Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 79278 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mirna Rizkiana
"Industri manufaktur dewasa ini semakin meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan manusia akan alat transportasi. Salah satu komponen yang digunakan dalam rangka proses produksi ialah casting dies untuk aplikasi proses stamping. Casting dies yang digunakan merupakan jenis besi tuang nodular spesijikasi TGC 600. Beragam permasalahan pun muncul baik dalam rangka proses produksi maupun proses perbaikan komponen. Salah satu masalah yang timbul dalam rangka proses perbaikan material TGC 600 ialah terjadinya retak pada komponen setelah dilakukan proses perbaikan dengan pengelasan (repaired by welding). Diketahui bahwa metode pengelasan yang digunakan ialah SMA W (Shielded Metal Arc Welding) dengan filler metal TM-llCr yang mengandung kadar Cr yang tinggi. Selain filler metal, proses perlakuan panas (heat treatment) pun turut berpengaruh terhadap performance hasil lasan. Tujuan dilakukannya penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh penggantian filler metal IM-llCr dengan filler metal MG-CAST 31 yang mengandung kadar nikel yang tinggi serta pengaruh perlakuan panas yang meliputi pemberian panas sebelum proses pengelasan (Preheating) dan pemberian panas setelah proses (Post Weld Heat Treatment) terhadap karakteristik material yang meliputi struktur mikro dan nilai kekerasan. Variabel proses Preheating yang dilakukan ialah pada temperatur 200_C, 300_C dan Non Preheating, sedangkan variabel proses PWHT yang digunakan ialah Non PWHT dan dengan PWHT. Dari penelitian diketahui bahwa dengan melakukan penggantian jenis filler metal dengan jenis MG-CAST 31 serta melakukan proses perlakuan panas pada material, kegagalan berupa retak tersebut dapat dihindari. Dengan makin meningkatnya temperatur Preheating dan PWHT, nilai kekerasan pada daerah base metal, HAZ dan filler metal semakin turun akibat terjadinya proses tempering. Diketahui pula bahwa kondisi optimum dihasilkan pada variabel proses Preheating 200_C dan Non PWHT."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41685
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rendra Syahrul
"Salah satu teknologi peningkatan sifat Besi Tuang Nadular yang saat ini banyak dikembangkan adalah Proses Austemper sehingga menghasilkan material yang disebut ADI (Ausremper Ductile Iron), yang memiliki sifat mekanis lebih unggul dibandingkan baja. Pengontrolan proses austemper yang dilakukan akan menghasilkan material ADI sesuai dengair sifat mekanis yang diinginkan. Dalam penelitian ini aliran analisa dilakukan untuk melihat pengaruh perlakuan panas austemper dan variabel austempernya terhadap sifat mekanis yang dihasilkan.
Sampel uji dalam penelitian ini dibandiugkan keadaannya sebelum perlakuan panas (kondisi as-cast) dengan setelah perlakuan panas austemper. Perlakuan panas austemper diberikan dengan temperalur ausfenitisasi 800 °C dan 900 °C dengan waktu tahan satu jam, yang dilanjutlan dengam proses temper pada temperaiur 300 °C dengan waktu tahan 15, 30 dan 45 menit. Kemudian setiap kondisi dilakukkan pengujian tarik, impak, dan kekerasannya serta pengamaran foto mikro strukturnya.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa pada kondisi austenitisasi 800 °C belum mencapai temperatur austenitisasi. Sehingga perlakuan ini hanya memperbanyak matriks feril dan menyebabkan sementilnya berbentuk speroid yang dikenal dengan anil-speroidisasi. Akibatnya nilai elongasi harga impaknya akann meningkat namun dengan turunnya kekerasan dan UTS dari kondisi as-cast. Peningkatan wakru tahan temper tidak begitu berpengaruh pada kekerasan dan UTS namun meningkarkan harga impak dan elongasi.
Sedangkan kondisi austenifisasi 900 °C akan menghasilkan bainit bawah dengan kekerasan, UTS dan harga impak yang lebih tinggi, namun memiliki elongasi lebih rendah dari kondisi as-castnya. Peningkatan waktu tahan temper akan menurunkan kekerasan dan kekuatan tarik namun meningkatkan harga impak yang dihasilkan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47857
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Wibowo
"Besi tuang nodular merupakan besi tuang yang memiliki grafit berbentuk bulat, sebagai hasil penambahan unsur Magnesium atau Cerium. Besi tuang nodular banyak digunakan untuk aplikasi struktural seperti: pinion bergigi, Caliper piringan rem, komponen kendaraan bermotor, roda gigi, poros engkol dsb. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya faktor sifat dan ketahanan mekanis yang harus dimiliki oleh material tersebut. Oleh karena itu perlu untuk terus diupayakan penelitian untuk mencapai suatu kondisi yang optimal. Penelitian dilakukan dengan menggunakan proses perlakuan panas austemper pada besi tuang FCD kelas 60, untuk memperoleh suatu sifat mekanis atau kombinasinya yang lebih baik. Hasil dari proses perlakuan panas ini dikenal dengan nama ADI (Austempered Ductile Iron). Kondisi perlakuan panas yang dilakukan adalah memanaskan material (austenisasi) pada temperatur 800 °C dan 850 °C dengan waktu tahan 60 menit, disusul dengan pencelupan cepat pada temperatur celup 300 °C, 350 °C dan 400 °C dengan waktu tahan selama 30 dan 60 menit. Dari hasil penelitian, nilai kekuatan tarik dan kekerasan tertinggi diperoleh melalui kondisi austemper dengan temperatur austenisasi 850 °C, yaitu masing-masing sebesar 84,3 kg/mm2 dan 260,62 BHN. Temperatur austenisasi 800 °C akan menghasilkan material dengan nilai tegangan yang tertinggi, yaitu sebesar 16,45% namun memiliki nilai kekuatan tarik dan kekerasan yang terendah, masing-masing sebesar 46,76 kg/mm2 dan 150,41 BHN."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47856
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Susilo Pristianto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S36627
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrimeda Fatahamubina
"Besi tuang nodular saat ini menjadi suatu material alternatif pengganti baja. Hal ini disebabkan karena berbagai kemudahan dan keunggulan yang diberikan oleh besi tuang nodular. Sampai saat ini masih banyak usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan dari besi tuang nodular. Usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan itu antara lain adalah mengubah matriks dari besi tuang nodular dengan menggunakan proses perlakuan panas atau menambahkan unsur tertentu Hal ini sangat dibutuhkan untuk memberikan suatu material lain pengganti baja, dengan kekuatan yang menyamai baja, tetapi mudah dalam pembuatannya dan dapat digunakan pada aplikasi-aplikasi yang memerlukan kekuatan yang tinggi. Pada penelitian ini akan dilihat beberapa proses yang dapat mengubah matrik dari besi tuang nodular. Proses tersebut adalah nomnalisasi, penambahan unsur Cu, dan austemper. Kemudian diuji sifat mekanisnya untuk menentukan proses manakah yang lebih efektif dililhat dari kekuatan dan proses pembuatan. Penambahan 0,35 % Cu pada besi tuang nodular memberikan hasil matriks yang lebih banyak phase perlit dibanding dengan non Cu dan non Cu normalisasi. Disamping itu nampak dengan nyata perlit 0,35 % Cu lebih halus dibandjngkan dengn non Cu normalisasi. Penambahan Cu juga memberikan hasil yang lebih baik pada proses austemper. Karena dapat memberikan matriks full bainit. Besi tuang nodular hasil austemper ini memiliki kekuatan mekanis yang lebih balk daripada besi tuang hasil normalisasi, karena selain kekuatan tariknya meningkat, regangan dari besi tuang nodular fasa bainit ini juga tinggi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47835
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Suprasto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S41128
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatius P. Udaya
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S47874
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhana Isworo
"
ABSTRAK
Pemanfaatan besi tuang sebagai material teknik saat ini telah berkembang dengan pesat. Penelitian tentang besi tuang terus dilakukan untuk mendapatkan sifat-sifat mekanis yang lebih baik. Salah satu jenis besi tuang yang banyak digunakan, termasuk sebagai material otomotif, adalah besi tuang nodular.
Material ini banyak dipilih karena mempunyai sifat mekanis dan sifat fisik (Mechanical and Physical Properties) yang sangat baik, serta dapat menggantikan komponen baja. Salah satu pemanfaatan besi tuang nodular dalam bidang otomotif adalah sebagai material Crank Shaft.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan sifat ketahanan fisik yang dimiliki material besi tuang nodular tanpa penambahan unsur Cu yang dilakukan proses nomlalisasi dan material besi tuang nodular dengan penambahan unsus Cu sekitar 1% tanpa dilakukan proses nonnalisasi sebagai material Crank Shalt.
Dalam penelitian ini, dilakukan pengujian fatik untuk (1) material besi tuang nodular tanpa penambahan unsur Cu yang dinormalisasi ; (2) material besi tuang nodular dengan penambahan sekltar 1% unsur Cu tanpa dilakukan proses normalisasi- Pengujian dilakukan dengan mesin uji Rotating Bending Fatigue Compiitely Reversed Stress (R = -1) pada kodisi STP. Metode pengujian dilakukan sesuai standar JIS 2273 dan ukuran sampel uji sesuai standar JIS 2274.
Hasil yang didapat dari pengujian kedua material tersebut temyata menunjukkan sifat ketahanan lelah yang berbeda, dimana batas kekuatan fatik (Fatigue Limit) lebih tinggi sekitar 59% dari pada material tanpa penambahan unsur Cu yang dinormalisasi Sedangkan dari gralik S - log N terlihat bahwa umur fatik (Fatigue Liife) material dengan penambahan unsur Cu tanpa dilakukan proses nomlalisasi lebih lama dari pada material tanpa penambahan unsur Cu yang dlnormalisasi serta material besi tuang nodular dengan penambahan Cu sekitar 1% layak sebagai material Crank Shaft.
"
1997
S36205
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tony Sugiharto
"
ABSTRAK
Besi telah lama dikenal dan dipergunakan oleh manusia sebagai salah satu bahan teknik yang sangat penting. Berbagai aplikasi dapat diwujudkan dengan memanfaatkan material ini, Salah satu jenis logam besi yang banyalc dipergunakan adalah besi tuang nodular. Besi ini memiliki sifat-sifat yang unik. Adanya gratit bulat pada besi tuang nodular menyebabkan besi ini memiliki sifat-sifat seperti baja, kelcuatannya bahkan dapat melebihi baja. Sifat yang menonjol dari besi tuang ini adalah keuletan yang tinggi, lcekuatan tarik yang baik, daya scrap getaran yang baik serta memililci ketahanan aus, ketangguhan dan mampu mesin yang baik, sehingga material ini banyak digunakan sebagai material komponen kendaraan bermotor seperti poros engkol, camshafl, pegas, sistem rem, connecting rod dan komponen lainnya.
Besi tuang nodular yang dibuat harus diketahui dengan jelas sifat-sifat mekanis yang dimilikinya sebelum digunakan untuk aplikasi pada bidang tertentu.
Hal ini penting diketahui, karena erat sekali hubungannya dengan macam aplikasi yang akan dimasukinya. Pemilihan material yang tidak tepat untok suatu aplikasi karena kurang mengetahui sifat-sifat metarial yang dimilikinya bukan saja berdampak secara ekonomi tetapi akan lebih parah lagi jika penerapan material tersebut erat kaitannya dengan keselamatan pengguna Untuk itu diporlukan suatu serangkaian pengujian, untuk mcngetahui karakteristik, atau sifat-sifat suatu meterial.
Penelitian dimulai dengan melakukan prosss pengecoran logam (casting)
FCDSO di PT. Geteka Funindo, Pulogadung dengan penambahan 0,18 %Cr, 0,2%
Mo dan 1% Ni, kemudian dilanjutkan dengan melakukan serangkaian pengujian, antara lain : pengujian kekerasan, pengujian tarik, pengujian irnpak dan pengujian metalografi. Benmk dan ukuran sampel pengujian menggunakan standar ASTM A536-84 dan ASTM A327M-91. Pengujian sampel dilakukan pada kondisi as-cast, austenisasi 800 dan 900°C dengan ternperatur austemper 300 dan 400°C dengan waktu tahan 15, 30 dan 45 menit. Hasil pengujian yang diperoleh dismalisa dengan pendekatan kepustakaan. Dari hasil pengujian kekerasan terhadap besi tuang nodular FCD50 dengan temperatur austemper yang berbeda, menuxqukkan bahwa temperatur austenisasi dan austemper sangat berpengaruh terhadap sifat kekerasan besi tuang nodular. Pada perlakuan panas austenisasi soo°C pemanasau tidak mencapai temperatur kritis, akibatnya pada proses austemper 300 dan 400°C tidak terjadi pembahan fasa dari ferit-perlit menjadi bainit., tetapi. hanya terjadi terurainya karbida Fe3C menjadi 3Fe(o.) + C, sehingga karbida berkurang dan struktur ferit lebih banyak terbentuk, hal ini akan menumnkan kekerasan, penurunan kekuatan tarik bahan dan peningkatan elongasi besi tuang nodular tersebug perbedaan waktu tahan tidak begitu berpengaruh terhadap kekerasan. Pada austenisasi 900°C dengan allstemper 300 dan 400°C terjadi perubahan fasa rnenjadi bainit, sehingga didapati nilai kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi as-cast, terjadi peningkatan kekuatan tarik bahan, namun teljadi penurunan elongasi bahan.
Secara umum proses perlakuan . panas austenisasi dan austemper menyebabkan peningkatan sifat mekanis meterial.
"
1997
S36206
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>