Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103921 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reza Pribadi Umbara
"Korosi merupakan suatu permasalahan yang seringkali dijumpai pada berbagai sektor industri terutama minyak dan gas, dan dapat memberikan kerugian yang cukup besar. Korosi umumnya terjadi akibat reaksi oksidasi material logam dalam suatu elektrolit. Makin cepat reaksi oksidasi berlangsung maka laju korosi akan makin besar. Inhibitor polyaspartate merupakan salah satu jenis inhibitor organik yang dapat memperlambat laju korosi. Dalam aplikasinya, inhibitor ini ditambahkan ke dalam sistem korosi pada jumlah tertentu untuk mengetahui efisiensi tiap penambahan inhibitor setelah dilakukan pengujian selama 3, 5 dan 7 hari, serta pengaruhnya terhadap laju korosi. Pengujian ini dilakukan dalam skala laboratorium. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian statik yang mengacu kepada standard ASTM Gl-03 dan ASTM G3I72. Material yang digunakan adalah baja karbon rendah Penghitungan laju korosi dilakukan dengan metode kehilangan berat. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa laju korosi baja karbon rendah pada penambahan berturut-turut 50, 100, dan 1000 ppm inhibitor pada lingkungan 0,5 % NaCl selama tiga hari adalah 2,69; 2,41; dan 2,13 mpy, pada hari kelima laju korosi naik menjadi 3,58; 3,14; dan 2,88 mpy dan pada hari ketujuh turun hingga 2,13; 1,76; dan 1,45 mpy. Pada penambahan 50, 100, dan 1000 ppm inhibitor pada lingkungan 2 % NaCl selama tiga hari adalah 2,91; 2,8; dan 2,52 mpy, pada hari kelima laju korosi naik menjadi 3,38; 3,49; dan 2,75 mpy dan pada hari ketujuh turun hingga 2,92; 2,84; dan 2,05 mpy. Pada penambahan berturut-turut 50, 100, dan 1000 ppm inhibitor pada lingkungan 3,5 % NaCl selama tiga hari adalah 4,46; 3,27; dan 2,13 mpy, pada hari kelima laju korosi menjadi 4,39; 3,97; dan 2 mpy dan pada hari ketujuh menjadi 4,73; 3,82; dan 2,02 mpy. Dari penelitian diketahui pula bahwa efisiensi inhibitor akan berkurang seiring dengan bertambahnya 'waktu perendaman, namun pada beberapa kondisi, efisiensi inhibitor akan meningkat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41698
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhi Gunaatmaja
"Ekstrak ubi ungu dikembangkan sebagai inhibitor organik untuk mengurangi laju korosi pada baja karbon rendah di lingkungan NaCl 3,5%. Penelitian telah dilakukan dengan perbedaan waktu perendaman (3,6,9,dan 12 hari) menggunakan metode kehilangan berat. Konsentrasi inhibitor ekstrak ubi ungu yang digunakan pada semua waktu perendaman sebesar 6 ml. Ekstrak ubi ungu memiliki zat antosianin yang berfungsi sebagai antioksidan untuk menghambat laju korosi. Ekstrak ubi ungu kurang efektif sebagai inhibitor organik pada lingkungan NaCl 3,5% dengan efisiensi 37,63%-43,42% selama waktu uji 3-12 hari dengan efisiensi maksimum pada waktu perendaman 9 hari.

Purple sweet potato extract was developed as an organic inhibitor to reduce the rate of corrosion in low carbon steel in NaCl 3.5% environment. Research has been conducted with different immersion time (3,6,9, and 12 days) using weight loss methode. Concentration of inhibitor purple sweet potato as much as 6 ml for all immersion time. Purple sweet potato extract is a substance that anthocyanins act as antioxidants to inhibit the rate of corrosion. Purple sweet potato extract is less effective as an organic inhibitor in NaCl 3.5% environment with efficiency of 37.63%-43.42% during the test period 3-12 days with maximum efficiency in 9 days."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S755
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Toffan Maulana
"Permasalahan tentang korosi pada industri kini sudah sangat bervariasi. Maka dibutuhkan pula perlindungan yang tepat untuk tiap aplikasi yang membutuhkan. Dari berbagai macam perlindungan korosi, inhibitor salah satunya. Inhibitor merupakan suatu substansi yang ditambahkan kedalam lingkungan korosif dalam jumlah yang relatif kecil yang dapat menurunkan laju korosi (corrosion rate). Penggunaan inhibitor sebagai salah satu cara perlindungan korosi telah banyak digunakan pada dunia industri terutama pada industri pengolahan minyak, gas dan petrokimia. Inhibitor terdiri dari berbagai jenis yang dalam penggunaanya harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan serta material yang hendak di proteksi.
Penelitian ini tentang mengetahui kinerja variasi dua inhibitor, yaitu nitrit dan polyphosphate, pada lingkungan 3,5 % NaCl (air laut) dengan material yang dilindungi ialah baja karbon karena aplikasinya sering digunakan pada industri. Penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium. Dengan metode kehilangan berat (weight loss) penelitian dilakukan berdasarkan standar pengujian pada ASTM G 1 - 03 dan ASTM G 31 - 72. Variasi kedua inhibitor NaNO2 dan NaPO4 yang ditambahkan pada lingkungan berturut-turut 0,5% + 10 ppm; 1 % + 10 ppm; 2 % + 10 ppm; 5 % + 10 ppm dan 0,5 % + 10 ppm; 0,5 % + 20 ppm; 0,5 % + 50 ppm. Pengukuran kehilangan berat dilakukan setiap 1, 3, 5, dan 7 hari.
Hasil pengujian ini pada penambahan kedua inhibitor ini akan menurunkan laju korosi. Pada variasi inhibitor polyphosphate, meskipun laju korosi turun, hasilnya masih lebih kecil daripada variasi inhibitor nitrit. Efisiensi variasi inhibitor polyphosphate 40-46%, dengan penambahan hingga 50 ppm efisiensi naik hingga 86%. Sedangan efisiensi variasi inhibitor nitrit sekitar 84-95%, dengan hasil optimal didapat dari penambahan 2% nitrit efisiensi menjadi 95 %.

Now a days corrosion takes much problem in industries. So we need to prevent it in the aplication that takes corrosion. From all types of corrosion protection methode, inhibitor is one of widely used in petrochemical industries. Inhibitor is a small amount of substance which added to corrosive environment which can decreasing the corrosion rate. There are many types of inhibitors, which on the application must be adjust with the environment condition and also the material that we want to protect.
Purpose of this research to know the performance of two types of inhibitor, which is nitrite and polyphosphate, to protect low carbon steel in 3.5 % NaCl environment (sea water) which is the application is widely used on industries. This research was conducted in a laboratory scale. By using weight loss methode this research based on ASTM G 1 - 03 and ASTM G 31 - 72. Variable of both inhibitor (NaNO2 and NaPO4) which added continously 0,5% + 10 ppm; 1 % + 10 ppm; 2 % + 10 ppm; 5 % + 10 ppm and 0,5 % + 10 ppm; 0,5 % + 20 ppm; 0,5 % + 50 ppm. Weight loss measurement was conduct every 1, 3, 5, and 7 days.
The result from addition of both inhibitor will decreasing the corrosion rate. By variabling the polyphosphate inhibitor, even though the corrosion rate decrease, the result still smaller than nitrit inhibitor. Efficience value of polyphosphate inhibitor variable vary from 40-46%, by adding till 50 ppm the efficience will increase until 86%. However, the efficience value nitrite inhibitor variable vary from 84-95%, with the highest value was reach by adding 2% nitrite + 10 ppm polyphosphate.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41808
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Triadhi P. Tiggor
"Adanya pemilihan material yang repat unmk pengaplikasian di dunia pengolahan minyak bumi sangat bergzma karena umumnya sumur penghasil minyak bumi ini bersU`ar sangat korosj sehfngga dengan penggunaan material yang tepat maka kim akan mendapatkan hasil se-efisien mungkin. Pengujfan dilalcukan dengan menggunakan merode polarisasi ya/mi dengan metode cyclic polarization dan dynamic polarization, pada lfngkungan yang mengandung Narrium Klorida (NaC`l)a’an gas C03, Serta pada remperarur wang, medium (6o”C;, dan /o0“C, aengan henna lgf AP; 5L_ 304 Ss, 316 ss, Duplex S51 dan lncoloy 825. Dari pengujian ini diharapkan didapaflcan besar laju korosi dari masing-masing material. Hasil pengujian menurjukkan bahwa logam lncoloy 825 memiliki tingkar laju korosiffras (corrosion rate) yang lebih rendah dibandingkan logam lainnya, pada lingkungan yang mengandung gas C03 dan lemperalur l000C` laju k0r‘0Sl dar! logam ini 0.001 afmpy. Pada lingkungan yang mengandung 2%NaCl. gas CO; dan remperarur 100° C, laju korosirgza 0,5662 mp. Pada lingkungan yang merlgrmdung gas C Og, dan Iemperafm' 60"C, lqju l<0r0.s‘inyG 0. 0004 mpy, scdangankan pada ling/:ungan yang mengandung gas C0g,, l.5%NaCI, clan temperatur 600C laju ko:-osinya 1,0115 mpy. Pada ternperarur ruang, dengan pemberlan gas CO3 Serra 0.5% NaCl laju korosi logam ini 0,8=l93mpy. Dan pada remperarure ruang dengan pemberian gas C 0; Serra 1.5% NaCl 0,31 I 4 mpy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41381
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Eberson
"Korosi pada iogam merupakon suotu permasalahan sering redadi dalam dunia industri. Sudah bonyak dana yang dikeluarkan oleh pihak industri untuk menanggulangi mosalah ini. Permasalahan korosi pada logam dapai diselesaikon dengan cara memilih logam yang tepat/sesuai dengan ling/amgan atau memberikan periakucm kepada logam atau Iingkungon yang akan ditempatkan oleh Iogam. Penelitian ini membohas remrang Iaju korosi Iogam baja karbon yang diceiupkan pada Iarutan asam sulfur yang diberikan inhibitor berbasis sodium suyir. Inhibitor Berbasis Sodium Sum! adalah senyawa sodium suifit yang iergolong ke dalam oxygen scavenger yang berghmgsi untuk rnenarik kandungan oksigen dari larutan dan mengurangi lfju korosi. Pengujian ini dilakukan dalam skaia iaboratorium. Pengujian yang dilalmkan adalah pengujian sialic yang mengacu kepada standard ASTM G1-03 dan ASTM G31 -72. Material yang digunakan adalah bqia karban rendah. Penghirungan Iaju lnorosi dilakukan dengan merode kehilangan beraf. Dari hasil penelitian didaparkan bahwa Iaju korosi baja [carbon rendah semakin bertambah seiring dengan penambahan konsentrasi asam sumrt. Pada penambahan berturur-turut 30, 50, 70, dan 100 ppm inhibitor pada lingicungan HZSO4 (98%) sebanyak 0,15 ml seiama riga hari, menunjukkan bahwa Iaju korosi semakin berlcurang dengan bertambahnya jurnlah inhibiror. Sedangkan unluk dengan semalcin bertambahnya wakzu penceiupan maka Iaju korosi pada bcya karbon rendah semokin berkurang. Nilai ejisiensi inhibitor terbesar tedadi dengan penambahan 100 ppm pada H;S04 (98%) sebanyak 0,15 ml .selama tiga hari dengan nilai efisiensi 15, 6%. Kesimpulan Iain yang didapat yaitu bahwa inhitor ini lrurong makfimal jika digunakan dalam lingkungarz asam, kareno kelarutan oksigen dalarn Iinglmngan asam szdfat sedildt."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41702
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Md Gd Indo H
"Proteksi korosi dengan penggunaan inhibitor telah menjadi alternatif yang cukup menguntungkan terutama untuk industri-industri gas dan petrokimia. lnhibitor merupakan substansi yang dapat menghambat bahkan menghentikan reaksi kimia. Berbagai penelitian dilakukan untuk menemukan konsentrasi penambahan inhibitor yang opiimal untuk menurunkan laju korosi baja paduan rendah inhibitor memiliki karakteristik yang berbeda-beda tergantung aplikasinya dalam industri. Untuk penelitian ini digunakan inhibitor korosi P 99-S yang tergolong ke dalam oxygen scavenger yang berfungsi untuk menarik kandungan oksigen dari lingkungan dan mengurangi laju korosi. Lingkungan yang menjadi fokus penelitian adalah larutan HCI dengan konsenfrasi 0,1 M; 0,001 M: 0,00001 M. Sampel yang digunakan untuk penelitian adalah baja ST 41 yang tergolong low alloy steel."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41368
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fadhil
"Ketahanan korosi SS 316L pada variasi konsentrasi lingkungan NaCl diinvestigasi dengan menggunakan pengujian Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS). Perlakuan panas dilakukan pada suhu 1100oC. Pengamatan struktur mikro menggunakan Optical Microscope. Larutan NaCl mensimulasikan kondisi air laut tempat pengaplikasian SS316L, variasi konsentrasi larutan NaCl yaitu ; 1%, 2%, 3,5%, 4%, dan 5%. Ion klorida pada NaCl dapat menyerang lapisan pasif pada permukaan SS. Penetrasi ion klorida ini yang bepengaruh terhadap ketahanan korosi pada SS316L.
Hasilnya menunjukkan bahwa pada konsentrasi 3,5% NaCl memiliki ketahanan korosi yang paling rendah. Kelarutan oksigen dalam air paling optimum pada ion Cl 3-3,5%. Pengamatan perubahan struktur mikro menggunakan larutan 3,5% NaCl sebagai pembanding ketahanan korosi sebelum dan setelah dilakukannya perlakuan panas. Hasilnya menunjukkan ketahanan korosi sesudah diberikan perlakuan panas jauh lebih rendah. Struktur mikro saat sesudah mengalami sensitasi pada batas butirnya dan ketidaksamaan besar butir.

Corrosion resistance of Austenitic Stainless Steel 316L in variation of NaCl environment was investigated using Electochemical Impedance Spectroscopy test. Heat treatment was done at temperature 1100oC. The microstructure was studied by Optical Microscopy. NaCl solution demonstrated seawater environment, conctentrations varying from 1% to 5%. Ion chloride can penetration through passive film. The penetration of chloride affected corrosion resistance of SS316L.
The result showed that the corrosion resistance of concentration of 3,5% NaCl had the lowest corrosion resistance. Optimum oxygen dissolved occured in concentration 3 ? 3,5% NaCl. The studied of changed of microstructure used 3,5% NaCl solution to compared corrosion resistance of before and after heat treatment. The result demonstrated tha corrosion resistance after heat treatment was lower than the before one. The microstructure after heat treatment suffered sensitization and dissimilarity of grain on microstructure.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S62630
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Sutan LMH
"Electrically plating or electroplating is one method used to beautify looks fine and also to improve the mechanical properties of the metal.
The teksperiment is performed by preparing specimens have been measured with different variations in time for electroplating with a current of 10 amperes at 12 Volts. The results show that the corrosion test specimen electroplating results with the arrest ofO 1889847379 mpy 40 minutes, 30 minutes ofO. 1771731918mpy, 20 minutes by 0.1417385534 mpy, and without coating 0.93298832 mpy. Judging from the results on each specimen corrossion the safest coating coalings with detention is 20 minutes and is the fastest corroded specimens without coating. Hardware test results from each specimen tested showed rising violence in the area coated by electroplating. The test results showed a thick layer on the detention of 40 minutes is the result of sed,memory layers thicker than the initial 30 minutes and 20 minutes."
Universitas HKBP Nonmensen, 2016
050 VISI 24:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Patriangga
"Inhibitor merupakan suatu substansi yang ditambahkan kedalam lingkungan korosif dalam jumlah yang relatif kecil yang dapat menurunkan laju korosi (corrosion rate). Penggunaan inhibitor sebagai salah satu cara perlindungan korosi telah banyak digunakan pada dunia industri terutama pada industri pengolahan minyak gas dan petrokimia. Inhibitor terdiri dari berbgai jenis yang dalam penggunaanya harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan serta material yang hendak di proteksi. Inhibitor yang digunakan pada penelitian ini ialah katodik inhibitor PENDAWA 99-P yang memiliki kandungan utama polyphosphates. Lingkungan korosif yang menjadi fokus penelilian ialah larutan NaCl dengan konsentrasi 0,5 %, 2 % dan 3,5 %. ,material yang digunakan ialah baja karbon rendah karena aplikasinya yang banyak digunakan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41791
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>