Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 78946 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yohanes Richard Pech
"Pada dasarnya setiap agama di dunia ini memiliki cara tersendiri untuk mendekatkan penganutnya kepada penciptanya. Salah satunya adalah kegiatan peziarahan. Konsep mengenai ziarah dapat ditemukan dalam semua tradisi agama. Misalkan pada pemeluk agama Islam yang berkewajiban untuk melakukan perjalanan ke Mekah. Juga bagi pemeluk agama Hindu yang melakukan perjalanan ke sungai Gangga untuk berendam di air sungai Gangga yang dianggap suci bagi pemeluk agama Hindu. Kegiatan ziarah ini sebagai salah satu dari kegiatan ritual membutuhkan keberadaan dan pengalaman ruang yang khusus untuk mewadahi kegiatannya. Arsitektur sebagai salah satu disiplin ilmu yang mengkaji konsep mengenai ruang sangat berkaitan dengan pembentukan ruang-ruang ziarah untuk membuat manusia hanyut ke dalam prosesi perjalanan ziarah yang sampai akhimya menuju ke tempat yang suci sebagai puncak dan akhir dari perjalanan ziarah ini."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49035
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Melva Rebekka
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S47910
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadiki Habib
"[Latar Belakang : Kejadian Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Eksaserbasi akut pada jemaah haji meningkat selama menjalankan aktivitas haji. oleh karena itu, diagnosis dan stratifikasi PPOK sebelum haji perlu dilakukan untuk memulai tatalaksana PPOK sejak dini dan menurunkan risiko eksaserbasi akut. Indeks BODE (Body mass, Obstruction, Dyspnoe, Exercise) merupakan salah satu sistim stratifikasi multidimensional yang dapat dipakai untuk menentukan risiko eksaserbasi. Penelitian ini dibuat untuk mengetahui hubungan antara Indeks BODE dengan kejadian PPOK eksaserbasi akut pada jemaah haji.
Metode : Studi kohort retrospektif pada jemaah haji PPOK asal Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta tahun 2012. Indeks BODE ditentukan dari rekam medis. Rekam medis berasal dari skrining PPOK pada jemaah haji yang dilaksanakan 24 jam sebelum keberangkatan, dan eksaserbasi ditentukan segera setelah jemaah pulang haji melalui proses anamnesis subjek penelitian, laporan dokter kloter, dan melihat catatan di buku kesehatan haji. Hubungan antara dua variabel dan risiko relatif ditentukan dengan uji Chi-Square.
Hasil : Terdapat 60 orang subjek penelitian PPOK yang diambil secara konsekutif dari data sekunder. Ada 35 (58.3%) subjek penelitian yang mengalami PPOK eksaserbasi akut, dan dari keseluruhan eksaserbasi akut ada 5 orang (14.2%) yang rawat inap. Rentang indeks BODE dari 0-6. Subjek penelitian dengan indeks BODE 0-2 berjumlah 48 orang (80%), indeks BODE 3-4 ada 6 orang (10%) dan indeks BODE 5-6 ada 6 orang (10%). Uji Chi Square dengan Fisher Exact Test antara kelompok risiko rendah (indeks BODE 0-3) dengan risiko tinggi (indeks BODE >3) didapatkan p =0.009, RR 1.9 (IK 1.4-2.5)
Simpulan : Rentang Indeks BODE pada jemaah haji PPOK adalah 0-6 dimana Jemaah haji PPOK dengan indeks BODE >3 memiliki risiko eksaserbasi akut 1.9 kali lebih tinggi dibandingkan dengan jemaah haji PPOK dengan indeks BODE 0-3., Background: Incident of acute exacerbation of Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) increase in pilgrims during hajj period. Early diagnosis and grading of COPD before hajj is important to start treatment and reduce risk of acute exacerbation. BODE Index (Body mass, Obstruction, Dyspnoe, Exercise) is one of multidimensional grading system to predict risk of acute exacerbation COPD. This research was intend to find association between BODE Index and incident of acute exacerbation COPD in hajj pilgrims
Methods: This is a retrospective cohort study among COPD hajj pilgrims year 2012 from Jakarta. BODE index was calculated from medical record. Medical record was obtained by screening process of COPD among hajj pilgrims 24 hours before flight. Exacerbation was determined immediately after arrival through history taking and examination of subject, interview of the physician in charge of the flight group (kloter), and analyzed record from personal hajj book. Association between two variables and the relative risk were calculated by Chi-Square test or Fisher Exact test.
Results: Sixty COPD subjects with complete BODE index data were identified and subsequently recruited. Thirty five subjects (58.3%) suffered from acute exacerbation of COPD. Of all exacerbation, there were 5 subjects (14.2%) who were hospitalized. BODE index range from 0-6, 48 subjects (80%) had BODE index 0-2, 6 subjects (10%) had BODE index 3-4, and 6 subjects (10%) had BODE index 5-6. Fisher Exact Test result between low risk group (BODE index 0-3) and high risk (BODE index >3) is p = 0.009, relative risk 1.9 (CI 1.4-2.5)
Conclusion: The range of BODE index among COPD hajj pilgrims is 0-6; COPD hajj pilgrims with BODE index > 3 have significant higher risk of acute exacerbation of COPD 1.9 times compared with BODE index 0-3.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Masruroh
"Ibadah haji merupakan ibadah fisik, sehingga jemaah haji dituntut untuk mampu secara jasmani dan rohani agar dapat melaksanakan seluruh rangkaian ibadah haji dengan baik dan lancar. Hasil pemeriksaan kesehatan pada calon Jemaah haji Kabupaten Cirebon tahun 2022 menunjukkan bahwa hipertensi merupakan diagnosa penyakit tertinggi. Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko hipertensi yang ditandai dengan kadar LDL yang tinggi, HDL yang rendah dan/atau trigliserida yang tinggi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan dislipidemia dengan kejadian hipertensi derajat 1. Desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional, menggunakan data sekunder hasil pemeriksaan kesehatan tahap kedua pada calon Jemaah haji yang diunggah pada Siskohatkes. Analisis data menggunakan uji Chi-Square dan Cox Regression. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi hipertensi derajat 1 sebesar 24,28%, sedangkan prevalensi dislipidemia sebesar 43,9%. Calon Jemaah haji sebagian besar berusia kurang dari 60 tahun, berjenis kelamin perempuan, memiliki pendidikan tinggi dan bekerja, tidak merokok dan tidak minum alkohol, mengalami obesitas sentral dan tidak menderita DM. Hasil penelitian diperoleh bahwa calon Jemaah haji yang mengalami dislipidemia berisiko 1,5 kali (95%CI: 1,2-1,8) lebih tinggi untuk menderita hipertensi derajat 1 dibandingkan dengan calon Jemaah haji yang tidak mengalami dislipidemia setelah dikontrol obesitas sentral. Penelitian ini menyarankan kepada Jemaah haji untuk membatasi konsumsi makanan tinggi lemak jenuh dan lemak trans, melakukan senam aerobik, tidak merokok, dan menerapkan pola makan rendah karbohidrat untuk mencegah dislipidemia serta rutin cek kesehatan untuk deteksi dini PTM. Diharapkan Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan dapat memperbaharui Siskohatkes dan mewajibkan pemeriksaan kesehatan tahap pertama. Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon diharapkan melakukan sosialisasi terkait petunjuk teknis pemeriksaan kesehatan kepada petugas pengelola haji di Puskesmas.

Hajj is a physical worship, so pilgrims are required to be able physically and spiritually so that they can carry out the whole series of pilgrimage properly. The results of medical examinations for prospective haj pilgrims in Cirebon district in 2022 show that hypertension is the highest disease diagnosis. Dyslipidemia is a risk factor for hypertension which is characterized by high levels of LDL, low HDL and/or high triglycerides. The purpose of this study was to determine the assocaition between dyslipidemia and the incidence of grade 1 hypertension. The research design used was Cross Sectional, using secondary data from the results of the second stage of health examinations on prospective hajj pilgrims uploaded on Siskohatkes. Data analysis used the Chi-Square and Cox Regression tests. The results showed that the prevalence of grade 1 hypertension was 24.28%, while the prevalence of dyslipidemia was 43.9%. Prospective pilgrims are mostly aged less than 60 years, female, have higher education and work, do not smoke and do not drink alcohol, have central obesity and do not suffer from DM. The results of the study showed that pilgrims who had dyslipidemia had a risk of 1.5 times (95% CI: 1.2-1.8) to suffer from grade 1 hypertension compared to pilgrims who did not dyslipidemia after controlling for central obesity. This study advises pilgrims to limit their consumption of foods high in saturated fat and trans fat, do aerobic exercise, not smoke, and adopt a low-carbohydrate diet to prevent dyslipidemia and routine health checks for early detection of NCDs. It is hoped that the Hajj Health Center, Ministry of Health can renew Siskohatkes and mandatory first stage of health examination. The Cirebon District Health Office can inform technical guidelines for health examination to haj management staff at the Puskesmas."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudiyanto
"Penelitian ini dilakukan pada 161.619 jemaah haji yang berangkat menunaikan ibadah haji dengan haji reguler pada tahun 2012 M. Metode penelitian yang digunakan adalah Cross-sectional studies. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sistem komputerisasi haji terpadu bidang kesehatan tahun 2012 M dan analisis dilakukan dengan metode analisis cox regression.
Faktor yang memberi pengaruh terhadap kematian jemaah haji tahun 2012 M adalah jenis kelamin, usia, jumlah penyakit terdiagnosis pada pemeriksaan kesehatan tahap akhir/embarkasi. Laki-laki memiliki risiko kematian sebesar 1,4 kali (95% CI: 1,12-1,66) p=0,00 dibandingkan dengan perempuan. Semakin tua usia jemaah semakin tinggi risiko untuk mengalami kematian, jemaah pada kelompok usia 50-59 tahun memiliki risiko 3,6 kali (95% CI: 2,26-5,77) p= 0,00, Jemaah pada kelompok usia 60-69 tahun memiliki risiko 6,3 kali (95% CI: 3,90-10,08) p= 0,00, Jemaah pada kelompok usia 50-59 tahun memiliki risiko 16,1 kali (95% CI: 10,03-25,82) p= 0,00 untuk mengalami kematian dibandingkan dengan kelompok usia kurang dari 50 tahun. Semakin banyak jumlah penyakit terdiagnosis pada pemeriksaan kesehatan ternyata akan semakin tinggi risiko untuk mengalami kematian. Jemaah dengan satu riwayat penyakit terdiagnosis akan memiliki risiko sebesar 1,2 kali (95% CI: 0,89-1,64) p= 0,22, jemaah dengan dua riwayat penyakit terdiagnosis akan memiliki risiko 1,55 kali (95% CI: 1,12-2,14) dan bermakna secara statistik dengan nilai p= 0,01, jemaah dengan tiga atau lebih riwayat penyakit terdiagnosis akan memiliki risiko 2,9 (95% CI: 7,1,80-4,54) p= 0,00 untuk mengalami kematian dibandingkan dengan jemaah tanpa memiliki penyakit terdiagnosis pada pemeriksaan kesehatan tahap akhir/embarkasi.
Jemaah yang terdiagnosis penyakit sistem pernapasan akan memiliki risiko 1,54 kali (95% CI: 1,06-2,22) p=0,023 untuk mengalami kematian dibandingkan dengan jemaah yang tidak terdiagnosis penyakit sistem pernapasan, jemaah yang terdiagnosis penyakit infeksi dan parasit akan memiliki risiko 1,96 kali (95% CI: 1,10-3,50) p=0,02 untuk mengalami kematian dibandingkan dengan jemaah yang tidak terdiagnosis memiliki penyakit infeksi dan parasit.
Sebaiknya umat Islam menunaikan ibadah haji sebelum usia 50 tahun, dan petugas lebih memberikan perhatian kepada jemaah dengan usia lebih dari 50 tahun, jenis kelamin laki-laki, yang berangkat pada gelombang kedua dengan riwayat penyakit terdiagnosis pada pemeriksaan kesehatan tahap akhir/embarkasi dan terdiagnosis penyakit sistem pernapasan, penyakit infeksi dan parasit lain. Kelengkapan dan validitas data yang dihimpun oleh sistem komputerisasi haji terpadu bidang kesehatan tahun 2012 M sudah baik namun masih terdapat kelemahan diantaranya kemampuan penegakan diagnosis penyakit pada pemeriksaan kesehatan jemaah haji di setiap tingkat pelayanan, kemampuan penegakan diagnosis penyakit yang menjadi penyebab kematian oleh petugas kesehatan haji di setiap tingkat pelayanan, kemampuan menghimpun, melakukan rekapitulasi data yang lengkap serta akurat oleh petugas siskohatkes dan petugas surveilans pada setiap tingkat pelayanan kesehatan haji tahun 2012 M.

The mortality rate of ordinary Indonesian Hajj Pilgrims in 2012 AD is 2,13 ?. This research conducted to the 161.619 ordinary Indonesian Hajj Pilgrims in 2012 AD. Design of the studywas cross-sectional studies. The sources of basic data for analisis were integrated computerization data in 2012 AD. Analysis for done using cox regression.
Factor that contribute to the death of ordinary Indonesian Hajj Pilgrims are sex, age and diagnosis of deseases from the last diagnosis. The men have 1,4 time risk of death (95% CI: 1,12-1,66) p=0,00 compared to the women. The older pilgrims they have higher risk to die. The pilgrims of 50-59 years old have 3,6 time risk of death (95% CI: 2,26-5,77) p= 0,00, The pilgrims of 60-69 years old have 6,3 time risk of death (95% CI: 3,90-10,08) p= 0,00, The pilgrims of more then 69 years old have 16,1 time risk of death (95% CI: 10,03-25,82) p= 0,00 compared to those less then 50 years old. Pilgrims who have many diagnosis of disease they have higger risk for death. Pilgrims with one diagnosis of disease have 1,2 times risk of death (95% CI: 0,89-1,64) p= 0,22, pilgrims with two diagnosis of diseases have 1,5 times risk of death kali (95% CI: 1,12-2,14), pilgrims have more than two disease they have 2,9 times risk of death (95% CI: 7,1,80-4,54) p= 0,00 compared to healthy pilgrims or pilgrims without diagnosis of disease.
Hajj pilgrims who have lung diseases have 1,54 times risk of death (95% CI: 1,06-2,22) p=0,023 compared to those pilgrims who have lung disease, Hajj pilgrims who have lung diseases have 1,96 times risk of death kali (95% CI: 1,10- 3,50) p=0,02 compared to those pilgrims who have infection disease and other parasit. Muslims should perform the pilgrimage before the age of 50 years and officers pay more attention to the congregation with more than 50 years of age, male sex, which set off the second wave with a history of disease diagnosed at late stage medical examination/embarkation and disease diagnosis system respiratory, infectious disease and other parasites.
Completeness and validity of data collected by a computerized system of integrated health pilgrimage in 2012 AD was good but there are still weaknesses include the ability of the diagnosis of diseases in health examination pilgrims at every level of service, the ability to diagnosis the disease was the cause of death by health care workers in Hajj every level of service, the ability to collect, perform a complete data summary and accurately by siskohatkes officers and surveillance officers at every level of health care Hajj in 2012 AD."
2013
T39189
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sarah Humaira
"Angka kematian jemaah haji Indonesia pada tahun 2022 mencapai angka tertinggi di dunia, yaitu 91 orang dari total jumlah jemaah haji. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui gambaran antara karakteristik dan penyakit jemaah dengan angka kematian jemaah haji Indonesia tahun 2022. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif menggunakan pendekatan cross-sectional. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara variabel usia dengan kematian jemaah haji dan tidak ditemukan hubungan antara jenis kelamin dan riwayat merokok terhadap kematian jemaah haji. Penyakit tertinggi yang diderita oleh seluruh jemaah Haji Indonesia pada tahun 2022 adalah gangguan sistem endokrin dan penyakit tertinggi yang diderita jemaah haji yang meninggal adalah gangguan pada sistem sirkulasi. Peneliti menyarankan adanya tindakan preventif keperawatan dan edukasi kesehatan kepada calon jemaah haji. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mendalami faktor-faktor risiko kematian jemaah haji, termasuk faktor lingkungan, pola hidup, dan riwayat kesehatan sebelumnya.

The mortality rate of Indonesian Hajj pilgrims in 2022 reached the highest worldwide, with 91 individuals out of the total pilgrims. This study aims to explore the relationship between the characteristics and diseases of pilgrims and the mortality rate among Indonesian Hajj pilgrims in 2022. The research adopts a quantitative descriptive approach with a cross-sectional design. The findings reveal a correlation between age and the mortality rate of Hajj pilgrims, while no significant correlation is found between gender and smoking history with the mortality rate. The prevalent health issue among all Indonesian Hajj pilgrims in 2022 is the endocrine system disorder, and the highest affliction among deceased pilgrims is circulatory system disorders. The researchers recommend implementing preventive nursing measures and health education for prospective Hajj pilgrims. Further research is necessary to delve into the risk factors for the mortality of Hajj pilgrims, including environmental factors, lifestyle patterns, and previous health history."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salman Rusly
"Setiap tahun jumlah jamaah haji yang mengalami ibadah haji meningkat jumlahnya dengan proporsi jamaah berumur 60 tahun keatas juga ikut meningkat. Pemerintah terus memperbaiki sistem pelayanan kesehatan bagi jamaah haji guna menekan angka morbidity dan mortality jamaah selama menjalankan ibadah di Tanah Suci.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi faktor risiko terhadap mortalitas peda jamaah haji seluruh Indonesia tahun 1428H/2008M. Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan desain penelitian dasar observasional yaitu cross-sectional. Dengan menganalisis data sekunder Siskolat 2008. Siskohatkes 2008, data buku laporan pelaksanaan tugas TKHI kloter tahun 2008, data Profil Kesehatan Haji Ditjen PP dan PL Departemen Kesehatan RI.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa factor resiko yang paling dominan (setelah diadjusted) mempengaruhi moralitas JHI adalah jamaah yang mempunyai riwayat penyakit system pernafasan berisiko kejadian moralitas 316 kali lebih tinggi, jamaah yang mempunyai usi >80 tahun berisiko kejadian moralitas 115 kali lebih tinggi, Jemaah yang mempunyai riwayat penyakit system sirkulasi berisiko kejadian moralitas 54 kali lebih tinggi, jamaah yang mempunyai riwayat penyakit system pencernaan berlsiko kejadian mortalitas 8 kali lebih tinggi dan jamaah pria berlsiko kejadian mortalitas 2 kali lebih tinggi. Probabilitas mortalitas tertinggi pada jamaah golongan umur >80 tahun, mempunyai riwayat penyakit sistem sirkolas mempunyai riwayat penyaldt sistem pernafusan, mempunyai riwayat penyakit sistem pencernaan dan berjenis kelamin pria.
Menyatankan kepada calon jamaah agar menunaikan ibadah sebelum berusia 50 tahun, memberikan pelayanan kesehatan yang lebih ekstra kepada jamaah pria, berumur >50 tahun. berpendidikan rendah, aktivitas fisik tidak terlatih, IMf kurus, yang mempunyai riwayat penyakit sistem sirkolasi, pernafasan dan pencernaan, Jamaah faktor risiko tinggi, seperti usia lanjut mempunyai riwayat penyakit, sebaiknya disediakan dokter khusus, jumlah TKHI disesuaikan dengan jumlah jamaah, penempatan pemondokan di Arab Saudi diatur sedemikian rupa sebingga dekat dengan pusat ibadah, dibutuhken kebijakan skrining kondisi kesehatan melalui pemerikaaan kesehatan yang diarahkan pada jamaah, agar jamaah yang mempunyai riwayat penyakit terjaring olehnya.

It is identified that the number of Indonesian hajj pilgrim (IHP) is increasing every year with the proportion of pilgrims age 60 is also increase. Therefore, Indonesia government stii1eontinuing to improve the health service system on its hajj management, in order to decrease the morbidity and mortality rate of hajj pilgrims, during the hajj ritual at the Holy Land of Mecca.
The study has a purpose on exploring how high the contribution of risk factors on mortality of nil Indonesian hajj pilgrims of the year 1428H/2008M. The design of the study is using the basic observational study, the cross sectional study design. The study is analyzing the secondary data of Siskobal 2008, Siskobalkes 2008, data of the Report of TKHI (Indonesia Hajj Taskforsei/IHT) task of kloter I 2008, data of the Hajj Health Profile, and synchronizing with the MS Access format that issued by the Hajj Health Sub directorate of General Directorate of PP and PL of the Indonesia Ministry of Health.
The Study found the most dominant risk factors which influence the mortality of IHP which have certain conditions, namely: those who has the history of respiratory system disorder processing risk to pass away 316 times compare to those who has not have; those who age >80 years old has risk to death 115 times; pilgrimage who has history of circulatory system disorder has risk to death 54 times; those who has history of digestion system process risk to die 8 times; and men tend to have risk 2 times women. All factors above are acounted after adjustment. Probability of highnest death at pilgrim having history disease of system circulatory, respiratory, digestion and male; faction age >80 years male, having history disease of circulatory system and have history disease of respiratory system.
It is suggested that hajj pilgrim candidate suppose to do the pilgrimage before age of 50, the hajj management should give an extra services for health towards pilgrims with certain conditions, namely: men, age above 50 years old, has low level I education, less exercise for physical activities, underweight on BMI, has history of circulatory, respiratory, and digestion system disease. Thereforet for those pilgrims I that have some above conditions and categorized to be high risk pilgrims, should hajj management provides special flight order, appropriate number on hajj taskforce I officers, residential hajj location at Arab Saudi should he placed near to the center of hajj ritual, and there is a need for health screening pelicy at the health examination and those who have risk will he detected in advance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T11516
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Roberji
"ABSTRAK
Tujuan Penelitian:
Mengetahui pngaruh waktu tinggal terhadap kematian Calon Jemaah Haji Indonesia (CJHI) reguler periode Armina dan pasca Armina usia 40 tahun keatas pada tahun 1427 H.
Metode Penelitian:
Disain studi yang digunakan adalah desain studi analitik rancangan kohort retrospektif yaitu melakukan pengamatan obyek penelitian CJHI reguler usia 40 tahun keatas selama kurang lebih 68 hari mulai dari kedatanagan pertama kali (kloter pertama) di Arab Saudi (27 November 2006) hingga berakhirnya aktivitas jamaah haji pada tahun 1427 H (2 Februari 2007).
Hasil penelitian:
Walctu tinggal berpengaruh secara konsisten terhadap terjadinya kematian. Hasil uji rnenunjukkan konsistensi sesuai dengan Jose respons semakin singkat waktu
tinggalnya semakin tinggi risiko untuk mengalami kematian. Dengan demikian CJHl yang memiliki waktu tinggal yang singkat berisiko terkena kematian seiring dengan tingkat kesingkatan waktu tinggalnya. Artinya kelompok jemaah yang haji tiba di tanah paling akhir adalah kelompok yang berisiko mengalami kematian paling tinggi.
Mortality risk CJHI rcguler periode Armina dan pasca Armina usia 40 tahun ke atas pada tahun 1427 H sebesar 3.4%."
2007
T32034
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Zaenab
"Setiap tahun jemaah haji indonesia pergi ke Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji. Hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh jemaah haji Indonesia yang berangkat ke tanah suci. Provinsi Banten merupakan provinsi dengan jumlah jemaah terbanyak ke empat di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran kejadian hipertensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada jemaah haji reguler Provinsi Banten tahun 2018. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel sebanyak 9.510 orang. Prevalensi jemaah haji Provinsi Banten tahun 2018 yang menderita hipertensi adalah 24,8%. Jemaah kelompok umur >80 tahun berisiko 20 kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada jemaah haji kelompok umur <40 tahun (p= 0,00 OR 20 dan 95% CI 11,58-34,56), jemaah haji perempuan berisiko 1,10 kali lebih besar untuk terkena hipertensi (p= 0,00 OR 1,10 dan 95% CI 1,00-1,21), jemaah pada kelompok pensiunan berisiko 26,38 kali lebih besar untuk terkena hipertensi dari pada jemaah pada kelompok pelajar/mahasiswa (p= 0,00, OR= 26,38 dan 95% CI 11,3-61,4), jemaah kelompok pekerjaan pegawai swasta berisiko 13,5 kali lebih besar untuk terkena hipertensi dari pada jemaah pada kelompok pekerjaan pelajaar/ mahasiswa (p= 0,000, OR 13,5 dan 95% CI 5,99-30,57), jemaah dengan tingkat pendidikan rendah 1,164 kali lebih besar menderita hipertensi (p= 0,014, OR 1,164 dan 95% CI 1,03-1,32), jemaah dengan tingkat pendidikan sedang 0,88 lebih rendah untuk terkena hipertensi dari pada orang dengan pendidikan tinggi (p=0,026, OR 0,88 dan 95% CI 0,79-0,98), jemaah yang merokok berisiko 0,69 kali lebih rendah untuk terkena hipertensi (p=0,00, OR 0,69 dan 95% CI  0,60-0,78), jemaah haji yang obesitas berisiko 1,43 kali lebih besar untuk terkena hipertensi (p=0,00, OR 1,43, 95% CI 1,30-1,57) dan jemaah haji yang menderita diabetes berisiko 1,98 kali lebih besar untuk terkena hipertensi (P=0,00, OR 1,98 dan 95% CI 1,68-2,33). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadi hipertensi terdiri atas umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, status merokok, IMT dan status diabetes. Bagi calon jemaah yang sudah memiliki karakteristik yang berhubungan dengan hipertensi dianjurkan untuk melakukan pola hidup sehat guna meminimalisir peluang untuk terkena hipertensi. 

Every year Indonesian pilgrims go to Saudi Arabia. Hypertension is the most common disease suffered by Indonesian pilgrims who go to the holy land. Banten Province is the fourth largest number of pilgrims in Indonesia. The purpose of this study is to describe the incidence of hypertension and the factors associated with the incidence of hypertension in Banten Province regular Hajj pilgrims in 2018. This study used a cross sectional design samples of 9,510 people. The prevalence of Banten Province pilgrims in 2018 who suffer from hypertension is 24.8%. pilgrims at age >80 years old 20 times more likely to suffer from hypertension than pilgrims age <40 years old (p= 0.00 OR 20 and 95% CI 11.58-34.56), female pilgrims had risk 1.10 times greater of being affected hypertension (p= 0.00 OR 1.10 and 95% CI 1.00-1.21), retirees pilgrims were 26.38 times more likely to develop hypertension than students (p= 0 , 00, OR= 26.38 and 95% CI 11.3-61.4), private employees pilgrims has risk 13.5 times greater to develop hypertension than students (p= 0,000, OR 13.5 and 95% CI 5.99-30.57), pilgrims with a low education level 1.164 times more likely to suffer from hypertension (p= 0.014, OR 1.164 and 95% CI 1.03-1.32 ), pilgrims with medium education level had 0.88  lower risk to develop hypertension than pilgrims with higher education level (p = 0.026, OR 0.88 and 95% CI 0.79-0.98), the pilgrims who smoked had 0.69 times lower risk to develop hypertension (p = 0.00, OR 0.69 and 95% CI 0.60-0.78), obese pilgrims were 1.43 times more likely to develop hypertension (p= 0.00, OR 1.43 , 95% CI 1.30-1.57) and pilgrims who suffered from diabetes had 1.98 times greater risk to develop hypertension (P= 0.00, OR 1.98 and 95% CI 1.68-2.33). Factors that associated with hypertension include age, sex, type of work, level of education, smoking status, BMI and diabetes status. For pilgrims who already have characteristics related to hypertension, it is recommended to make a healthy lifestyle in order to minimize the chance for getting hypertension. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>