Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 59371 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rangga Wijaya
"Air merupakan komponen yang sangat panting untuk digunakan dalam industri. Air banyak digunakan sebagai pendingin (cooling wafer), boiler feed wafer, kondensasi, chilling, pertukaran panas, dan lain sebagainya Agar memenuhi persyarutan untuk proses industri, maka air tcrsebut harus diolah (di-rrealment) terlebih dahulu. Metode pengoiahan air yang sering digunakan dalam industri adalah metode canon-anion exchange (pertukaran kation-anion) dengan resin penukar ion _ Metode lain yang telah Iama diteliti dan dikembangkan adalah metode pengolahan air dengan magnetisasi. Tuj uan utama dari pengolahan air adalah untuk mengurangi peinbentukan scale (kerak). Scale tcrbagi menjadi dua, yaitu I hard scale (kalsi0 dan sq# scale (aragonir dan varerir). Hard scale umumnya menycbab!-can kehila ngan energi dan kerugian biaya yang cukup besar.
Untuk mencliti pcngaruh xncdan magnet terhadap sifat-sifat air, maka dilakukan pengukuran terhadap sifat-sifat air sebelum dan sesudah magnetisasi, baik sifat fisika maupun sifat kimianya. Parameter yang diuji adalah pl-I, konduktivitas, viskositas dan kandungan ion Ca” dalam air. Pengujian ini menggunakan magnet batang permanen Neobimium (Nb) yang divariasikan kuat medannya dan orientasi kutub magnetnya.
Efek medan magnet menyebabkan terjadinya kenaikan pl-I sehingga pH larutan menjadi bersifat bzqlifr. pl-Inya berubah menjadi 6,79 dan 7,17 dalam waktu 15 menit magnetisasi. Kuat medan yang-digunakan adalah 1520 Gauss. Medan magnet jua menyebabkan terjadinya penurunan konduktivitas. Faklor-faktor yang mempengaruhi penurunan itu adaiah kuat medan magnet dan kutub-kutub magnet (dipole dan monopole) Viskositas air juga mengalami penurunan yang disebabkan oleh lcumb-kutub magnet baik dipole maupun monopole. Sedangkan hasil uji AAS tidak menunjukkan adanya perubahan konsentrasi Ca".
Perubahan sifat-sifat air ini disebabkan oleh terpengaruhnya ion-ion yang ada di dalam air dan molekul-molekul air oleh efek medan magnet. Reaksi pembentukan aragoni! mempakan reaksi kesetimbangan, sehingga kristal-I-uistal yang terbentuk dapat dengan mudah kembali menj adi ion-ion Ca2+."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S49386
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haris Nova Eka Putri
"Air merupakan komoditi penting yang digunakan di industri terutama pada peralatan proses. Untuk itu air perlu mendapat perhatian khusus akan masalah-masalah yang ditimbulkannya seperti korosi dan kerak. Jenis kerak dibagi menjadi dua yaitu hard scale (kalsit) dan soft scale (aragonit dan vaterit). Kalsit inilah yang menyebabkan terjadinya penyumbatan aliran pada pipa. Hal ini dapat menurunkan efisiensi perpindahan panas pada alat-alat penukar panas yang menghambat proses produksi. Untuk mengatasi masalah tersebut, telah dikembangkan suatu metode alternatif untuk pengolahan air yaitu dengan magnetisasi. Magnetisasi ini ditujukan untuk mengurangi pembentukan deposit kerak pada dinding peralatan, biasanya berupa CaC03. Penelitian dilakukan dengan melakukan proses magnetisasi terhadap larutan Na2C03 menggunakan pompa sirkulasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efektivitas proses magnetisasi terhadap pembentukan kerak. Variabel penting yang diamati meliputi: waktu sirkulasi larutan, jumlah magnet, kecepatan sirkulasi, dan kuat medan magnet. Pengukuran efektivitas magnetisasi terhadap pembentukan deposit kerak akan diamati pada konsentrasi ion Ca2+, berat deposit CaC03, jenis dan ukuran kristal dengan membandingkan data magnetisasi dan non magnetisasi. Untuk uji analisis yang akan dilakukan yaitu menggunakan uji ion selective Ca2+, titrasi kompleksometri EDTA, foto mikroskop, dan X-Ray Diffraction. Dari hasil analisis di larutan, ditemukan bahwa magnetisasi menyebabkan penurunan yang signifikan pada konsentrasi ion Ca"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49563
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Romadhon Nuzuly
"[Telah dilakukan substitusi Ni pada senyawa perovskite La0,67Ba0,33Mn1-xNixO3 with x = 0; 0,01; 0,02; 0,03; 0,04; and 0,05 dan dikarakterisasi dengan difraksi sinar x, permagraf, dan four point probe (FPP). Semua sampel menunjukkan struktur kristal orthorombik pada suhu ruangan. Parameter kisi a, b, c cenderung konstan seiring
bertambahnya Ni pada Mn. Magnetisasi saturasi untuk semua sampel belum dapat ditentukan yang dikarenakan hasil pengukuran permagraf belum terbentuk kurva histeresis. Selain itu, nilai magnetisasi remanen untuk semua sampel bernilai nol atau tidak ada. Magnetoresistansi negatif terjadi pada x = 0 dengan rasio 15,625% dan magnetoresistansi positif terjadi pada x = 0,01 sampai dengan 0,05 dengan persentase maksimum 18,341% untuk x = 0,01.;Ni-substituted to perovskites La0,67Ba0,33Mn1-xNixO3 with x = 0; 0.01; 0.02; 0.03; 0.04; and 0.05, have been done and investigated by x-ray diffraction, permagraph,
and four point probe (FPP) measurements. All samples show an orthorhombic structure in room temperature. The cell parameter a, b, c tent to consist with increasing Ni content. Magnetization saturation for all samples can not be measure, because the hysteresis loop is not form. On the other side, magnetic remanence is zore for all samples. Negative magnetoresistance appears at x = 0 with ratio 15.625% and positive magnetoresistance appears at x = 0.01 untill 0.05 with
maximum ratio 18.341% for x = 0.01., Ni-substituted to perovskites La0,67Ba0,33Mn1-xNixO3 with x = 0; 0.01; 0.02; 0.03;
0.04; and 0.05, have been done and investigated by x-ray diffraction, permagraph,
and four point probe (FPP) measurements. All samples show an orthorhombic
structure in room temperature. The cell parameter a, b, c tent to consist with
increasing Ni content. Magnetization saturation for all samples can not be measure,
because the hysteresis loop is not form. On the other side, magnetic remanence is
zore for all samples. Negative magnetoresistance appears at x = 0 with ratio
15.625% and positive magnetoresistance appears at x = 0.01 untill 0.05 with
maximum ratio 18.341% for x = 0.01.]"
Universitas Indonesia, 2015
T43931
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pakpahan, Jaya Sari
"Material perovskite manganites (x = 0; 0,05; 0,1; 0,15) dari bahan dasar Lanthanum (III) Oxide , Calsium Carbonate , Stronsium Carbonate , Manganese (II) Carbonate , Iron (III) Oxide telah disintesis dengan menggunakan metode solid state. Bahan dasar dicampur dan digerus dengan menggunakan mortar dan pestel, dikompaksi, kalsinasi pada suhu 800°C selama 8 jam , sampel serbuk disintering pada suhu 900°C selama 24 jam dan sampel pellet disintering pada suhu 1000°C selama 12 jam dan 1200°C selama 12 jam dengan kenaikan 8 jam. Hasil karakterisasi menggunakan X-Ray Diffractometer (XRD) menunjukkan struktur kristal Rhombohedral dengan space group R-3c, subsitusi Fe terhadap sampel tidak mengubah struktrur kristal tetapi mengubah nilai parameter kisi kristal. Karaktersasi SEM-EDS menampilkan ukuran grain dan mengkonfirmasi unsur penyusun material dengan doping Fe berhasil tersubsitusi. karakterisasi SEM-EDS dengan menggunakan metode elemental mapping mengkonfirmasi homogenitas sampel. Hasil pengukuran nilai magnetisasi menggunakan permagraph menunjukkan penurunan nilai magnetisasi seiring bertambahnya konsentrasi doping Fe. Penurunan nilai magnetisasi secara signifikan terlihat pada doping Fe di atas 5%. Penurunan nilai magnetisasi disebabkan karena adanya interaksi Double Exchange & Superexchange yang terjadi pada sampel.

Material perovskite manganese (x = 0; 0,05; 0,1; 0,15) from base material Lanthanum (III) Oxide, Calsium Carbonate, Stronsium Carbonate, Manganese (II) Carbonate, Iron (III) Oxide have been synthesized using solid state reaction method. The basic ingredients were mixed and ground using a mortar and pestle , compacted, calcined at 800°C for 8 hours, sintered the powder sample at 900°C for 24 hours, sintered the pellet sample at 1200°C for 12 hours in 8 hour increments and re- sintered the pellet sample at 1000°C for 12 hours. The result of characterization using an X-Ray Diffractometer (XRD) shows a rhombohedral crystal structure with space group R-3c. The substitution of Fe in the sample does not change the crystal structure but changes the value of the crystal lattice parameter. SEM-EDS characterization shows grain size and confirms that the constituent elements of the material with Fe doping have been succesfully substituted. SEM-EDS characterization using elemental mapping method confirmed the homogeneity of the sample. The result of measuring the magnetization value using a permagraph showed a decrease in the magnetization value as the concentration of Fe doping increased. A significant decrease in magnetization value was seen in Fe doping above 5%. The decrease in magnetization value is due to the Double Exchange (DE) and superexchange interactions that occur in the sample."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abraham Laurens Rettob
"Pengujian efek medan magnet terhadap presipitasi CaCO3 merupakan salah satu topik yang banyak diteliti untuk dapat menjelaskan efektifitas proses Anti-scale Magnetic Treatment (AMT). Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan pengaruh magnetisasi yang berbeda ? beda sehingga menimbulkan kontroversi. Beberapa peneliti dengan menggunakan magnetisasi sistem statis mendapatkan efek magnetisasi menekan presipitasi CaCO3 (mekanisme ion) dan peneliti lainnya mendapatkan efek magnetisasi mempercepat presipitasi CaCO3 (mekanisme presipitasi in situ). Hal ini dipengaruhi oleh kondisi operasi seperti pH, suhu, dan waktu magnetisasi. Untuk itu, perlu dilakukan studi yang lebih mendalam tentang efek medan magnet terhadap presipitasi CaCO3. Untuk mempelajari efek medan magnet terhadap presipitasi CaCO3 dengan sistim statis, maka parameter yang diamati adalah jumlah presipitasi total CaCO3 dan deposit CaCO3 dengan menggunakan metode analisis titrasi kompleksometri EDTA dan analisa jenis kristal CaCO3 pada deposit dilakukan dengan metode XRD. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa kenaikan pH akan meningkatkan presipitasi CaCO3 dan menurunkan kandungan ion di larutan sehingga terjadi perubahan mekanisme ion menjadi mekanisme presipitasi in situ. Pada variasi suhu larutan diperoleh efek magnetisasi dominan terjadi di fasa larutan dan semakin berkurang dengan naiknya suhu. Pada variasi waktu magnetisasi didapatkan penurunan presipitasi CaCO3 di fasa permukaan dengan semakin lama waktu magnetisasi. Analisis XRD menunjukan bahwa jenis kristal CaCO3 yang dominan terbentuk di permukaan adalah kalsit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49583
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Ariessita
"Salah satu sistem dalam metode magnetisasi yang mampu mengurangi deposit CaC03 adalah dengan magnerisasi statis larutan Na2C03. Pada sistem ini, dapat dilihat fenomena medan magnet (yang diduga) dapat memperkuat energi hidrasi ion CO32- sehingga ion tersebut tidak mudah bergabung dengan ion Ca"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49567
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Candra Kurniawan
"Penelitian spintronika memiliki ide untuk memanipulasi spin elektron pada suatu sistem zat padat dengan tujuan untuk menghasilkan divais masa depan, seperti divais logika terintegrasi dan sistem penyimpan data non-volatile. Salah satunya adalah pengembangan divais racetrack memory yang berbasis domain wall (DW) magnetik dalam sistem kawat nano (nanowire) sebagai media penyimpanan data yang diusulkan oleh S. Parkin, dkk. pada tahun 2008. Perhatian penting pengembangan racetrack memory adalah karakteristik DW pada material magnetik dengan orientasi magnetisasi anisotropik sejajar bidang (in-plane anisotropy, IMA) dan tegak lurus bidang (perpendicular magnetic anisotropy, PMA). Kelebihan dari material PMA adalah mampu mengurangi besarnya arus ambang (threshold) hingga satu orde (~ 1011 Am-2) untuk menggerakkan DW sepanjang kawat nano dan mengurangi dampak pemanasan Joule. Dalam penelitian ini, dilakukan studi dinamika pegerakan DW dalam kawat nano berorientasi magnetisasi sejajar (IMA) dan tegak lurus (PMA) berbasis material feromagnetik menggunakan pendekatan simulasi mikromagnetik. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa pada material CoFeB yang bertipe PMA, DW memiliki kecenderungan orientasi perputaran magnetisasi secara natural (groundstate) yang bergantung pada geometri kawat nano sehingga memunculkan tipe Bloch Wall atau Néel Wall. Dengan demikian dapat didefinisikan suatu ukuran kritis (tc) transisi Bloch Wall menjadi Néel Wall sebanding dengan perubahan ukuran kawat nano melalui kalkulasi sederhana berdasarkan profil magnetisasi Mx dan My. Pada nanowire CoFeB, diketahui bahwa perubahan durasi pulsa magnetik eksternal mempengaruhi besaran medan Walker breakdown (HWB). Semakin pendek durasi pulsa magnetik, maka nilai HWB akan semakin besar. Pergeseran nilai HWB pada durasi pulsa magnetik yang lebih singkat disebabkan adanya kebutuhan energi DW untuk bergerak sepanjang kawat nano yang lebih dominan. Pada material IMA, seperti Permalloy, ditunjukkan bahwa ukuran kedalaman notch yang semakin besar sebanding dengan peningkatan arus depinning (Jd) untuk menggerakkan DW keluar dari area notch. Stuktur internal DW juga mengalami transformasi bentuk dari transversal menjadi anti-vortex dalam proses depinning. Pada material PMA CoFeB, ditunjukkan juga bahwa kedalaman ukuran notch memiliki korelasi berbanding lurus terhadap besarnya Jd. Namun demikian, pada kedalaman notch yang semakin besar terjadi peningkatan nilai Jd yang signifikan, terutama pada ukuran > 20 nm. Selain itu, nilai Jd tersebut lebih dipengaruhi oleh ketebalan kawat nano pada ukuran yang lebih tipis. Karakteristik ini dipengaruhi oleh peningkatan luas ukuran melintang (cross-sectional area), sehingga meningkatkan dominasi energi demagnetisasi untuk menahan DW pada kondisi pinning. Dipahami bahwa peningkatan energi DW saat depinning dapat disebabkan oleh perubahan ukuran struktur DW yang terjadi pada ukuran kawat nano yang lebih besar.

The spintronics research had an idea to manipulate the electron spin in the solid state system with the purpose to obtain future devices, such as the integrated logic and the non-volatile memory. One of the important topics was the development of racetrack memory, based on the magnetic domain wall (DW) on the nanowire system as proposed by S. Parkin et al. in 2008. The interesting part of racetrack memory was the DW characteristics in the magnetic materials with in-plane anisotropy (IMA) and perpendicular magnetic anisotropy (PMA). The advantages of the PMA materials are the lower threshold current (~1011 Am-2) to move DW along the nanowire and reduce the impact of Joule heating. In this work, the DW dynamics on the ferromagnetic nanowire with IMA and PMA orientation have been studied utilizing micromagnetic simulation. The results showed that on the PMA CoFeB material, the DW magnetization tends to change gradually in the groundstate condition depending on nanowire geometries to obtain the Bloch Wall or the Néel Wall. Therefore, a critical transition size (tc) of the Bloch Wall to Néel Wall can be defined as the increasing nanowire size by performing a simple calculation based on the Mx and My magnetization profile. In the CoFeB nanowire, it is understood that the decreasing of external magnetic pulse duration influenced the value of the Walker breakdown field (HWB). The HWB increased as the decreasing of pulse duration decreased. The shifted HWB values in the shorter pulse duration were caused by the dominant energy needed to move DW along the nanowire. The IMA material, such as Permalloy, showed that the increasing of notch dept related to the increasing of depinning current (Jd) to move the DW out from the notch area. The DW internal structure was also transformed from transverse to anti-vortex in the depinning process. The PMA CoFeB materials also showed that the notch dept size was related proportionally to the increased Jd. However, the Jd value increased significantly in the notch dept size larger than 20 nm. Furthermore, the Jd values are more influenced by the decreasing nanowire thickness. This characteristic was related to the increase of the cross-sectional area, so the demagnetization energy was dominated on the DW in the pinning condition. It is understood that the increase of DW depinning energy is caused by the DW structural change in the larger nanowire."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko M. Hartono
"Air sangat penting untuk kelangsungan kehidupan manusia untuk dimanfaatkan tidak hanya untuk keperluan sehari- hari seperti untuk minum, makan, mandi, namun juga untuk keperluan lain seperti pertanian, industri, pariwisata dan lain sebagainya. Pertambahan penduduk, peningkatan jumlah pemukiman, pertumbuhan industri khususnya di sepanjang daerah aliran sungai dan yang membuang limbahnya ke air permukaan tersebut, menyebabkan terjadinya peningkatan pencemaran kualitas air permukaan. Bangunan instalasi pengolahan air minum yang mengolah air baku menjadi air minum telah berusia 15 sampai dengan 40 tahun, yang pembangunannya didasarkan terhadap kualitas air baku yang ada pada masa itu. Pada kenyataannya kualitas air baku sekarang ini sudah melampaui batasan parameter kualitas standar yang diijinkan sesuai ketentuan yang ada. Upaya penambahan bangunan pengolahan serta penambahan proses pengolahan sebagai alternative teknologi untuk mengurangi beban pencemar menyebabkan menambah biaya investasi yang berakibat dengan meningkatnya biaya produksi air minum. Peningkatan biaya produksi akan juga berpengaruh terhadap tarif air minum. Penelitian ini bertujuan untuk mendap atkan pendapat konsumen pelanggan air minum terhadap kesediaan membayar tarif (willingness to pay) air minum terhadap pelayanan air minum. Penelitian ini dilakukan terhadap pelanggan air minum dari Instalasi Pengolahan Air Minum Buaran, Pulo Gadung dan Pejompongan berdasarkan jumlah sambungan dan pelayan yang diberikan oleh pengelolaan PT TPJ (sekarang PT.AERTA) dan PT. PALYJA. Pendekatan perhitungan kesediaan untuk membayar tarif air minum menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) Versi 12. Hasil yang diperoleh bahwa kesediaan untuk membayar tarif air minum tidak hanya ditentukan oleh luas bangunan rumah pelanggan air minum, namun juga tergantung kepada pendapatan pelanggan, jumlah kran dalam rumah, ukuran tanah, dan kualitas air yang dihasilkan.

Water is used not only for daily life such as drink, food, bath but also for other purposes such as agriculture, industry and many other purposes. Population growth, increasing on housing, industrialization, and other generated activities especially along the river basin increased waste pollution. In general, Water Treatment Plants have been constructed for 15 and 40 years ago, with the criteria of the construction of this plant is based on water quality parameter at that time. In fact, raw water quality from river is exceeding water quality parameter standard according to water quality regulation. Alternative technology to reduce that pollution by constructing additional structure or additional process to reduce the pollution in water treatment plan will effect the investment cost as well as the production cost as the result will also effect water tariff. The objectives of this research is to determine the consumer?s opinion on willingness to pay on water supply services. This research is conducted among water supply consumer population from Buaran, Pulo Gadung and Pejompongan water treatment plant, and the proportion on the sample size is also based on number of piping connection under TPJ (AERTA) and PALYJA management. Willingness to pay approach used Statistical Product and Service Solution (SPSS Version 12). It is found that willingness consumer water supply to pay the tariff is not only depending on area of the houses, but also depending on salary of the consumers, number of tap or valve in the house, area of the land and quality of the water produced by water supply enterprises."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2009
TA1377
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nelson Saksono
"Anti scale magnetic treatment is a hard water treatment method using magnetic field to prevent (CaCO3) scale formation. This method has along and controversial history due to its unclear result of its mechanism and effectiveness. The results of researches, hypothesis, or explanations given by researchers were still partial and didn't satistfy yet in answering the magnetic phenomenon. There were three mechanisms which were suggested: ion mechanism. particle mechanism and Lorentz force eject. Hard water contain Ca2+ cations , CO3 anions, and CaCO3, particles. Magnetic field eject on CO3 (ion mechanism) modified hydration of ions which suppressed CaC03 precipitation, whereas magnetization CaCO; particle (particle mechanism) supported particles to attract to each other and increased nucleation rate. Both ion and particle mechanism are clearly showed by using static magnetization system, system where water were static to magnetic field Lorentz force caused ion shift in solution and known as by the magnetohydroidinamic phenomenon that forced nucleation of CaCO3. Lorentz force acts on every ions in hard water when it 's moving through applied magnetic field therefore dynamic magnetization system was needed to investigate this phenomenon. Particle mechanism and Lorentz force effect could increase CaCO, particle formation so that reduced concentration of Ca" ions in bulk solution, in the other hand ion mechanisms with its memory effect on CO3 could suppress CaCO, formation. Magnetization followed by deposition and filtration could increase effectiveness of AMT process."
Jurnal Teknologi, 2006
JUTE-20-4-Des2006-292
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>