Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141888 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Supriyanto
"ABSTRAK
Lemari Es (refrigerator/freezer) adalah satu bentuk aplikasi heat transfer dan
merupakan alat refrigerasi yang paling banyak digunakan pada keseharian kegiatan rumah tangga. Fungsi utamanya yang menjaga makanan/minuman agar tetap segar dan bebas dari kerusakan atau pembusukan, membuat hampir setiap rumah tangga mayoritas di perkotaan, menggunakan peralatan tersebut.
Penggunaan lemari es sistem konvensional dengan kondensor berpendingin secara alamiah (didinginkan oleh udara terbuka), adalah yang tipe paling umum digunakan selama ini. Tingkat konsumsi energi listrik yang relatif kecil (60-100 watt) pada alat tersebut, membuat pabrikan lemari es dan juga pengguna rumah tangga kurang memperhatikan akan kemungkinan dilakukannya efisiensi penggunaan daya listrik tersebut.
Sistem pendinginan kondensor secara alamiah tersebut dapat digantikan dengan
sistem konveksi paksa, dengan mengaplikasikan tambahan alat (blower/exhaust fan) pada sisi belakang kondensor. Dengan konveksi paksa tersebut, maka laju pendinginan (laju perpindahan kalor) kondensor dipaksa menjadi lebih cepat, laju pendinginan meningkat, sehingga lebih lanjut, kerja kompresor menjadi lebih efektif dan proses pendinginan lemari es dapat berlangsung lebih cepat. Diharapkan dengan laju pendinginan yang cepat, kerja kompresor menjadi lebih dingan dan siklus konversi energi menjadi lebih efisien, sehingga konsumsi energi yang diperlukan dapat diperkecil.
P
emilihan yang tepat dari sistem konveksi paksa pada lemari pendingin tersebut
diharapkan dapat memberikan pengurangan konsumsi energi listrik. Penghematan daya listrik untuk setiap lemari es tersebut, bila diakumulasikan dengan pengguna alat tersebut secara keseluruhan, diharapkan secara umum mampu memberikan kontribusi terhadap penghematan sumber daya energi.
Dari hasil percobaan ternyata sistem konveksi paksa akan menunjukkan hasil
yang optimal dengan penambahan blower fan yang dipasang pada sisi atas kondensor dengan variasi pengaturan voltase sebesar 12 volt.

"
2001
S49248
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dharma Eka Agustina
""b>ABSTRAK
"]
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana persamaan dan perbedaan karakteristik internal industri konveksi pada tiap tingkat produksi yang dihasilkan serta interaksi spasialnya terhadap asal bahan baku dan pemasaran. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan analisis spasial deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada karakteristik internal industri kecil dan semi menengah umumnya memiliki tingkat produksi rendah dan sedang, sedangkan pada karakteristik internal industri menengah memiliki tingkat produksi yang tinggi. Interaksi spasial pada industri konveksi tingkat produksi tinggi memiliki skala regional dalam perolehan bahan baku dan skala nasional dalam pemasaran, sedangkan pada industri konveksi tingkat produksi sedang dan rendah tidak selalu memiliki perbedaan yang signifikan terhadap skala perolehan bahan baku dan pemasarannya. Industri konveksi tingkat produksi sedang umumnya memiliki skala regional dalam memperoleh bahan baku, sedangkan pada tingkat produksi rendah memiliki skala lokal dalam memperoleh bahan bakunya. Dilihat dari pemasarannya, industri konveksi tingkat produksi sedang dan rendah sudah dapat mencapai skala nasional.
"
"
"ABSTRACT
"
This research is intended to find out the similarities and differences of the internal characteristics of the industrial convection at each level of production and to analyze the spatial interaction towards the origin of raw materials and marketing. The analysis used in this study by using descriptive spatial analysis. The research results showed that on the internal characteristics of small and semi medium industry generally have low and medium levels of production, while on the internal characteristics of medium industry have high level of production. Spatial interaction on the high level of production have regional scale in acquiring raw materials and national scale in its marketing, while on the medium and low levels of production don rsquo t always have a significant di fference against the scale in acquiring raw materials and marketing. Convection industry on the medium level of production generally have regional scale in acquiring raw materials, while on the low level of production have local scale in acquiring raw materials. Viewed from its marketing, convection industry on the medium and low levels of production can already achieve national scale."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldy Andika
"Seiring dengan cepatnya kemajuan teknologi dalam industri elektronik, muncul banyak produk baru yang semakin kecil. Kondisi ini menimbulkan tantangan baru, yaitu kebutuhan akan sistem pendinginan berdimensi kecil dan hemat energi namun memiliki efisiensi termal yang tinggi, dimana jet sintetik dengan input massa nol dan output momentum tidak nol hadir sebagai sistem pendingin yang menjanjikan. Penelitian ini membahas karakteristik perpindahan panas oleh jet sintetik bertipe aliran silang dan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap komputasi dan eksperimental. Tahap eksperimental dilakukan menggunakan function generator untuk menggerakkan membran dua buah membran dengan mengirimkan variasi fungsi sinusoidal dan segiempat dengan frekuensi osilasi sin 80 Hz - square 80 Hz, sin 80 Hz - square 120 Hz, sin 80 Hz - square 160 Hz, sin 120 Hz - square 80 Hz, sin 120 Hz - square 120 Hz, sin 120 Hz - square 160 Hz, sin 160 Hz - square 80 Hz, sin 160 Hz - square 120 Hz, sin 160 Hz - square 160 Hz untuk melihat karakteristik perpindahan panas konvektif pada heat sink. Tahap komputasi dilakukan menggunakan software CFD Fluent dengan model turbulensi k-ω SST dengan tipe meshing Tet/Hybrid Tgrid untuk melihat distribusi aliran dari jet sintetik aliran silang. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh gelombang dan frekuensi getaran membran terhadap laju perpindahan panas yang didapat pada jet sinjetik bertipe aliran silang, dengan penurunan terbesar dicapai variasi gelombang sin 120 Hz - square 80 Hz.

Along with rapid technological advances in the electronics industry, there are many new emerging advanced products which getting smaller in dimension with high space efficiency and work relying on components such as transistors and integrated circuit (IC). However, these conditions also cause new challenges to overcome, one of which is how to cope with the heat generated by the operation of the electronic components in the product with sophisticated cooling system. The cooling system, hence, needs less space and energy consumption but has high thermal efficiency. This is why the synthetic jet with zero net mass flux and non-zero net momentum flux sounds practicable as the new cooling system. This research will discuss the characteristics of flow and convective heat transfer in the cross-flow synthetic jet that was conducted in two stages, computational and experimental stage.The experimental stage was executed using the function generators to drive the upper and lower membranes by sending functions of sinusoidal and square frequency variations with multiple oscillation frequency of sin 80 Hz - square 80 Hz, sin 80 Hz - square 120 Hz, sin 80 Hz - square 160 Hz, sin 120 Hz - square 80 Hz, sin 120 Hz - square 120 Hz, sin 120 Hz - square 160 Hz, sin 160 Hz - square 80 Hz, sin 160 Hz - square 120 Hz, sin 160 Hz - square 160 Hzto see the characteristics of convective heat transfer on the heat sink at each trial. Computational stage was conducted by Fluent CFD software with k-ω SST turbulence model with Tet / Hybrid Tgrid meshing elements type to see the flow distribution of creoss-flow synthetic jet. The results showed the significant influence of waves mode and frequencies to the heat transfer rate of cross-flow synthetic jet, with the best result is on sin 120 Hz- square 80 Hz waves."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44938
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Derry Costhalova
"Indonesia adalah penghasil utama kelapa sawit di dunia. Dari proses pengelolaan tandan buah segar di dapatkan limbah tandan kosong sawit yang berlimpah, sehingga bisa dimanfaatkan menjadi bahan bakar alternatif yang tak akan habis. Dimulai dengan mengeringkan tandan kosong tersebut di dalam drying yang membutuhkan udara dengan temperatur tinggi. Oleh karena itu peran heat exchanger sangat diperlukan dengan memanfaatkan flue gas boiler sehingga tidak memerlukan listrik atau sejenisnya untuk memanaskan udara.
Dengan diketahui desain tube yang diinginkan dan parameter kecepatan, massa laju perpindahan, panjang diameter pipa serta banyaknya pipa yang diperlukan adalah 192 ,255 dan 384 buah pipa. Sehingga didapatkan dimensi heat exchanger adalah 2m x 1,1m x 1,6m, 1,5m x 1,1m x 1,9m dan 1m x 1,1m x 3m dengan penyusunan 16 x 12 pipa, 17 x 15 pipa dan 16 x 24 pipa.
Dari ketiga dimensi heat exchanger tersebut didapatkan hasil simulasi menggunakan software SolidWorks Flow Simulation 2012 yang memenuhi kebutuhan untuk dryer yaitu pada pipa dengan panjang 1m, dengan didapatkan data outlet udara sebesar 76.7°C dan volume flow rate udara sebesar 3.17 m3/s.

Indonesia is the most largest palm oil producer in the world. From palm fruit processing, producing abundant empty fruit bunch, thus, have must be developed to be endless alternative fuel. Starts from drying empty fruit bunch require high temperature airflow. For this reason, heat exchanger needed by employing flue gas boiler in order to avoid electric consumption or equal to increase heat airflow.
By knowing desired tube design and velocity parameter, flow rate, pipe dimension and quantity of pipe, we need 192, 255 and 384 pipes. Thus, we acquire heat exchanger dimension as follows: 2 m x 1.1 m x 1.6m; 1.5 m x 1.1 m x 1.9m and 1m x 1.1m x 3 m with pipe arrangement 16 by 12 pipes, 17 by 15 pipes and 16 by 24 pipes.
Solidworks Flow Simulation 2012 were employed to acquire these three heat exchanger dimesion which fulfil dryer requirement which is 1 meter pipe length and outlet air temperature 76.7°C and airflow volume rate 3.17m3/sec.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S43958
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
"Lemari es merupakan alat refrigerasi yang paling banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Fungsi utama ialah menjaga agar makanan atau minuman
tetap segar.
Penggunaan lemari es secara konvensional ialah menggunakan kondensor
sistem konveksi alamiah dengan udara sebagai media pendingin. Sistem
pendinginan kondensor secara alamiah tersebut dapat digantikan dengan sistem
konveksi paksa dengan menambahkan alat berupa exhaust fan pada sisi atas kabin
lemari es. Hasil yang diperoleh berupa peningkatan nilai efisiensi daya listrik.
Penulisan skripsi ini ditujukan untuk mencari jenis dan daya exhaust fan
yang optimum untuk aplikasi sistem konveksi paksa pada kondensor lemari es ini.
Metode penelitian dilakukan dengan urutan sebagai berikut : kalibrasi daya exhaust
fan baik jenis DC (Nidec, Rulliance Sc. Panaflow) maupun jenis AC (Fulltech)juga
kompresor lemari es, setting beban pendinginan high, medium, low, pengambilan
data konveksi alamiah dan konveksi paksa (enam kali ulangan untuk setiap jenis
dan daya exhaust fan); evaluasi hasil percobaan; dan pengambilan kesimpulan.
Evaluasi dilakukan terhadap waktu hidup dan waktu mati masing-masing. Setting
nilai efisiensi per siklus, nilai efisiensi siklus 24 jam, daya dan laju alir volumetrik.
daya dan laju kalor serta evaluasi menyeluruh terhadap hasil setting beban pendinginan.
Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa sistem konveksi paksa dapat
mengurangi waktu hidup kompresor dengan prosentasi penurunan antara 9.9%
sampai 19.9%. Selain itu ternyata nilai efisiensi siklus 24 jam juga berhubungan
dengan laju kalor dan laju alir volumetrik. Laju kalor yang tinggi dengan konsumsi
daya listrik rendah pada akhirnya akan meningkatkan nilai efisiensi daya listrik,
seperti ditunjukan pada exhaust fan Nidec.
Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa untuk penerapan sistem
konveksi paksa di kondensor lemari es, kebutuhan daya exhaust fan akan meningkat
seiring dengan bertambahnya setting beban pendinginan."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49344
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reinaldy Nazar
"Hasil beberapa penelitian menunjukan bahwa nanofluida memiliki karakteristik termal yang lebih baik dibandingkan dengan fluida konvensional (air). Berkaitan dengan hal tersebut, saat ini sedang berkembang pemikiran untuk menggunakan nanofluida sebagai fluida perpindahan panas alternatif pada sistem pedingin reaktor. Sementara itu, konveksi alamiah di dalam pipa anulus vertikal merupakan salah satu mekanisme perpindahan panas yang penting dan banyak ditemukan pada reaktor riset TRIGA, reaktor daya generasi baru dan alat konversi energi lainnya. Namun disisi lain karakteristik perpindahan panas nanofluida di dalam pipa anulus vertikal belum banyak diketahui. Oleh karena itu penting dilakukan secara berkesinambungan penelitian-penelitian untuk menganalisis perpindahan panas nanofluida di dalam pipa anulus vertikal. Pada penelitian telah dilakukan analisis numerik menggunakan program computer CFD (computational of fluids dynamic) terhadap karakteristik perpindahan panas konveksi alamiah aliran nanofluida Al2O3-air konsentrasi 2% volume di dalam pipa anulus vertikal. Hasil kajian ini menunjukkan terjadi peningkatan kinerja perpindahan panas (bilangan Nuselt- NU) sebesar 20,5% - 35%. Pada moda konveksi alamiah dengan bilangan 2,4708e+09 £ Ra £ 1,9554e+13 diperoleh korelasi empirik untuk air adalah dan korelasi empirik untuk nanofluida Al2O3-air adalah"
620 JTRN 18:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Leonard T.
"Inteligent Underlay Overlay (IUO) adalah suatu teknik efisiensi penggunaan spektrum frekwensi dalam jaringan GSM yang mengimplementasikan struktur jaringan dua lapisan dengan mengijinkan penggunaan frekwensi reuse yang berbeda untuk setiap lapisan. Pada lapisan yang paling tinggi (overlay), frekwensi reuse yang digunakan adalah frekwensi reuse konvensioanal. Sedangkan pada lapisan paling rendah (underlay), frekwensi reuse yang digunakan adalah frekwensi yang dapat direuse labih agresif yang disebut dengan frekwensi super reuse. Konsep IUO adalah suatu software yang ada pada BSC. Dengan mengimplementasikan IUO maka kapasitas pelanggan yang dapat dilayani akan semakin bertambah tanpa penambahan sel baru. Sel baru tidak bertambah karena sel yang dipakai adalah sel yang telah ada dengan mengurangi cakupan sebagian frekwensi yang ada pada sel tersebut. Frekwensi yang mempunyai cakupan kecil tersebut akan dapat direuse lagi lebih agresif. Selain itu. dengan mengimplementasikan IUO pada jaringan maka drop call dan TCH dropped semakin menurun. Sehingga dengan mengimplementasikan I UO pada jaringan. maka kualitas jaringan akan semakin meningkat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S39869
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ridwan
"Dalam industri migas, proses perhitungan transaksi (custody transfer) banyak dilakukan menggunakan sistem metering. Pada setiap transaksi harus dipastikan sistem metering memiliki performa yang baik dan mampu melakukan pengukuran dengan benar, yang dibuktikan dengan nilai repeatability yang didapat saat proving harus memenuhi standar yang telah disepakati. Di lapangan, terdapat permasalahan berupa variasi laju aliran dari bagian hulu, yang mengganggu proses proving dan mempengaruhi performa sistem metering.
Pada penelitian ini dibahas mengenai pengendalian aliran untuk mengkompensasi permasalahan tersebut dan meningkatkan repeatability sistem metering. Sistem metering akan dimodelkan dan dilakukan perancangan pengendali PID menggunakan metode Tempat Kedudukan Akar. Pengujian kemampuan pengendali mengatasi gangguan dilakukan dengan simulasi dengan model yang telah diperoleh.
Hasil simulasi menunjukkan sistem metering dengan pengendali PID mampu menghasilkan nilai repeatability yang baik, yaitu dengan variasi gangguan 5% dan 10% didapat nilai 0.0028 dan 0.0013. Sistem juga memiliki overshoot yang kecil, settling time yang cepat, dan steady-state error yang mendekati nol.

In the oil and gas industry, the process of calculating transaction (custody transfer) is mostly done using metering system. In each transaction must be ascertained that metering system has a good performance and is able to take measurements correctly, and it should be proven with the repeatability value that must meet agreed standard, when proving was carried out. On the field, there are problems from disturbances that caused by flow rate variation from upstream side of the meter, that must affect the proving process, and so the performance of metering system.
This report will discuss control of the flow to compensates the disturbances and improve the performance of metering, by improving its repeatability value. Metering system will be modeled and PID controller design will be done by root locus method. The ability of the controller on compensating the disturbances with the model will be simulated.
The simulation results show the metering system with PID controllers are able to produce good repeatability value, with the disturbance variation 5% and 10% obtained values 0.0028 and 0.0013. The system also has a small overshoot, fast settling time, and near zero steady-state error.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55215
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>