Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 63326 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Industri pelapisan logam (electroplating) melupakan salah satu jenis industri
yang menghasilkan limbah B3. Volume limbah yang dihasilkan pada proses
pelapisan logam tidak besar tetapi konsentrasinya sangat pekat, sehingga berbahaya
jika dibuang langsung ke lingkungan. Salah satu sumber limbah pada industri
pelapisan logam adalah sisa larutan dari bak rendaman (Bath) logam pelapis yang
sudah habis masa pakainya. Larutan dalam bak rendaman tersebut meskipun sudah
tidak dapat dipergunakan, tetapi tidak dapat dibuang Iangsung ke lingkungan karena
masih mengandung logam berat dan senyawa kimia beracun dalam konsentrasi
tinggi. Berdasarkan pemikiran di atas maka dirasa perlu dilakukan penanganan
limbah electroplating sebagai salah satu upaya penanggulangan pencemaran
lingkungan
Salah satu alternatif penanganan limbah larutan rendaman adalah dengan
memperoleh kembali logam pelapis yang kadarnya masih cukup tinggi dengan
metode electrawinning. Metode electrowinning bertujuan untuk mendapatkan
logam dari larutan ruah yang kaya akan ion logam secara elektrolisa. Larutan ruah
adalah limbah Copper Bath yang masih kaya akan kandung logam tembaga. Hasil
yang didapat dari proses electrowinning berbentuk serbuk logam tembaga.
Beberapa variabel yang berpengaruh pada proses electrowinning diantaranya adalah
rapat arus, lama waktu, besar tegangan, ion logam pengotor besi, dan pH limbah.
Hasil karakterisasi yang dilakukan terhadap limbah Copper Bath
menunjukkan bahwa limbah terdiri dari beberapa logam berat dengan kandungan
terbesar adalah tembaga, yaitu sebesar 66.250 ppm dan kandungan besi sebesar
9750 ppm. Limbah bersifat asam kuat karena kandungan sulfat yang cukup besar
dengan nilai pH 1,1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses electrowinning
dapat memperoleh kembali (recovery) sejumlah logam tembaga sampai 13% dari
keseluruhan kandungan tembaga di dalam limbah.
Peningkatan tegangan dalam kisaran 3,5 V - 7 V cenderung meningkatkan
jumlah tembaga yang terdeposisi dan efisiensi arus meskipun perubahannya tidak
signifikan. Konsumsi energi meningkat seiring peningkatan tegangan, sebaliknya
kemurnian tembaga menurun. Variabel tegangan yang menghasilkan jumlah
tembaga terdeposisi terbesar, efisiensi arus tertinggi dan konsumsi enengi terbesar
adalah pada 6 Volt. Tegangan yang menghasilkan konsumsi energi terkecil dan
kemurnian tertinggi adalah 3,5 Volt
Peningkatan waktu electrowinning pada rentang 10-60 menit meningkatkan
jumlah tembaga yang terdeposisi maupun kemurniannya dengan nilai maksimum
dicapai pada waktu 60 menit. Peningkatan waktu memperbesar efisiensi arus dan
mencapai titik maksimum pada waktu 30 menit, pada titik ini konsumsi energi
mencapai nilai terendah.
Pada rentang rapat arus 240 A/m2-360 A/m2, peningkatan rapat arus sampai
ke nilai terbesar, 360 A/m2, menghasilkan jumlah tembaga terdeposisi dan efisiensi
arus tertinggi serta konsumsi energi terendah. Sedangkan untuk tingkat kemurnian
tembaga tertinggi dicapai pada rapat arus terendah 240 A/m2.
Ion besi merupakan ion pengotor yang dapat mengganggu proses
electrowinning. Penghilangan ion pengotor besi (Fe3+, Fe2+) melalui proses
pengendapan pada nilai pH 3,5 dan pH 5 menghasilkan endapan coklat dan hijau.
Penghilangan ion pengotor besi cenderung meningkatkan jumlah tembaga yang
terdeposisi dan tingkat efisiensi arus, serta menurunkan konsumsi energi. nilai
tertinggi dicapai pada proses pengendapan dengan pH 3,5. Kemurnian tembaga
cenderung menurun dengan adanya proses penghilangan ion pengotor besi.
Peningkatan pH larutan limbah menjadi 3,5 dan 5 cenderung menghasilkan
dua jenis tembaga yang terdeposisi yaitu endapan yang berwarna hijau dan
berwama coklat dengan perkiraan senyawa yang terbentuk diantaranya adalah
CuFeS2, CuS, FeS (warna coklat) dan Cu4S04(OH)6 (warna hijau). Peningkatan pH
larutan limbah sampai pada nilai 3,5 cenderung meningkatkan jumlah tembaga yang
terdeposisi dan tingkat efisiensi arus. Nilai tertinggi dicapai pada rapat arus 360
A/m2, tegangan 6 Volt, dan lama waktu 30 menit dan akan menghasilkan konsumsi
energi terendah. Tingkat kemurnian logam tembaga tertinggi dihasilkan pada serbuk
coklat pada rapat arus 330 A/m2, tegangan 6 Volt, dan waktu 30 menit.
Konsentrasi minimum logam tembaga dalam limbah yang masih
memungkinkan proses electrowinning dilakukan secara efektif adalah 742 ppm."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49306
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezia Octariana S
"Konsumsi baterai di Indonesia yang dari tahun ke tahun semakin meningkat akan menyebabkan semakin banyaknya baterai bekas yang dibuang ke lingkungan. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas lingkungan akibat pencemaran logam berat, selain itu batu baterai bekas pakai mengandung komponen-komponen yang masih mempunyai nilai ekonomis tinggi. Berdasarkan pemikiran di atas maka dirasakan perlu dilakukan upaya daur ulang batu baterai bekas pakai sebagai salah satu upaya penanggulangan pencemaran lingkungan sekaligus untuk meningkatkan nilai ekonomisnya.
Salah satu altematif proses daur ulang batu baterai bekas pakai adalah untuk mendapatkan kembali logam seng yang terkandung di dalamnya dengan metode leaching dan electrowinning, Metode leaching bertujuan untuk melarutkan logam yang terkandung dalam batu baterai bekas pakai tersebut dengan jalan melarutkannya dengan asam, di sini asam yang digunakan adalah asam sulfat. Sedangkan metode electrowinning bertujuan untuk mendapatkan logam dari suatu larutan ruah yang kaya akan ion logam sebagai hasil dari proses leaching dengan menerapkan prinsip elektrolisa. Sebanyak kurang lebih 54% berat batu baterai bekas pakai yang berupa serbuk campuran logam yang mengandung logam seng kurang lebih 14% dapat diproses dengan metode tersebut.
Pada metode leaching, perubahan tingkat rasio padatan/cairan (rasio P/C)dari 1 : 5 sampai 1 : 75 akan meningkatkan persentase seng terekstraksi dimana didapatkan variabel dengan persentase ekstraksi maksimum pada rasio P/C l : 25. Penambahan waktu leaching dari 7 menit sampai 6 jam tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada kenaikan persentase eksrraksi. Persentase ekstraksi maksimum tercapai pada waktu leaching 15 menit. Variabel konsentrasi H2SO4 yang akan membedakan persentasi ekstraksi maksimum adalah 1 M, di mana kenaikan konsentrasi H2SO4 dari 0,2 M akan menyebabkan persentase seng terekstraksi meningkat sampai titik tersebut dan kemudian menurun sampai konsentrasi 2,5 M.
Pada proses electrowinning, semakin lama waktu electrowinning, maka jumlah yang terdeposisi pada katoda akan semakin meningkat, namun efisiensi penggunaan arus yang diberikan semakin kecil sehingga nilai konsumsi energi terus bertambah. Selain itu, pada peningkatan lama waktu electrowinning terjadi penurunan tingkat kemurnian logam seng yang dihasilkan. Variabel waktu electrowinning dengan jumlah seng terdeposisi maksimum adalah 20 menit. Sedangkan yang menghasilkan nilai efisiensi arus yang paling besar dengan nilai konsumsi energi terendah dan kemurnian terbesar adalah 5 menit.
Peningkatan nilai rapat arus akan mengakibatkan kenaikan jumlah seng yang terdeposisi sampai pada batas tertentu, namun hal ini diikuti dengan penurunan efisiensi arus yang mengakibatkan nilai konsumsi energi menjaid semakin besar. Kemurnian seng terdeposisi akan menurun sejalan dengan ditingkatkannya rapat arus. Pada variasi rapat arus, nilai yang akan menghasilkan jumlah seng terdeposisi maksimum adalah 0,4 A/cm², sedangkan yang menghasilkan efisiensi arus maksimum, konsumsi energi terkecil dan kemurnian terbesar adalah 0,2 A/cm².
Dari hasil percobaan dapat diperoleh kembali logam seng berupa serbuk sampai sebanyak 4,16% dan berupa lempeng sebanyak 23,52% dari ekseluruhan berat batu baterai bekas pakai."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49157
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rian Ashari
"Limbah cair dengan kandungan utama nikel berasal dari banyak aktitilas industri, terutama operasi plating. Limbah cair ini memiliki kandungan nikel yang tinggi sehingga lidak dapal langsung dibuang ke lingkungan. Limbah cair ini perlu diolah (waxed) lsflebih dahulu agar sebagian besar nikel yang, terlann di dalamnya dapat dipisahkan Hasil olahan Iimbah ini mengandung nike! dengan kadar yang zinggi. Perolehan kembali logam berharga dari olahan limbah memberil-:an keuntungan ganda berupa: I) penurunan konsentrasi logam dalam limbah cair untuk memenuhi standar yang direrapkan pemerimah, dan 2) memperoieh keuntungan ekonomis dari pemakaian kembali atau harga jual Iogam yang diperoleh.
Pengolahan Iimbah cair dengan kandungan utarna nike! umumnya dilakukan dengan pengendapan nikel hidroksida. Penambahan suatu larutan alkali hidroksida kepada limbah cair ini akan mengendapkan nike] terlarul sebagai nikel hidroksida. Dengan pengendapan ini, nikel dapat dipisahkan dari limbah cair. Perolehan kembali (recovery) logam dari Iimbah cair dilakukan terhadap logam yang relatif berharga seperti tembagzg perak, dan nikel, Perolehan kembali logam berharga ini dapal dilakukan dengan metode elektrolitik. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41549
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frannicko Marfic Y.
"ABSTRAK
Selama proses pelelehan, permukaan logam seng sangat mudah teroksidasi membentuk lapisan oksida yang menutupi permukaan lelehan yang disebut dengan dross. Sehingga diperlukan suatu proses untuk memperoleh kembali logam seng yang ikut terbuang bersama dross. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode yang efektif dan efisien dalam memperoleh kembali logam seng dengan kemurnian yang tinggi dari limbah padat dross. Pengaruh dari beberapa faktor seperti konsentrasi larutan pelindi dan rapat arus elektrowinning dikaji dalam penelitian ini.
Sampel dross seng dihancurkan terlebih dahulu kemudian dicampur dengan karbon briket dengan perbandingan berat 1:1 dan selanjutnya dilakukan proses pemanggangan di dalam furnace dengan temperatur 700oC selama 1 jam. Sampel awal dan hasil pemanggangan dikarakterisasi menggunakan XRD dan dianalisis menggunakan program Match!2. Selanjutnya dilakukan proses pelindian menggunakan pelarut H2SO4 500 ml dengan variasi konsentrasi 1, 2 dan 4M selama 1 jam dan diaduk. Filtrat hasil pelindian dikarakterisasi menggunakan AAS. Larutan ZnSO4 hasil pelindian dielektrowinning dengan variasi rapat arus 2000, 3000 dan 4000 A/m2 pada suhu 25oC selama 1 jam. Hasil elektrowinning dikarakterisasi menggunakan EDS.
Difraktogram hasil pemanggangan menunjukkan kenaikan puncak unsur Zn dan Al serta penurunan puncak senyawa Fe-Zn13 dan ZnS di dalam sampel. Selain itu terjadi perubahan senyawa seng sulfida menjadi senyawa seng oksida dan seng sulfat. Hasil pelindian menunjukkan, sampel dengan variasi konsentrasi 2M memiliki kandungan seng terekstraksi tertinggi yaitu 24958 ppm. Pada proses elektrowinning sampel dengan variasi konsentrasi 2M dan rapat arus 2000 A/m2 memiliki efisiensi arus paling tinggi mencapai 91,57%. Hasil pengujian EDS menunjukkan kenaikan konsentrasi dan kenaikan rapat arus sama-sama meningkatkan kemurnian seng terdeposisi namun juga meningkatkan persentase pengotor yang ikut terdeposisi pada katoda.

ABSTRACT
During the melting process, the surface layer of the melted zinc can be very easily oxidized to form oxide layer covering the surface of melted zinc called dross. Therefore, the new method is needed to recover zinc from dross solid waste. This research is to determine an effective and efficient method to recover zinc with high purity from dross solid waste. The effect of concentration leaching solution and current density of electrowinning were investigated.
Zinc dross sample were crushed and then mixed with carbon briquettes with a weight ratio of 1:1. Roasting process conducted in the furnace at 700oC for 1 hour. Zinc dross sample and roasting sample were characterized using XRD and analyzed using software Match!2. Leaching process was performed using 500 ml of H2SO4 with variation of concentration are 1, 2 and 4M for 1 hour and stirred. The leaching filtrate were analyzed using AAS. ZnSO4 solution carried electrowinning process with variation of current density are 2000, 3000 dan 4000 A/m2 at 25oC for 1 hour. The result of electrowinning process characterized using EDS.
XRD difractogram results, show the increase in peak of Zn and Al also decrease in peak of Fe-Zn13 and ZnS after roasting process. Moreover there is a change of zinc sulfide to form zinc oxide and zinc sulphate compound. The leaching results indicated that sampel with concentration of 2M has the highest of zinc extracted, the zinc concentration is 24958 ppm. Electrowinning process show the highest current efficiency (91.57%) at the sample with concentration 2M and current density are 2000 A/m2. EDS result indicated that increasing of concentration leaching solution and current density increased the purity of zinc deposition and also increased the percentage of impurities."
2014
S57562
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina CHS
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49016
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Fabiana
"ABSTRAK
Seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna elektronik di seluruh dunia, jumlah Peralatan Listrik dan Elektronik Limbah (WEE) juga meningkat. Sebagian besar logam mulia ditemukan di Printed Circuit Boards (PCBs). Oleh karena itu, metode perolehan logam yang efektif diperlukan untuk memulihkan logam mulia dari PCB yang bersumber dari limbah elektronik. Dalam penelitian ini, logam tembaga diperoleh dari limbah Printed Circuit Board (WPCB) menggunakan proses Leaching dan Ekstraksi Cair-cair. Dalam penelitian ini, proses Leaching dilakukan menggunakan asam klorida 0,2 M (HCl) dan hidrogen peroksida 10% v / v (H2O2) pada suhu 50 °C dalam waktu 8 jam. Proses Leaching berhasil memulihkan 84,79% tembaga dari pre-treated PCB. Sedangkan untuk proses ekstraksi cair-cair, LIX® 84-ICNS 6% v/v yang dilarutkan dalam kerosin digunakan sebagai ekstraktan. Dalam proses ekstraksi, level pH fase akuatik disesuaikan menjadi pH 2, yang mengekstraksi total 98,55% tembaga dari larutan Leaching.

ABSTRACT
As the number of worldwide electronic users rise, so does the amount of Waste Electric and Electronic Equipment (WEE). A large fraction of precious metals is found on Printed Circuit Boards (PCBs). Hence, an effective method of metal recovery is needed in order to recover precious metals from PCBs sourced from electronic waste. In this study, copper metal are recovered from pretreated waste Printed Circuit Boards (WPCBs) using leaching and liquid-liquid extraction processes. In this research, the leaching process is done using 0.2 M hydrochloric acid (HCl) and 10% v/v hydrogen peroxide (H2O2) at a temperature of 50 °C within 8 hours. The leaching process successfully recovered 84.79% of copper from pretreated PCB. Whereas for the liquid-liquid extraction process, 6% v/v LIX® 84-ICNS diluted in kerosene is used as extractant. In the extraction process, the aquatic phase pH level was adjusted to pH 2, which extracted a total of 98.55% of copper from the leachate."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S41280
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Cakti Bramantyo
"ABSTRAK
Kegunaan logam seng yang luas untuk kebutuhan industri maupun kebutuhan sehari-hari secara otomatis akan meningkatkan angka permintaan terhadap logam seng setiap tahunnya. Mengolah kembali logam seng dari dross seng merupakan salah satu cara agar cadangan mineral seng di bumi tidak habis. Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk memperoleh kembali logam seng dari dross seng adalah dengan metode hidro-elektrometalurgi. Proses terdiri dari pemanggangan 700°C, pelindian H2SO4, dan elektrowinning. Penelitian ini meneliti pengaruh dari parameter-parameter pelindian dan elektrowinning pada proses perolehan kembali logam seng. Untuk karakterisasi sampel menggunakan XRD yang dilengkapi dengan perangkat lunak XRD Match!, AAS, dan EDS. Dari penelitian ini, parameter optimal terjadi pada konsentrasi pelindi 2 M H2SO4 dan suhu elektrowinning 25°C pada rapat arus 2000 A/m2. Parameter tersebut menghasilkan efisiensi arus sebesar 91.57% dan kemurnian logam seng sebesar 77.68%.

ABSTRACT
Extensive usability of zinc metal for industry needs and daily needs will automatically increase demand for zinc metal annually. Recovery of zinc metal from zinc dross is one way for zinc mineral deposits in the earth is not exhausted. One method that can be done to recover zinc metal from zinc dross is hydroelectrometallurgy method. The pr°Cess consists of roasting 700°C, H2SO4 leaching, and electrowinning. This study investigated the effect of leaching and electrowinning parameters on recovery of zinc metal. For characterization of samples using XRD, that comes with XRD Match! software, AAS, and EDS. From this study, optimal parameters °Ccurred at 2 M H2SO4 leaching concentration and 25°C electrowinning temperature at 2000 A/m2 current density, each performed for 60 minutes. These parameters produced a current efficiency of 91.57% and a purity of 77.68% zinc metal.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55417
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maretha Putri Ayu
"Seiring dengan berkembangan teknologi di bidang automotif, penggunaan katalis logam merupakan salah satu hal yang penting karena dapat mempercepat reaksi dan dapat membantu memacu reaksi siklohidrogenasi serta reaksi lainnya seperti pembentukan aromatik. Akibat dari penggunaan katalis tersebut maka limbah katalis hasil proses Catalytic Continuous Reforming sangat banyak ditemukan.
Salah satu logam yang banyak digunakan sebagai katalis dalam proses CCR adalah logam kobalt dengan penambahan logam palladium sebagai promotor. Logam kobalt sebagai bahan dasar utama yang terkandung dalam katalis CCR bila dibiarkan dibuang menjadi limbah akan sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Untuk meminimalisir bahaya tersebut maka diperlukan perolehan kembali logam kobalt dari limbah katalis CCR dengan metode leaching.
Dalam penelitian ini digunakan asam sitrat 0,8 M dengan 2% H2O2 pada kondisi operasi 75oC selama 1,5 jam dapat menghasilkan logam Co 77,78%. Setelah proses leaching dilakukan, untuk mendapatkan logam kobalt dengan kemurnian yang lebih baik maka dilakukan proses ekstraksi cair-cair dengan pH 3,5 dan konsentrasi ekstraktan Cyanex 272 sebesar 0,1 M diperoleh logam Co sebesar 77,80% dari total kobalt hasil leaching.

The usage of metal catalyst is important alongside with recent technology development on automotive sector. Metal catalyst is used to fasten any reaction, such as triggering cyclohydrigenation reaction and aromatics forming. These process, which known as catalytic continous reforming (CCR), produce a lot of catalysts waste.
One of metal catalyst that used in large amount on CCR process is cobalt added by palladium as a promotor. Cobalt, which is used as the main component in CCR catalyst, will be dangerous for health and environment if directly thrown away as a waste. For reducing those danger, cobalt is reused by recovering it from CCR catalyst using leaching method.
In this research, 0.8 M citric acid with 2% H2O2 is used at temperature 75°C within 1.5 hours. This methods could recover 77.78% cobalt from CCR. Purification process is done by liquid-liquid extraction with Cyanex 272 0,1 M at pH 3,5 to gain cobalt with higher purity up to 77.80% of total cobalt from leaching.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mauhibiya Shofa
"Serbuk fosfor yang terdapat di dalam lampu fluorescent bekas khususnya jenis lampu trichromatic masih mengandung beberapa logam beharga yang masih dapat digunakan kembali, salah satunya adalah logam yttrium. Pengambilan kembali logam yttrium dari limbah lampu fluorescent dilakukan untuk meningkatkan nilai ekonomis dari lampu.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji selektifitas ekstraktan Cyanex 272 yang mengandung senyawa aktif bis (2,4,4,-trimethylpentyl) phosphinic acid terhadap logam yttrium, dimana ekstraktan ini telah terbukti mampu mengekstrak beberapa logam secara efektif. Pemisahan dilakukan secara ekstraksi cair-cair dengan menggunakan n-heptana sebagai pelarut ekstraktan Cyanex 272 dan larutan asam sulfat sebagai leaching agent serbuk fosfor.
Hasil penelitian menunjukkan proses ekstraksi logam yttrium dari limbah serbuk fosfor menggunakan ekstraktan Cyanex 272 mencapai titik maksimum pada saat konsentrasi asam sulfat sebesar 1 M, konsentrasi ekstraktan sebesar 0,4 M, serta nilai pH larutan fasa akuatik sebesar 5,0 dengan persentase leaching sebesar 62,61% dan persentase ekstraksi sebesar 96,69%.

There are some valuable metals that can be recycled from phosphor powder in spent fluorescent lamps, which one of them is yttrium metal. The recovery of yttrium from spent fluorescent lamps can be used to optimize the economical value of the lamps.
This study aims to test the selectivity of extractant Cyanex 272 that contain bis (2,4,4,-trimethylpentyl) phosphinic acid as its active compound, which is used to extract the yttrium metal from spent phosphor powder. Cyanex 272 is known for its good selectivity to extract some kind of metals. The recovery is done by using liquid-liquid extraction which n-heptana solution is used as the solvent of extractant Cyanex 272 and sulphuric acid solution is used as leaching agent of phosphor powder.
Experimental result showed that maximum condition of the yttrium extraction from phosphor powder using Cyanex 272 is reached by using 1 M sulphuric acid solution, extractant concentration is 0,4 M, and pH value of leaching solution is 5,0 with leaching percentage 62,61% and extraction percentage 96,69%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59903
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>