil dari karya akhir ini berguna bagi perusahaan khususnya PT 3M Indonesia adalah untuk menunjukkan walaupun belum memiliki sistem manajemen persediaan yang terintegrasi namun dengan metodologi Six Sigma berhasil mengurangi jumlah persediaan (inventory) dalam jumlah yang cukup besar. Di masa yang akan datang diharapkan karya akhir ini menjadi jembatan untuk implementasi perencanaan persediaan yang terintegrasi melalui MRP dan MPS sehingga akan sangat membantu operasional sehari-hari dari bagian perencanaan produksi (PPIC) di Divisi Otomotif PT 3M Indonesia.

There are three purposes for this thesis, the first is to get optimum value for inventory in raw materials and local manufactured finish goods especially in Automotive Division PT 3M Indonesia, the second is to increase net working capital inventory turn over with improvement in production planning and inventory control and the third is to conduct Six Sigma project in order to identify and control key factor that affect inventory and net working capital. According to Peter S Pande and Neuman P Robert (2000) key success factor from Six Sigma is ability to identify critical and strategic business problems to be solved first and then create a link between the effort through Six Sigma project and the result to be accomplished.
Problem solving method applied to this thesis is DMAIC methodologies with specific steps are as Follow:
1. D (Define): This step is to identify basic problems in inventory and production planning process in Automotive Division. Six Sigma methodologies is able to decrease the inventory value and support business growth in that particular industry. The scope of problem is only focus on the production planning and inventory control for Automotive Division dealing with excessive raw materials and local manufactured finish good items.
2. M (Measure): Initial capabilities measurement shows that even the sales volume in Automotive Division grew rapidly, unfortunately the inventory turn over has declined because of the inventory has also raised significantly. The most important things to do in this stage is MSA (Measurement System Analysis) to conduct check audit on calculation and data consistency
3. A (Analyze): Analysis is important to identify failure mode and Failure effect on the key process input. This step identifies potential caused and current controls for the key process input as well. FMEA analysis reduced key process input and conduct multi variable statistical test to ensure that the key process input might affect inventory management significantly.
4. I (Improvement): Action taken in improvement step is proposed to assign green belt project to accommodate integrated production planning and inventory system by implementing Bill of Materials. The system would help implementing BOM and help finance to easily calculate the Work in Process material. Create a simple excel based material replenishment planning to help PPIC calculating the materials needed for production. As a result of Six Sigma project observation, temporary delivery order will be eliminated. Warehouse will no longer receive temporary delivery order, so all the orders will need to be recorded into the order system AS 400 first.
5. C (Control): Control step is taken to make sure all process running well and have control plan accordingly. Created audit system to ensure proper audit conduct regularly to answer following question: Who conduct the audit? When the audit plan? All control process and audit should be documented very well.
The thesis result is useful for PT 3M Indonesia and proved that being committed to monitor and follow-up is very important to monitor the inventory status. Even though PT 3M Indonesia does not have an integrated system in production planning and inventory control, Six Sigma project can reduce the inventory a lot. The suggestion is to support growth in Automotive Industry demanding an integrated system is important. It will help a lot in implementing some inventory management plans.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18554
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prayogo Hartono Surya
"ABSTRAK
Penerapan manajemen kualitas yang baik dan benar akan meminimalisir cacat pada hasil pekerjaan. Cacat ini akan menimbulkan pekerjaan perbaikan atau pekerjaan ulang, sehingga akan mempengaruhi besar waktu dan biaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi eksisting manajemen mutu pada perusahaan-perusahaan beton pracetak di Indonesia dan mengetahui proses-proses dalam metode Six Sigma yang dapat diimplementasikan pada perusahaan-perusahaan beton pracetak di Indonesia dan pengaruhnya terhadap kinerja waktu produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses yang paling berpengaruh terhadap kinerja waktu adalah manajer produksi telah mengenali kompetensi tim produksi yang dibutuhkan sehingga proses perekrutan menjadi efektif.

ABSTRACT
A well and right application of quality management will minimize defects in the work. Defects will cause the repair work or re-employment, so as to affect the time and cost. This study aims to determine the existing condition of quality management in precast concrete companies in Indonesia and knowing the processes in the Six Sigma method that can be implemented in precast concrete companies in Indonesia and its impact on the performance of production time. The results showed that the process that affect time performance the most is the production manager has recognized the competence of the production team are needed so that the recruitment process to be effective."
2016
S64466
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
George Juan Susanto
"Pada periode kedua pemerintahan Presiden Jokowi, segala fokus diutarakan kepada pembangunan infrastruktur. Meskipun fokus pemerintahan pada infrastruktur, banyak data yang menunjukan bahwa kemampuan beton pracetak belum bisa memumpuni secara produksi dan juga pasar/demand yang bersaing. Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk membangun budaya inovasi perusahaan pracetak di Indonesia, mengingat semakin tinggi budaya inovasi perusahaan, semakin tinggi juga kinerja, serta semakin tinggi kinerja perusahaan beton pracetak, semakin tinggi kemampuan beton pracetak di Indonesia.

Penelitian ini mengidentifikasi kondisi eksisting Improvement SMI berbasis ISO 56002. Selain itu penelitian ini juga mengidentifikasi Indikator yang mempengaruhi Improvement SMI, model hubungan antara proses Improvement SMI berbasis ISO 56002 & LSS, dan juga memberikan rekomendasi Improvement SMI yang berbasis ISO 56002.

Instrumen yang digunakan penelitian ini adalah berupa kuesioner pilot, validasi pakar, responden dengan skala likert, dan juga wawancara. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa level penerapan Improvement SMI perusahaan ada pada level “Kompeten”. Selain itu terbukti bahwa SMI ISO 56002 dan konsep LSS merupakan faktor pendukung dari peningkatan budaya inovasi dengan model hubungan yang dibentuk dengan bantuan software SmartPLS 4. Terakhir, rekomendasi berdasarkan hasil penelitian ini adalah dilakukanya pengintegrasian LSS menuju ISO 56002 sebagai katalisator dalam meningkatkan budaya inovasi perusahaan.


In the second period of President Jokowi's administration, all focus was placed on infrastructure development. Even though the government's focus is on infrastructure, a lot of data shows that the capabilities of precast concrete cannot yet meet production and show competitive market/demand. This research was conducted with the aim of building a culture of innovation for precast companies in Indonesia, bearing in mind that the higher the company's innovation culture, the higher the performance, and the higher the performance of precast concrete companies, the higher the capabilities of precast concrete in Indonesia.

This research identifies the existing conditions of IMS Improvement based on ISO 56002. Apart from that, this research also identifies indicators that influence IMS Improvement, models the relationship between the ISO 56002 & LSS-based IMS Improvement process, and also provides recommendations for ISO 56002-based IMS Improvement.

The instruments used in this research were a pilot questionnaire, expert validation, respondents with a Likert scale, and also interviews. The results of this research show that the level of implementation of the company's IMS Improvement is at the "Competent" level. Apart from that, it is proven that IMS ISO 56002 and the LSS concept are supporting factors for increasing innovation culture with a relationship model formed with the help of SmartPLS 4 software. Finally, the recommendation based on the results of this research is to integrate LSS towards ISO 56002 as a catalyst in improving the company's innovation culture."

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukito Rini
"Peningkatan Indeks Kualitas Produk Pada Tahap Pengembangan Produk di PT. XYZ Dengan Metode Six Sigma. Tesis ini membahas penggunaan metode six sigma (DMAIC) untuk memperbaiki indeks kualitas pertama pada tahap pengembangan produk Final Engineering Piloting (FEP). Pada fase define diketahui bahwa rata-rata indeks kualitas pertama pada tahap FEP sebesar -336, 27. Pada fase measure ditemukan bahwa rendahnya indeks kualitas diakibatkan oleh permasalahan pada torso dimana gaya untuk melepas dan memasang tangan dari dan ke lower arm berada di luar spesifikasi.
Analisis menggunakan FMEA merekomendasikan agar material lower arm diganti dari PVC 85 menjadi PVC 65. Pergantian ini bisa membawa perubahan lebih baik, dan setelah perbaikan pada fase improvement didapatkan peningkatan indeks kualitas menjadi 5,46.

This paper discuss about the use of six sigma method (DMAIC) to improve first quality index during development product phase called Final Engineering Piloting. During define phase, found that average first QI FEP is -336,27. Measure phase shows that those index mostly contributed by torso problem, in which poundage to attach and detach hands to and from lower arm are out of product specification.
Analysis phase using FMEA, recommends to change material for lower arm from PVC 85 to PVC 65. This changes can improve product and after all the improvement implemented, average first quality index improve to 5,46.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T38883
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>