Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137772 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Romalimora, Hire
"Korosi Retak Tegang adalah korosi yang berbeda dengan bentuk korosi lain karena terjadi dalam skala mikroskopik dan tidak dapat terdeteksi secara visual, Korosi ini lebih berbahaya karena terjadi retakan intergrumlar atau transgranular yang tertutup oleh produk korosi yang lain, Korosi retak tegang sering terjadi pada pipa baja karbon untuk menyulurkan minyak yang terkubur di dalam ranah sehingga hal ini menarik untuk dikaji lebih mendalam. Untuk penelitian korosi retak tegang dapat dilakukan dengan menggunakan prosedur percobaan ASTM G 39-90 yang terdiri dari beberapa metode percobaan. Metode yang dipilih untuk pengujian ini adalah two point loaded specimen karena metode ini sederhana dan efektif Untuk pengujian metode ini digunakan holder sebagai penahan specimen. Specimen akan dipasang didalam holder yang sebelumnya spesimen telah ditekuk dengan jarak tertentu sehingga didapat tegangan. Panjang holder yang dipakai adalah 17 cm, 19 cm, 21 cm dan 23 cm sehingga didapat tegangan yang berbeda beda. Kemudian spesimen akan dilewatkan di dalam lingkungan korosif dalam hal ini Sali Spray Chamber dengan kandungan sodium klorida 3,5% yang mensimulasikan lingkungan air laut."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S41356
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Setyo Hadi Saputro
"Fenomena peok sering ditemukan pada generator uap nuklir. Hal ini disebabkan karena tegangan lokal yang tinggi dan sebagai akibatnya tekanan menggerakkan dinding tabung inconel ke dalam. Kenyataannya, terjadi tegangan lebih besar dari pada titik luluh dari paduan sehingga menyebabkan terjadinya kegagalan Tegangan kerja yang tinggi dibarengi dengan lingkungan korosif. terutama hadirnya fan Cr, maka akan mempercepat terjadinya kegagalan. Korosi retak tegang merupakan bentuk korosi yang sangat berbahaya dari pada bentuk korosi lainnya karena terjadi dengan tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dilihat hanya dengan visual saja. Oleh sebab itu, dilakukan penelitian terhadap ketahanan dan mekanisme korosi retak tegang pada material baja AISI 1008 dalam kondisi operasional yang disimulasikan dalam skala laboratorium. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S41355
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siswo Utomo
"Baja tahan karat (Stainless Steel) austenitik 316L dianggap sebagai salah satu baja tahan karat standar dasar yang lebih tahan lingkungan korosif, oleh karena itu merupakan kelas baja yang penting untuk aplikasi fasilitas system perpipaan untuk mengalirkan hydrocarbon yang korosif. Namun SS 316L sangat rentan dengan kehadiran klorida dengan temperatur tertentu, karena grade 316L dapat mengalami korosi lokal di lingkungan yang mengandung klorida, sehingga diperlukan membatasi penggunaannya dalam aplikasi yang berbeda. Ketahanan korosi pada baja tahan karat 316L disediakan oleh kromium kombinasi dengan molibdenum. Lapisan oksida terbentuk pada permukaan material dan lapisan pasif ini melindungi baja terhadap lingkungan agresif. Konsentrasi dan temperatur klorida merupakan kondisi lingkungan terpenting yang mempengaruhi ketahanan pitting pada 316L. Disamping itu kondisi, kekasaran dan kerusakan permukaan juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kinerja baja tahan karat. Setiap surface finish baja tahan karat akan memiliki nilai kekasaran permukaan dan nilai ekonomis yang berbeda. Perbedaan kekasaran permukaan tersebut akan memberikan ketahanan korosi yang berbeda pula. Beberapa surface finish baja tahan telah ditentukan karat berdasarkan standar EN-10088-2 dengan tipe yang paling umum 1D dan 2B. Surface finish 2B memiliki permukaan yang lebih halus dibanding 1D. Pada saat fabrikasi dan konstruksi sangat memungkinkan permukaan material akan mengalami perlakuan tertentu maupun goresan yang menyebabkan perubahan nilai kekasaran permukaan material tersebut. Pada surface finish as received pada 316L yang lebih halus memiliki ketahanan korosi yang lebih baik terjadi spesimen 2B dengan kekasaran (Ra) 0.5mm, memiliki resistansi polarisasi (Rp) 795 kΩ pada larutan garam dengan kadar klorida 10ppt pada suhu 45oC dengan rendaman 1Jam. Pada surface finish 1D dan 2B pada 316L yang di gerinda atau dirusak menjadi spesimen 1DG dan 2BG memiliki kekasaran (Ra) yang sama yaitu 0.16mm, memiliki perilaku pembentukan lapisan pasif dan ketahanan korosi yang mirip dengan indikasi nilai resistansi polarisasi (Rp) yang mirip yaitu 416 kΩ dan 430 kΩ pada larutan garam dengan kadar klorida 10ppt pada temperatur 45oC dengan rendaman 48Jam. Perbandingan surface finish as received dengan surface finish yang digerinda menunjukkan bahwa surface finish yang lebih halus memiliki ketahanan korosi yang lebih baik yakni 1DG memiliki resistansi polarisasi (Rp) 7487 kΩ pada larutan garam dengan kadar klorida 10ppt pada temperatur 45oC dengan rendaman 1Jam. Dengan mengetahui perilaku ketahanan, dan pembentukan lapisan film pada material baja tahan karat diharapkan dapat memilih surface finish secara benar sesuai dengan keperluan dan keekonomian.

Austenitic stainless steel 316L is considered as one of the basic standard stainless steels that is more resistant to corrosive environments, therefore it is an important steel class for pipeline and piping system facility applications for flowing corrosive hydrocarbons. However, SS 316L is very susceptible to the presence of chlorides at certain temperatures, because grade 316L is subject to local corrosion in chloride-containing environments, so it is necessary to limit its use in different applications. The corrosion resistance of 316L stainless steel is provided by the combination of chromium with molybdenum. An oxide layer forms on the surface of the material and this passive layer protects the steel against aggressive environments. Chloride concentration and temperature are the most important environmental conditions affecting pitting resistance at 316L. In addition, condition, roughness and surface damage are also factors that can affect the performance of stainless steel. Each stainless-steel surface finish will have a different surface roughness and economic value. The difference in surface roughness will provide different corrosion resistance. Several stainless-steel surface finishes have been specified for rust according to standard EN-10088-2 with the most common types being 1D and 2B. Surface finish 2B has a smoother surface than 1D. At the time of fabrication and construction, it is very possible that the surface of the material will experience certain treatments or scratches that cause changes in the value of the surface roughness of the material. For surface finish as received on 316L which has smoother roughness, it will have better corrosion resistance, specimen 2B has a roughness (Ra) of 0.5mm, has a polarization resistance (Rp) of 795 kΩ in a salt solution with a chloride content of 10ppt at 45oC with 1 hour soaking. For surface finishes 1D and 2B on 316L which is grinded into specimens 1DG and 2BG have the same roughness (Ra) of 0.16mm, have similar passive layer formation behavior and corrosion resistance which indicated by similar polarization resistance value (Rp) namely 416 kΩ and 430 kΩ in a salt solution with a chloride content of 10ppt at 45oC with 48 hours of immersion. Comparison of surface finish as received with ground finish shows that a smoother surface finish has better corrosion resistance, namely 1DG has a polarization resistance (Rp) 7487 kΩ in a salt solution with a chloride content of 10ppt at a temperature of 45oC with 1 hour soaking. By understanding the behavior of resistance, and the formation of a film on the stainless-steel material, it is expected to be able to select the correct surface finish according to the needs and economy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harris Prabowo
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T39838
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristian
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S41103
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Fikri
"Proses shot peening merupakan suatu metode pengerjaan dingin material dengan menumbuhkan permukaan logam menggunakan partikel-partikel bulat (terbuat dari baja tuang) yang berukuran kecil dan berkecepatan tinggi. Metode ini dapat digunakan untuk mengurangi kemungkinan serangan korosi retak tegang.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh proses shot peening dengan intensitas 0.0062 A dan 00091 A (masing-masing dengan coverage 100% dan 200%) terhadap ketahanan Al 7075 T7351 terhadap serangan korosi retak tegang, pengujuan digunakan menggunakan larutan 3,5% NaCl dan 0,5% H2O2 pada pH 3.
Hasil pengujian tegangan sisa dan kekerasan menunjukkan bahwa proses shot peening menyebabkan terjadinya tegangan sisa tekan antara -111,8726 sampai -170,5675 MPa dan terjadinya peningkatan kekerasan pada permukaan Al 7075 T7351. Sedangkan dari hasil pengujian korosi retak tegang sampai dengan 15 hari didapatkan bahwa efek shot peening di atas tidak menampakkan pengaruhnya pada pemberian tegangan 85% dari kekuatan luluh bahan, hal ini disebabkan sampai akhir pengujian belum terjadi serangan korosi retak tegang, jenis serangan yang terjadi adalah korosi pitting."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
S41956
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Sapto Nugroho
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S41102
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Sadeli
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S40893
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardiles
"ABSTRAK
SS 304 adalah material yang saat ini banyak digunakan sebagai pipeline
dan juga material coloumm vessel. Namun, pada pengaplikasiannya material ini
banyak mengalami kegagalan SCC dalam lingkungan NaCl.Pengaruh tegangan
terhadap kerentanan korosi retak tegang SS 304 dalam Lingkungan NaCl
dilakukan dengan metode bent beam dengan variasi tegangan 30%, 40%, dan 50%
dari tegangan luluh ( yield stress ). Pengujian dilakukan dengan salt spray selama
4 minggu dan dilakukan dye penetrant test untuk melihat keberadaan retak.
Pengamatan mikrostruktur dilakukan untuk verifikasi hasil pengujian dye
penetrant test. Perilaku korosi diamati melalui polarisasi linear dan metode weight
loss. Retak tidak terjadi pada setiap aplikasi tegangan. Namun, kerentanan
terhadap korosi retak tegang ditentukan dengan densitas pitting pada setiap
tegangan aplikasi. Semakin besar tegangan aplikasi maka densitas pitting akan
semakin meningkat dan kerentanan terhadap korosi retak tegang juga semakin
meningkat. Korosi yang terjadi pada SS 304 adalah pitting corrosion yang
ditandai dengan hasil polarisasi linear dan weight loss yang laju korosinya sangat
kecil.Pengamatan struktur mikro menunjukkan terdapatnya pitting pada setiap
tegangan aplikasi.

ABSTRACT
SS 304 is material that mostly used as pipeline and coloumn vessel. This
material mostly failed because SCC when it is aplicated in NaCl environment.
Effect of applied stress on stress corrosion cracking susceptibility can be
examined with two point loaded bent beam method with variation of applied
stress are 30%, 40%, and 50% of yield stress. Sample is examined in salt spray for
4 weeks and dye penetrant test is done to see existance of retak. Beside that,
microstructure examination is done to verificate the result of dye penetrant test.
Corrosion behavior can be observed with linear polarisation and weight loss
method.Based on examination result, crack is absence in each applied stress.
Susceptibility of stress corrosion cracking can be determined with density of
pitting. Pit morfology show high density when SS 304 subject to high applied
stress. Type of corrosion in SS 304 is pitting corrosion. Linear polarisation and
weight loss show low corrosion rate. Microstructure observation show existence
of pitting in each applied stress."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42185
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>