Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 197264 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tamara
"Perkembangan teknologi dan materi telah dapat menggeser ide luhur manusia dalam bermukim berlandaskan konsep mikro dan makro kosmos. Selain itu, perkembangan pengetahuan & teknologi telah menggeser kondisi ideal bermukim menjadi lebih antroposentris-manusia, akal-pikiran & dunia material. Secara ekstrim pandangan yang mengandalkan materi atau uang telah mendorong manusia melampaui harkat hidupnya di alam semesta ini. Untuk maksud ini, manusia menggali sumber daya alam melampaui batas keseimbangan alam dan manusia itu sendiri. Dan bukan hanya sumber daya alam yang digalinya tetapi segala bentuk benda hasil proses produksi sudah digunakan manusia untuk mengangkat harkatnya.
Skripsi ini akan mengungkapkan fenomena yang akan terjadi akibat dari manusia yang hidup melampaui harkatnya, yaitu persoalan hiperrealitas, simulasi, yang keduanya berkembang dengan kurangnya kontrol diri kita terhadap hasrat yang kita miliki. Tentu saja pembahasan ini tidak terlepas dari pengaruh zaman, yaitu masa modern dan pasca-modern begitu juga dengan kapitalisme yang semakin berkembang disetiap masa. Secara khusus skripsi ini akan membahas akibat fenomena tersebut pada dunia perumahan di Indonesia, khususnya perumahan kota wisata.
Metode analisa yang digunakan adalah dengan mengungkap proses pesandian (proses pemberian makna oleh pengembang) dan pembongkaran sandi (makna yang diterima oleh pembeli) yang akan dibandingkan dengan teori terkait. Hal yang dapat diungkapkan pada skripsi ini diantaranya adalah nilai jual suatu bangunan yang telah dimasuki dengan aspek mimpi oleh pemgembang karena mimpi dinilai memiliki nilai jual lebih baik jika dibandingkan dengan kenyataan. Hal tersebut juga dibuktikan oleh pembeli yang dengan mudahnya dapat tertarik dengan iklan-iklan yang mengedepankan mimpi atau trend, sebenarnya pembeli akan kembali ke kebutuhan dasar yaitu keamanan. Kondisi anomali, yaitu pembeli yang mendesain ulang rumah yang telah dibelinya juga terlihat pada studi kasus ini.

The development of technology and materials is now able to shift mankind’s noble idea in dwelling based on micro and macro cosmos concept. Other than that, the development of science & technology has shifted the ideal condition of dwelling to be more human-anthropocentric, mind & the material world. To put it in an extreme way, the view that relies on material or money has encouraged mankind to go beyond his dignity in the universe. For this purpose, mankind has dug natural resources beyond the equilibrium point of nature and mankind himself. And not only natural resources, but he also dug all kinds of goods, which come as the result of the producing process, to lift up his dignity.
This thesis will reveal the phenomena which will happen as the excess of mankind who lives beyond his dignity, which is the problem of hyper-reality, simulation, both of which develop under the lack of our control towards our own desire. Of course this study cannot be separated from the effect of the age, which is the modern and post-modern era, and also the ever-developing capitalism in every era. Specifically, this thesis will discuss the affect of those phenomena in the housing world in Indonesia, especially the ‘tourism city’ housing.
The method of analysis is by revealing the coding process (the signifying process by the developer) and decoding process (the signified meaning by the buyer) which will be compared using related theory. This thesis can reveal, among others, the selling value of a building that has been intruded by the dream aspect by the developer, because dream is regarded as having better selling value compared to reality. This is proved by the buyer, who is easily attracted by advertisements that puts forward dream or trend, actually the buyer will go back to the basic need, which is security. Anomaly condition, which is buyer who redesigns the house they bought, is also seen in this case study.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S48386
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Ajabar
"Perumahan bertema (themed housing) menjadi semacam trend dikalangan pengembang perumahan. Berbagai tipe perumahan muncul dengan berbagai tema Kota dunia, maupun Indonesia. Sebagai sebuah sirategi marketing, jurus ini cukup efektif dalam meningkatkan penjualan unit rumah. Dilihat dari wacana arsitektur sendiri, desain seperti itu hanya merupakan potongan, bahkan serpihan yang tidak memiliki makna apa-apa, semu, tanpa akar.
Terlepas dari perdebalan tersebut, bagaimana pendapat masyarakat selaku konsumen dari perumahan ini, apakah mereka membeli karena desain/konsep yang ditawarkan? Ataukah ada faktor lainnya?
Apa yang menyebabkan bentuk rekreatif dan harfiah lebih dapat diterima, disukai, dan dibeli oleh masyarakat, walaupun dennan harga yang tidak murah. Lebih jauh Iagi, bagaimana seharusnya seoiang arsitek memposisikan diri dalam wacana seperti ini?
Tulisan ini mencoba untuk melihat fenomena perumahan bertema dari sudut pandang yang berbeda; masyarakat/konsumen.

Themed housing becomes a trend in the wortd of housing developers. Many types of houses appear with many themes of worid cities, and aiso indonesian. As a rnanketing strategy, this kind of way is mostiy efticient to rise the number of house setfng. From architectural view; that kind of design are a meaningless part fake, rootless.
In the other hand, what about the public's opinion, as the consument did they buy it because of the design or concept, Or is there any other factors?
What makes many recreational forms can be accepted, liked and bought by the consuments, although with an expensive price. Further more, how do architect take his position in this condition?
This writing tries to observe the phenomena of this themed housing from different view, the consument view.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48344
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfah Athaya
"ABSTRAK
Tren gaya hidup sendirian atau menyendiri, dalam bahasa Korea disebut nahollojok ???? . Kata ini muncul diakibatkan meningkatnya persentase rumah tangga tunggal ilin gagu /1 ? ?? , krisis ekonomi, pengangguran dan lingkungan sosial yang kompetitif. Hal tersebut, meningkatkan tren honbab makan sendirian dan honsul minum alkohol sendirian dalam masyarakat perkotaan Korea, terutama pada kalangan muda. Oleh karena itu, secara tidak langsung masyarakat Korea telah mulai meninggalkan gaya hidup masyarakat kolektivis. Jurnal ini bertujuan untuk menganalisis munculnya fenomena gaya hidup nahollojok di dalam masyarakat perkotaan akibat adanya transisisi perubahan nilai-nilai kolektivisme di dalam masyarakat Korea Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan mengumpulkan data sekunder. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa gaya hidup masyarakat perkotaan Korea sedang berada dalam transisi perubahan, yaitu lebih menghargai privasi dan kebebasan individu ditengah budaya kolektivisme.

ABSTRACT
The living alone trend in Korean is well known as nahollojok . This term arises because of the high percentage of one person household ilin gagu 1 , economic crisis, unemployment rate and a competitive social environment. So it increases the trend of honbab eating alone and honsul drinking alcohol alone in Korean urban society. Therefore, indirectly Korean society has begun to abandon the lifestyle of collectivist society. The purpose of this journal is to analyze the emergence of the phenomenon of nahollojok lifestyle in urban society due to the transition of changes in values of collectivism in South Korean society. This journal applies descriptive qualitative method by collecting secondary datas. The result of this research shows that the lifestyle of Korean society is in transition of change, which appreciates more the privacy and individual freedom in the culture of collectivism. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Maghfira Muthia Khansa
"Korea lekat akan nilai-nilai Kolektivisme dalam kehidupan masyarakatnya. Korea yang identik dengan jeong sebagai salah satu karakteristik dari Kolektivisme kini mulai meninggalkan nilai tersebut. Dengan kata lain, dewasa ini nilai-nilai kolektivisme sudah tidak penting bagi masyarakat Korea. Rasa kolektivis yang memudar di Korea dapat terlihat dari munculnya perilaku dan gaya hidup individualis yang mendorong perkembangan fenomena budaya Honjok. Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana perilaku dan gaya hidup masyarakat modern Korea dalam membentuk budaya Honjok berkaitan dengan nilai-nilai individualis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perilaku dan gaya hidup individualis dalam budaya Honjok dan kaitannya dengan memudarnya nilai-nilai kolektivis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku individualis seperti menjadi unit rumah tangga satu orang, memilih untuk tidak menikah, melakukan kegiatan makan dan minum sendiri, dan meluangkan waktu dengan diri sendiri adalah suatu gaya hidup individualis yang banyak dilakukan oleh masyarakat modern Korea yang membentuk perkembangan fenomena budaya Honjok. Gaya hidup ini memberikan perubahan dalam aspek sosial-budaya masyarakatnya. Perubahan aspek sosial yang muncul seperti, masyarakat Korea yang semakin individualis. Sedangkan perubahan dalam aspek budaya, yaitu perubahan gaya hidup dan perkembangan penyebaran budaya melalui teknologi digital.

Korean society lives alongside their strongly attached collectivism values. Korea which is characterized by jeong as one of the collectivism characteristics now begin to abandon that value. In other words, now the values of collectivism are not as important to them anymore. The fading collectivist sense in Korea is observed through the emergence of individualist behavior and lifestyles that encourage the development of the Honjok culture phenomenon. The research question is how the behavior and lifestyle of modern Koreans in shaping the Honjok culture are related to individualist values. This study aims to analyze the behavior and lifestyle of individualists in Honjok culture and its relation to the fading of collectivist values using a qualitative method. The results indicate that individualist behaviors such as being a single-person household unit, choosing not to marry, doing eating and drinking activities alone, and spending time with oneself are an individualistic lifestyle that is carried out by modern Korean society that shapes the development of Honjok culture phenomenon, thus change the socio-cultural aspects of the community. Changes in social aspects include Korean society becoming increasingly individualistic. While in cultural aspects include lifestyle changes and the development of culture spread through digital technology."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Donny Sutedi
"Studi ini meneliti gaya hidup, budaya “ngopi” di coffee shop, dan identitas di kalangan generasi Z sebagai konsumer coffee shop di Kota Jakarta. Beberapa tahun terakhir, konsumsi kopi di coffee shop telah berkembang menjadi suatu fenomena global yang mencerminkan gaya hidup masyarakat perkotaan dan konsumerisme. Dalam fenomena ini, generasi Z memainkan peran sentral dengan turut memproduksi makna dan praktik konsumsi kopi di coffee shop sehingga membentuk identitas dalam masyarakat perkotaan. Studi-studi sebelumnya mengenai konsumsi kopi di coffee shop pada generasi Z telah banyak membahas terkait bagaimana kaum muda menggunakan coffee shop sebagai ruang sosial dalam kehidupan sehari-hari. Dalam studi ini, konsumerisme dan taste menjadi unsur penting dalam mengkaji gaya hidup generasi Z dalam budaya “ngopi” di coffee shop yang dapat merepresentasikan identitas di kalangan mereka. Peneliti berargumen bahwa aspek simbolis dan taste dalam budaya “ngopi” di coffee shop berperan terhadap pengukuhan gaya hidup dan identitas kelas menengah kaum muda di perkotaan. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data dari studi literatur, wawancara mendalam, dan observasi partisipan terhadap konsumer kopi di coffee shop di Jakarta.

This study examines the lifestyle and culture of consuming coffee in coffee shops and the identity of Generation Z as coffee shop consumers in Jakarta. In recent years, coffee consumption in coffee shops has evolved into a global phenomenon reflecting urban lifestyle and consumerism. In this phenomenon, Generation Z plays a central role by producing meaning and coffee consumption practices in coffee shops, thereby shaping identity in urban society. Previous studies on coffee consumption in coffee shops among Generation Z have extensively discussed how young people use coffee shops as social spaces in their daily lives. In this study, consumerism and taste become crucial elements in examining Generation Z's lifestyle in the culture of consuming coffee in coffee shops that can represent identity among them. The researcher argues that symbolic aspects and taste in the culture of consuming coffee in coffee shops play a role in reinforcing the lifestyle and identity of the urban middle-class youth. This study uses a qualitative approach with data collection from literature studies, in-depth interviews, and participant observations of coffee shop consumers in Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widiningsih
"Skripsi ini membahas mengenai masyarakat Desa Segamai yang mengalami konvergensi dengan masyarakat Kota Tanjung Batu dalam hal pola konsumsi dan gaya hidup. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Orientasi ekonomi masyarakat desa menunjukkan orientasi ekonomi komersial. Hasil pendapatan digunakan untuk memenuhi pemahaman mereka mengenai kehidupan maju yang berorientasi pada kehidupan kota, melalui konsumsi terhadap berbagai barang yang berasal atau hanya bisa diperoleh dari kota. Lynch mengemukakan bahwa perputaran ide atau informasi yang berlangsung antara masyarakat desa maupun masyarakat kota disebabkan oleh perkembangan teknologi komunikasi media massa , transportasi, infrastruktur, dan migrasi. Meskipun masyarakat Desa Segamai memiliki keterbatasan infrastruktur dan transportasi menuju kota, tetapi tidak menutup adanya hubungan antara Desa Segamai dengan Kota Tanjung Batu. Selain perkembangan media massa, migrasi dalam rangka menjual hasil pertanian berperan penting atas perpindahan barang-barang dari Kota Tanjung Batu menuju Desa Segamai. Hal itu menunjukkan adanya perputaran lain yang tidak termasuk dalam model interaksi desa-kota Lynch, yakni perputaran barang-barang. Pemahaman mereka mengenai kemajuan yang berorientasi pada kota melalui konsumsi terhadap barang-barang kota tadi membuat Desa Segamai tidak bisa terlepas dari Kota Tanjung Batu.
This undergraduate thesis examines about rural in Segamai who convergence with urban in Tanjung Batu within lifestyles and consumption pattern. This is a qualitative research. Their economy orientation shows commercial economy orientation. The income is used to fulfill their understanding about progressive life that oriented on town life, with consumption any goods whom they can only get or buy in town. Lynch say that flow of idea or information around rural and urban is because of the blooming of mass media, transportation, infrastucture, and migration. Although the rural in Segamai has limitedness on infrastructure and transportation toward the town, but there is still interaction possibility between Segamai and Tanjung Batu. Not only the blooming of mass media, migration with purpose selling agriculture crop also has important role in flow of consumer goods from Tanjung Batu to Segamai. The study suggests there is another flow flow of goods or things , that is not consist on Lynch rsquo s rural urban interaction model. Their understanding about urban life with consuming urban goods has the result of continuum between Segamai and Tanjung Batu."
2016
S66208
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufan Radityo
"Dalam dunia yang serba cepat ini penggunaan teknologi sebagai instrumen penunjang kehidupan manusia, telah membuat masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan atau yang biasa disebut kaum urban menjadi lebih cepat untuk mengakses informasi. Informasi ini menjadi sebuah daya yang dapat menghadirkan persepsi-persepsi dalam pola pikir masyarakat urban, baik dari segi ekonomi hingga hasrat kebendaan. Informasi dianggap menjadi komoditas, karena dengan memiliki informasi masyarakat dapat berkomunikasi dengan apa yang terjadi di dunia sekitar. Instagram menjadi salah satu platform yang menunjang kebutuhan informasi masyarakat urban dalam bentuk visual yang bertujuan untuk berkomunikasi antar satu pengguna dengan pengguna lain.

In the world where everything is moving so fast, the usage of technology as an instrument that supports every aspects of human life, makes every single step that people who lived in the city which usually called the urban society, is fond of accessing the information. The strength of the information could represent the perceptions of urban society, from their economical activities to their desire of matters. Information is considered as a commodity because by having a certain information you could communicate with other person that have the same currency as you do, which is the information itself. Instagram came as a platform that provide our daily needs of information. The form of communications that Instagram provides is the visual information that aims the needs to communicate with others."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S63591
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ristia Kurnia
"Citra merupakan sebuah representasi dari sebuah objek yang mampu membentuk sebuah gambaran mental pada subjeknya. Arsitektur dalam kasus ini, merupakan sebuah media untuk mengkomunikasikan citra pada bangunan yang bertujuan untuk menyampaikan - kepribadian - bangunan tersebut kepada orang lain. Dalam menghadapi persaingan globalisasi, citra digunakan oleh bangunan pusat perbelanjaan untuk menjadi sebuah strategi dalam mengembangkan pemasarannya. Dimana citra dijadikan sebagai sebuah alat simulasi untuk membentuk sebuah kondisi hiperrealitas yang mampu membuat kebutuhan untuk datang ke pusat perbelanjaan ini menjadi sebuah kebutuhan primer dan bukan lagi hanya sekedar kebutuhan tersier.
Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengkomunikasian citra pada bangunan, maka digunakan teori bahasa metaphor oleh Adrian Forty. Yang juga didukung dengan melihat studi kasusnya dalam perancangan arsitektur pada pusat perbelanjaan yaitu Grand Indonesia, Lifestyle X - nter, dan Pacific Place. Kemudian pada akhirnya akan terbukti bahwa citra pada bangunan pusat perbelanjaan tidak lagi hanya sekedar berfungsi untuk sekedar menunjukkan identitasnya, melainkan untuk menjadi sebuah cara untuk membentuk masyarakat yang menganggap bahwa mengkonsumsi suatu produk baru dan terus mengikuti perubahan merupakan sebuah kebutuhan mendasar. Dan membuat pusat perbelanjaan ini menjadi sebuah jawaban yang tepat untuk memenuhi kebutuhan mendasar mereka tersebut.

The image is a representation of an object that is able to form a mental picture of its subject. Architecture in this case, is a medium to communicate the image of the building which aims to convey the "personality" of the building to others. To face of global competition, the image on the buildings used by the shopping center to be a strategy to develop its marketing. Where the image used as a simulation tool for forming a hyper reality conditions that could make the need to come to this shopping center becomes into a primary need and no longer just a tertiary needs.
To analyze the factors that influence in communicating the image of the building, the author uses the theory of metaphor language by Adrian Forty. Which is also supported by looking at case studies in architectural design of shopping centers at Grand Indonesia, Lifestyle X'nter, and Pacific Place. Than that ultimately will prove that the image of the shopping center building is no longer merely serves to show only their identity, but also to be a way to form a society, who think that having new products and keeping follow the changes is a basic need. And shopping center becomes a right answer to fulfill this needs.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52287
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Noviar
"Bangunan dengan pusat perbelanjaan di tengah-tengah kota di kota-kota besar, seakan-akan menjadi kebutuhan masyarakatnya. Masyarakat kota pergi ke pusat perbelanjaan atau lebih populer dengan nama mal, Mega mal, Super mal dan entah apa lagi namanya nanti, untuk membeli segala bentuk keperluan sehari-hari, baik sandang maupun pagan. Meningkatnya taraf sosial ekononu masyarakat dan perbedaan kelas sosial, merubah gays hidup masyarakat, khususnya masyarakat kota. Perubahan gays hidup tersebut mempengaruhi cara berbelanja masyarakat, dulu motivasi masyarakat pergi berbelanja adalah membeli segala kebutuhannya, namun sekarang hampir semua individu menikmati berbelanja untuk tujuan rekreasi dan sosialisasi di samping kegiatan untuk membeli kebutuhan. Masyarakat membutuhkan sebuah tempat yang mudah dan gampang mereka kunjungi untuk memenuhi segala kebutuhan, tidak seperti dulu, harus pergi ke beberapa tempat untuk membeli segala kebutuhannya. Perubahan faktor demografis, sosial dan ekonomi mempengaruhi bentuk pusat perbelanjaan, menuntut pusat perbelanjaan agar mampu menangkap kecenderungan yang hidup di masyarakat dan menterjemahkannya dalam bentuk-bentuk pelayanan yang d inginkan. Sebuah pusat perbelanjaan tidaklah lepas dari proses kreatif dan inovatif."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48200
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Palupi, Niken
"Modernisme tidak selalu berbicara masalah style atau gaya arsitektur. Walaupun modernisme nantinya dapat diwujudkan dalam bentuk arsitektural, akan tetapi dalam hal ini modemisme lebih cenderung kepada sebuah pola pikir dalam masyarakat yang sifatnya lebih esensial. Sebuah pola pikir yang menjadi penyebab munculnya budaya global. Di era globalisasi saat ini, pola pikir modemisme telah mendominasi masyarakat. Hal itu disebabkan oleh kapitalisme, birokrasi, teknologi, dan perkembangan ekonomi yang membuat sebuah tren global, sehingga budaya lokal masyarakat berubah menjadi budaya global. Kemudian dengan adanya teknologi, masyarakat menjadi sangat bergantung kepada mesin. Hal itu disebabkan karena' mesin sangat memudahkan masyarakat untuk memenuhi segala kebutuhannya. Lalu dengan adanya modemitas, tradisi masyarakat menjadi seragam dan keorisinalitas budaya lokal pun semakin menghilang.
Yang dimaksud dengan tradisi di sini adalah lebih mengacu kepada kehidupan sehari-hari atau domestik masyarakat yang merupakan suatu rutinitas dan telah diturunkan dari generasi ke generasi. Fenomena yang terjadi dalam kehidupan domestik sebuah keluarga adalah tradisi melayani dan dilayani. Dari fenomena tersebut dapat terlihat bahwa masih ada tradisi yang dipertahankan dan terdapat pula pengaruh modemisme di dalamnya. Namun benarkah terjadi bentrokan antara modemitas dan tradisi yang saling bertentangan tersebut? Atau kah saat ini masyarakat membutuhkan keduanya?"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S48561
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>