Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 78392 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S40982
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Luasnya aplilfasi aluminium dalam kelzidzqmn selzari-lmri memunculkan tcmtangun Serta peluung baru, yairu bagaimana nzenunerralmnkan kualitas produk-produk aluminum. _Te/mologi yang digunalcan dalam usaha menynroreksi aluminium l¢3hS'(3blll ialah anodixasi. Melalui pro.s'¢{,s' eleklrokimia unluf: menqnrocluksi lapisrm npis olrsiclu pada permulcaau aluminium, sclain mampu meredulcvi fceceparan korosi, tekrmlogi terxebur memberilrcm karakterisrili permulman yang dapar diwamai sesuai dengan ngjuun dekorasi
Sa/all saw proses anodisasi ialah anodisasi ripe II dengan elekrralir usam sulfur 20nC. fegangan 15 volt dan rapa! arus I-l,5 A/dmz. Jenis pruses an0d'isu.s‘i asain suU`af dipilih lrarena prose.s'nyu yang memeriukan ala! serif: bahan yang mudah d1peroleh.s'er'ra sesuai dengan fllflldff dekorasi.
Penclirian lfali ini inenekankcm padcr pemcmfaarcm izilai-nilai optimal atus parameter proses yang Ielalz digariskcm oleli lirerarur, uniuk menglmsilkan pmdulc unodisusi berikuf pewarnaarmyu. Parumerer proses yan-_sg dimuksud dicmfurwlvu iululr, lconsenrrasi elekrroiii usam suU'ar sebesar 15%, rapai arus yang dipergzmakan J- 1,5 A-klnrg, .Sullu eleklrolir .vcbesar ZOUC, fegangan 15 vol! Serta merodu pewamaan czfm-'e coloring (pewarnaan celzqo) K;Cr2()7pada sulfu 500C.
Anodisavi diarahkan untuk nxenglzasilkan ketebalan Iapisan oksida sebesar 17 milcron yang merupakan kefehalun mukeimum yung dapar dilmsilkan melalui proses mr0¢lisusi usam sulfur. Melalui penganmran was lcelebalan, pewarnaau _vang nzerzgalraxilkan warna kzming kecmasun yung baik dapar dqaeroleh "
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41427
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silvia Yanuarinny
"Abstrak Sampah plastik merupakan salah satu masalah lingkungan yang berskala global, karena plastik sukar terurai dalam lingkungan. Salah satu alternatif untuk mencegah dampak yang lebih luas adalah dengan pengembangan plastik yang dapat terurai atau plastik biodegradable. Pati merupakan salah satu bahan dasar yang dapat digunakan untuk membuat plastik, karena sifatnya yang mudah terurai. Namun karena beberapa sifat yang kurang menguntungkan, seperti larut dalam air, maka pati dimodifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mencari kondisi optimum untuk pencangkokan monomer Metil Metakrilat kepada pati jagung, kemudian menguji sifat biodegradabilitas dan hidrofilisitas dari pati jagung hasil pencangkokan dengan Metil Metakrilat. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses kopolimerisasi ini adalah waktu perendaman dengan inisiator, konsentrasi inisiator, konsentrasi monomer, waktu reaksi, dan suhu reaksi. Dan untuk uji biodegradasi, dilakukan pada medium bakto agar dengan bantuan jamur Aspergillus Niger. Dilakukan analisa dengan Spektrofotometer FTIR untuk mengetahui terjadinya pencangkokan monomer ke dalam pati. Dilakukan juga pengukuran sudut kontak. Dari hasil percobaan diperoleh kondisi optimum untuk proses kopolimerisasi ini pada waktu perendaman 45 menit, konsentrasi inisiator 0,09N, konsentrasi monomer 30%, waktu reaksi 3 jam dan suhu reaksi 50?C. sedangkan untuk uji biodegradasinya, diperoleh hasil bahwa poli(MMA)-pati ini dapat terbiodegradasi oleh jamur Aspergillus Niger pada medium bakto agar, hal ini didukung oleh hasil analisis dengan menggunakan Scanning Electron Micrograph (SEM). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa poli(MMA)-g-pati dapat digunakan sebagai bahan plastik biodegradabel. Kata kunci : Aspergillus Niger ; Metil Metakrilat; Pati jagung; Plastik biodegradabel."
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, ], 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Rofii
"Menurut spesifikasi yang ditetapkan Kementerian ESDM, Biosolar Indonesia (B30) memiliki kandungan sulfur pada takaran yang cukup tinggi (<2000 ppm) jika dibandingkan standar lain seperti EURO VI (<10 ppm) dan EPA (<15 ppm). Kandungan sulfur yang tinggi pada biosolar dapat merugikan secara ekonomi karena merusak komponen mesin diesel dan mencemari lingkungan dengan emisi gas SOx. Oxidative desulfurization (ODS) merupakan metode alternatif untuk menurunkan kadar sulfur pada bahan bakar selain Hydrodesulfurization (HDS). ODS memiliki kondisi operasi pada suhu dan tekanan rendah sehingga secara keekonomian lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa dari kalium permanganat sebagai oksidator dalam menurunkan kadar sulfur pada biosolar Indonesia. Vairabel yang dipakai adalah jumlah kalium permanganat, katalis yang digunakan, dan waktu oksidasi. Untuk mengetahui kadar sulfur sebelum dan sesudah proses ODS, digunakan metode FTIR. ODS Biosolar Indonesia menggunakan kalium permanganat katalis asam asetat dapat menghasilkan derajat desulfurisasi hingga 28,12% dengan waktu oksidasi selama 30 menit.

According to the specifications set by the Ministry of Energy and Mineral Resources, Indonesian Biosolar (B30) has a high sulfur content (<2000 ppm) when compared to other standards such as EURO VI (<10 ppm) and EPA (<15 ppm). High sulfur content in biodiesel can be economically detrimental because it damages diesel engine components and pollutes the environment with SOx gas emissions. Oxidative desulfurization (ODS) is an alternative method to reduce sulfur content in fuels other than Hydrodesulfurization (HDS). ODS has operating conditions at low temperature and pressure so that it is economically better. This study aims to determine the performance of potassium permanganate as an oxidizing agent in reducing sulfur content in Indonesian biodiesel. The variables used were the amount of potassium permanganate, the catalyst used, and the oxidation time. To determine the sulfur content before and after the ODS process, the FTIR method was used. ODS Biosolar Indonesia using potassium permanganate acetic acid catalyst can produce a degree of desulfurization up to 28.12% with an oxidation time of 30 minutes.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Prakarsa
"Aluminium merupakan material logam yang paling kedua terbanyak yang terdapat dalam lapisan bumi setelah besi dan merupakan logam yang paling banyak digunakan selain baja. Dalam aplikasinya, untuk meningkatkan kualitas aluminium, baik sifat fisik maupun sifat mekanis, dilakukan beberapa perlakuan terhadap aluminium tersebut. Salah satunya dengan merekayasa permukaan aluminium menggunakan metode anodisasi. Prinsip proses anodisasi menggunakan sel elektrolisa, dimana aluminium berperan sebagai anoda, katodanya adalah logam inert, saling dihubungkan dalam larutan elektrolit tertentu dan diberi arus selama beberapa saat. Hasil dari proses tersebut, aluminium akan teroksidasi dan akan membentuk lapisan tipis Al2O3 yang protektif terhadap serangan korosi, dan dengan penambahan larutan pewarnaan lapisan oksida tersebut dapat diberi warna untuk menambah nilai dekoratif. Dalam proses ini, hasil akhir pelapisan akan ditentukan dari beberapa parameter yang digunakan, salah satunya adalah jenis dan konsentrasi larutan pewarnaan. Oleh sebab itu, untuk mengetahui pengaruh jenis dan konsentrasi dari larutan pewarnaan yang digunakan terhadap warna lapisan oksida yang dihasilkan pada permukaan aluminium AC8A. Penelitian dilakukan menggunakan larutan pewarnaan pottasium ferrosianida 10 g/L kemudian dilanjutkan dengan larutan pewarnaan ferric sulfat dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8, dan 10 g/L. Pada penelitian anodisasi aluminium AC8H dimana menggunakan larutan elektrolit asam sulfat 15% dan dilakukan proses pewarnaan dengan larutan pottasium ferrosianida 10 g/L kemudian dilanjutkan dengan larutan pewarnaan ferric sulfat dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8, dan 10 g/L didapatkan warna biru tua pada lapisan oksidanya. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi ferric sulfat akan meningkatkan intensitas pewarnaannya. Hasil pengukuran ketebalan dan nilai kekerasan pada variabel ini tidak menunjukkan adanya perubahan.

Aluminum is the second largest metal in the earth crust besides steel and most common used metal besides steel. Several treatment are applied to enhance its properties (physical and mechanical properties), for example by anodizing to change its surface properties. Principle of anodizing is the electrochemical process called electrolytic cell; the anode is aluminum while the inert metal acts as cathode. Electrodes immersed in an electrolyte solution and current is applied to the electrodes. Aluminum will be oxidized and form protective thin oxide film Al2O3 that resist to corrosion attack. Other properties such as coloring can be achieved by addition dyeing solution to raise its decorative value. Some of important parameters that determine final coating are type and concentration of dyeing solution. An experiment is conducted to understand the effect of type and dyeing solution concentration to the color of oxide film at aluminum AC8A. Solution of potassium ferrocyanide 10 g/L and continued with ferric sulphate solution 2, 4, 6, 8, and 10 g/L as concentration are used in this experiment. The result shows for anodizing process of aluminum type AC8A with electrolyte solution 15% sulphuric acid and used potassium ferrocyanide 10 g/L continue with ferric sulphate 2, 4, 6, 8, and 10 g/L as dyeing solution will produce dark blue color of oxide film. The effect of coloring solution not influences the average thickness and hardness of aluminum."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S41711
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutasoit, Martino R.
"Modifikasi permukaan aluminium secara elektrokimia merupakan suatu proses yang tengah berkembang pesat saat ini. Modifikasi permukaan secara elektrokimia pada awalnya lebih diarahkan pada peningkatan nilai ketahanan korosi, peningkatan kekerasan, dan juga peningkatan nilai estetika. Namun pada perkembangannya, salah satu proses elektrokimia, yaitu anodisasi, telah berkembang menjadi suatu proses modifikasi permukaan yang bertujuan untuk diaplikasikan pada teknologi berbasis nanoteknologi. Pemanfaatan lapisan oksida pada permukaan aluminium hasil proses anodisasi dilakukan dengan memanfaatkan pori (porous anodic alumina) yang terbentuk sebagai template pada pembuatan material yang berbasis pada nano teknologi seperti quantum-dot arrays, photonic crystals, magnetic memory arrays, nanowire dan berbagai alat mikroelektronik lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perubahan konsentrasi larutan elektrolit terhadap ketebalan lapisan oksida yang terbentuk pada permukaan aluminium. Penelitian dilakukan dengan menggunakan sampel logam berupa aluminium foil (pure aluminium, 96.49%Al) dengan permukaan anodisasi sebesar 2X2 cm. Larutan elektrolit yang digunakan adalah asam oksalat dengan variasi konsentrasi 0.4 M, 0.5 M, 0.6 M. Tegangan pada proses adalah 32.5 Volt, temperatur dijaga pada rentang 4°C - 16°C, dan diaduk dengan menggunakan magnetic stirrer 500 rpm.
Hasil yang diperoleh melalui penelitian ini adalah bahwa tidak terjadi perubahan warna yang signifikan pada proses anodisasi dengan larutan asam oksalat. Nilai ketebalan lapisan oksida yang terbentuk akan semakin meningkat pada peningkatan konsentrasi asam oksalat. Nilai kekerasan pada sampel aluminium foil tidak dapat dilakukan dengan menggunakan metode microhardness tester.

Modification of aluminum surface with electrochemistry methods are developing rapidly nowadays. This surface modification were initially intended to increase the corrosion resistance, hardness, properties and improving the aesthetic appearance of aluminum. Recently, one of these electrochemistry methods, anodizing, were developed into one of the surface modification that can be applied in nanotechnology. Oxide layer which formed by anodizing process in the aluminum surface could be used as template for microelectronic nanotechnology material such as quantum-dot arrays, photonic crystals, magnetic memory arrays, nanowire because of it porous anodic alumina texture.
This research is conducted to found the effect of electrolyte concentration changes on thickness of oxide layer formed in aluminum surface. This research is carried out with aluminum foil sample (pure aluminum, 96.49% Al) with anodizing surface measured 2X2 cm. Electrolyte which used in this research is oxalic acid with concentration variation 0.4 M, 0.5 M, 0.6 M. This process using 32.5 Volt potential, temperature were kept in range of 4°C - 16°C, and the electrolyte were stirred electromagnetically at 500 rpm.
The result from this research shows that the colour of oxide layer by anodizing of aluminum in oxalic acid solution was transparent. By anodizing in oxalic acid, the thickness of formed oxide layer was dependent with the increase of concentration. Hardness testing on aluminum foil or oxide layer could?nt use to obtain hardness number in this research.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S41633
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
TA2358
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewin Purnama
"Perkembangan ilmu dan teknologi material dewasa ini memacu dikembangkan material dengan karakter sesuai yang diharapkan antara lain ulet, keras, tahan korosi, tahan panas, ringan dan lain sebagainya. Aluminium salah satu material yang menarik perhatian untuk dikaji karena dapat membentuk anodic porous alumina yang memiliki sifat khas yaitu keteraturan strukturnya yang terbentuk. Anodic porous alumina sangat banyak digunakan baik dalam sektor yang sederhana dan inovatif. Teknologi yang saat ini sangat penting untuk pembuatan anodic porous alumina adalah proses anodizing. Sifat dan struktur aluminum oksida tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa variabel proses anodisasi seperti waktu anodisasi, jenis dan konsentrasi larutan elektrolit, tegangan dan rapat arus, serta temperatur. Pembentukan anodic porous alumina dari aluminium foil dilakukan dengan metoda anodisasi sederhana. Proses anodisasi dilakukan dalam larutan elektrolit asam asetat 0,2 M dengan waktu anodisasi 30 menit yang dilakukan dengan pada temperatur 4 °C, 22 °C dan 40 °C dan tegangan 10 V, 40 V, 70 V, 90 V dan 120 V. Pengamatan ukuran diameter pori dilakukan dengan alat measuring microscope sedangkan pengukuran ketebalan oksida dilakukan dengan alat SEM. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ukuran diameter pori aluminium oksida yang terbentuk dan ketebalan lapisan oksida pada aluminium akan meningkat seiring dengan peningkatan temperatur dan tegangan anodisasi. Rata-rata ukuran diameter pori yang terbentuk minimal terjadi pada temperatur 4 °C dan tegangan 10 volt yaitu 269,4 µm dan rata-rata ukuran diameter pori maksimal yang terbentuk terjadi pada temperatur 22 °C dan tegangan 90 V. Rata-rata ketebalan lapisan oksida minimal terjadi pada temperatur 4 °C dan tegangan 10 volt yaitu 0,38797 µm dan rata-rata ketebalan lapisan oksida maksimal terjadi pada temperatur 40 °C dan tegangan 90 volt yaitu 16,83 µm

Recently, the development of science and technology material drive the material to be developed in accordance with the character that is expected, among other ductile, hard, corrosion resistant, heat resistant, light and so forth. Aluminum, one of the material to attract attention because it can be formed anodic porous alumina with a regularity that is typical nature of the structure that formed. Anodic porous alumina is widely used in both the simple and innovative. The technology at this time is very important for making porous anodic alumina is a process of anodizing. Properties and structure of the porous aluminum oxide was influenced by several variables from anodizing process like time, type and concentration of solution, voltage and current density, and temperature. The formation of porous anodic alumina from the aluminum foil is done with simple methods of anodizing. Process of anodizing carried out in acid acetate electrolyte solution 0.2 M , with anodizing time of 30 minutes with the temperature at 4 °C, 22 °C and 40 °C and voltage 10 V, 40 V, 70 V, 90 V and 120 V. Diameter pore size of the observation is done by means of measuring microscope while oxide thickness measurements made with an SEM. Observation results show that the size of pore diameter aluminum oxide thickness and that the aluminum oxide layer will be increased in line with the increase of anodizing temperature and voltage. Average pore size diameter that occurred in at least 4 °C and the voltage 10 volt is 269,4 µm and average pore diameter of maximum size that occurred in 22 °C and voltage 90 V. The average oxide layer thickness occurs at temperatures at least 4 oC and voltage 10 volt is 0.38797 µm and the average oxide layer thickness occurs at the maximum temperature 40 °C and voltage 90 volt is 16.83 µm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T26267
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Adhiyat
"Aluminium paduan seri 2xxx-T3 merupakan paduan yang memiliki kombinasi yang baik antara kekuatan yang tinggi, ketangguhan yang baik, dan memiliki kemampulasan yang baik pada kondisi tertentu. Aplikasi dari Al2xxx-T3 adalah struktur pesawat terbang, badan truk, baut dan sekrup pesawat terbang, dan tangki roket. Kombinasi sifat yang baik dari material Al2xxx-T3 dalam berbagai aplikasi tersebut tetap memiliki kelemahan. Salah satu kelemahan material tersebut adalah ketahanan yang rendah terhadap korosi. Kelemahan ini dapat menjadi keterbatasan penggunaan material pada kondisi lingkungan yang korosif sehingga dapat mempercepat terjadinya degradasi dari material Al2xxx-T3 tersebut. Oleh karena itu diperlukan suatu modifikasi permukaan dengan proses anodisasi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh parameter proses yakni temperatur dan rapat arus anodisasi terhadap pembentukan lapisan anodik berpori. Anodisasi dilakukan pada tiga temperatur berbeda yakni 10oC, 0oC dan -10oC dengan variasi rapat arus adalah 15 mA/cm2, 20 mA/cm2 dan 25 mA/cm2. Material hasil anodisasi kemudian dilakukan dua jenis pengujian yaitu pengujian kekerasan dan pengujian ketahanan korosi. Pengujian kekerasan mikro Vickers digunakan untuk mengetahui sifat mekanik lapisan anodik yang terbentuk dan pengujian ketahanan korosi menggunakan metode polarisasi bertujuan untuk mengetahui ketahanan korosi dari lapisan anodik yang terbentuk.
Hasil pengujian memperlihatkan adanya peningkatan kekerasan permukaan lapisan anodik alumina saat variabel temperatur diturunkan ke temperatur 0oC dimana kekerasan tertinggi adalah 511 HV yang didapat pada temperatur 0oC dengan rapat arus 20 mA/cm2. Kemudian penurunan temperatur hingga 0oC dan peningkatan rapat arus hingga 25 mA/cm2 akan meningkatkan ketahanan korosi namum kembali turun dengan penurunan temperatur hingga -10oC. Parameter proses yang paling optimal untuk menciptakan lapisan anodik yang memiliki kekerasan dan ketahanan korosi yang tinggi adalah pada temperatur 0oC dan rapat arus 20 mA/cm2.

Aluminum alloys series 2xxx-T3 are an alloy that has a good combination of high strength, good toughness, and have a good weldability on certain conditions. The application of Al2xxx-T3 are for the structure of the aircraft, truck bodies, airplanes bolts and screws, and rockets tanks. The combination of good properties of this material Al2xxx-T3 in a variety of applications still have a weaknesses. One disadvantage of these materials is low resistance to corrosion. This weakness may become a limitations on the use of materials on corrosive environmental conditions which is can accelerate the degradation of the material Al2xxx-T3. Therefore we need a surface modification by anodizing process.
This study aims to analyze the influence of anodizing process parameters which is temperature and current density on the formation of porous anodic coating, Anodizing has been done at three different temperatures which are 10oC, 0oC and -10oC with variation of current density which are 15 mA/cm2, 20 mA/cm2 and 25 mA/cm2. Sample that has been done being anodized then will be tested by two methods. Micro Vickers hardness testing was used to determine the mechanical properties of anodic layer and corrosion resistance testing using the polarization method to determine the corrosion resistance of anodic coatings formed.
The test result shows an increase of the surface layer of anodic alumina hardness when the variable temperature is lowered to 0oC with the highest hardness is 511 HV obtained at the temperature and the current density are 0oC and 20 mA/cm2. Then lowering the temperature to 0oC and increasing the current density into 25 mA/cm2 would increase the anodic film corrosion resistance but the corrosion resistance would drop again after lowering the temperature into -10oC. The optimum process parameters to form an anodic coating which have the hardest surface and high corrosion resistance is at 0oC temperature and the current density is 20 mA/cm2.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57320
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>