Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137458 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reni Dewita
"Bangunan membutuhkan identitas agar dikenal dan dipahami masyarakat. Maka untuk menyampaikan identitas tersebut bangunan menggunakan bahasa arsitektur tertentu yang dapat mengungkapkan ekspresi dan karakter yang diinginkan melalui pemakaian kata-kata atau kalimat berupa elemen-etemen dan unsur-unsur pembentuk bangunan yang dikombinasikan dengan metode dan gaga tertentu.
Penulis mengkaji pemakaian bahasa arsitektur untuk mengungkapkan identitas pada bangunan bank, karena bank sangat membutuhkan identitas agar dikenal, terutama identitas bagi usahanya. Bangunan bank ini ingin memiliki karakter dengan kesan tertentu sehingga bangunan mempunyai ciri tersendiri yang berbeda dengan bangunan bank lainnya, dengan kata lain memiliki identitas pada bangunannya.
Hasil kajian ini adalah agar kita dapat mengetahui katakata, kalimat, metode dan gaya yang dipakai sebagai identitas pada bangunan bank itu sehingga kits dapat menyimpulkan apakah bahasa yang digunakannya sudah mampu menjadi identitas bagi bangunan tersebut."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48166
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adriel Nathanael
"Skripsi ini bertujuan untuk menggunakan sebuah pendekatan naratif sebagai metode untuk menganalisis pengalaman arsitektur. Sebuah struktur linear spesifik digunakan untuk mengkategorisasi dan menyusun bagian-bagian yang berbeda untuk membuat pengalaman arsitektur, dengan tujuan untuk mendefinisikan pengalaman dalam bahasa yang mudah dimengerti. Skripsi ini terutama menggunakan teori yang mengelaborasikan komponenkomponen yang diperlukan untuk membangun susunan struktur dan juga metode untuk menganalisis bagaimana manusia akan mengalaminya, yaitu pergerakan dan pengalaman sensori. Konsep luas terkait pengalaman ini akan di spesifikasi menurut aspek struktural naratif, yang akan dikategorisasikan menjadi lima fase struktur linear unik, masing-masing dengan karakteristik fisik yang mempengaruhi semua orang yang melewatinya. Satu prinsip lain yang memisahkan metode naratif ini dari pengkategorian arsitektur lainnya adalah penggunaan persembunyian, pengungkapan, dan kontras, dimana fase-fase naratif akan dibedakan berdasarkan bagaimana setiap fase mengimplementasikan prinsip-prinsip tersebut. Di dalam studi kasus yang dipilih di Tanatap Coffee Ampera, pengimplementasian struktur naratif linear ini mengilustrasikan potensi penggunaan metode ini dalam bentuk arsitektur yang bervariasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan membagi sebuah arsitektur menjadi beberapa bagian, pengalaman orang juga dapat dikategorisasikan, melalui karakteristik fisik dari masing-masing bagian yang mempengaruhi orang dalam berbagai cara. Hubungan antar bagian juga menunjukkan pengaruh nya terhadap orang dan hubungan itulah yang mempersatukan fase-fase individu menjadi sebuah kesatuan pengalaman arsitektur

This thesis aims to use a narrative approach as a method of analyzing architectural experience. A particular linear structure is used to categorize and arrange the different parts that make up an architectural experience, with the purpose of defining experience in an understandable manner. This paper mainly used theories that elaborate on components needed to build the structural arrangement as well as methods to analyze how people will experience it, in this case, movement and sensorial qualities. Those broad concepts regarding experience are specified in the structural aspects of a narrative, which will be categorized into five unique phases of the linear structure, each with its own physical characteristics that affect the people that go through them. One other principle that separates this narrative method from other architectural categorizations is the usage of hiding, revealing, and contrast, in which the phases will be differentiated according to how each implements those principles. In the chosen study case at Tanatap Coffee Ampera, the implementation of this linear narrative structure illustrates the potential usage of this method in a variety of architectural forms. The result of this research showed that by dividing an architecture into several parts, people’s experiences are also able to be categorized, in that each part’s physical characteristics affect people in a different manner. The relationship between each part also showed its impact on people and it is what unites those individual phases into a whole architectural experience."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Undi Gunawan
"Identias arsitektur dianggap sebagai suatu entitas penting yang melekat pada obyek arsitektur. Salah satu anggapan yang beredar adalah pemikiran bahwa lokalitas merupakan sebuah syarat bagi kehadiran sebuah identitas yang valid. Identitas jelas tidak melekat pada benda, melainkan pada benak gagasan pengguna dan pengamatnya. Identitas kemudian menjadi sebuah informasi yang hidup dalam kebudayaan. Semangat menggali lokalitas seolah memperoleh kembali tenaganya dengan semaraknya istilah hibrid dalam kebudayaan.
Tulisan ini bertujuan untuk mengemukakan argumentasi bahwa identitas tidak pernah lahir sebagai suatu esensi murni, bahkan sesuatu yang asli sebenarnya tidak ada. Bahwa proses identitas selalu merupakan proses sub-ordinasi, sesuatu proses yang berhadapan dengan tujuan awal hibriditas; sebuah proses yang berpandangan nominalistik. Argumen dalam tulisan ini disusun melalui pembacaan terhadap pemikiran Homi Bhabha dan Jacques Lacan."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2007
720 JIA 4:2 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Robin Hartanto Honggare
"Skripsi ini membahas peran diagram dalam arsitektur. Dengan menggunakan metode kualitatif dan teknik analisis deskriptif, skripsi ini menunjukkan bahwa diagram digunakan secara bervariasi dan subyektif dalam arsitektur. Lebih lanjut, studi kasus pada karya-karya arsitektur yang menggunakan diagram menunjukkan bahwa peran mutlak diagram dalam bidang arsitektur adalah sebagai bahasa arsitektur, bukan sebagai mesin abstrak. Diagram merupakan sistem tanda visual yang memiliki aksara, yang kemudian membentuk susunan kata dan kalimat untuk menyampaikan maksud penggagasnya, baik sebagai alat eksplanatori maupun alat konseptual.

The focus of this study is to explain the role of diagram in architecture. Using the qualitative method and descriptive analytical technique, this thesis reveals that diagram is used variously and subjectively. Furthermore, the case study on architectural projects which are using diagrams shows the ultimate role of diagram as architecture language, not as an abstract machine. Diagram is a system of visual sign which has its alphabet, then creating an order of words and sentences to deliver the users messages, either as an explanatory or conceptual tools."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1722
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Uniformity adalah gagasan bahasa untuk berkomunikasi pada karya arsitektur. Walaupun sangat bermanfaat bagi pembentukan citra, gagasan ini juga (telah membuat arsitektur menjadi tidak kontekstual. Umumnya, uniformity yang terjadi pada bentuk desain yang sejenis dan produksi massal dapat dirasakan pada bangunan-bangunan komersial yang sangat mengutamakan kepentingan bisnis. Hal ini tampak pada elemen-elemen bangunannya, terutama facade bangunan. Pada kenyataannya, uniformity bisa berdampak positif dan negatif. Dengan demikian, uniformity harus dikembalikan pada konteksnya sebagai esensi arsitektur."
720 JIA 4:1 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Kadek Dwi Noorwatha
"Tujuan penelitian ini untuk merumuskan ciri khas arsitetktur langgam Denpasar (ALD) sebagai patokan dalam memahami keanekaragaman elemen-elemen arsitektur tradisional Bali (ATB). Penelitian ini juga tidak berhenti pada tahap perumusan identitas yang bersifat romantic-retrospektif semata, namun melihat fenomena aplikasi identitas tersebut dalam arsitektur kekinian yang bersifat critical-prospektif. Dengan pemahaman tersebut maka penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif yang secara induksi mengatami, mengkalisfikasikan dan menginterpretasikan elemen-elemen arsitektural sehingga dapat merumuskan suatu identitas ALD yang disebut peciren bebadungan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa identitas ALD ditandai dengan pemakaian batu bata sebagai unsur utama dan modulasi bangunan. ALD lebih adaptif terhadap perpaduan dengan budaya asing dan proporsi bengunan ALD tampak lebih besar yang memberikan karakter kokoh dan tegas, mencerminkan karakter masyarakat Denpasar. Unsur-unsur yang menjadi pembentuk peciren bebadungan adalah: Unsur Kreativitas yaitu unsur pengembangan elemen yang disesuaikan dengan aspek fungsi namun tetap mempertahankan karakter Bali. Unsur Akseptabilitas yaitu unsur keterbukaan terhadap akulturasi dengan budaya asing tanpa menghilangkan karakter dan jati diri. Unsur Komformitas yaitu kesesuaian peruntukan dan visualisasi bangunan untuk mengakomodasi kebutuhan dan gaya hidup modern."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2014
SWISID 2:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lita Amelia Tanias
"Arsitektur adalah wadah yang menampung aktivitas manusia. Sejak danulu, arsitektur selalu menjadi pembicaraan yang menarik, karena berkaitan dengan seni dan ilmu pengetanuan. Hingga saat ini, Arsitektur berkembang sangat pesat dengan ide dan konsep-konsep baru akan karya arsitektur. Perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan teknologi telah membawa arsitektur menjauh dari esensinya sebagai tempat untuk ruang berkegiatan. Revolusi Industri, sebagai langkah besar modernisasi, juga telah membawa arsitektur memasuki era arsitektur modern dengan adanya produksi massal dan keseragaman (uniformity).
Ada dua Iingkungan masalah yang perlu diperhatikan dalam membangun rumah atau bangunan lainnya, yaitu: guna dan citra (image). Artinya, selain harus memenuhi fungsi untuk mewadahi aktivitas manusia, bangunan memberi persepsi terhadap kombinasi setiap elemen desainnya dalam bentuk citra.
Sebenarnya, uniformity adalah gagasan bahasa untuk berkomunikasi pada karya arsitektur. Uniformity merupakan suatu sifat serupa, kesamaan, atau kemiripan suatu objek sebagai standar atau guideline bagi objek Iainnya yang meliputi keseluruhan atau hanya sebagian dari suatu objek. Gagasan ini sangat bermanfaat bagi pembentukan citra, namun juga telah membuat arsitektur menjadi tidak kontekstual.
Umumnya, uniformity terjadi pada bentuk desain yang sejenis dan produksi massal dapat dirasakan pada bangunan-bangunan komersial yang sangat mengutamakan kemajuan bisnis. Hal ini tampak pada elemen-elemen bangunannya, terutama facade bangunan. Pada kenyataannya, uniformity bisa berdampak positif dan negatif. Uniformity yang positif akan membawa pembaharuan yang baik bagi perkembangan arsitektur Indonesia di kemudian nari. Dengan demikian, Uniformity harus dikembalikan pada konteksnya sebagai esensi arsitektur."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48624
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Yanti
"Matahari sebagai salah satu alternatif sumber energi alami yang tersedia di muka bumi, merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan pada proses perencanaan bangunan dengan prinsip desain arsitektur solar. Teori mengenai matahari, iklim, dan energi menjadi dasar bagi upaya penerapan arsitektur solar pada bangunan sekolah, selain tentunya pemahaman teori mengenai arsitektur solar dan sistemnya.
Analisis penerapan arsitektur solar pada beberapa bangunan sekolah pada daerah beriklim dingin dan bangunan sekolah yang berada di Jakarta bertujuan untuk mengetahui upaya pemanfaatan energi matahari pada suatu desain bangunan sekolah dan mengetahui pengaruh posisi dan orientasi suatu bangunan sebagai faktor yang perlu diperhatikan dalam prisip desain arsitektur solar, terhadap suhu radiasi yang diterima."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48303
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febianca
"Struktur seringkali dianggap dan diperlakukan seperti pipa plambing, kabel listrik dan elemen-elemen servis lainnya yang keberadaannya harus disembunyikan karena struktur tidak indah untuk diperlihatkan. Hal tersebut disebabkan oleh prinsip penilaian masyarakat pada saat itu hanya rnelakukan penerapan praktis saja, Yang dimaksud penerapan praktis adalah apabila seseorang menilai benda dari segi fungsi atau kegunaannya saja. Mereka tidak menilai dengan penerapan estetika yaitu menilai suatu benda berdasarkan pengalaman panca inderanya terhadap benda tersebut. Namun seiring perkembangan teknologi dalam Arsitektur telah banyak terlihat bangunan bangunan strukturnya. Masyarakat mulai melihat adanya kemungkinan nilai estetika terkandung dalam elemen struktur. Penilaian estetika merupakan penilaian yang cenderung subyektif dimana patokan sesuatu yang dikatakan indah itu tergantung pada pengalaman dan persepsi orang terhadap sesuatu tersebut Namun terdapat beberapa teori yang menyatakan bahwa penilaian estetika merupakan penilaian yang bisa dijadikan obyektif. Suatu struktur harus memenuhi kriteria-kriteria estetika agar dapat dikatakan indah atau memiliki nilai estetika. Kriteria kriteria ini didapat dari berbagai teori estetika. Untuk mendapatkan penilaian obyektif dari estetika harus ditemukan sebuah rumusan yang akan menjadi patokan penilaian estetika struktur. Namun berdasarkan pendapat Plato dan S.A. Kirkegaard yaitu..."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
S48519
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Prabowo Witanto
"Bangunan Toko Kompak Pasar Baru merupakan salah satu dari sekian banyak bangunan bergaya arsitektur rumah-toko Cina di Jakarta. Tidak seperti bangunan-bangunan sejenis lainnya, Toko Kompak memiliki beberapa keistimewaan, antara lain bahwa bangunan ini didirikan oleh Mayor Tio Tek Ho, seorang Mayor Cina, yang kemudian menjadikan bangunan tersebut sebagai tempat tinggalnya. Keistimewaan lain adalah bangunan ini memiliki berbagai jenis ragam hias yang mencerminkan kepercayaan masyarakat Cina dan keteraturan denah bangunan yang masih mengikuti aturan Feng-Shui, kemudian adanya void atau atrium dan lubang pencahayaan atau rooflight di ruang utama.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa penempatan ragam hias pada bangunan ini mengikuti pola tertentu dan hal tersebut kemudian menjadi patokan untuk merekonstruksi letak titik pusat dan titik sirkulasi bagian-bagian bangunan tersebut, sehingga dapat diperkirakan bahwa ruang utama pada bangunan utama dan ruang tengah pada bangunan belakang menjadi titik pusat-titik sirkulasi bangunan Toko Kompak.
Hampir seluruh bagian bangunan ini memperlihatkan pengaruh arsitektur dan ragam hias Cina yang kuat. Selain itu, adanya unsur-unsur Eropa pada bangunan tersebut menunjukkan adanya perpaduan unsur Cina dengan Eropa, dan dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bangunan Toko Kompak merupakan bangunan bergaya arsitektur Cina dengan perpaduan unsur-unsur Eropa yang terdapat pada beberapa bagiannya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S11812
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>