Ditemukan 52820 dokumen yang sesuai dengan query
Rahma Yulianti
"Masjid merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sebagian besar penduduknya memeluk agama Islam. Masjid merupakan tempat beribadah, tempat umat Islam berinteraksi dengan Tuhan Sang Pencipta. Agar ibadah yang dilakukan menjadi lebih tenang, masjid harus memiliki kenyamanan suhu, Kenyamanan suhu ini dipengaruhi oleh berbagai elemen bangunan, termasuk atap masjid. Kubah, yang sebagian besar digunakan sebagai atap masjid di Indonesia, juga berpengaruh terhadap kenyamanan suhu masjid. Berbagai macam desain kubah digunakan pada masjid. Bentuk kubah, material dan ukuran kubah berbeda antara masjid satu dengan masjid lainnya. Keberagaman desain ini memiliki pengaruh yang berbeda pula terhadap kenyamanan suhu didalam masjid.
Dalam kesempatan ini, penulis berusaha mengkaji lebih jauh mengenai pengaruh desain kubah terhadap kenyamanan termal sebuah masjid. Untuk memberikan cantoh, penulis mengambil tiga buah studi kasus yaitu Masjid Istiqomah (studi kasus 1), Masjid BKPM (studi kasus 2), dan Masjid Baitul Mughni (studi kasus 3). Ketiga studi kasus ini memilikl desain kubah yang berbeda. Analisa dan perbandingan yang dilakukan terhadap ketiga contoh kasus tersebut didukung oleh data-data klimatologi pada masing-masing kasus. Dari hasil analisa ini dapat diketahui perbandingan kenyamanan suhu yang terjadi akibat perbedaan desain kubah pada masjid."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48455
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Andreas Novendi
"Pembangunan perkotaan tidak saja menuntut peningkatan kebutuhan atas ruang, tetapi juga meningkatkan kompleksitas ruang. Aktivitas ini sexing kali menempatkan pertimbangan atas kota dan entitas alam serta kehidupan liar pada posisi terpisah, bertentangan. 6ahkan akibat ketersediaan ruang-ruang kota yang terbatas dan sering tidak sejalan dengan tingkat kebutuhannya, Bering menimbulkan konflik-konflik peruntukan ruang yang dilematis antara kepentingan pembangunan dan pelestarian alam. Pada akhirnya keberadaan ruang terbuka hijau senantiasa menjadi korban dan sasaran penggusuran dengan berbagai alasan-alasan klasik. Padahal lingkungan hidup dengan seluruh komponennya yang saling bergantung satu sama lain haruslah selalu dalam keadaan seimbang. Ketidakseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan ini tentu mengakibatkan timbuinya masalah lingkungan, ketidaknyamanan termal, karena luas permukaan yang menimbulkan suhu tinggi (struktur dan perkerasan) semakln bertambah sementara luas permukaan yang menimbulkan suhu rendah (tumbuhan dan air) semakin berkurang. Melalui tulisan ini akan dipedihatkan bagalmana keberadaan ruang terbuka hijau dapat berpengaruh terhadap suhu dan kelembaban, dua faktor penting dalam kenyamanan termal. Sampai sebesar apa pengaruh RTH tersebut clan faktor-faktor apa saja yang menentukan besamya pengaruh RTH. Sehingga bisa ditentukan bentuk RTH yang seperti apa yang paling ideal untuk menciptakan kenyamanan termal. Dengan mengambil studi kasus di kota Depok, sebuah kota yang sedang giat-giatnya membangun. Namun di sisi lain Depok jugs berperan penting sebagai daerah resapan. Yang terjadi adalah pembangunan giia-gilaan, yang menggusur RTH. Kota Depok justru mengarah menjadi kota jasa dan perdagangan. Perm ukiman-permukiman bare menjamur tanpa mengindahkan peruntukan lahan, membuka jalan-jalan bare. Pembangunan ma!-mal dikebut, dengan letak yang saling berdekatan. Lebih banyak lagi perkerasan sementara ruang terbuka hijau semakin sedikit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48574
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Isna Naziladinka
"
ABSTRAKKenyamanan termal bagi atlet memiliki kondisi yang khusus karena berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan sangat berat sehingga membutuhkan udara yang lebih sejuk di dalam bangunan. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui standar dan faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal atlet serta melihat hubungan antara desain bangunan terhadap kualitas kenyamanan termal bagi atlet. Skripsi ini membahas dua bangunan olahraga yang terletak di Kota DKI Jakarta dan keduanya digunakan untuk kegiatan olahraga bola basket secara rutin, namun berada pada kondisi lingkungan mikro yang berbeda. Dengan kondisi tersebut dapat dilihat adanya perbedaan desain bangunan yang berpengaruh terhadap kenyamanan termal bagi atlet saat beraktivitas olahraga di dalamnya. Perbedaan desain tersebut terlihat pada persentase bukaan dan letak bukaan yang tidak memenuhi kriteria yang ada.
ABSTRACTThermal comfort for athletes has a special condition because it is related with very heavy activities that require cooler air inside the building. This thesis aims to determine the standards and factors that affect on the thermal comfort of athletes as well as see the relationship between the design of the building and the quality of thermal comfort for athletes. This thesis discusses about two sports buildings which both are usually used by athletes to basketball and both are located in Jakarta City, but the two sports buildings have different micro environment conditions. Due to the conditions can be seen the differences in building design that affects on the thermal comfort for athletes when during sports activities in it. Design differences are seen in the percentage of openings and the location of openings that do not meet the existing criteria."
2017
S67772
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Binsar Maruli Tua
"Salah satu konsep memanfaatkan potensi iklim untuk pencahayaan dan pertukaran udara serta pendinginan temperatur udara ruang kegiatan manusia secara alami adalah menghadirkan inner courtyard pada suatu bangunan. Konsep inner courtyard- ruang terbuka yang ada di relatif tengah suatu bangunan - sudah lama diterapkan pada rumah-rumah antara lain di daerah beriklim panas kering terutama untuk menciptakan iklim mikro yang dirasakan nyaman bagi penghuni rumah karena memungkinkan terjadinya pertukaran antara udara panas dan dingin. Pengamatan kenyamanan termal pada studi kasus bangunan tinggi apartemen Menara Budi dilakukan melalui pengukuran dengan alat HOBO selama 2 hart rnulai pukul 10.00 sampai 16.00 WIB terutama terhadap temperatur udara dan kelembaban udara di ruang dalam, area inner courtyard dan ruang luar.
Data basil pengukuran tersebut dilengkapi dengan kuesioner sebagai parameter tingkat kenyamanan termal yang dirasakan para pengguna ruang dalam yang adalah staf dan karyawan yang bekerja di sekitar inner courtyard pada rentang waktu antara pukul 11.00 dan 14.00 WIB. Ruang-ruang dalam di sekitar inner courtyard yang diamati tingkat kenyamanan termainya antara lain ruang resepsionis, foyer dan ruang makan setengah terbuka dekat restoran tanpa adanya pengkondisian udara buatan. Kemudian data hasil pengukuran tersebut dipetakan terhadap grafik psikrometrik, yaitu grafik yang digunakan untuk mengetahui standar kenyamanan termal manusia yang sifatnya universal. Hasil pemetaan adalah kondisi rang dalam di sekitar inner courtyard yang diamati tingkat kenyamanan lermalnya masih berada relatif jauh di luar zona kenyamanan termal manusia.
Hasil pengamatan menyatakan bahwa inner courtyard sebagai ruang luar yang ada di dalam bangunan memungkinkan terjadinya interaksi lingkungan termal yang lebih besar antara ruang dalam dan ruang luar bangunan. Inner courtyard akan berhasil menciptakan kondisi ruangan-ruangan di sekitarnya nyaman secara termal bila aspek perancangan bangunan tersebut tanggap terhadap kondisi iklim setempat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48591
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Riyo Prananto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S48950
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Yan Indra Gunawan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S48938
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Muchlis Alahudin
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor suhu, kelembapan, intensitas acahaya dan kebisingan terhadap kondisi koleksi buku dan kenyamanan pengunjung perpustakaan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Variabel standar kenyamanan termal adalah temperatur, kelembapan, intensitas cahaya dan kebisingan. Sedangkan variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah : 1) bangunan, 2) kondisi termal, 3) koleksi bacaan. Semantara alat uku yang dipakai dalam penelitian ini adalah Thermo Hygrometer, Environtment Meter, Anemometer, dan Meteran. Hasil perekaman dan pengukuran dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan standar kenyamanan penelitian Talarosha (2005).
Hasil penelitian menyatakan bahwa kondisi suhu di perpustakaan Universitas Musamus Merauke berkisar antara 29.28 ? 32.93o C(dalam bangunan), 29.31 ? 35-00o C (diluar bangunan), 29.61 ? 31.62o C (di dalam lemari rak buku), kelembapan 62.44 ? 79.33% (di dalam bangunan), 61.61 ? 75.83% (di luar bangunan). Disimpulkan bahwa kondisi termal di dalam perpustakaan Universitas Musamus jauh dari kata nyaman baik dari koleksi maupun pengguna perpustakaan."
Jakarta: Pusat jasa Perpustakaan dan Informasi ( Perpustakaan Nasional RI), 2014
020 VIS 16:2 (2014)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Umbas, Rangga
"Indonesia terletak di wilayah khatulistiwa dengan cahaya matahari yang bersinar selama 12 jam dalam satu hari, dari pukul 6:00 pagi sampai pukul 6:00 sore. Sesuatu yang terus-menerus disinari oleh matahari akan menyerap radiasi matahari dan menjadi sumber panas itu sendiri_ hal ini disebut sebagai heat transfer atau perpindahan panas. Pada bangunan_ atap dan kulit adalah bagian-bagian yang mengalami perpindahan panas. lni merupakan salah satu penyebab panas dalam ruangan.
Cara mengatasinya ada bermacam-macam_ Salah satunya adalah dengan menggunakan shading device atau tritisan yang digunakan untuk menghalau matahari sebelum mengenai kulit bangunan. Sehingga perpindahan panas dapat diperkecil. Dengan ini diharapkan mang dalam bangunan menjadi lebih dingin.
Sekolah adalah tempat untuk menuntut ilmu. Di dalamnya rerdapat ruang-ruang kelas yang digunakan untuk belajar-mengajar. Karena itu ruang kelas harus nyaman dari berbagai segi termasuk juga suhu. Ruang kelas sebaiknya memiliki pencahayaan yang cukup. untuk itu biasanya digunakan bukaan yang besar. Sementara bukaan atau jendela yang terbuat dari kaca mengalami perpindahan panas yang cukup besar. Maka digunakan tritisan agar radiasi tidak Iangsung jatuh pada kaca.
Tritisan sendiri memiliki bermacam-macam bentuk dimana setiap variasinya akan memiiiki pengaruh yang berbeda-beda pada suhu dalam ruangan yang dilindunginya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48293
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Herman
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S48237
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Simangunsong, Daniel B.N.
"Aspek kenyamanan termal telah semakin menjadi perhatian dalam kehidupan manusia, oleh karena kenyamanan termal tersebut mempunyai pengaruh yang besar terhadap kegiatan manusia sehari-hari. Tingkat kenyamanan termal di daerah tropis tidak sama dengan daerah beriklim kering. Pencahayaan matahari menjadi salah satu faktor penentu kenyamanan termal pada daerah iklim tropis.
Kondisi iklim tropis lembab Indonesia harus menjadi acuan bagi perencanaan plaza yang dapat melindungi pemakainya dari radiasi penyinaran langsung matahari.
Teori mengenai desain plaza dan kenyamanan termal dijadikan sebagai dasar dalam melihat lebih jauh hubungan keduanya. Tidak ketinggalan pula kajian mengenai alun-alun sebagai elemen ruang luar kota di Indonesia. Untuk mendapatkan acuan bagi perencanaan plaza di iklim tropis, prinsip-prinsip arsitektur tropis dapat dijadikan sumber pengetahuan.
Analisis ini merupakan basil pengamatan terhadap dua buah plaza di Jakarta yang bertujuan unmk melihat hubungan antara desain plaza dengan kenyamanan temmal pemakainya. Ternyata tingkat kenyamanan suatu plaza dapat mempengaruhi pola pemakaian plaza oleh publik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49261
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library