Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140924 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lubis, Andrie Oktafauzan
"Air bersih menjadi salah satu kebutuhan yang mendasar bagi kehidupan manusia. Air bersih merupakan hasil olahan dari air baku yang awalnya tercemar.
Proses pengolahan dilakukan untuk menghilangkan kandungan bahan-bahan kimia yang berbahaya, partikel-partikel padat yang terkandung dalam air, dan mikroba yang dapat membahayakan kesehatan jika terkonsumsi.
Salah satu proses dalam pengolahan air bersih adalah dengan membran mikrofiltrasi. Untuk memperpanjang umur membran dan meningkatkan kinerja pemisahan membran mikrofiltrasi, perlu dilakukan pralakuan koagulasi-flokulasi pada umpan membran mikroHltrasi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses koagulasi-flokulasi iru sendiri dan akhirnya juga berpengaruh terhadap kinerja membran adalah waktu pengadukan pelan koagulan.
Pada penelitian ini divariasikan waktu pengadukan pelan yaitu selama 5, 10, 15, 20 dan 25 menit. Umpan proses memiliki derajat keasaman (pH) 7,3, kadar padatan terlarut (TDS) antara 524-540 mg/L dan kandungan zat organik (COD) antara 45-54 mg/L. Keungulan yang digunakan adalah aluminium sulfat dengan dosis 50 ppm.
Efektifitas koagulasi dan kinerja membran mikrofiltrasi akan meningkat dengan penambahan waktu pengadukan pelan hingga dicapaiwaktu pengadukan pelan optimum. Waktu pengadukan optimum yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah selama 10 menit, yang menghasilkan harga maksimum pada efektiutas koagulasi dan kinerja membran selama 4 jam operasi sebagai berikut: 1. Efektifitas koagulasi terhadap penurunan TDS : 45,094 %
2. Efektifitas koagulasi terhadap penurunan COD : 39,016 %
3. Fluks permeat : 0,015896 m3/m2.jam
4. Persen rejeksi terhadap kadar TDS : 35,052 %
5. Persen rejeksi terhadap kadar COD : 39,016 %
Pada waktu pengadukan yang lebih besar dan waktu pengadukan optimum, efektifitas koagulasi, dan kinerja membran mikrofiltrasi, yaitu fluks permeat dan persen rejeksi membran, akan turun dikarenakan pecahnya flok yang telah terbentuk."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S49378
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhi Septiyanto
"Mikrofiltrasi merupakan salah satu proses alternatif dalam pengolahan air. Proses ini sangat efektif untuk memisahkan partikel padat berukuran mikro yang terkandung di dalam air. Akan tetapi, penerapan proses ini dalam pengolahan air sering menghadapi kendala teknis berupa terjadinya fouling yang disebabkan oleh material berukuran koloid. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah ini maka proses mikrofiltrasi dalam pengolahan air minum harus dipadukan dengan proses pralakuan yang salah satunya adalah koagulasi.
Suhu dan pH merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses koagulasi. Kedua variabel ini divariasikan untuk mendapatkan kondisi suhu dan pH yang optimum untuk tahap pralakuan koagulasi dalam proses pengolahan air dengan metode mikrofiltrasi. Variasi suhu yang dilakukan adalah suhu 30,40, dan 50°C, sedangkan untuk variasi pH yang dilakukan adalah pH 5, 7 dan 9.
Air umpan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air sungai Ciliwung yang mengalir di Cililitan Kecil, Jakarta Timur. Parameter yang diukur untuk menentukan kualitas umpan dan air hasil olahan adalah TDS (Total Dissolve Solid), dan COD (Chemical Oxygen Demand).
Dengan meningkatnya suhu, efektifitas koagulasi meningkat, namun jika suhu optimum telah tercapai, peningkatan suhu selanjutnya akan menurunkan efektifitas koagulasi. Sedangkan dengan meningkatnya besar pH umpan, maka efektifitas koagulasi akan turun.
Persen efektifitas koagulasi yang diperoleh untuk variasi suhu 30, 40 dan 50° C adalah 16,87 %, 31,25 % dan 23,53 % untuk basis TDS, serta 28 %, 41,17 % dan 26,47 % untuk basis COD. Sedangkan untuk variasi PH pada suhu 40°C untuk pH 5,7 dan 9, persen efektifitas koagulasi yang diperoleh adalah 61,53 %, 60,76 % dan 50 % untuk basis TDS, serta 44,44 %, 31,42 %, dan 25 % untuk basis COD.
Kondisi optimum untuk proses koagulasi yang diperoleh adalah pada suhu 40qC dan pH 5. Untuk jam operasi mikroiiitrasi ke 1, 2, 3 dan 4, fiuks permeat yang dihasilkan adalah 0,0238, 0,0216, 0,0l97, dan 0,0192 m3/m2.jam. Sedangkan persen rejeksi yang dihasilkan adalah 41,304 %, 43,478 %, 50 % serta 56,52 % untuk basis TDS. Sedangkan untuk basis COD, persen rejeksi yang diperoleh 115,67 %, 27,7 %, 33,3 % dan38,9 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49439
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ziad
"Kebutuhan air bersih merupakan kebutuhan yang esensial, sehingga diperlukan proses pengolahan air menjadi air bersih yang bebas dari kandungan bahan-bahan kimia yang berbahaya, partikel-partikel padat, dan mikroba yang terkandung dalam air sehingga aman bagi tubuh manusia.
Dalam pengolahan air teknologi membran menjadi salah satu teknologi yang berkembang pesat saat ini. Salah satu membran yang biasa digunakan dalam proses pengolahan air adalah membran mikrofiltrasi. Namun membran yang digunakan pada proses ini sangat rentan terhadap fouling, sehingga air umpan yang akan diolah harus diberi proses pralakuan, dalam hal ini adalah koagulasi.
Suhu dan derajat keasaman (pH) merupakan faktor yang berpengaruh dalam proses koagulasi. Dalam penelitian ini, koagulan yang digunakan adalah koagulan berbasis ferrum, yaitu FeSO4.7H2O, dengan variasi suhu dan derajat keasaman ( pH ).
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa, suhu 50°C merupakan suhu terbaik dalam rentang kondisi operasi penelitian untuk proses pralakuan koagulasi dengan persentase keefektifan koagulasi mencapai 73.68 % untuk penyisihan TDS (Total Dissolve Solid) dan 51.22 % untuk penyisihan COD (Chemical Oxygen Demand). Untuk pengaruh derajat keasaman, pH 5 merupakau pH terbaik dalam rentang kondisi operasi penelitian untuk proses pralakuan koagulasi dengan persentase keefektifan koagulasi mencapai 27.65 % untuk penyisihan TDS dan 34.38 % untuk penyisihan COD.
Pada proses mikrofiltrasi dengan pralakuan koagulasi yang menggunakan suhu 50 °C dan pH 5, diperoleh persentase penyisihan TDS maksimum sebesar 90.54 %, dengan fluks permeat maksimum yang dihasilkan sebesar 0.05683 m3/m2 jam.
Dari hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa, suhu 50 °C merupakan suhu terbaik dalam rentang variasi untuk proses pralakuan koagulasi menggunakan koagulan FeSO4.7H2O, namun suhu ini kurang mengguntungkan bila Iangsung dilanjutkan dengan proses memtran karena ketahanan membran polypropylene yang kurang baik terhadap suhu tinggi (maks 45 °C), sehingga diperlukan proses pendinginan tambahan untuk mencapai suhu < 40 °C, agar bisa dilanjutkan ke proses membran."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49437
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Riza Hidayatur Rohman
"Mikrofiltrasi adalah merupakan salah salu proses alternatif dalam pengolahan air. Proses ini sangat efektif untuk memisahkan partikel padat berukuran mikro yang terkandung dalam air. Akan tetapi, penerapan proses ini dalam pengolahan air sering menghadapi kendala teknis berupa terjadinya fouling yang disebabkan oleh material beukuran koloid. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah ini maka proses mikrofiltrasi dalam pengolahan air minum harus dipadukan dengan proses pralakuan yang salah satunya adalah koagulasi.
Dosis koagulan adalah salah satu faktor dalam pralakuan koagulasi yang mempengaruhi kinerja membran mikrofiltrasi. Untuk mendapatkan dosis optimal, dalam penelitian ini dilakukan variasi dosis yaitu 10, 30, 50, dan 70 ppm. Semakin besar dosis yang digunakan maka fluks permeal dan persen rejeksi yang diperoleh akan lebih besar. Dosis koagulan yang menghasilkan kinerja membran yang optimal adalah 50 ppm. Hal ini terlihat dari persen koagulasi, rentang persen rejeksi untuk empat jam operasi yang lebih besar dibandingkan dengan dosis 10 dan 30 ppm yailu masing-masing sebesar 44,9% dan 16% sampai 30 %, selain itu penurunan fluks permeat dan pHlnya relalif kecil dibanding dosis 70 ppm.
Umpan yang digunakan dalam penelitian ini, adalah air danau UI yang terletak di belakang Fakultas Teknik Universilas Indonesia. Air danau ini memiliki kandungan TDS sekitar 420 sampai dengan 550 ppm sedangkan nilai pHnya adalah sebesar 7,3. Parameter yang diukur untuk menentukan kualitas umpan dan air hasil olahan adalah TDS (Total Dissolve Solid) dan COD (Chemical Oxygen Demand)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S49377
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvi Tri Salviana
"Air merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Dengan pesatnya perkembangan penduduk maka kebutuhan air bersih untuk masyarakat juga semakin bertambah banyak. Namun masalahnya adalah dengan semakin buruknya kualitas air baku untuk air minum, disamping biaya produksinya meningkat hasilnya juga sering kurang baik. Suplai air bersih dengan kualitas yang kurang memenuhi standar atau air bersih yang tercemar baik secara biologis ataupun kimia dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat atau penduduk secara luas dengan waktu yang singkat. Oleh sebab itu penyediaan air bersih harus dapat memasok air untuk masyarakat dengan kualitas yang memenuhi standar kesehatan.
Masalah penyediaan air bersih memang sangat kompleks. Pencemaran oteh mikroorganisme baik bakteri maupun virus terhadap badan air maupun dalam suplai air minum merupakan kasus yang sering terjadi. Pencemaran oleh faktor fisika dan kimia, misalnya oleh senyawa polutan mikro yang bersifat mutagenik atau penyebab kanker sudah saatnya diwaspadai. Hai tersebut terjadi akibat dari cepatnya laju urbanisasi dan industrialisasi dan juga akibat penggunaan teknologi produksi yang tidak dan kurang ramah terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan masyarakat.
Salah satu problem atau masalah yang sering dijumpai pada air minum di dunia akhir-akhir ini yakni timbulnya senyawa yang dinamakan trihalometane atau yang disingkat THMs sebagai hasil samping dari proses disinfeksi dengan gas klor atau senyawa hipoklorit. Selain itu air yang tercemar oleh senyawa deterjen ternyata tidak mudah terurai dengan sistem instalasi yang ada sehingga diduga kuat senyawa tersebut masih terkandung dalam air bersih. Hal ini mengkawatirkan karena senyawa deterjen juga bersifat karsinogenik bila terakumulasi dalam jangka waktu lama dalam tubuh.
Untuk menanggulangi masalah menurunnya kualitas air baku untuk air minum adalah dengan melakukan pengolahan awal secara proses biologis. Dengan cara ini PAM tidak perlu mengubah instalasi yang lama tetapi hanya menyediakan instalasi tambahan yang dioperasikan pada awal proses. Pengolahan air baku air minum dengan proses biofilter tercelup dengan menggunakan media plastik sarang tawon merupakan proses yang sederhana tetapi hasilnya cukup baik. Proses ini mampu mengurangi senyawa deterjen, ammonia, zat organik yang ada di dalam air baku.
Tujuan Penelitian ini adalah (a) mengetahui pengaruh sistem aerasi dan tanpa aerasi terhadap penurunan parameter zat organik, ammonia dan deterjen pada pengolahan air baku air minum dengan proses biofilter tercelup menggunakan media plastik sarang tawon; (b) membandingkan tingkat penurunan konsentrasi zat organik, ammonia dan deterjen pada pengolahan air baku air minum dengan proses biofilter tercelup menggunakan media plastik sarang tawon dengan waktu tinggal hidrolis di dalam reaktor 1, 2, 3 dan 4 jam sehingga diketahui tingkat penurunan yang optimal; (c) mengetahui efektivitas pengolahan air baku air minum dengan proses bioflter tercelup menggunakan media plastik sarang tawon sebagai teknologi alternatif dalam upaya pengelolaan lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh: (a) pengoperasian dengan sistem tertentu untuk mendapatkan hasil yang optimum; (b) pengoperasian proses untuk mendapatkan hasil yang optimum pada waktu tinggal hidrotis tertentu; (c) pengolahan air baku air minum dengan proses biofilter tercelup menggunakan media plastik sarang tawon diharapkan dapat diaplikasikan sebagai teknologi alternatif yang ramah dan aman terhadap kesehatan dan lingkungan.
Hipotesis yang diajukan adalah: (a) proses biofilter tercelup menggunakan media plastik sarang tawon dengan sistem aerasi dapat menurunkan konsentrasi dan meningkatkan efisiensi pengurangan zat organik, ammonia dan deterjen yang lebih optimal pada pengolahan air baku air minum; (b) semakin lama waktu tinggal hidrolis di dalam reaktor akan meningkatkan penurunan konsentrasi dan efisiensi pengurangan zat organik, ammonia dan deterjen pada pengolahan air baku air minum dengan proses biofilter tercelup menggunakan media plastik sarang tawon.
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen dan dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2002. Air Sungai Kalimalang digunakan sebagai air baku penelitian, Mikroorganisme yang dipakai merupakan mikroorganisme yang tumbuh secara alami pada media penyangga yang terbuat dari plastik berbentuk sarang tawon. Air baku dialirkan ke dalam reaktor secara kontinyu dari bawah ke atas menuju ke bak pengendapan awal, bak biofilter yang telah berisi media dan bak pengendapan akhir. Volume reaktor tetap yaitu 372 liter.
Data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari pengukuran langsung di laboratorium dengan menganalisis konsentrasi zat organik, ammonia, deterjen dan sebagai data pendukung juga dilakukan analisa oksigen terlarut (DO), padatan tersuspensi (SS), nitrat, nitrit, pH dan temperatur. Data yang telah diperoleh pada tahap penelitian diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
Waktu tinggal hidrolis di dalam reaktor berpengaruh terhadap efisiensi penghilangan zat organik, ammonia, deterjen dengan proses biofilter tercelup menggunakan media plastik sarang tawon yaitu semakin besar waktu tinggal hidrolis (laju alir air baku semakin kecil) maka efisiensi penghilangan semakin besar dan laju pembebanan semakin kecil. Efisiensi pengurangan senyawa organik selama masa pembiakan mikroorganisme diperoleh kondisi stabil sekitar 60%.
Kondisi terbaik diperoleh pada pengolahan dengan aerasi, pada waktu tinggal hidrolis 4 jam dengan efisiensi pengurangan senyawa organik 68,702%; deterjen 71,85%; ammonia 68,44%; padatan tersuspensi 76,89% dan oksigen terlarut 25,64%. Sedangkan terjadi hubungan linier antara beban zat dengan efisiensi pengurangan yaitu beban senyawa organik y = -0,087x + 74,30; beban deterjen y = -1,883x + 79,76; beban ammonia y = -0,3096x + 73,53 dan beban padatan tersuspensi y = -0,0543x + 78,32.
Penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan menggunakan media lain seperti keramik, random packing untuk mengetahui efisiensi pengurangan zat pencemar lainnya yang paling optimal sehingga dapat dibandingkan dengan penelitian ini. Selain itu jugs perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis bakteri yang mampu menguraikan senyawa organik, ammonia, deterjen lebih optimal.
Pada saat ini laju penggunaan air tanah menunjukkan kecenderungan yang semakin tidak rasional yang apabila tidak segera diatasi dengan berbagai upaya seperti rehabilitasi dan perlindungan sumberdaya air tanah dan pengaturan eksploitasi air tanah akan menimbulkan kelangkaan sumberdaya air tanah yang pada akhirnya menimbulkan kasus-kasus kerusakan lingkungan, seperti penurunan muka air tanah instrusi air laut dan amblesan tanah (land subsidence). Kasus kerusakan lingkungan semakin diperparah oleh rusaknya kawasan resapan air (recharge area) akibat dimanfaatkan untuk permukiman dan kegiatan budidaya yang mengabaikan fungsi lingkungan dan kaidah penataan ruang. Mengingat begitu pentingnya sumberdaya air dan demi kelangsungan kehidupan itu sendiri seharusnya disadari bahwa sumberdaya air baik air permukaan maupun air tanah harus mendapatkan perlindungan sebaik-baiknya agar diperoleh manfaat yang optimum sehingga tidak ada lagi penggunaan sumberdaya air secara boros.

Raw Drinking Water Quality Improvement By Biological Process (A Case Study in Raw Drinking Water Treatment By Submerged Biofilter Using Honeycomb Tube Plastic Media)Water is essential for human. Due to rapidly increased population, the demand of clean water increases. The problems are deterioration of water quality to make drinking water, increased production cost and low quality water product. Sub standard clean water or biologically or chemically contaminated water has a negative effect on public health in such a short time. Therefore, the supplier of clean water must be able to provide a community with water quality that complies with drinking water standard.
The problem of clean water is quite complicated. Microorganism contamination on water bodies or drinkable water supply often happens. We should be aware of a kind of physical or chemical contamination, such as contamination by mutagenic or carcinogenic micro pollutants. This happens not only because of rapid urbanization and industrialization, but also the use of production technology that are harmful to environment and public health.
One of problems often found lately in drinking water is the presence of trihalomethanes (THMs) compounds as a side effect of disinfection process using chlorine gas or hypochlorite compounds. In addition, detergent-contaminated water can't be decomposed easily by existing plant. Therefore, there's an assumption that drinking water still contains these compounds. This is our concern because accumulated detergent compounds may cause cancer.
To overcome the deterioration of water quality, a pretreatment using biological process is needed; PAM doesn't need to change the existing plant. Instead, it only needs to build auxiliary installation operating in the beginning of the water treatment. Raw drinking water treatment by submerged biofilter using honeycomb tube plastic media is a simple process with a good result. This process can reduce detergent compounds, ammonia, and organic materials in the water.
The purpose of the research are : (a) to know the effect of aeration system and without aeration system on the concentrations reduction of organic materials, ammonia, and detergent by submerged biofilter using honeycomb tube plastic media ; (b) to compare the reduction efficiency rate of organic materials, ammonia and detergent by submerged biofilter using honeycomb tube plastic media with hydraulics retention time 1, 2, 3 and 4 hours in order to know the optimal of reduction rate; (c) to study the affectivity of water treatment using aerobic and anaerobic by submerged biofilter using honeycomb tube plastic media as an alternative technology to achieve environmental management.
From the research, we hope to get : (a). information on the risk of consuming drinkable water if the water treatment is sub standard; (b). raw drinking water treatment by submerged biofilter using honeycomb tube plastic media is hoped applicant as alternative technology that are safety of harmful to health and environment.
Proposed hypothesis are : (a).submerged biofilter process using honeycomb tube plastic media with aeration system is able to reduce concentration and increase reduction efficiency of organic, ammonia and detergent material that more optimal in the raw drinking water treatment; (b). As longer as. Hydraulics retention time in the reactor will increase reduction concentrations and reduction efficiency of organic, ammonia and detergent in raw water treatment by submerged biofilter using honeycomb tube plastic media.
The research was conducted using experiment method from March until June 2002. Water from Kalimalang River is used as the raw water in this research. The microorganisms are naturally growth microorganisms on honeycomb tube plastic media. Water was flowed into the reactor continuously with upward direction toward preliminary settling tank, biofilter tank containing media, and final settling tank. The reactor tank is fixed, the volume is 372 liters.
The data is these researches are primary data gathered through direct measurements in a laboratory, by analyzing concentration of organic materials, ammonia, and detergents. As supporting data, analysis of oxygen dissolved, suspended solid, nitrate, nitrit, pH and temperature were also carried out. All the gathered data from this stage were processed and then are presented in tables and charts.
Hydraulics retention time in reactor has effect on the reduction efficiency of organic materials, ammonia, and detergent by submerged biofilter using honeycomb tube plastic media. Smaller flows (hydrolysis time is longer) cause higher reduction efficiency and smaller loading rate. Reduction efficiency of microorganism compounds during the growth path is around 60 %.
The best conditions are achieved in aerobic treatment (Hydrolysis time 4 hours) with the reduction efficiency 68,702% for organic materials, 71,85% for detergent, 68,44% for ammonia and 76,89% for suspended solid. The relationship between organic loading and removal efficiency showed linear relation expressed by Y = -0,087X + 74,30; detergent loading Y = -1,883X + 79,76; ammonia loading Y = -0,3096X + 73,53; and suspended solid loading Y = -0,543X + 78,32.
The research need to be followed up, such as using ceramic or random packing to know the optimum reduction efficiency of other contaminants compares to this research. Besides, following research are needed to study other bacteria species having ability to reduce more effectively on organic materials, ammonia, and detergent better.
Now ground water using rate shows irrational inclination. If this isn't handled soon with many ways like rehabilitation and ground water resource protection. Ground water exploitation will make scarcity of ground water resource that make environmental deterioration cases at last, such as reduction ground water level, Intrusion Sea and land subsidence. The case of environmental destroy will be more serious condition by recharge area destroy because to be used for living and cultivation activity that ignored environmental function and the spatial plan. Remembering that water resource is very important and for the life itself, it should be realized that water resource both surface water and ground water have to be protected well in order to get optimal useful that nobody's using water resource ineffectively."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T 8177
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitepu, Onasis
"ABSTRAK
Air adalah rat yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Manfaat air bermacam-macam misalaya untuk diminum, sebagai zat pelarut, pembersih dan sebagainya. Air yang berkualitas baik mutlak diperlukan karena kesehatan umum dan peningkatan lingkungan hidup yang sehat sangat dipengaruhi oleh kualitas air.
Penggunaan air semakin meningkat seiring dengan bertambahuya kegiatan di Kampus lnstitut Pertanian Bogor (IPB) Darmaga. Agar air yang dikonsumsi tidak mengandung bibit penyakit, maka pengolahan air yang baik, yang berasal dari sumber air, sangat diperlukan, oleh sebab itu melalui penyediaan air bersih, baik dari segi kualitas maupun kuantitasaya di Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Darmaga diharapkan dapat mezdagkatkan lingkungan Kampus yang higienes sehingga tidak mengbambat kegiatan akademis.
Sumber air bake yang disadap untuk pasokan air di Institut Pertanian Bogor (IPB) berasal dari air permukaan yaitu somber air dari sungai Cihedeung yang dipengamhi oleh lingkungau, iklim dan cuaca, yang dari waktu ke waktu kualitas air permukaan ini akan bembah akibat adanya pencemaran selama alirannya.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka diperlukan suatu evaluasi terhadap kapasitas dan unit-unit pengolahan air bersih yang ada sehiagga dapat memberikan gambaran terhadap kondisi-kondisi yang ada pada bangunan pengolahan air, sehingga dapat memberikan masukan yang dianggap perlu dalam mengatasi permasalahan yang ada di unit-unit pengolahan air bersih yang ada di Kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga.

"
2001
S35636
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krismono
"Danau Limboto di Provinsi Gorontalo merupakan aset ekologis aset media produksi perikanan."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2010
551 LIMNO 17:2 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dibuat sebuah modul alat peraga proses pengisian air minum kemasan otomatis dengan menggunakan sistem conveyer dan dikendalikan menggunakan Programmable Logic Controller (PLC). Pada perancangan alat peraga ini digunakan sensor proximity kapasitif dengan nomor seri E2K-C25MF1 tipe normally open yang berguna untuk mendeteksi level ketinggian pengisian air dalam kemasan dan sensor photoelectric yang dibuat oleh pabrikan Sunex tipe EX-D200E yang digunakan untuk mendeteksi kemasan yang bergerak di atas conveyer. Dengan menggunakan kedua sensor tersebut PLC dapat memonitor dan mengkontrol proses pengisian dan pengemasan secara otomatis. "
Universitas Indonesia, 2006
S28854
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadoni Noviyanto Koesnodo
"Isu perubahan lingkungan merupakan salah satu hal yang menjadi pusat perhatian saat ini. Manusia sebagai makhluk hidup tidak terlepas dari zat sisa atau sampah. Dari sebagian besar sampah yang dihasilkan tidak semua teratasi dengan baik. Sehingga sampah menjadi perhatian yang menarik untuk dipelajari. Bantar Gebang adalah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) wilayah Jabodetabek. Desa Taman Rahayu merupakan salah satu daerah yang berbatasan langsung dengan TPA Bantar Gebang. Keberadaan sampah yang besar di daerah TPA tentu dapat mempengaruhi air tanah warga sekitar. Survey Geoiisika dengan metode geolistrik koniigurasi Wenner - Schlumberger telah dilakukan dengan tujuan untuk mendeteksi adanya pencemaran yang ada di bawah permukaan. Interpretasi secara 2-D dari empat lintasan Wenner - Schlumberger dengan bentangan 155 meter dapat mendeteksi adanya pencemaran pada air tanah oleh air sampah dan mengetahui sejauh mana penyebaran ser1a arah penyebaran.

Environmental change issues is one thing that became the center of attention at this time. Human beings do not live apart from the substance waste or garbage. Most of the vvaste generated is not all under control. That make trash has become an attractive focus for study. Bantar Gebang as Final Trash Landfill for people in Jabodetabek. Taman Rahayu Village is one of the areas immediately adjacent to the landfill Bantar Gebang. The existence of huge waste in the landfill area can certainly affect the ground water. Geophysical survey using geoelectric method Wenner - Schlumberger has been conducted to detect contaminants that exist below the surface. Interpretation in 2-D from the four trajectories Wenner-Schlumberger with the stretch of 155 meters can detect the existence of contamination in ground water by waste water (leacheate) and to know the extent of spread and direction of dispersal."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29380
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tegar Habib
"Cooling Tower merupakan salah satu komponen penting bersama dengan mesin lainnya di suatu industri yang berfungsi untuk menurunkan temperature air. Cooling Tower sistem terbuka menggunakan air sebagai media pertukaran panas. Air yang terus bersirkulasi dapat menyebabkan kerak, korosi, dan lumut karena kualitas air menurun sehingga proses pertukaran panas di cooling tower tidak optimal. Umumnya perawatan cooling tower pada industri menggunakan bahan kimia, namun hal tersebut dianggap belum efektif. Langkah alternatif dalam menjaga kualitas air di cooling tower adalah dengan menggunakan ozon. Flowrate, temperature inlet, dan jumlah ozon terlarut yang diinjeksikan tentu berpengaruh pada cooling tower, terutama kualitas air. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh temperature inlet yang divariasikan terhadap kualitas air, efektivitas cooling tower dan penghematan air. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen kuantitatif. Penilitian ini menggunakan miniatur cooling tower dengan sistem terbuka berukuran (70 x 42,5 x 53) cm. Kualitas air dari cooling tower sistem terbuka ditentukan dengan melakukan pengukuran menggunakan alat uji dan melakukan pemeriksaan laboratorium. Data yang dicatat dari penelitian ini adalah Electric Conductivity, Total Dissolved Solid (TDS), pH, alkalinitas, Ca dan Mg Hardness, Na, dan Cl, serta Range dan Approach. Data tersebut akan digunakan untuk mencari nilai Losses, Practical Ozone Scaling Index (POSI), memprediksi nilai Maximum Cycle dan Maximum Cycle of Concentration, menghitung nilai Blowdown Rate dan Make up Water yang dibutuhkan dan menghitung persentase Efektivitas Cooling Tower. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan bahwa temperature inlet 30? merupakan temperature inlet yang paling optimal. Ketika temperature inlet 30?, jumlah volume air blowdown dapat menurun 60,94% dan jumlah kebutuhan make up water dapat menurun 36,76%.

Cooling Tower is an important component along with other machines in an industry that functions to reduce water temperature. Open system cooling towers use water as a heat exchange medium. Water that continues to circulate can cause scale, corrosion, and moss because the quality of the water decreases so that the heat exchange process in the cooling tower is not optimal. Generally, cooling tower maintenance in industry uses chemicals, but this is considered ineffective. An alternative step in maintaining water quality in cooling towers is to use ozone. Flowrate, inlet temperature, and the amount of dissolved ozone injected certainly affect the cooling tower, especially water quality. The purpose of this study was to determine the effect of varied inlet temperature on water quality, cooling tower effectiveness and water savings. The method used in this study is a quantitative experiment. This research uses a miniature cooling tower with an open system measuring (70 x 42.5 x 53) cm. Water quality from an open system cooling tower is determined by measuring using a test kit and conducting laboratory tests. Data recorded from this study are Electric Conductivity, Total Dissolved Solid (TDS), pH, alkalinity, Ca and Mg Hardness, Na and Cl, as well as Range and Approach. The data will be used to find Losses values, Practical Ozone Scaling Index (POSI), predict Maximum Cycle and Maximum Cycle of Concentration values, calculate the required Blowdown Rate and Make up Water values and calculate the percentage of Cooling Tower Effectiveness. The results obtained from this study indicate that the inlet temperature of 30? is the most optimal inlet temperature. When the inlet temperature is 30?, the amount of blowdown water volume can decrease by 60.94% and the amount of make-up water needed can decrease by 36.76%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>