Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91984 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R. Lukman Hakim
"ABSTRAK
Limbah cair resin sintetik merupakan salah salu bentuk limbah yang dapal menyebabkan turunnya kualitas air, sehingga dibutuhkan suatu pengolahan yang, sesuai dengan karakteristik air limbah. Proses pengolahan limbah secara biologi dengan menggunakan lumpur aktif merupakan salah salu alternatif yang dapat digunakan dalam mengolah limbah resin sintetik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja proses lumpur aktif, pengaruh waktu tinggal air limbah dan konsentrasi limbah umuk limbah sebelum diolah dan sesudah diolah secara kimia. Percobaan dilakukan dengan menvariasikan waktu tinggal air iimbah dan konsentrasi limbah. Parameter operasi yang diamati adalah oksigen terlarut, MLSS, MLVSS, COD aliran masuk dan keluar, surfaktan aliran masuk dan keluar serta pH aliran masuk dan keluar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa % penyisihan COD dan surfaktan pada konsentrasai 1000 mg/l yang telah diolah secara kimia menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi limbah 2200 mg/l yang belum diolah secara kimia. Untuk % penyisihan COD dan surfaktan dihasilkan % penyisihan sebesar 90% dan 96%. Sedangkan untuk konsentrasi keluaran COD dan surfaktan dihasilkan konsentrasi keluaran sebesar 100 mg/l dan 0,5 mg/l. Penelitian ini juga membuktikan bahwa terdapat hubungan antara beban organik dan beban limbah terhadap % penyisihan COD. Untuk beban limbah sebesar 0,25 g COD/lt.hari dihasiikan % penyisihan COD sebesar 90%, sedangkan untuk beban organik 0,064 g COD/MLSS.hari, % penyisihan CODnya mencapai 90%.
Selain itu terdapat pula hubungan antara oksigen terlarut dengan % penyisihan COD, dimana semakin tinggi oksigen terlarut daiam tangki aerasi semakin besar pula % penyisihan CODnya. Untuk perkembangan pH pada proses lumpur aktif terus mengalami kenaikan seiring dengan bertambanhnya waktu tinggal air limbah dalam tangki aerasi. pH keluaran hasil pengolahan lumpur aktif berkisar antara 5 sampai 6 baik untuk konsentrasi 2200 mg/l alau 1000 mg/l."
2000
S49172
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Digdoyo
"ABSTRAK
Setiap pembangunan industri minuman bir mempunyai pengaruh terhadap lingkungan, karena industri minuman bir menghasilkan limbah dan apabila limbah tersebut dibiarkan, limbah tersebut akan berpotensi untuk mencemari 1ingkungan. Untuk mencegah pencemaran lingkungan, bakumutu yang dihasilkan dari proses instalasi pengolahan limbah industri minuman bir harus berada di bawah baku mutu yang ditetapkan dari Surat Keputusan Kotamadya Dati 11 Tangerang No 660.1/SK1395JLH-94 tanggal 19 September 1994.
Penggunaan unit reaktor Upflow Anaerob Sludge Blanket (UASB) di dalam instalasi pengolahan limbah cair industri minuman bir mempunyai beberapa kelebihan, karena seiain berfungsi menurunkan parameter-parameter kadar limbah cair minuman bir, juga dapat menghasilkan gas metana, dan dapat dikonversi menjadi energi listrik. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi kinerja dari reaktor UASB guna memperoleh informasi yang sesuai mengenai pemanfaatan reaktor UASB sebagai :
1. Unit pengolah limbah cair
2. Reaktor UASB sebagai sumber energi gas metana
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahul tingkat efisiensi reaktor UASB dan produksi gas metana yang dihasilkan, dengan memperhatikan beban pencemaran, kesesuain desain dan standar pengoperasian. Efisiensi reaktor UASB dapat diamati melalui besarnya removal capacity yang dihasilkan setelah kadar limbah cair melalui reaktor UASB, sedangkan volume gas metana yang dihasilkan diamati melaiul penurunan COD dan besarnya Volatile Fatty Acid.
Dalam penelitian ini kondisi khusus yang diberlakukan pada kadar limbah cair sebelum menuju unit reaktor UASB adalah pH 7 - 7,5, temperatur adalah 30 - 37°Celcius, volume UASB = 380 m3 dan Hydraulic Retention Time = HRT = 11 jam pada kapasitas :
- aliran umpan rata-rata = 36,79 m3/jam dengan Organic Loading Rate (OLR)= 6,06 kg COD/hari
- aliran umpan rata-rata = 36,72 m3/jam dengan Organic Loading Rate (OLR) = 5,87 kg COD/hari
Dari hasil percobaan didapat hal-hal berikut:
1. Adanya sifat hubungan yang sangat kuat antara parameter limbah cair sebelum melalui reaktor UASB dan sesudah melalui reaktor UASB, baik dari aliran umpan rata-rata = 36,79 m3/jam dan OLR =6,06 kg COD/hari maupun pada aliran umpan rata-rata = 36,72 m3/jam dan OLR =5,87 COD/hari. Adapun nilai r (hubungan) pada aliran umpan rata-rata = 36,79 m3/jam dan OLR =6,06 kg CQD/hari adalah CODt=0,05, CODs=(0,33), pH=0,75, SS=(0,18), sedangkan nilai r (hubungan) pada aliran umpan rata-rata = 36,72 m3/jam dan OLR =5,87 COD/hari adalah CODt=0,52, CODs=0,33, pH=0,43, SS=0,37. Di samping itu berdasarkan uji statistik dan basil pengukuran terbukti bahwa reaktor UASB mampu menurunkan kadar limbah cair hingga 82,41%.
2. Efisiensi reaktor UASB yang diperoieti pada aliran umpan 36,79 m3/jam dengan OLR= 6,06 kg COD/had mempunyal efisiensi UASB= 82,38% dan VFA= 81,36% sedangkan aliran umpan 36,72m3/jam dengan OLR=5,87kg COD/had mencapai etisiensi UASB= 82,41%. dan VFA=66,36%, berdasarkan data ini terlihat bahwa Efisiensi reaktor UASB akan meningkat dengan turunnya OLR.
3. Gas metana yang tertinggi diperoleh dari aliran umpan 36,79 m3/jam dengan OLR=6,06 kgCOD/hari pada VFA= 81,36%, menghasilkan gas metana 255,85 m3/hari, sedangkan aliran umpan 36,72 m3ljam OLR=5,87 kg COD/had pada VFA= 66,36%, menghasilkan gas metana 88,72 m3/hari dari data ini terlihat bahwa gas metana akan meningkat dengan mentngkatnya VFA.
4. Kapasitas gas metana 255,85 m3lhari bila dikonversi sebagai energi listrik menjadi 207,24 kilo watt perjam, sedangkan kapasitas gas metana 88,72 m3/hari bila dikonversi sebagai energi listrik menjadi 71,86 kilo watt perjam, ini menunjukkan bahwa daya listrik yang dihasilkan sebanding dengan konversi gas metana.
Sebagai kesimpulan dapat dikemukakan bahwa reaktor UASB merupakan salah satu unit pengolahan limbah cair yang dapat menurunkan kadar limbah cair dan menghasilkan gas metana dan energi gas metana dapat dikonversi menjadi energi listrik.

ABSTRACT
Every development in beer industry may influence its environment, because the industry produces wastes. If the wastes are negleted, it can be a potensial pollutant to environment In order to keep the enviroment away from enviromental pollution, quality of waste treatment outcome must be lower than the stipulated quality standard regulation of Kotamadya Dati Ii Tangerang No. 660.11SK13951LH - 1994 dated 19 err September, 1994.
Using Upflow Anaerob Sludge Blanket (UASB) reactor utilization to waste water has some advantages, such as reducing level of waste water concentration, producing methane gas that can be converted into electrical energy. Therefore, performance of UASB needs to be evaluated to gain information regarding its benefit as a waste water treatment unit and a source of methane gas energy.
Generally, the research objectives to are detect efficiency level of UASB and production of methane gas by observation on pollution load, suitability on design and standardization in operation. Efficiency level of UASB reactor can be observed by removal capacity, meanwhile the capacity of methane gas production is observed by COD reduction and Volatile Fatty Acids.
Certain conditions are applied to waste water before it is processed in USAB reactor unit; they are as follows : pH 7.7.5; the temperature 30°C -37°C ; USAB volume = 380m3; and hydraulic retention time = 11 hours in capacity :
- A feed flow average of 37.79 m3/hour with Organic Loading Rate (OLR) = 6.4 kg COD/day
- A feed flow average of 36.72 m3/hour with Organic Loading Rate(OLR) = 5.87 kg COD/day
The research can be stated in followings :
1. There is a solid connection on waste water concentration before and after passing through the USAB in both capacities feed flow average of 36.79 m3/hour with Organic Loading Rate (OLR) = 6.06 kg COD/day and a feed flow average of 3712 m3lhour with Organic Loading Rate (OLR) = 5.87 kg COD/day. The result feed flow average of 36.79 m3lhour with Organic Loading Rate (OLR) = 6.06 kg COD/day is CODt =0.05, CODs =(0.33), pH =0.75, SS =(0.18) and a feed flow average of 37.72 m3lhour with Organic Loading Rate (OLR) = 5.87 kg COD/day is CODt =0.52, CODs =0.33, pH =0.43, 55 =0.37. Based on statical test and result measurement, it can be proved that UASB reactor can reduce waste water concentration up to 82,41%.
2. Efficiency of UASB reactor on feed flow average of 36.79 m3/hour with Organic Loading Rate (OLR) = 6.06 kg COD/day is 82.38% and VFA = 8t36%. Meanwhile, UASB reactor of feed flow average of 36.72 m3/hour with Organic Loading Rate (OLR) = 5.87 kg COD/day can reach USAB efficiency = 82.41% and VFA = 66.36%. From the above data, it can be concluded that efficiency UASB reactor is increased with the reduction of OLR.
3. The highest capacity 255.85 m3/day of methane gas can be reached on feed flow average of 36.79 m3/hour with Organic Loading Rate (OLR) = 6.06 kg COD/day and VFA =81.36%. Whilst, the feed flow average of 36.72 m3lhour with Organic Loading Rate (OLR) = 5.87kg COD/day, VFA =66.36% can produce 88.72 m3/day methane gas capacity. It can viewed that methane gas capacity is increased with the growth of VFA.
4. In capacity of 255,85m31day methane gas can be converted into 207.24 kwh electrical energy and capacity of 88.72 m3/day methane gas can be converted into 71.86 kwh. The condition is shown that production of electrical energy is equivalent to methane gas conversion.
It can be concluded that UASB reactor is one of waste water treatment installation which can reduce waste water concentration and produce methane gas as energy; methane gas can be convertion into electrical energy.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Kustiasih
"Di Indonesia, sumber penghasil limbah cair terbesar berasal dari aktivitas rumah tangga, oleh karena itu air limbah harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan masalah bagi lingkungan maupun masalah kesehatan masyarakat. I engo biologis adalah proses yang efektif untuk mengurangi kandungan BOD5, COD, karbon organik, nutrisi dan mikroorganisme patogen dalam air limbah. Pengolahan air limbah menghasilkan sejumlah besar gas rumah kaca terutama metana (CH4), karbon dioksida (CO2) dan dinitrogen oksida (Nfl). Peran pengolahan air limbah juga untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebagai penyebab dari pemanasan global. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi kandungan BOD, C02 dan CH4 dari sistem pengolahan air limbah tangki septik dan biofilter. Pemilihan sistem pengolahan air limbah menentukan besarnya CH4 yang terlepas ke udara sebagai penghasil emisi gas rumah kaca. Hasil pengujian air limbah secara komposit untuk tangki septik (BOD5: 161 mg/L; CH4: 1241 mg/L; CO : 5071 mg/L) dan untuk biofilter (BODy 139.2 mg/L; CH4: 17.1 mg/L; C02: 43.5 mg/L)."
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum , 2017
690 MBA 52:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aldiasman
"Limbah pabrik tahu yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah padat ampas tahu. Sebagai upaya minimisasi limbah pabrik tahu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh limbah ampas tahu dapat dimanfaatkan dalam ransum broiler, dan pengaruhnya terhadap pertambahan berat badan, konsumsi ransum, konversi ransum, mortalitas, Income Over Feed and Chick Cost (IOFCC), dan efisiensi ekonomi ransum perlakuan. Limbah ampas tahu yang digunakan sebagai campuran pakan lain untuk menyusun ransum diperoleh dari salah satu pabrik tahu di Bogor.
Seratus duapuluh ekor DOC broiler strain Shaver Starbro produksi PT. Cargill Indonesia, digunakan sebagai materi penelitian. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan empat ransum perlakuan. Setiap perlakuan mendapat tiga ulangan masing-masing menggunakan sepuluh ekor.
Ransum perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu RO sebagai ransum kontrol, tanpa menggunakan limbah ampas tahu; R1 ransum dengan pemanfaatan 15 % limbah ampas tahu; R2 ransum dengan pemanfaatan 20 % limbah ampas tahu; dan R3 ransum dengan pemanfaatan 25 % limbah ampas tahu.
Parameter yang diamati adalah pertambahan berat badan, konsumsi ransum, konversi ransum, dan berat badan akhir broiler.'Pengamatan juga dilakukan terhadap kemungkinan terjadinya kelainan-kelainan pada broiler dan tingkat mortalitas serta upaya-upaya yang dilakukan oleh pengusaha pabrik tahu dalam pengelolaan limbah.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa taraf pemanfaatan limbah ampas tahu dalam ransum sampai 20 % (R2) tidak nyata mempengaruhi pertambahan berat badan, konsumsi ransum, dan konversi ransum. Ransum ini merupakan ransum yang paling efisien dibandingkan dengan ransum perlakuan lainnya. ICFCC tertinggi diperoleh dari ransum kontrol tetapi tidak efisien, karena harga ransum yang terlalu tinggi.
Dari pengamatan lapangan diketahui bahwa pengelolaan limbah ampas tahu tidak dilakukan dan ditangani sebagaimana mestinya. Sebagai industri kecil yang bersifat industri rumah tangga dengan modal relatif terbatas, pengetahuan mereka dalam pengelolaan limbah juga sangat terbatas.
oleh sebab itu, pemanfaatan limbah ampas tahu dalam ransum broiler merupakan salah satu alternatif untuk meminimisasi limbah dan dapat membantu peternak broiler dalam menekan biaya produksi, sehingga efisiensi produksi meningkat yang berarti meningkatkan pendapatan peternak. Akhirnya, limbah padat ampas tahu dapat dimanfaatkan secara keseluruhan oleh peternak, khususnya peternak broiler dan dengan demikian membantu upaya minimisasi limbah pabrik tahu.
Daftar Kepustakaan: 55 (1955 - 1994).

The Use of Soybean Curd by Product in Broilers' Diet to Minimize Waste Problems.The soybean cured by product used in this experiment was the solid soybean cured by product. In order to minimize the soybean curd industry wastes, a study was designed to obtain the optimum level of the soybean curd waste that could be utilized in broilers' diet, and its effect on the body weight gain, feed consumption, feed conversion, mortality, Income Over Feed and Chick Cost (IOFCC) , and the economical efficiency of the treatment diets. The soybean curd waste used in the diet was obtained; from one of the soybean curd factories in Bogor.
One hundred twenty day-old chicks, Shaver Starbro strain produced by PT. Cargill Indonesia, were used in this study. The experimental design was a Completely
study. The experimental design was a Completely Randomized Design with four treatment diets. Each treatment consisted of three replicates with ten chicks in each replicate.
The treatment diets used in this experiment were RO a control diet with no soybean curd waste; R1 a diet containing 15 % soybean curd waste; R2 a diet containing 20 % soybean curd waste; and R3 a diet containing 25 % soybean curd waste.
The parameters measured were body weight gain, feed consumption, feed conversion, and the final body weight of the broilers. Growth abnormalities, rate of mortality as well as the entrepreneurs' effort to overcome the soybean curd's wastes were also observed.
The results of this study showed that utilizing soybean curd waste in the diet up to 20 % (R2) did not significantly influence the body weight gain, feed consumption, as well as feed conversion. This diet was found to be the most efficient diet of all diets given in the treatment. The highest IOFCC was obtained from the control diet but this control diet was found to be inefficient, due to the high cost of the diet.
From the observations in the field it was found that the soybean curd wastes were not handled and treated scale-industries, mostly home industries with relatively small capitals, their knowledge in handling and treating the wastes were also limited.
It was therefore, the inclusion of soybean curd wastes in broilers' diet was apparently an alternative way to minimize the waste problem as this waste could help the broilers' farmers to lower the cost of production and therefore increase the production efficiency and eventually improve the farmers' income. Ultimately, the solid soybean cured by product could all be utilized by farmers particularly the broilers' farmers and therefore helped to minimize the wastes problems from the soybean cured home industries.
Total of References: 55 (1955 - 1994).

The Use of Soybean Curd by Product in Broilers' Diet to Minimize Waste Problems.The soybean cured by product used in this experiment was the solid soybean cured by product. In order to minimize the soybean curd industry wastes, a study was designed to obtain the optimum level of the soybean curd waste that could be utilized in broilers' diet, and its effect on the body weight gain, feed consumption, feed conversion, mortality, Income Over Feed and Chick Cost (IOFCC) , and the economical efficiency of the treatment diets. The soybean curd waste used in the diet was obtained; from one of the soybean curd factories in Bogor.
One hundred twenty day-old chicks, Shaver Starbro strain produced by PT. Cargill Indonesia, were used in this study. The experimental design was a Completely study. The experimental design was a Completely Randomized Design with four treatment diets. Each treatment consisted of three replicates with ten chicks in each replicate.
The treatment diets used in this experiment were RO a control diet with no soybean curd waste; R1 a diet containing 15 % soybean curd waste; R2 a diet containing 20 % soybean curd waste; and R3 a diet containing 25 % soybean curd waste.
The parameters measured were body weight gain, feed consumption, feed conversion, and the final body weight of the broilers. Growth abnormalities, rate of mortality as well as the entrepreneurs' effort to overcome the soybean curd's wastes were also observed.
The results of this study showed that utilizing soybean curd waste in the diet up to 20 % (R2) did not significantly influence the body weight gain, feed consumption, as well as feed conversion. This diet was found to be the most efficient diet of all diets given in the treatment. The highest IOFCC was obtained from the control diet but this control diet was found to be inefficient, due to the high cost of the diet.
From the observations in the field it was found that the soybean curd wastes were not handled and treated scale-industries, mostly home industries with relatively small capitals, their knowledge in handling and treating the wastes were also limited.
It was therefore, the inclusion of soybean curd wastes in broilers' diet was apparently an alternative way to minimize the waste problem as this waste could help the broilers' farmers to lower the cost of production and therefore increase the production efficiency and eventually improve the farmers' income. Ultimately, the solid soybean cured by product could all be utilized by farmers particularly the broilers' farmers and therefore helped to minimize the wastes problems from the soybean cured home industries.
Total of References: 55 (1955 - 1994).
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Koesnoto Soepranianondo
"ABSTRAK
Pertumbuhan penduduk di kota-kota besar di Indonesia pada akhir dasawarsa ini mengalami peningkatan, tidak terkecuali di Kota Surabaya. Laju pertumbuhan penduduk ini mempunyai dampak dalam turut meningkatkan permintaan untuk pemenuhan kebutuhan pokok antara lain di bidang penyediaan pangan, di mana daging termasuk salah satu di dalamnya.
Meningkatnya kebutuhan akan daging mengakibatkan angka pemotongan ternak bertambah. Setiap ada peningkatan produksi berarti ada peningkatan limbah yang dihasilkan (Hk. Entropi). Meningkatnya limbah berati meningkatnya ketidakberesan dan makin merosotnya kualitas hidup, untuk mengatasi hal ini perlu adanya pengelolaan atau subsidi energi baik dari dalam maupun dari luar (Soerjani 1985).
Pengelolaan limbah rumah potong hewan, merupakan suatu unit yang harus diperhatikan dan dikelola dengan baik, oleh karena salah satu sumber utama pencemaran terhadap karkas adalah limbah rumah potong hewan. Atas dasar itu, pelayanan pengelolaan limbah dapat menjadi tolok ukur baik buruknya baik buruknya pengelolaan suatu rumah potong hewan.
Sebagai bagian dari suatu sistem di rumah potong hewan maka unit pengelolaan limbah merupakan salah satu sub sistem yang sangat banyak berkait dan berinteraksi dengan seluruh sub sistem yang ada di rumah potong hewan. Maka pelaksanaan pengelolaan limbah di rumah potong hewan, merupakan suatu pekerjaan yang konpleks dan membutuhkan penanganan yang tepat. Atas dasar itu, para petugas yang terkait dengan pelaksanaan pengelolaan limbah dituntut memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang memadai.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap petugas berpengaruh terhadap pelaksanaan pengelolaan limbah, serta meneliti seberapa besar pengaruh peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap pengelolaan limbah rumah potong hewan.
Beberapa konsepsi di dalam penelitian ini mendasari tahap-tahap operasional sebagai berikut :
1. Mengetahui tingkat pengetahuan petugas tentang pengelolaan limbah rumah potong hewan.
2. Mengetahui sikap petugas terhadap pelaksanaan pengelolaan limbah rumah potong hewan.
3. Mengukur pengetahuan petugas tentang peraturan perundang-undangan yang menunjang pelaksanaan pengelolaan limbah.
Setelah studi kepustakaan, penelitian ini dilaksanakan dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1) Pemilihan lokasi
Penelitian ini dilakukan di dua rumah potong hewan.
Penentuan lokasi penelitian ini berdasarkan :
a. Angka pemotongan ternak setiap hari di kedua rumah potong hewan tersebut cukup tinggi, jika dibandingkan dengan rumah potong hewan yang lain.
b. RPH Pegirian mempunyai unit pengolahan limbah sedangkan RPH Kedurus tidak mempunyai unit pengolahan limbah.
c. Kedua rumah potong hewan mempunyai cara pemotongan yang berbeda, RPH Pegirian dengan Semi line system sedangkan RPH Redurus dengan Open System.
2) Jenis sampel
Pada penelitian ini sebagai responden diambil seluruh petugas mulai dari pimpinan sampai dengan pelaksana yang ada kaitan tugasnya dengan pengelolaan limbah.
Dari kedua jumah potong hewan tersebut, diperoleh 71 responden yang terdiri dari 45 responden dari rumah potong hewan Pegirian dan 26 responden dari rumah potong hewan Kedurus.
3) Pengumpulan data
Data diperoleh melalui pengamatan langsung, wawancara berstruktur dengan kuestioner dan wawancara mendalam.
4) Pengolahan data
Data yang diperoleh diolah dengan uji statistik, yaitu menggunakan teknik korelasi kontingensi.
5) Di samping hal tersebut di atas, juga dilakukan uji laboratorium terhadap sampel limbah cair rumah potong hewan, yang dilakukan di Laboratorium Teknik Penyehatan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, I.T.S. Surabaya.
Penelitian yang memilih lokasi di rumah potong hewan Pegirian dan rumah potong hewan Kedurus, Kota Madya Surabaya ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Adanya hubungan positif antara tingkat pengetahuan petugas, sikap petugas dan pengetahuan tentang peraturan perundang-undangan dengan pelaksanaan pengelolaan limbah rumah potong hewan.
2. Keadaan rumah potong hewan di Kota Madya Surabaya pada saat ini kurang memuaskan jika ditinjau dari segi kesehatan dan sanitasi lingkungan, hal ini disebabkan karena tidak adanya program pengelolaan limbah yang jelas.
3. Derdasarkan uji laboratorium, limbah rumah potong hewan mempunyai kadar DOD dan COD yang cukup tinggi. Hal ini sangat memungkinkan limbah rumah potong hewan menjadi salah satu sumber pencemaran di Kali Surabaya.
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengusulkan bagi perbaikan dan pengembangan fungsi-fungsi rumah potong hewan, dalam upaya penyediaan daging sehat serta penanggulangan pencemaran lingkunganyang saat ini sedang di galakkan oleh Pemerintah Daerah Kota Madya Surabaya.
1) Usulan teknologi
Teknologi yang dipergunakan adalah teknologi tepat guna mengatasi limbah, yaitu teknologi miskin limbah dan disertai kemampuan untuk mendaur ulangkan limbah.
2) Usulan tindakan
Menentukan prioritas tindakan, yaitu :
a. Mengutamakan peningkatan pengetahuan petugas tentang pengelolaan limbah.
b. Menyediakan unit pengelolaan limbah rumah potong hewan dengan rancang bangun yang sederhana, mudah dan mudah dioperasikan namun efektif dalam pengelolaan limbah.
DAFTAR BACAAN 97 .[1975 - 1988)

ABSTRACT
The population growth in the big cities in Indonesia at the end of this decennial is increasing, not excepting the Surabaya City. This population growth has an impact in improving the demand for the main needs among others in the field of food supply, where meat is one of them.
The increase of the meat requirement has caused an increase in the animal slaughtering. Every production increase means an increase of the waste produced (Entropy Law). The increase of the waste means more troubles and a decline in the life quality. To overcome the subject mentioned above, a waste processing or subsidized energy fromoutside is required (Soerjani 1985).
The management of the slaughter House's waste, is a unit which needs to be given special attention and well managed, because one of the pollution source on the carcass is the waste of the slaughter house. Based on this, the services in processing the waste .can become a yardstick for managing a slaughter house.
As part of the system in the slaughter house the waste processing unit-become one of the subsystem which is very much integrated and interacted with the whole sub systems, which are available in the slaughter house. Thus the implementation of the waste processing in the slaughter house, is a complex job which needs a right handling. Based on the above, the officials who are connected with the implementation of the waste processing should have the right knowledge and skill.
This research is aimed to know the degree of relationship between science and Decisive official's attitude on the implementation of waste processing and to study the influence of the laws and regulations which apply on the waste processing of the slaughter house.
Several concepts in this research is based on the operational stages as follows :
1) To know the degree of knowledge of the officials on the waste processing of the slaughter house.
2) To know the official's attitude on the implementation of the processing of the slaughter house waste.
3) To measure the officials knowledge on the laws and regulation, which support the implementation of the waste processing.
After a library study, this research was done in stages as follows .
1) Location determination
This research was done in two slaughter houses.
The determination of the research locations is based on the followings :
a. The number of animals slaughtered daily in both slaughter houses mentioned above are very high compared with the other slaughter houses in Surabaya city.
b. Pegirian slaughter house has a waste processing unit, while Kedurus slaughter house does not have a waste processing unit.
c. Both these slaughter houses have different method of slaughtering, Pegirian slaughter house uses a Semi line system while the Kedurus slaughter house uses an open system.
2) Type of Sample
In this research, all employees are used as respondents starting from the manager until the working crew, whose job is related to the waste processing. From both these slaughter houses mentioned above, 71 respondents were obtained, consisting of 45 respondents from the Pegirian slaughter house and 26 respondents from the Kedurus slaughter house.
3) Data collection
Data obtained through direct observation, structural interview with questionnaire and indept interview.
4) Data processing
Data obtained is processed with statistical test, that is using contingency correlation techniques.
5) Besides the matter mentioned above, laboratory test is also, done on the liquid waste sample of the slaughter house, which is done in the laboratory of Health Techniques, Civil Engineering and planning faculty, Institute of Technology Surabaya.
This research which chose, the locations of Pegirian and Kedurus slaughter houses, in the city of Surabaya has come to the following conclusions :
1) The existence of the positive relation between the level of the official's knowledge on the law and regulations with the implementation of the slaughter house waste.
2) The condition of the slaughter house in Surabaya city at present is not satisfying looking from the health and sanitation point of view of the environment, this is caused by the non existence of a clear program for waste processing.
3) Based on the laboratory test, the slaughter house waste has a high content of BDD and COD. This makes a greater possibility of the slaughter house waste to become one of the pollution source in the Surabaya city.
This research result can be utilized to propose the improvement and development of the slaughter house functions, in the effort to supply healthy meat and to solve the environmental pollution problems which is at present implemented by the Surabaya city local Government.
1) Proposed Technology
The technology used is the efficient techniques to overcome the waste, which is low waste technology followed by the ability to of recycling with technology.
2) Proposed Action
To determine the priority action, that is :
a) Giving priority on the development of the officials knowledge on the waste processing.
b) To supply a slaughter house waste processing unit with a simple plan, cheap and easy to operate but effective in the waste processing.
List of Reference Books : 47 (1975-1988)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rohil
"ABSTRAK
Permasalahan yang dihadapi oleh pabrik karet remah di Kotamadya Palembang sekarang ini ialah kadar beberapa parameter limbah cair seperti HOD dan COD masih melampaui baku mutu limbah cair. Limbah yang melampaui ambang batas ini dikhawatirkan akan menambah tingkat pencemaran sungai Musi. Untuk mengurangi tingkat pencemaran ini, perlu dilakukan pengendalian terlebih dahulu sebelum limbah tersebut dibuang ke badan air.
Penelitian ini bertujuan menguji bagaimana pengaruh pengendalian limbah cair terhadap kualitas limbah dan biaya produksi karet remah. Penelitian yang dilakukan secara keseluruhan merupakan penelitian deskriptif yang ditunjang oleh penelitian eksperimental. Lokasi penelitian adalah salah satu pabrik karet remah di Kotamadya Palembang. Percobaan dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu perlakuan aerasi tanpa penambahan zat kimia dan perlakuan aerasi dengan penambahan zat kimia serta perlakuan kontrol. Hasil percobaan diukur setelah waktu 24 jam, 48 jam dan 72 jam.
Hasil penelitian dan uji statistik dengan analisa variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa kadar limbah cair karet remah ( BOD, COD dan SS) dapat diturunkan dibawah baku mutu limbah cair. Faktor perlakuan, waktu dan interaksi antara perlakuan dengan waktu, berpengaruh terhadap kadar limbah cair karet remah.
Berdasarkan hasil percobaan, diperkirakan biaya pengendalian tanpa zat kimia sebesar Rp. 73,5 juta dan pengendalian dengan penambahan zat kimia sebesar Rp.124 juta. biaya pengendalian ini akan menambah beban biaya produksi sebesar Rp.4,1 per kg karet (tampa zat kimia) dan Rp.6,9 per kg karet (dengan zat kimia), sehingga laba perusahaan akan berkurang sebesar 29,7 % (tanpa zat kimia) dan 49,9 % (dengan zat kimia).
Daf tar Kepustakaan 34 (1953 - 1990)

ABSTRACT
The problem that is faced by all of crumb rubber factory in Palembang today is the content of .some parameter of liquid waste like BOD and COD are still exceed the standard of effluent. The effluent that exceed the limit is concerned because it will increase the rate of pollution in Musi's river. To reduce the rate of pollution, the waste must be controlled before they are disposed to the river.
The goal of this research is to examine the influence of controlling to the quality of waste and production cost. The whole research is a descriptive research that has been supported by experimental research. The research took place at a crumb rubber factory in Palembang. The experiment was done with 3 kind of treatments. First, aeration treatment without chemical substances adding second, aeration treatment with chemical substances adding and third, controlling treatment. The results were measured after 24 hours, 48 hours and 72 hours.
The results and statistical test with analysis of variance (ANOVA), howed that liquid waste of crumb rubber content could become lower than the standard of effluent. The treatment factor} time and its interaction influenced to content of liquid waste of crumb rubber.
The controlling cost was estimated based on these result of experiment , which is for controlling without chemical substances needed 73,5 -million rupiahs and with chemical substances needed 124 million rupiahs. This controlling cost would raise the production cost Rp.4,1 /kg rubber (without chemical substances) and Rp. 6,9 /kg rubber (with chemical substances), therefore the company's profit would be reduced 29,7 % (without chemical substance) and 49,9 % (with chemical substances).
References 34 (1953 - 1990)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Pratama
"Kota Depok memiliki potensi sampah organik yang melimpah untuk diolah secara anaerobik dan aerobik untuk mendapatkan produk biogas dan kompos. Sebanyak 62 ton lebih per hari sampah organik masuk ke Kota Depok. Penelitian ini bertujuan mencari potensi biogas sampah organik TPA Cipayung yang dikombinasikan dengan tinja sapi dengan perbandingan massa 3:1 dengan metode tumpuk mesofilik perkolasi. Hasilnya adalah potensinya sebesar 278,903 L/Kg TS. Namun, terjadi masalah penyumbatan di awal inisiasi dan juga proyeksi bahwa akan sulit untuk mengangkut tinja sapi dengan massa yang begitu besar ke TPA Cipayung. Selanjutnya adalah pembahasan desain untuk instalasi digesti anaerobik dan pengomposan aerobik dengan perbandingan massa sampah dan tinja 100:1 untuk mengolah 60% massa sampah organik yang masuk dan untuk desain 10 tahun. Diperlukan luas lahan sebesar 0,7251 Ha.

Depok City has abundant organic waste to be processed anaerobically and aerobically. This research try to determine the biogas yield potency of mesophilic percolated batch with mass ratio organic waste:cow dung 3:1. The potency is 278,903 L/Kg TS. Nevertheless, the method has major setbacks for upscaling. The system experienced cloggings and the water must be added and the transportation of the cow dungs on the full scale of the method that would be used. The next exposition is about the design description of combined anaerobic- aerobic waste installation for Cipayung Landfill for 10 years design of 60% organic processed. The proposed design is using mass ratio of organic waste:cow dung for 100:1. 0,7251 Ha area is needed for completion."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44194
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Santosa
"Limbah konstruksi dihasilkan dalam setiap proyek konstruksi baik yang merupakan proyek pembangunan maupun yang merupakan proyek pembongkaran. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dalam beberapa penelitian, kontribusi industri konstruksi terhadap timbulan sampah semakin meningkat. Di Jakarta, upaya pengelolaan yang umum dilakukan terhadap limbah ini adalah dengan cara membuang dan menggunakannya kembali.
Penggunaan kembali utamanya bertujuan untuk mengurangi biaya konstruksi. Namun banyak faktor yang berpengaruh untuk mencapai hal yang dimaksud, oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian ini untuk mengidentifikasikan faktor-faktor berpengaruh yang menyebabkan terjadinya material limbah konstruksi di Jakarta. Pendekatan yang dilakukan adalah secara kualitatif melalui wawancara dan survey questioner.
Penelitian ini diharapkan akan meningkatkan pemahaman akan upaya pengelolaan limbah konstruksi, karakteristik segmen industri konstruksi yang menggunakannya, dan bahan bangunan terdaur ulang (recycled material) dalam konsep sustainable construction."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14801
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febry Dahyani
"Kuantitas biogas dan kadar metana yang dihasilkan dari proses anaerobik berhubungan erat dengan aktivitas mikroorganisme yang dipengaruhi oleh parameter proses maupun komposisi substrat. Salah satu cara optimalisasi proses anaerobik ini adalah dengan menggunakan tambahan inokulum berupa kultur mikroorganisme. Reaktor batch skala laboratorium volume 6000 mL dengan konsentrasi padatan rendah (4-5%) digunakan untuk menganalisa pengaruh penambahan Effective Microorganism 4 (EM4) terhadap penguraian anaerobik hasil cacahan sampah makanan. Penelitian yang berlangsung selama 90 hari membuktikan bahwa, dalam kondisi suhu mesopilik (29,5 ± 1,5 0C), reaktor tanpa penambahan EM4 mengalami penurunan Total Solid (TS) dan Volatile Solid (VS) berturut – turut sebanyak 24% dan 3%, menghasilkan biogas 0,67 m3/kg VS yang hilang, dengan persentase metana 0%. Sedangkan, dengan penambahan EM4 0,2% (v/v) penurunan TS dan VS berturut-turut mencapai 60% dan 44%, dengan laju penurunannya (orde pertama) dipercepat sebanyak 3x dan 20x (dibandingkan tanpa penambahan EM4). Serta menghasilkan biogas 2,01 m3/kg VS yang hilang (hari ke-0 – ke-57) dan 0,98 m3/kg VS yang hilang (hingga hari ke- 90) dengan persentase metana 83%, dan laju pembentukan metana (k) 0,024 hari-1 atau 254,5 L/kg VS.hari. Dari hasil tersebut, diperoleh bahwa proses lebih optimal dengan adanya penambahan kultur mikroorganisme EM4.

Biogas and methane yield from anaerobic process are related to microorganism activity which are affected by process parameters and substrate composition. Optimization of this anaerobic process can be conducted using microorganism culture as inoculums for substrate. Lab-scale batch reactor with volume of 6000 mL and low solid concentration (4 – 5%) are used for analyzing the effect of added Effective Microorganism 4 (EM4) on the anaerobic digestion of shredded food waste. The 90 days experiment at mesophilic condition (29.5 ± 1.5 0C) showed that reactor without addition of EM4 can only achieve Total Solid (TS) and Volatile Solid (VS) removal of 24% and 3%, respectively, biogas yield 0.67 m3/kg VS destroyed, with 0% methane. While, the reactor with addition of 0.2% EM4 (v/v) can achieve TS and VS removal of 60% and 44%, with decomposition rate (first order) were accelerated 3x and 20x (compared to without addition of EM4), respectively. Biogas yield are 2.01 m3/kg VS destroyed (day- 0 – 57) and 0.98 m3/kg VS destroyed (until day- 90), with 83% methane, and methane yield rate (k) at 0.024 day-1or 254.5 L/kg VS.day. These result showed that anaerobic process can be optimized with addition of EM4."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46848
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sebayang, Juli Edi
"ABSTRAK
Pengolahan bahan olah karat rakyat menjadi produk ekspor SIR 20 (Crumb Rubber), menghasilkan limbah cair yang dapat mengakibatkan terganggunya kehidupan organisme perairan dan peruntukan badan air penerima.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 20 Tabun 1990 tentang pengendalian pencemaran air, mengupayakan agar sungai dengan berbagai fungsi perlu mendapat perhatian secara bijaksana, sehingga keseimbangan lingkungan dan upaya pengamanan sungai terhadap kerusakan yang disebabkan oleh tindakan manusia dapat dihindarkan.
Dalam rangka melaksanakan Peraturan Pemerintah tersebut PT. Lingga Djaja membuat sistem pengolahan air limbah bahan olah karet rakyat dengan metode sirkulasi bertahap, diharapkan mampu memperbaiki mutu air limbah sesuai dengan baku mutu limbah yang diizinkan pemerintah.
Penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui kemampuan metode sirkulasi bertahap dalam menurunkan kadar pencemar dan mempelajari pengaruhnya terhadap badan air penerima limbah.
Lokasi penelitian terletak di tepi Sungai Enim, termasuk wilayah Kecamatan Tanjung Agung, lebih kurang 5 Km dari ibu kota Kabupaten Muara Enin, Provinsi Sumatera Selatan.
Untuk memperoleh data yang representatif, dilakukan pengambilan contoh air pada 5 lokasi pengukuran di daerah instalasi pengolahan limbah dan 3 lokasi pengukuran pada Sungai Enim, masing-masing sebanyak 2 kali sehari selama 3 hari berturut-turut.
Selanjutnya dilakukan analisis contoh air di laboratorium untuk parameter BOD 5, COD, NH3-N, TSS, kekeruhan, DO, M03-N, TDS dan P04-P, sedangkan suhu dan pH diukur langsung di lapang (in situ).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode sirkulasi bertahap berdasarkan nilai NSF-WTI hanya mampu menaikkan mutu air limbah sebesar 27,34% dengan nilai BOD 5 (+43,9 mg/I) dan NH3-N (+39,1) masih berada di atas baku mutu limbah cair untuk industri karat yang diizinkan. Sedangkan hasil uji t terhadap rata-rata kadar parameter yang diukur sebelum dan setelah pengolahan menunjukkan adanya perbedaan nilai BOD 5, NH3-N, COD, TSS, sedangkan pH tidak berbeda sebelum dan setelah air limbah mendapat perlakuan sirkulasi bertahap.
Kualitas air Sungai Enim sampai dengan jarak 25 meter dari Effluent tergolong buruk (nilai NSF-WQI 41,66). Pada jarak 100 meter dari Effluent, setelah mendapat pengenceran air sungai sebesar 3510 kali, air sungai tergolong baik (nilai NSF-WQI 67,47), mendekati mutu air baku produksi yang digunakan (nilai NSF-WQI 75,03).
Hasil uji t terhadap rata-rata parameter yang digunakan, terdapat perbedaan BOD 5, COD, dan NH3-N pada jarak 25 meter dari lokasi pembuangan limbah dibandingkan dengan konsentrasi sebelum terjadinya pencemaran, sedangkan pH dan TSS tidak menunjukkan adanya perbedaan. Pada jarak 100 meter dari lokasi pembuangan limbah, parameter BOD 5, COD dan T55 menunjukkan adanya perbedaan dibandingkan dengan konsentrasi sebelum terjadinya pencemaran, sedangkan pH dan NH3-N tidak menunjukkan adanya perbedaan.;

ABSTRACT
The small holder's rubber raw material processing to become crumb rubber (SIR 20) produces liquid waste in which if not properly treated, prior to discharge, may cause disturbance on aquatic living organisms in the receiving water bodies.
The Government Regulation (No. 20, 1990) concerning water pollution control has stated that attention on the multi usage of rivers should be wisely made in order to protect the environment from destruction caused by human activities and keep the nature in balance.
In the implementation of the government policy concerning the environment, PT. Lingga Djaja has treated its effluent using several steps circulation method. It is expected that the treated wastewater of this mill can comply the government's permissible limit for rubber industry.
The research aims to assess the capabilities of' the existing wastewater treatment plant of PT. Lingga Djaja to reduce its pollutants' concentration and the impact to the rivers. The mill located at the river Enim in Tanjung Agung sub-district, 5 km from Muara Enim, South Sumatera Province.
To obtain a representative data, samples were taken from 5 samples within the mill's wastewater treatment units and 3 samples at the river Enim, the samples were taken two times a day in three respective day. From each sample 10 physico-chemical parameters were measured. The BOD 5, COD, NH3-N, TSS, turbidity, dissolved oxigent, N03-N, TDS and P04-P were measured in the laboratory, while pH and water temperature were measured directly in the field (in situ).
The study revealsthat the several steps circulation method can only improve the quality of waste water of about 27,34% wit BOD 5 and HH3-N concentration were still above the government's permissible limit for rubber industry. However, the statistical t test shows that the BOD 5, COD, NH3-N and TSS concentrations, both before and after treatments, were significantly different, but not for pH.
The river water quality until 25 meter from the mill discharge point shows a bad quality (NSF-WQU value is 41,66). But, after 100 meter from discharge point, where 3510 times of dilution caused by the river Enin exists, the quality of water improved (NSF-WQI value is 67,47). This value approaches the upstream river water quality (NSF-WQI value is 75,03).
Statistical t-test on average value of BOD 5, COD, NH3-N 25 meter from the mill discharge point, shows significant difference to concentration before discharge point except for pH and TSS. After 100 meter from the discharge point, the BOD 5, COD, TSS shows a significant difference to the concentration before discharge point except the pH and NH3-N.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>