Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137687 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Produksi alkohol dari kulit pisang kepok merupakan hal baru dalam dunia industri yang menarik untuk dikembangkan, hal ini dikarenakan bahan bakunya yang memanfaatkan limbah hayati yang mudah didapat dan prosesnya mirip dengan proses pengawetan makanan. Tahapan utama produksi adalah proses hidrolisis dengan menggunakan asam dan fermentasi oleh ragi. Pemilihan asam dan ragi dilakukan dengan alasan biaya yang rendah dan faktor ketersedian bahan.
Hidrolisis adalah suatu reaksi kimia dimana air bereaksi dengan substansi/zat lain untuk membentuk dua atau lebih senyawa baru. Fementasi adalah proses konversi dari molekul gula menjadi gas karbon dioksida (CO2) dan alkohol Zat yang umum digunakan dalam melakukan hidrolisis adalah asam dan enzim, sedang fermentasi secara umum menggunakan media ragi.
Prosedur yang digunakan pada sintesis alkohol dari bahan baku kulit pisang kepok dengan mengunakan asam sebagai media hidrolisis dibedakan menjadi tiga macam yaitu prosedur 1 yang menggunakan waktu hidrolisis selama satu hari; prosedur II dengan jumlah asam yang digunakan sebanding dua kali berat sampel; dan prosedur III yang metode netralisasi sampel menggunakan basa berlebih dan sedikit asam. Asam yang digunakan untuk melakukan hidrolisis adalah larutan HCI.Fermentasi monosakarida menjadi alkohol mengunakan ragi Sacharromyces cereviceae.
Tujuan penelitian ini adalah memilih prosedur terbaik untuk pemanfaatan kulit pisang kepok menjadi alkohol ditinjau dari besarnya persentase alkohol yang dihasilkan. Tahapan utama dari ketiga prosedur yang digunakan adalah proses hidrolisis asam dan fermentasi gula menjadi alkohol.
Prosedur terbaik yang didapatkan dari penelitian ini akan memiliki pH awal fermentasi mendekati 5. Waktu optimal yang dibutuhkan ragi untuk melakukan fermentasi berkisar antara 5-6 hari sedangkan jumlah ragi optimal yang digunakan sebanyak tiga gram tiap 50 ml sampel."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49414
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Nurrahman Jamin
"Polivinil alkohol (PVA) sudah menjadi perekat esensial pada kehidupan sehari-hari. Penilitian ini berfokus pada derajat hidrolisis PVA dengan mengeksplorasi variasi yang memiliki ketahanan terhadap air paling baik sebagai koloid pelindung untuk polivinil asetat (PVAc) sebagai perekat. Sintesis dilakukan dengan penambahan PVA menggunakan 2 jenis PVA yang terhidrolisis Sebagian dan terhidrolisis Sempurna. Reaksi berlangsung berada pada temperatur 70-800C, menggunakan kecepatan agitator 300 rpm, dan teknik polimerisasi semi-continuous selama 5 jam. Beberapa karakterisasi PVAc yang terukur sebagai parameter antara lain pH antara 4,5-1, kandungan padatan yang memiliki rentang nilai 10,52-19,7 %, viskositas antara 0.58-9,43 mPa.s. Sintesis PVAc menunjukkan gugus O–H yang gelombang 3224 cm-1 variasi tanpa PVA, 3245 cm-1 variasi dengan PVA derajat hidrolisis Sebagian, dan 3353 cm-1 derajat hidrolisis sempurna pada hasil FTIR yang menunjukkan polimer PVAc. Derajat hidrolisis sempurna juga memiliki ketahanan pada air lebih baik dibandingkan dengan PVAc tanpa PVA maupun dengan PVA yang derajat hidrolisisnya parsial. Pada pengujian ketahanan pada air PVAc menggunakan PVA derajat hirolisis sempurna memiliki kekuatan rekat lebih tinggi setelah direndam air selama 5 jam (9906,25 N/m2) dibandingan dengan PVA derajat hidrolisis parsial tanpa direndam air (4093,75 N/m2).

Polyvinyl alcohol is a essential adhesive in our daily life. This research focuses on the degree of hydrolysis of polyvinyl alcohol (PVA) by exploring which variation has the best water resistance as a protective colloid for polyvinyl acetate (PVAc) as an adhesive. Synthesis was carried out by adding PVA using 2 types of partially hydrolyzed and fully hydrolyzed PVA. The reaction took place at a temperature of 70-800C, using an agitator speed of 300 rpm, and a semi-continuous polymerization technique for 5 hours. Some of the PVAc characterizations measured as parameters include pH between 4.5-1, solids content which has a value range of 10.52-19.7 %, viscosity between 0.58-9.43 mPa.s. The PVAc synthesis showed O–H groups with a wave variation of 3224 cm-1 without PVA, 3245 cm-1 for the variation with partially hydrolyzed PVA, and 3353 cm-1 for the fully hydrolyzed in the FTIR results showing PVAc polymer. The variation which uses fully hyrolyzed also has better water resistance compared to PVAc without PVA or PVA which has a degree of partial hydrolysis. In the PVAc water resistance test using PVA degree of complete hydrolysis had higher adhesive strength after being soaked in water for 5 hours (9906.25 N/m2) compared to PVA degree of partial hydrolysis without being immersed in water (4093.75 N/m2)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Rudy Surya
"Pengembanganb ioetanol dari material lignoselulosaa dalah dengan mengkonversi seluruhp olisakariday ang ada menjadi monosakaridad enganm emanfaatkanb erbagai jenis enzim. Pada penelitian ini menggunakan metode steaming dan enzimatis. Steamingb ertujuanu ntuk menghilangkanli gnin yang dapatm enghambaat ksese nzim dalam memecah polisakarida menjadi monosakarida, sehingga menyebabkan hidrolisis tidak optimal.
Rumusan masalah dalam seminar ini antara lain, mencari waklu optimum yang diperlukan untuk melakukan hidrolisis, ukuran terbaik dari TKKS agar diperoleh glukosa terbanyak dari hasil hidrolisis, suhu optimum hidrolisis, dan yang terakhir adalah komposisi enzim yang terbaik pada saat hidrolisis.
Metode pengujian pada penelitian ini meliputi uji komposisi (uji lignin dan uji selulosa) dan uji kadar glukosa. % Glukosa tertinggi yang diperoleh dari hidrolisis enzim selobiase adalah pada kondisi suhu 50oC, pH 5 dan ukuran TKKS 63pM dengan o/o yield sebesar 6.808% dari berat kering TKKS dan untuk enzim selulase padak ondisi 37oC,p H 5 dan ukuranT KKS 63pM dengano/oyi eld sebesar1 3.693% dari 0.5 gr berat kering TKKS. Dan untuk kombinasi kedua enzim, % Glukosa tertinggi yang diperolehd ari kombinasie nzim selulased an enzim selobiased engan perbandingan2 :l yangm emberikano hy reld sebesar2 3.561% dari 0.5 g beratk ering TKKS.

Development of bioethanol from lignocellulosic materials is to convert all existing polysaciharidesi nto monosaccharidebsy utilizing various types of enzyrnes.ln this itudv using Steaming and enzymatic methods. Steaming aims to remove lignin, whiih can inhibit the accesso f enzymesi n the breakdowno f polysaccharidesin to monosaccharidesth, us causingh ydrolysisi s not optimal.
Formulation of the problem in this seminar, among others, to find the optimum time required to perform the hydrolysis, the best measure of glucose TKKS order to obtain most of the resultso f hydrolysis,t he optimum temperatureh ydrolysis,a nd the last is the best composition of the enzyme during hydrolysis.
Testing methods in the study include composition test (test of lignin and cellulose test) and test glucose levels. o/olltghest Glucose obtained from the enzyrne hydrolysis selobiaseis at 50oC temperaturec onditions,p H 5 and 63pM TKKS size with theo/o yield of 6808% of dry weight for the enzyme cellulase TKKS and conditions 37 " C, pH S and 63pM TKKS sizew ith theohy ield of 13 693% of 0.5 g dry weight TKKS. And for the combination of the two enzymes, the highest% Glucose obtained from the combinationo f cellulasee nzymesa nd enzymes elobiasea 2:l which gives%y ield of 23, 5610/for om 0. 5 g dry weight TKKS.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1127
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tanti Maryana Fenida
"Sumber daya alam banyak sekali digunakan dalam sintesis senyawa organik. Keterbatasan sumber daya alam yang tersedia menyebabkan pemakaian sumber daya alam beralih ke sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Biomassa adalah sumber daya terbaharui yang dapat dihidrolisis untuk menghasilkan senyawa organik bernilai tinggi seperti asam levulinat. Hidrolisis biomassa pertama-tama akan menghasilkan antara lain glukosa yang selanjutnya terhidrolisis menghasilkan senyawa asam levulinat dan asam format. Pada penelitian ini dilakukan hidrolisis glukosa dengan katalis homogen (H2SO4), katalis heterogen (γ-Al2O3/SO4 2-), dan tanpa katalis sebagai pembanding. Katalis heterogen yang digunakan disintesis dari scrap aluminium kemudian dikarakterisasi dengan XRD, XRF, BET, dan FT-IR. Reaksi hidrolisis dilakukan pada suhu 140 ºC dengan variasi waktu yaitu 2 jam, 4 jam, dan 6 jam untuk reaksi dengan katalis homogen; 4 jam, 6 jam, dan 8 jam untuk reaksi dengan katalis heterogen dan reaksi tanpa katalis. Hasil hidrolisis dianalisis dengan HPLC. Dari hasil penelitian ini didapatkan asam levulinat pada reaksi hidrolisis 6 jam dengan katalis homogen sebanyak 2,93% . Untuk produk reaksi katalisis dengan γ-Al2O3/SO4 2- hanya dapat ditentukan banyaknya asam format yang terbentuk, sedangkan asam levulinat tidak terdeteksi karena teradsorpsi pada padatan katalis.

A lot of natural resources are used in the synthesis of organic compounds. Since the availabilities of some natural resources are limited, they are now replaced by the renewable resources. Renewable natural resources such as biomass can be hydrolyzed to produce high added-value organic compounds. At first, biomass is hydrolyzed to produce glucose and then is further hydrolyzed to produce levulinic acid and formic acid. In this research, the hydrolysis of glucose was conducted using sulfuric acid as homogeneous catalyst and γ-Al2O3/SO4 2- as heterogeneous catalyst. As a comparison, the hydrolysis reaction was also conducted without catalyst. The γ-Al2O3/SO4 2- catalyst was first synthesized from aluminium scraps and was characterized by XRD, XRF, BET, and FT-IR. The hydrolysis reactions were carried out at a temperature of 140 ºC and the reaction periods were varied 2 hours, 4 hours, and 6 hours for the homogeneous catalytic; 4 hours, 6 hours, and 8 hours for the heterogeneous catalytic reaction and the reaction without catalyst. The hydrolysis products were analyzed by HPLC. From the result of this study, 2,93% levulinic acid was produced after 6 hours in the hydrolysis reaction with sulfuric acid. By using heterogeneous catalyst only formic acid can be detected because of adsorption levulinic acid on the catalyst."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30690
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sumitra Reksanagara
"Upaya pencarian sumber energi menjadi perhatian pada dewasa ini, salah satu alternatif sumber energi yang cocok pada kondisi geografis Indonesia adalah teknologi sel surya berbasis sensitasi pewarna (DSSC).Dimana salah satu komponen penting dalam teknologi ini terbuat dari TiO2. Tingginya biaya proses pengolahan TiO2 sendiri menjadi salah satu penyebabmahalnya teknologi sel surya, untuk itu penelitian ini diadakan dengan mempertimbangkanmelimpahnya cadangan sumber daya alam Indonesia dan peluang untuk mengurangi biaya produksi. Penelitian ini menitik beratkan pada peninjauan proses pemisahan Ti yang terlarut dalam filtrat hasil proses hidrometalurgi dengan menggunakan metoda plasma non-termal. Untuk itu ilmenit disaring dahulu hingga mendapatkan ukuran sebesar 65 mesh. Setelah itu ilmenit di larutkan dengan menggunakan asam sulfat 50% 9Mpada150oC.Pelarutan ini bertujuan untuk memisahkan Ti dan Fe, dimana Femengendap dan Tilarut menjadi filtrat.Selanjutnyafiltrat dan endapan dipisahkan,endapan akan dikeringkan untuk dikarakterisasi sedangkan larutan dipersiapkan untukdiaplikasi plasma non-termal.Plasma non-termal yang digunakan adalah gas O3 hasil konversi dari O2 murni. Gas O3 ini akan menjadi katalis untuk reaksi antara ion Ti dalam larutan dengan ion O yang ada pada gas untuk mempresipitasi menjadi TiO2. Hasil optimum yang diperoleh dari perbedaan variabel laju alir (5, 10 dan 15 L/min) dari O2 menunjukkan titik optimum pada variabel 10 L/min, yang mencapai hasil % perolehan Ti paling tinggi yaitu 14.32%.

In this day, many efforts were take in order to search a new energy sources. One of alternative energy source that suitable to use in Indonesia geopraphical condition were Dye Sensitized Solar Cell (DSSC). Which one of it’s important component made from TiO2. The high expenses cost to process the TiO2 are one the factors that makes Solar Cells expensive, therefor this studyis held by considering the natural resources of Indonesia and a potential to reduce the production cost. This study is focusing to review a process to separate the dissolved Ti in the filtrate from hydrometallurgy processes with non-thermal plasma. Therefor, ilmenit screened beforehand until obtain similar size of 65 mesh. Then Ilmenit are leached with sulfuric acid 50% 9 M at 150oC. This leaching is aimed to separate Fe and Ti, where Fe are precipitated and Ti dissolved into the filtrate. Thereafter the filtrate and precipitates are separated, the precipitates will be dried and the filtrates will be applied by non-thermal plasma. The non-thermal plasma which is used from conversion result of pure O2 to O3. This O3 gas will become the catalyst for reaction between Ti ion in solution and O ion in gas to precipitated become TiO2.The optimum results obtained from difference in the O2 flow rate (5, 10 and 15 L/min) of O2 shown the optimum point on 10 L/min, that achieving a result of highest Ti % recovery which is 14.32%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56457
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadiem Anwar
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan efektivitas campuran enzim selulase kasar dari Trichoderma reesei
dan Aspergillus niger dengan selulase A. niger
komersial dari Fluka Biochemika serta mempelajari pengaruh
ratio enzim dengan substrat terhadap unjuk kerja hidrolisis. Enzim kasar dibuat dengan cara fermentasi padat dengan
media sederhana. Satu unit aktivitas selulase kasar dari
A. niger dicampur dengan dua unit aktivitas selulase kasar dari
T. reesei. Jerami padi yang akan dihidrolisis terlebih dahulu digiling dan diayak 120?140 mesh kemudian didelignifikasi
menggunakan larutan NaOH 2% selama 6 jam pada temperatur 85oC. Hidrolisis dilakukan dalam beaker glass 300 mL
yang dilengkapi dengan pengaduk bermotor. Sampel dianalisis menggunakan metoda dintrosalicylic acid. Hasil
percobaan menunjukkan bahwa peningkatan rasio enzim terhadap jerami padi dapat meningkatkan konsentrasi glukosa
yang dihasilkan baik untuk enzim komersial maupun campuran enzim kasar. Campuran enzim selulase kasar dari T.reesei dan A. niger
yang dihasilkan dari percobaan ini, dua kali lebih efektif menghidrolisis jerami padi menjadi glukosa dibandingkan dengan selulase komersial.

Abstract
The objective of this work is to compare the effectiveness of mixed crude enzyme cellulase from T. reesei and A. niger with commercial enzyme from A. niger, and to investigate effect of
enzyme to substrate ratio to performance of enzymatic hydrolysis of rice straw. The commercial enzyme from Fluka
Biochemica was used, and crude enzyme were prepared by solid fermentation with simple media. Before hydrolized,
the rice straw was grinded and sieved and then heated at 85oC with 2% sodium hydroxide for six hours. Hydrolysis was
conducted in 300 mL beaker flask equipped with mechanical stirrer. Samples were analyzed by dinitrosalicylic acid
method and measured by spectrophotometer. Both of commercial and mixed crude enzyme show that, the higher
enzyme to substrate ratio was
higher the glucose concentration obtained. However, ratio of glucose obtained to enzyme
used become smaller. The mixture of crude enzyme from T. reesesi
dan A. niger that produced in this work was two fold more effective to hydrolyze rice straw than using cellulase enzyme of A. niger
from Fluka Biochemika. "
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Fakultas Teknologi Industri;Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Fakultas Teknologi Industri;Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Fakultas Teknologi Industri;Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Fakultas Teknologi Industri], 2011
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Aldhi Saputro
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan memanfaatkan selulosa dari limbah sekam padi menjadi kertas transparan sebagai pengganti substrat berbasis kaca pada aplikasi elektronik khususnya sel surya. Preparasi selulosa dari sekam padi dilakukan dengan metode perlakuan kimia awal menggunakan alkalinisasi dilanjutkan dengan pemutihan. Selulosa yang telah terisolasi dilanjutkan dengan perlakuan hidrolisis asam sulfat dan perlakuan mekanik penggilingan menggunakan blender konvensional. Mikro/nano selulosa terfibrilisasi difabrikasi menjadi kertas dengan teknik filtrasi vakum dilanjutkan pengeringan pada temperatur 90-100 oC selama 20-30 menit. Hasilnya dikarakterisasi dan dikomparasi untuk diketahui komposisi persenyawaan, morfologi permukaan, kristalinitas, perilaku termal dan opasitasnya. Hasil karakterisasi menunjukan perlakuan kimia awal alkalinisasi diikuti pemutihan mampu mengisolasi selulosa dari sekam padi. Hasil perlakuan mekanik penggilingan menunjukan waktu 30 menit merupakan parameter optimal untuk menghasilkan mikro selulosa terfibrilisasi dengan indeks kristalinitas yang tinggi sebesar 70,1 dan temperatur degradasi sebesar 320 oC. Sementara hasil perlakuan hidrolisis asam menunjukan konsentrasi asam sulfat 60 merupakan parameter optimal untuk menghasilkan mikro/nano selulosa terfibrilisasi dengan indeks kristalinitas tertinggi sebesar 73.5 dan temperatur degradasi sebesar 340 oC. Sedangkan hasil pengujian opasitas menunjukan perlakuan mekanik dengan waktu 20 menit menghasilkan transparansi tertinggi yaitu 5-6 dibandingkan dengan perlakuan lain. Namun, hasil tersebut masih tertinggal jauh dibandingkan dengan kaca silika dan polietilen tereftalat PET dari botol plastik.

ABSTRAK
The aims of this study to utilize cellulose from rice husk waste into transparent paper instead of glass based substrate for electronic applications, especially solar cells. Initial preparations were performed to isolate cellulose from rice husks. Cellulose preparation of rice husk was carried out by an initial chemical treatment method using alkalinization followed by bleaching. The isolated cellulose were treated by hydrolysis of sulfuric acid and mechanical grinding treatment using conventional blender. Micro nano fibrillated cellulose were fabricated into paper by vacuum filtration and drying at temperatures of 90 100 oC for 20 30 minute. All samples were characterized and comparable for known composition compounds, surface morphology, crystallinity, thermal behavior and opacity. The results showed that initials chemical treatments were able to isolate cellulose from rice husks. The results show the grinding mechanical treatment within 30 minutes is the optimal parameters for generating micro fibrillated cellulose with high crystallinity index by 70.1 and amounted degradation temperature resistance around 320 oC. While the result of acid hydrolysis treatment shows 60 sulfuric acid concentration is the optimal parameter to produce micro nano fibrillated cellulose with highest crystallinity index of 73.5 and degradation temperature resistance around 340 oC While the results of opacity testing showed mechanical treatment with a time of 20 minutes resulting in the highest transparency of 5 6 compared with other treatments. However, these results are still far behind compared with silica glass and polyethylene terephthalate PET from plastic bottles."
2017
S67183
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dafa Adham Haritz
"Pada penelitian ini digunakan variasi prekursor senyawa azida aromatik untuk menyintesis turunan 1,4-dihidropiridin dan variasi prekursor senyawa aldehida aromatik untuk menyintesis 1,4-dihidropiridin triazol hibrida kalkon. Pada sintesis 1,4- dihidropiridin bermotif 1,2,3-triazol melalui reaksi propargilasi, kondensasi Hantzsch, dan sikloadisi azida-alkuna, sedangkan pada sintesis hibrida 1,4-dihidropiridin kalkon bermotif 1,2,3-triazol melalui reaksi kondensasi Claisen-Schmidt. Sintesis menggunakan variasi prekursor dengan tujuan membandingkan hasil yield produk dan keberhasilan sintesis dengan mengubah struktur senyawa induknya. Produk-produk pada penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi dalam menyintesis suatu senyawa kalkon baru dengan gugus dihidropiridin dan triazol sebagai cincin penghubung. Didapatkan massa dan yield produk : dihidropiridin-triazol etil 4-benzoat (0,258 g; yield 94,37%), dihidropiridin- triazol-4-asetil (0,539 g; yield 93,90%), dihidropiridin-triazol-kalkon(tiofena) (0,054 g; yield 32,33%), dihidropiridin-triazol-ka lkon(t rans-s inam aldeh ida) (0,096 g; yield 57,48%). Produk-produk senyawa tersebut dikarakterisasi dengan instrumen titik leleh, FTIR, LC-MS/MS, dan NMR. Dengan demikian maka variasi dari azido aromatik tidak terlalu berpengaruh terhadap yield produk dihidropiridin-triazol, sedangkan variasi aldehida aromatik berpengaruh terhadap yield produk dihidropiridin-triazol-kalkon.

In this study, a variety of aromatic azide compound precursors were used to synthesise 1,4-dihydropyridine derivatives and a variety of aromatic aldehyde compound precursors to synthesise 1,4-dihydropyridine triazole hybrid chalcones. In the synthesis of 1,4-dihydropyridine patterned 1,2,3-triazole through propargylation reaction, Hantzsch condensation, and azide-alkyne cycloaddition, while in the synthesis of 1,4- dihydropyridine chalcone hybrid patterned 1,2,3-triazole through Claisen-Schmid t condensation reaction. The synthesis used a variety of precursors with the aim of comparing product yields and the success of synthesis by changing the structure of the parent compound. The products in this study are expected to be a reference in synthesising a new chalcone compound with dihydropyridine and triazole groups as connecting rings. The mass and yield of the products: dihydropyridine-triazole ethyl 4-benzoate (0.258 g; yield 94.37%), dihydropyridine-triazole-4-a cety l (0.539 g; yield 93.90%), dihydropyridine-triazole-chalcone(thiophene) (0.054 g; yield 32.33%), dihydropyridine- triazole-chalcone(trans-cinnamaldehyde) (0.096 g; yield 57.48%). The products were characterised by melting point, FTIR, LC-MS/MS, and NMR instruments. Thus, the variation of aromatic azido does not affect the yield of dihydropyridine-triazole product, while the variation of aromatic aldehyde affects the yield of dihydropyridine-triazole- chalcone product."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan ALam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>