Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83039 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Luasnya aplilfasi aluminium dalam kelzidzqmn selzari-lmri memunculkan tcmtangun Serta peluung baru, yairu bagaimana nzenunerralmnkan kualitas produk-produk aluminum. _Te/mologi yang digunalcan dalam usaha menynroreksi aluminium l¢3hS'(3blll ialah anodixasi. Melalui pro.s'¢{,s' eleklrokimia unluf: menqnrocluksi lapisrm npis olrsiclu pada permulcaau aluminium, sclain mampu meredulcvi fceceparan korosi, tekrmlogi terxebur memberilrcm karakterisrili permulman yang dapar diwamai sesuai dengan ngjuun dekorasi
Sa/all saw proses anodisasi ialah anodisasi ripe II dengan elekrralir usam sulfur 20nC. fegangan 15 volt dan rapa! arus I-l,5 A/dmz. Jenis pruses an0d'isu.s‘i asain suU`af dipilih lrarena prose.s'nyu yang memeriukan ala! serif: bahan yang mudah d1peroleh.s'er'ra sesuai dengan fllflldff dekorasi.
Penclirian lfali ini inenekankcm padcr pemcmfaarcm izilai-nilai optimal atus parameter proses yang Ielalz digariskcm oleli lirerarur, uniuk menglmsilkan pmdulc unodisusi berikuf pewarnaarmyu. Parumerer proses yan-_sg dimuksud dicmfurwlvu iululr, lconsenrrasi elekrroiii usam suU'ar sebesar 15%, rapai arus yang dipergzmakan J- 1,5 A-klnrg, .Sullu eleklrolir .vcbesar ZOUC, fegangan 15 vol! Serta merodu pewamaan czfm-'e coloring (pewarnaan celzqo) K;Cr2()7pada sulfu 500C.
Anodisavi diarahkan untuk nxenglzasilkan ketebalan Iapisan oksida sebesar 17 milcron yang merupakan kefehalun mukeimum yung dapar dilmsilkan melalui proses mr0¢lisusi usam sulfur. Melalui penganmran was lcelebalan, pewarnaau _vang nzerzgalraxilkan warna kzming kecmasun yung baik dapar dqaeroleh "
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41427
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasanuddin
"Permintaan sulfur dalam negeri semakin meningkat hingga 220 ribu ton pada 2014 atau setara dengan 72 juta US dollar. 70% sulfur yang ada saat ini merupakan by product dari minyak bumi. Seiring dengan semakin menipisnya cadangan minyak bumi dunia dan juga terbatasnya eksplorasi untuk penambangan sulfur menjadi pertimbangan untuk meningkatkan produksi sulfur dalam negeri. Proses pemurnian sulfur alam dengan sistem kontiniu dan tekanan tinggi yang telah ada, proses Frasch, membutuhkan modal dan biaya operasional yang besar. Proses Frasch membutuhkan air hingga 57 m3 untuk setiap ton sulfur yang dihasilkan dan juga biaya yang mahal. Pada penelitian sebelumnya dilakukan modifikasi proses produksi sulfur menggunakan autoclave dengan sistem batch untuk mereduksi biaya operasional dan dapat dilakukan pada skala kecil. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa proses ini dapat memurnikan batuan dengan kemurnian tinggi tetapi yield yang dihasilkan kurang optimum Pada penelitian ini dilakukan injeksi gas karbondioksida ke dalam sistem sebagai media transfer panas tambahan. Karbondioksida juga memiliki kemampuan untuk meningkatkan difusifitas uap air untuk penetrasi ke dalam formasi batuan yang membantu untuk melelehkan sulfur sehingga meningkatkan yield sulfur yang diperoleh. Berdasarkan hasil penelitian, kondisi operasi untuk proses pemurnian adalah pada suhu 140oC, tekanan injeksi karbondioksida sebesar 30 psi, rasio air dan batuan sebesar 10ml/g, serta lama waktu operasi 6 menit dengan yield dan kemurnian yang didapatkan masing-masing sebesar 86,8% dan 99,82%.

Demand of sulfur in Indonesia is increasing throughout the years reaching 220 thousand tones equivalent with 72 millio US Dollar in 2014. Nowadays, 70% of sulfur is coming from byproduct of petroleum industry. As long as the depletion of oil and gas resoources and the limited of exploration of sulfur mining as the consideration to enrich the production of sulfur in domestic.The existing sulfur purification process with continue system and high pressure, Frasch process, requires high capital and operational cost. Frasch process needs water up to 57 m3 in order to get one tone of sulfur. On the previous research, modified sulfur production process used autoclave in batch system to reduce the operational cost in order to use by small industry. The result is that process can purify sulfur with high purity but, the yield itself is not optimal. In this research, carbondioxyde is injected as an addition of heat transfer. In addition, carbon dioxide has an ability to enrich the diffusivity of steam to penetrate rock formations. The injection of carbon dioxide in this system can help in melting sulfur faster in order to increase the yield itself. Based on this research, the operation condition to purify sulfur is 140 oC of temperature, 30 psi of CO2 injection, 10 ml/g of ratio between water and native sulfur ore with 6 minutes of process. The result of yield and purity are 86,8% and 99,82%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64692
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Angel Mutiara
"Kandungan maksimum sulfur pada jenis solar dengan angka setana 51 di Indonesia adalah sebesar 300 ppm. Kandungan sulfur tersebut masih jauh di bawah standar internasional berdasarkan standar Euro VI, yaitu mencapai hingga 10 ppm, atau dikenal sebagai ultralow-sulfur diesel. Senyawa sulfur pada solar harus diturunkan karena memiliki dampak negatif terhadap mesin, lingkungan, maupun kesehatan manusia. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengurangi kandungan sulfur pada solar adalah dengan menggunakan desulfurisasi oksidatif katalitik (Cat-ODS). Metode Cat-ODS dapat mengoksidasi sulfur menjadi sulfon yang lebih polar sehingga dapat lebih mudah dihilangkan pada proses pemisahan berikutnya, yaitu sentrifugasi. Selama ini, proses Cat-ODS dan sentrifugasi dilakukan di dalam alat yang terpisah. Pada penelitian ini, proses Cat-ODS akan dilakukan di dalam prototipe reaktor-sentrifugasi yang merupakan gabungan dari CSTR (Continuous Stirred Tank Reactor) dan sentrifugal ekstraktif sehingga proses dapat berlangsung secara kontinu. Penelitian ini dilakukan untuk menguji ODS pada prototipe reaktor-sentrifugasi dengan menggunakan solar Pertamina Dex, katalis asam asetat, dan oksidator kalium permanganat. Variabel yang akan divariasikan pada penelitian ini adalah suhu oksidasi 30, 50, 70 oC, rasio volume solar dengan katalis (V/V) 5:1, 10:1, 15:1, 20:1, kecepatan pengadukan 200, 300, 400, 500 rpm, serta waktu tinggal 2, 3, 4, 5 menit. Setelah itu, solar akan dianalisis kandungan sulfurnya dengan menggunakan metode Fourier Transform Infrared (FTIR). Hasil persentase desulfurisasi terbaik pada penelitian ini adalah 19,67% yang diperoleh pada kondisi suhu oksidasi 70 oC, rasio volume solar dengan katalis 20:1, kecepatan pengadukan 300 rpm, dan waktu tinggal 5 menit.

The maximum sulfur content in diesel fuel with a cetane number of 51 in Indonesia is 300 ppm. That sulfur content is still far below international standards based on Euro VI standards, which reach up to 10 ppm, otherwise known as ultralow-sulfur diesel. Sulfur compounds in diesel fuel must be reduced because they have a negative impact on engines, the environment, and human health. One method that can be used to reduce the sulfur content in diesel fuel is by using catalytic oxidative desulfurization (Cat-ODS). The Cat-ODS method can oxidize sulfur to become a more polar sulfone so that it can be more easily removed in the next separation process, which is centrifugation. So far, the Cat-ODS and centrifugation processes have been carried out in separate equipment. In this study, the Cat-ODS process will be carried out in a prototype centrifugation reactor which is a combination of a CSTR (Continuous Stirred Tank Reactor) and an extractive centrifuge so that the process can take place continuously. This research was conducted to test the ODS on a prototype centrifugation reactor using Pertamina Dex diesel fuel, acetic acid catalyst, and potassium permanganate oxidizer. Variables that will be varied in this research are the oxidation temperature of 30, 50, 70 oC, volume ratio of diesel fuel and catalyst (V/V) 5:1, 10:1, 15:1, 20:1, stirring speed of 200, 300, 400, 500 rpm, and residence times of 2, 3, 4, 5 minutes. After that, diesel fuel will be analyzed for its sulfur content using the Fourier Transform Infrared (FTIR) method. The best desulphurization percentage result in this study was 19.67% which was obtained at an oxidation temperature of 70 oC, a volume ratio of diesel fuel and catalyst of 20:1, a stirring speed of 300 rpm, and a residence time of 5 minutes."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Nessya Dwi Setyorini
"Latar belakang: Tenaga kerja bongkar muat (TKBM) semen merupakan kelompok kerja yang berisiko tinggi mengalami dermatitis kontak akibat kerja (DKAK). DKAK yang terjadi pada TKBM semen di Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta dapat mengganggu aktivitas, cara kerja, dan produktivitas pelabuhan tersebut. Potasium dikromat, nikel sulfat, dan kobalt klorida merupakan komponen utama yang terkandung dalam semen. Tujuan: Mengetahui proporsi kepositifan hasil uji tempel potasium dikromat, nikel sulfat, dan kobalt klorida pada TKBM semen serta mengidentifikasi berbagai faktor yang berhubungan. Metode: Penelitian potong lintang ini melibatkan 72 TKBM semen dengan DKAK berdasarkan Kriteria Mathias. Uji tempel dilakukan menggunakan g-Allergen potasium dikromat 0,5%, nikel sulfat 5%, dan kobalt klorida 1%. Tingkat pajanan debu semen ditentukan menggunakan indeks pajanan dengan rumus berdasarkan metode penilaian semi kuantitatif. Kelengkapan penggunaan alat pelindung diri (APD) dan berbagai faktor lainnya juga dievaluasi. Hasil: Sebanyak 20 (27,8%), 7 (9,7%), dan 4 (5,6%) di antara 72 pekerja menunjukkan reaksi positif potasium dikromat, nikel sulfat, dan kobalt klorida secara berurutan. Terdapat hubungan bermakna antara kelengkapan penggunaan APD, riwayat atopi keluarga, dan tingkat pajanan debu semen dengan kepositifan potasium dikromat (OR 0,4, 95% IK 0,2-0,8; OR 7,7, 95% IK 2,1-27,5; OR 36,1, 95% IK 3,1-420,9, secara berurutan). Berdasarkan analisis multivariat terdapat hubungan bermakna riwayat atopi keluarga dengan kepositifan potasium dikromat (OR 4,9, 95% IK 1,2-20,2). Kesimpulan: Potasium dikromat merupakan alergen utama penyebab DKAK pada TKBM semen. Walaupun DKAK akibat nikel atau kobalt lebih jarang terjadi, namun perlu dilakukan juga upaya pencegahan terhadap kedua alergen ini. Kelengkapan penggunaan APD perlu ditingkatkan secara efektif

Background: Occupational contact dermatitis (OCD) is one of the most common work-related illnesses among the cement-cargo workers of Sunda Kelapa Harbour Jakarta. Occupational contact dermatitis can disrupt activities, work, and productivity. Potassium dichromate, nickel sulphate, and cobalt chloride are the main components contained in cement. Objective: To assess the positivity proportion of potassium dichromate, nickel sulfate, and cobalt chloride patch test among workers with occupational contact dermatitis (OCD), as well as identifying the associated factors. Methods: This cross-sectional study included 72 workers with OCD based on Mathias Criteria. Patch test was performed using g-Allergen with 0.5% potassium dichromate, 5% nickel sulfate, and 1% cobalt chloride. Occupational cement exposure rating was determined from the exposure index using the equation based on semi-quantitative method. Personal protective equipment (PPE) usage and other risk factors were also evaluated. Results: Twenty (27.8%), 7 (9.7%), and 4 (5.6%) of 72 patch-tested workers showed positive reactions to potassium dichromate, nickel sulfate, and cobalt chloride, respectively. Bivariate analysis confirmed an association between complete use of PPE, family atopy status, occupational cement exposure rating and positivity of potassium dichromate (OR 0.4, 95% CI 0.2-0.8; OR 7.7, 95% CI 2.1-27.5; OR 36.1, 95% CI 3.1-420.9, respectively). Based on multivariate analysis, there is an association between family atopy status and positivity of potassium dichromate (OR 4.9, 95% CI 1.2-20.2). Conclusion: Potassium dichromate is a prominent allergen in cement-cargo workers. Although contact to other allergens such as nickel or cobalt is less frequent, prevention should also address these allergens. Complete PPE usage should be promoted effectively"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59176
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Adriana
"Senyawa belerang merupakan salah satu jenis senyawa
nonhidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi. Senyawa
belerang dapat membawa dampak negatif, bila masih terkandung
dalam minyak bumi. Dampak negatif tersebut antara lain: hujan
asam, korosi, dan gangguan terhadap kesehatan manusia.
Hidrodesulfurisasi merupakan teknik desulfurisasi yang
telah biasa dilakukan, namun teknik ini hanya dapat
berlangsung apabila tersedia energi (panas dan tekanan) yang
tinggi. Biodesulfurisasi merupakan teknik desulfurisasi baru
yang sekarang sedang dikembangkan yang diharapkan dapat
diterapkan dengan lebih baik, efisien, ramah lingkungan, dan
menguntungkan dibandingkan teknik Hidrodesulfurisasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menurunkan kadar
belerang yang terkandung dalam. Iranian Crude Oil dengan
menggunakan teknik biodesulfurisasi. Bakteri yang digunakan
adalah Thiobacillus thioparus dan Thiobacillus neapolitanus.
Kondisi optimum dari teknik biodesulfurisasi ditentukan untuk
meningkatkan aktivitas bakteri memetabolisme senyawa belerang,
sehingga dapat memperbesar persentase penurunan kandungan
belerang dalam minyak bumi Hasil persentase penurunan kandungan belerang dalam minyak
bumi berkisar antara 1,35%-11,74%. Penurunan kandungan
belerang juga terjadi pada media yaitu berkisar antara 4,90%-
22,34%. Pemberian aerasi secara simultan dalam jumlah ± 5
L/menit dapat meningkatkan penurunan kandurigan belerang baik
dalam minyak bumi maupun dalam. media dibandingkan dengan
perlakuan aerasi lain (penggojokan dan pengadukan). Pemberian
komponen nutrisi tambahan (N dan P dari NH 4NO3 dan (NH4)2HPO4)
sebanyak 1% (b/v) ke dalam media dapat meningkatkan persentase
penurunan kandungan belerang dalam. media dari 4,90% menjadi
9,42% (Thiobacillus neapolitanus) dan dari 18,57% menjadi
22,34% (Thiobacillus thi pparus). Sedangkan persentase
penurunan kandungan belerang dalam minyak bumi meningkat dari
5,08% menjadi 11,74% (Thiobacillus thioparus) dan dari 1,35%
sampai 6,88% (Thiobacillus neapolitanus). Dengan memperpanjang
waktu inkubasi dapat meningkatkan persentase penurunan
kandungan belerang, waktu inkubasi yang digunakan hanya selama
2 hari (48 jam). Data di atas menunjukkan bahwa Thiobacillus
thi pparus dan Thiobacillus neapolitanus cukup potensial untuk
melakukan biodesulfurisasi pada minyak bumi. Pemberian kondisi
yang paling optimum untuk proses biodesulfurisasi akan
meningkatkan persentase penurunan kandungan belerang. Hasilhasil
yang didapat dari penelitian ini hanya merupakan satu
langkah dari serangkaian studi guna menyempurnakan teknik
biodesulfurisasi. Penyempurnaan tersebut diperlukan agar
biodesulfurisasi dapat diterapkan sama baiknya dengan
hidrodesulfurisasi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Saputra
"Tingkat impor sulfur Indonesia terus meningkat tiap tahunnya. Hal ini diakibatkan produksi sulfur dalam negeri yang tidak dapat memenuhi demand sulfur dalam negeri dan kurangnya eksplorasi proses produksi sulfur. Sekitar 70%
dari sulfur yang ada saat ini diproduksi dengan Proses Claus sebagai by-product proses pengolahan petroleum dan minyak bumi. Seiring dengan semakin menipisnya cadangan minyak bumi dunia dan terbatasnya eksplorasi penambangan sulfur menjadi pertimbangan peningkatan proses produksi sulfur Indonesia. Indonesia sebagai daerah Ring of Fire memiliki kekayaan melimpah berupa batu sulfur alam melimpah hanya digunakan sebagai campuran semen ataupun cinderemata. Salah satu metode pemurnian sulfur dari batuan sulfur alam yang ada saat ini ialah Proses Frasch yang memerlukan biaya investasi dan operasional yang besar. Oleh karena itu, penelitian ini melakukan proses sulfur dari batuan sulfur alam dengan menggunakan modifikasi Proses Frasch berupa sistem batch. Proses ini dirancang untuk industri kecil menengah di mana digunakan autoclave dengan uap air sebagai media pengekstraksi. Pada penelitian ini, didapatkan yield dan tingkat kemurnian optimum sulfur yang diekstraksi dengan modifikasi Proses Frasch terhadap beberapa variabel seperti ukuran mesh,
suhu, rasio air per batu sulfur, dan waktu ekstraksi. Penelitian ini diharapkan dapat memberi alternatif proses untuk mengekstraksi sulfur dari batuan sulfur menggunakan sistem batch berupa autoclave.

Indonesia's sulfur import rates is increasing annually. The reason of the increases are Indonesia domestic sulfur production can't fulfill domestic sulfur
demand and lack of sulfur production process exploration. About 70% of sulfur that has been produced nowadays used Claus Process which are byproduct of oil and petroleum industry. But, decreasing amount of fossil fuel resources and limited exploration of sulfur production processes are some factors to consider to increase domestic sulfur production. Indonesia as Ring of Fire area has so many
natural resources, one of them is sulfur which barely used as mixture of cements or souvenir. One of purification method to produce sulfur from sulfur ores is Frasch Process which needs big investment and operational cost. Therefore, in this research are designed sulfur purification method from sulfur ores using Modified Frasch Process in form of batch system. This process is designed to be suitable for low-medium scale industry which using autoclave with pressurized steam as extraction medium. In this research will be obtained optimum condition to extract sulfur using modified Frasch Process towards some variables such as mesh filter size, water volume per grams sulfur ores ratio, extraction temperature, and extraction time. It is hoped that this research could give alternative process to extract sulfur from sulfur ores using autoclave as batch system.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S62541
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kasandika Ganiarsa
"ABSTRAK
Indonesia memiliki potensi cadangan sulfur yang besar namun belum dimanfaatkan dengan baik karena penguasaan teknologi yang minim. Teknologi komersial produksi sulfur dari cadangan alamnya yang paling sering digunakan adalah proses Frasch yang menggunakan continuous steam sehingga membutuhkan dana operasional, modal, serta penguasaan teknologi yang tinggi. Proses pemurnian sulfur secara batch dalam steam autoclave merupakan alternatif yang dapat menggantikan proses Frasch. Tetapi, penelitian yang ada menunjukan yield sulfur hasil pemurnian belum maksimal, yaitu hanya 80% pada kondisi maksimalnya. Oleh karena itu, pada penelitian ini gas CO2 akan diinjeksikan ke dalam autoclave sebelum sistem dipanaskan. Gas CO2 berfungsi untuk meningkatkan kalor yang ditransfer ke batuan sulfur, sehingga menyebabkan lebih banyak sulfur yang dapat terlelehkan dan terpisahkan dari pengotornya. Selain itu, gas CO2 juga dapat meningkatkan suhu batuan sulfur sebelum dilelehkan oleh steam. Gas CO2 yang digunakan adalah sebesar 10, 20, dan 30 psi. Rasio volume air terhadap padatan yang digunakan adalah sebesar 4, 7, dan 10 ml/g serta waktu pemanasan yang digunakan adalah selama 2, 4, dan 6 menit pada suhu 140oC dan menggunakan saringan 50 mesh. Pada penelitian ini, terbukti bahwa preinjeksi gas CO2 dapat meningkatkan yield sulfur hingga menjadi 90% pada kondisi yang sama ketika tidak ada gas CO2. Tetapi di sisi lain, keberadaan CO2 juga menurunkan tingkat kemurnian sulfur hasil pemurnian.

ABSTRACT
Indonesia has enormous sulfur reserve potential that hasn?t been utilized to its maximum due to lack of technology mastery. Frasch process is the major commercial technology to produce sulfur from its natural ore, but the use of continual steam needs high investment and operational cost as well as advanced technology. Sulfur purification in batch in steam autoclave is an alternative to Frasch process. However, recent research show that the process yield is only 72% in its optimum condition and 80% in its maximum. Therefore, in this research, CO2 gas is preinjected to autoclave before the system heating process is started. CO2 gas is used to enhance the heat transferred to the natural sulfur ore, hence more sulfur will be melted and separated from its residues. CO2 gas is also capable of raising the ore temperature before it?s melted by the steam. In this research, CO2 gas is used in 10, 20, and 30 psi. The ratio of water and ore is 4 ml/g, 7 ml/g, and 10 ml/g while the heating time is 2, 4, and 6 minutes under the condition of 140oC and 50 mesh filter. This research conclude that CO2 preinjection enhance the sulfur yield in to 90% in the same process without CO2 gas present. But on the other hand, CO2 gas decrease sulfur purity percentage."
2016
S64491
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Setiawan
"Penelitian ini mengkaji pengaruh penambahan natrium sulfat dan sulfur terhadap reduksi karbotermik selektif pada ilmenit dan bimomassa. Telah direduksi sebanyak tiga belas sampel dengan variasi persentase penambahan aditif dengan kenaikan 1,5%, jenis ilmenit dan lama waktu milling. Reduktor yang digunakan yaitu bimoassa dari pulverized cangkang kelapa sawit, sedangkan CMC sebagai binder. Sampel direduksi pada temperatur 120oC pada kondisi inert selama 60 menit. Berdasarkan karakterisasi XRD, diperoleh fasa dominan yaitu besi dan ferros-pseudobrookite.  Hasil uji SEM memperlihatkan agregasi dan pertumbuhan partikel besi lebih baik dengan penambahan natrium sulfat daripada sulfur, dan waktu proses mechanochemical yang lama. Berdasarkan analisa Image-J diperoleh nilai tertinggi untuk luas rata-rata yaitu 73,78 mm2 pada penambahan natrium sulfat. Sedangkan nilai tertinggi dengan penambahan sulfur yaitu 36,57 mm2. Selain itu, nilai recovery dan kadar pada Fe dan Ti dibedakan pada fasa metalik dan fasa terak. Untuk nilai recovery dan kadar Ti bukan dalam bentuk logam akan tetapi dalam fasa bentuk fasa TiO2, FeTiO3, FeTi2O5, dan MgTi2O5. Pada fasa metalik, nilai tertinggi recovery (%) Fe dan Ti berturut-turut yaitu 92,82 dan 22,46. Sedangkan untuk nilai kadar (%) Fe dan Ti berturut-turut yaitu 94,20 dan 18,91. Disisi lain, pada fasa terak, nilai tertinggi recovery (%) Fe dan Ti berturut-turut yaitu 42,00 dan 98,51. Sedangkan untuk nilai kadar (%) Fe dan Ti berturut-turut yaitu 17,33 dan 70,45.
This study examined the effect of adding sodium sulfate and sulfur to selective carbothermic reduction on ilmenite and biomass. Thirteen samples have been reduced by adding additive doses with an increase of 1.5%, ilmenite type and length of milling time. The reductors used are biomass from pulverized palm oil shell, while CMC is a binder. Samples were reduced at a temperature of 1200oC in an inert condition for 60 minutes. Based on XRD characterization, the dominant phase is iron and ferros-pseudobrookite. The SEM test results show that the aggregation and growth of iron particles is better with the addition of sodium sulfate than sulfur, and the long process time of the mechanochemical process. Based on Image-J analysis, the highest value for the average area was 73.78 mm2 for the addition of sodium sulfate. While the highest value with the addition of sulfur is 36.57 mm2. In addition, the recovery and grade in Fe and Ti are distinguished from the metallic phase and the slag phase. For recovery and grade of Ti not in metal form but in phase form phase TiO2, FeTiO3, FeTi2O5, and MgTi2O5. In the metallic phase, the highest recovery (%) in Fe and Ti were 92.82 and 22.46, respectively. Whereas for the grade (%) in Fe and Ti 94.20 and 18.91, respectively. On the other hand, in the slag phase, the best recovery (%) in Fe and Ti were 42.00 and 98.51, respectively. Whereas for the grade of (%) Fe and Ti 17.33 and 70.45, respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T55241
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niknik Bestar
"ABSTRAK
SO2 merupakan polutan udara yang sangat berkaitan dengan pembakaran batubara sebagai bahan baku energi dalam suatu pembangkit listrik. Dengan adanya fakta ini, maka dibutuhkan suatu model sebagai metode pendekatan sistem untuk memprediksi nilai emisi SO2 yang dihasilkan berdasarkan karakteristik batubara, serta pemetaan konsentrasi SO2 di lingkungan sekitar sumber emisi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memodelkan emisi SO2 menggunakan Artificial Neural Network (ANN) berdasarkan karakteristik batubara dan menganalisis konsentrasi SO2 di wilayah PLTU Suralaya berdasarkan pemetaan pada musim hujan dan kemarau. Emisi SO2 dimodelkan menggunakan ANN, sedangkan pemetaan konsentrasi SO2 menggunakan software ArcGIS 9.3. Nilai validasi optimum hasil pemodelan emisi SO2 menggunakan ANN adalah 83,2% dengan root mean square error sebesar 0,168, laju pembelajaran 0,2, jumlah hidden neuron 22, dan epoh 125.000. Nilai konsentrasi SO2 rata-rata tahun 2008-2013 di Halaman PLTU Suralaya, Brigil, Perum PLTU Suralaya, Cipala Dua, Lebak Gede, Salira Indah, Gunung Gede, dan Sumuranja pada musim hujan dan kemarau masing-masing adalah 8,77 μg/Nm3 dan 9,01 μg/Nm3, 4,22 μg/Nm3 dan 6,05 μg/Nm3, 6,87 μg/Nm3 dan 7,04 μg/Nm3, 4,25 μg/Nm3 dan 8,54 μg/Nm3, 4,56 μg/Nm3 dan 6,27 μg/Nm3, 4,70 μg/Nm3 dan 7,06 μg/Nm3, 6,11 μg/Nm3 dan 8,03 μg/Nm3, 5,05 μg/Nm3 dan 7,34 μg/Nm3. Hasil tersebut menunjukkan, konsentrasi polutan SO2 cenderung lebih tinggi pada musim kemarau dibandingkan musim hujan di kedelapan lokasi pemantauan kualitas udara. Nilai konsentrasi SO2 masih jauh di bawah nilai baku mutu yang ditetapkan, yaitu sebesar 365 μg/Nm3 dan termasuk kategori baik menurut ISPU (Indeks Standar Pencemar Udara), yaitu pada rentang 0-50 dengan nilai konsentrasi SO2 sebesar 0 μg/Nm3-80 μg/Nm3
ABSTRACT
SO2 is an air pollutant that is mainly related with the combustion of coal as an energy feedstock in a power plant. Based on this fact, a model as a system approach in order to predict and estimate the SO2 emissions generated by coal characteristics and SO2 concentrations mapping in emission source is required. The purpose of this study is modeling SO2 emissions using Artificial Neural Network (ANN) based on coal characteristics and to analyze the concentrations of SO2 based on mapping in Suralaya Steam Coal Fired Power Plant during rainy and dry season. SO2 emissions were modeled using ANN, while mapping SO2 concentrations is using software ArcGIS 9.3. Optimum validation value for SO2 emissions model with ANN in this study is 83.2% with root mean square error is 0.168, learning rate 0.2, 22 of hidden neurons, and 125,000 epoch. The average value of SO2 concentrations in the years 2008-2013 in Halaman PLTU Suralaya, Brigil, Perum PLTU Suralaya, Cipala Dua, Lebak Gede, Salira Indah, Gunung Gede, and Sumuranja during rainy and dry season respectively are 8.77 μg/Nm3 and 9.01 μg/Nm3, 4.22 μg/Nm3 and 6.05 μg/Nm3, 6.87 μg/Nm3 and 7.04 μg/Nm3, 4.25 μg/Nm3 and 8.54 μg/Nm3, 4.56 μg/Nm3 and 6.27 μg/Nm3, 4.70 μg/Nm3 and 7.06 μg/Nm3, 6.11 μg/Nm3 and 8.03 μg/Nm3, 5.05 μg/Nm3 and 7.34 μg/Nm3. The result shows SO2 concentrations are found to be higher in the dry season than in rainy season in all of eight locations of air quality monitoring. SO2 concentrations value is found below the allowable standard (365 μg/Nm3) and belong to good category according to ISPU (Standard Index of Air Pollutants), in range 0-50 with SO2 concentrations value is 0 μg/Nm3-80 μg/Nm3."
2013
T35625
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariefatul Rachmawati
"ABSTRAK
Proses hidrodesulfurisasi menggunakan katalis NiMo/ γ-Al 2O3 dengan 2 variasi kandungan fosfor yaitu katalis NiMo/ γ-Al 2O3 dengan 0,5% fosfor dan katalis NiMo/ γ-Al 2 O 3 dengan 2% fosfor. Aktivitas katalis diuji dalam flow reactor pada suhu 285-330 o C dan LHSV 4-6 h -1 dengan lube base oil ditambah senyawa dibenzothiophene sebagai feed atau umpan. Katalis dikarakterisasi menggunakan XRD yang menunjukkan bahwa kristal yang terbentuk adalah γ-Al 2 O 3 . Karakterisasi menggunakan XRF menunjukkan perbedaan kandungan Ni dan Mo. Pada katalis dengan 2% fosfor kandungan Ni dan Mo lebih tinggi dibandingkan dengan 0,5% fosfor. Karakterisasi menggunakan metode BET menunjukkan adanya penurunan luas permukaan dengan kandungan fosfor yang lebih tinggi.
Uji kekuatan mekanik katalis, semakin tinggi kandungan fosfor pada katalis kekuatan mekaniknya menurun. Produk reaksi hidrodesulfurisasi dianalisa menggunakan GC-Sulfur Breakdown, GC-MS, dan GC-SIMDIS (Simulated Distilation). Kinetika reaksi hidrodesulfurisasi merupakan pseudo orde 1. Energi aktivasi reaksi hidrodesulfurisasi pada katalis dengan 0,5% fosfor sebesar 16,66 kJ/mol dan katalis dengan 2% fosfor sebesar 38,550 kJ/mol.

ABSTRACT
Hydrodesulfurization process using a catalyst NiMo/ γ-Al 2 O 3 with two variations, namely phosphorus content of the catalyst NiMo/ γ-Al 2 O 3 w ith 0.5% phosphorus and catalyst NiMo/ γ-Al 2 O 3 with 2% phosphorus. The catalyst activity was tested in a flow reactor at a temperature of 285-330 o C and LHSV of 4-6 h -1 with a lube base oil plus dibenzothiophene compound as a feed. The catalyst was characterized using XRD indicating that crystals formed are γ-Al 2 O 3 .
Characterization using XRF showed differences in the content of Ni and Mo. At 2% phosphorus catalyst with Ni and Mo content higher than 0.5% phosphorus. Characterization using the BET method showed a decrease in the surface area with higher phosphorus content. Test the mechanical strength of the catalyst, the higher the content of phosphorus in the catalyst mechanical strength decreases Hydrodesulfurization reaction products were analyzed using GC-Sulfur Breakdown, GC-MS and GC-SIMDIS (Simulated Distilation). Hydrodesulfurization reaction kinetics is a pseudo first order. The activation energy hydrodesulfurization reaction on the catalyst with 0.5% phosphorus amounted to 16,667 kJ/mol and a catalyst with 2% phosphorus by 38.550 kJ/mol.
"
2017
S69996
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>