Ditemukan 174697 dokumen yang sesuai dengan query
Rudy Hartono Seba
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S40894
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Anatasya Novritas Putri
"Aplikasi pengelasan dengan material yang berbeda mendapatkan keuntungan dari segi ekonomis. Pada penelitian ini digunakan material antara baja tahan karat austenitik dan baja karbon rendah SS 400 dengan jenis kawat las yang berbeda yaitu ER 309 dan ER 316 dengan metode GMAW. Hal ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari sifat mekanis material. Untuk mengidentifikasi fase penyusun pada sambungan las tak sejenis dilakukan melalui mikroskop optik (OM), dan untuk menguji kekerasan dilakukan menggunakan micro Vickers untuk mendapatkan sifat mekanik lasan yang terdiri dari logam dasar (BM), daerah terpengaruh panas (HAZ), dan logam las (WM). Dari hasil percobaan didapatkan bahwa nilai kekerasan tertinggi ada pada daerah WM dan HAZ sebab memiliki butir yang lebih halus dibandingkan dengan logam induk. Butir yang halus ini akan membuat semakin banyak batas butir sehingga memiliki kekerasan yang lebih tinggi. Struktur mikro yang didapat pada BM dan HAZ SS 316 memiliki fasa austenit sedangkan BM dan HAZ SS 400 memiliki fasa ferit dan perlit. Pada daerah logam las (WM) dengan kawat las ER 309 memiliki kekerasan tertinggi sebesar 258 Hv dibandingkan dengan nilai kekerasan logam las menggunakan kawat las ER 316, 253 Hv, hal ini disebabkan karena adanya kandungan Cr yang lebih tinggi pada ER 309 (23,5%), dibandingkan dengan menggunakan kawat las ER 316 (19,25%).
Welding applications with different materials have an economic advantage. In this study, materials between austenitic stainless steel and SS 400 low carbon steel were used with different types of welding wire, namely ER 309 and ER 316 with the GTAW method. It aims to see the effect on the mechanical properties of the welded joints. To identify the constituent phases of dissimilar welded joints, an optical microscope (OM) was carried out, and the hardness testing, micro Vickers was used to obtaining the mechanical properties of the weldment, which consists of base metal (BM), heat affected zone (HAZ), and weld metal (WM). The experimental results show that the highest hardness values are in the WM and HAZ regions because they have finer grains than the parent metal. These fine grains will create more grain boundaries so that they have higher hardness. The microstructure obtained in BM and HAZ SS 316 has an austenite phase, while BM and HAZ SS 400 have ferrite and pearlite phases. In the weld metal (WM) area with ER 309, the highest hardness is 258 Hv compared to the hardness value of welding metal using ER 316, 253 Hv. This is due to the higher Cr content in ER 309 (23.5 %) than ER 316 (19.25%)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Indira Dwi Larasati
"Peristiwa gempa bumi yang cukup sering terjadi di Indonesia seketika dapat merusak bahkan meruntuhkan seluruh komponen bangunan. Maka selayaknya bangunan yang dibangun di Indonesia memiliki sistem struktur penahan gempa dimana salah satu sistem struktur penahan gempa yang paling sering digunakan ialah Special Moment Resisting Frame dikarenakan daktilitasnya yang lebih tinggi. Mekanisme keruntuhan SMRF diawali dengan proses pelelehan yang ditandai dengan munculnya sendi plastis. Pengaruh target sendi plastis pada kolom dasar dengan mekanisme leleh lentur terhadap perilaku struktur secara keseluruhan terlihat dari analisis pushover dimana daktilitas struktur akan menurun. Selain itu, digunakan dua profil yang berbeda untuk membandingkan penggunaan profil CFST dan baja WF dimana profil WF memiliki kekuatan, kekakuan, dan daktilitas yang lebih tinggi. Penggunaan sambungan semi-rigid untuk suatu struktur memiliki pengaruh dimana kekuatan dan kekakuannya menurun sedangkan daktilitasnya akan meningkat. Penelitian ini menggunakan dua program yaitu ETABS untuk perancangan bangunan serta DRAIN-2DX untuk analisis kinerja struktur.
The earthquake phenomenon that usually occur in Indonesia can ruin or even destroy building components immediately. Therefore, buildings that constructed in Indonesia should have an earthquake resistance system, one of them is Special Moment Resisting Frame. This system has widely used in many buildings because it has high ductility and ability to dissipating energy. Collapse mechanism of SMRF building starts with yielding that marked by the existence of plastic hinge. The effect of plastic hinge that occur in column bases with flexural yielding mechanism on behavior of the overall structure can be seen from pushover analysis results which the ductility of structure will be reduced. Furthermore, the use of different profile Wide Flange and Concrete Filled Steel Tubes in the same building can affect the performance of that building, which the building with WF profile has higher strength, stiffness, and ductility. The type of connection that used is also affect performance of the buildings. Strength and stiffness will reduce while the ductility will increase. This research use two programs which is ETABS for designing the building and DRAIN 2DX for performance building analysis."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69099
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Tanjung, Axel Ivanda
"Indonesia merupakan daerah yang dikelilingi oleh aktivitas seismik yang paling aktif dan memiliki lempeng konvergen yang paling rumit. Untuk itu diperlukan bangunan yang memiliki ketahanan terhadap gempa. Ketahanan tersebut dapat digambarkan dari sifat daktilitas serta kekuatan struktur. Special Moment Resisting Frame merupakan salah satu sistem rangka yang digunakan dalam struktur tahan gempa. Dalam SMRF, properti sambungan dan panel zone akan mempengaruhi perilaku struktur.
Penelitian dilakukan menggunakan aplikasi computer Drain-2DX untuk memodelkan struktur bangunan secara 2 dimensi untuk melakukan analisis pushover. Sedangkan material yang digunakan adalah baja Wide Flange dan Concrete Filled Steel Tubes. Dengan perbandingan pemodelan terbukti bahwa panel zone mempengaruhi perlemahan kekuatan dan daktilitas struktur. Selain itu, rigiditas sambungan mempengaruhi kekakuan struktur secara umum dengan struktur WF memiliki daktilitas yang lebih ditinggi.
Indonesia is an area surrounded by the most active seismic activity and has the most complicated convergent plates. So, building has some requirement to resist earthquake. Resistance can be described from the property of ductility and structural strength. Special Moment Resisting Frame is one of the frame system used in earthquake resistant structure. In SMRF, connection properties and zone panels will affect the behavior of the structure. The study was conducted using Drain 2DX computer application to modeling the building structure in 2 dimension and perform pushover analysis. Wide flange steel and concrete filled steel tubes are used to compare the behavior of both structure. The comparison all of model become the evident that the zone panels affect the strengthening and ductility of structures. In addition, the rigidity of the connections affects the stiffness of the structure in general with the WF structure have a higher ductility."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68051
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Indradjati Rachmatullah
"Indonesia merupakan kawasan rawan gempa, struktur bangunan yang dibutuhkan harus memiliki kekuatan dan daktalitas yang memadai sesuai dengan aturan yang berlaku. Struktur bangunan dengan konfigurasi D-EBF merupakan salah satu solusi untuk struktur tahan gempa. Penggunaan material dan sambungan yang digunakan sangat mempengaruhi perilaku bangunan. Untuk mengetahui perilaku bangunan bisa menggunakan banyak metode dan salah satunya adalah pushover analysis.
Penelitian dilakukan dengan 2 buah aplikasi komputer yaitu ETABS sebagai pengecekan bangunan sesuai SNI dan Drain-2DX untuk melakukan analisis. Variasi material menggunakan baja WF dan komposit CFST membuktikan bahwa bangunan baja WF dengan luasan baja 2 kali lipat dari CFST lebih daktail tetapi tidak lebih kuat dan kaku dibandingkan CFST. Dengan rigiditas sambungan yang tinggi maka bangunan akan semakin kuat dan kaku tetapi daktalitas dari bangunan akan berkurang. Kekuatan dan kekakuan berbanding terbalik terhadap daktalitas. Pengaruh rigiditas sambungan untuk material baja WF dan CFST adalah sama.
Indonesia earthquake prone areas, building structures that are needed must have adequate strength and ductility in accordance with the applicable rules. Building structures with the configuration of D EBF is one solution for earthquake resistant structures. The use of materials and the connection that was used greatly influences the behaviour of the building. To know the behavior of the building could use a lot of mehtod and one of them was pushover analysis. Research done with two fruity computer applications i.e ETABS as building appropriate checking rules and DRAIN 2DX to do anlysis. Variation of materials use WF steel and Composite CFST proves that steel buildings extents with WF steel two times of CFST more ductile but not stronger and stiffer than CFST. With the rigidity connection that high then the building will be more strong and stiff but ductility of the building wil be reduced. Strength and rigidity is inversely proportional against ductility. The influence of rigidity connection for materials WF Steel and CFST is the same."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68531
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Indradjati Rachmatullah
"Indonesia merupakan kawasan rawan gempa, struktur bangunan yang dibutuhkan harus memiliki kekuatan dan daktalitas yang memadai sesuai dengan aturan yang berlaku. Struktur bangunan dengan konfigurasi D-EBF merupakan salah satu solusi untuk struktur tahan gempa. Penggunaan material dan sambungan yang digunakan sangat mempengaruhi perilaku bangunan. Untuk mengetahui perilaku bangunan bisa menggunakan banyak metode dan salah satunya adalah pushover analysis.
Penelitian dilakukan dengan 2 buah aplikasi komputer yaitu ETABS sebagai pengecekan bangunan sesuai SNI dan Drain-2DX untuk melakukan analisis. Variasi material menggunakan baja WF dan komposit CFST membuktikan bahwa bangunan baja WF dengan luasan baja 2 kali lipat dari CFST lebih daktail tetapi tidak lebih kuat dan kaku dibandingkan CFST. Dengan rigiditas sambungan yang tinggi maka bangunan akan semakin kuat dan kaku tetapi daktalitas dari bangunan akan berkurang. Kekuatan dan kekakuan berbanding terbalik terhadap daktalitas. Pengaruh rigiditas sambungan untuk material baja WF dan CFST adalah sama.
Indonesia earthquake prone areas, building structures that are needed must have adequate strength and ductility in accordance with the applicable rules. Building structures with the configuration of D EBF is one solution for earthquake resistant structures. The use of materials and the connection that was used greatly influences the behaviour of the building. To know the behavior of the building could use a lot of mehtod and one of them was pushover analysis. Research done with two fruity computer applications i.e ETABS as building appropriate checking rules and DRAIN 2DX to do anlysis. Variation of materials use WF steel and Composite CFST proves that steel buildings extents with WF steel two times of CFST more ductile but not stronger and stiffer than CFST. With the rigidity connection that high then the building will be more strong and stiff but ductility of the building wil be reduced. Strength and rigidity is inversely proportional against ductility. The influence of rigidity connection for materials WF Steel and CFST is the same."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Rohmat Nopiyanto
"Salah satu teknik pengelasan yang banyak digunakan soot ini adalah las GMAW (Gas Metal Arc Welding) dengan gas pelindung C02 atau dikenal sebagai MAG (Metal Active Gas). Proses pengelasan ini dopat dilakukan secara otomatis maupun semi otomatis. Dengan menggunakan logam pengisi berjenis E70S-6 dan gas C02 sebagai pelindung. Penelitian dilakukan dengan pengelasan MAG terhadap baja karbon rendah ketebalan 5 mm dengan kadar 0.12%C yang sebelumnya Ielah dilapis dengan menggunakan seng. Proses pelapisan yang digunakan adalah celup panas, Hot Dip Galvanizing. Pengelasan dilakukan dengan metode transfer logam : dip transfer atau semi circuit transfer. Dengan varitrsi kecepatan pengelasan yaitu : 28 cpm, 34 cpm dan 39 cpm. Tegangan yang digunakan yaitu 25 volt dengan arus sebesar 150 ampere. Pengujiaan yang diiakukan yaitu : uji tarik, uji tekuk, uji kekerasan, uji spektrometri (EDS) serta pengamatan struktur mikro Basil yang diperoleh adalah, untuk tiga variabel kecepatan las yang digunakan, seng yang berpenetrasi kedalam logam las tidak menyebabkan terjadinya perubahan struktur mikro baja pada daerah lebur tersebut dan dari penelitian yang dilakukan tidak terlihat adanya penurunan properties maupun crack dari daerah las yang disebabkan oleh adanya senyawa seng tersebut. Siklus thermal pada daerah lasan memiliki pengaruh yang besar terhadap struktur metalurgi, properties, dan respon terhadap perlakuon panas selama berlangsungnya pengelasan Luas daerah terpengamh panas (HAZ) yang terbentuk dipengaruhi oleh besarnya masukan panas yang dihasilkan selama pengelasan. Kecepatan pengelasan merupakan fungsi dari masukan panas, semak;n lambat kecepatan penge!asan maka masukon panvs yang dialami baja semakin besar sehingga daerah terpengaruh panas semakin iuas."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S41321
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nur Aziah
"Baja tahan karat 17-7 fh umumnya diproduki dalam bentuk lembaran oleh karena itu proses pengelasan yang tepat adalah [engelasan TIG (Tungstein inert gas). Baja tahan karat 17-7 PH memiliki sifat yang tidak rentan terhadap retakan pembekuan, tetapi hasil pengelasan menyebabkan penurunan nilai kekerasan. Untuk meningkatkan sifat mekanis baja tahan karat 17-7 PH hasil pengelasan dilakukan proses perlakuan panas pasca las. pengelasan yang dilakuka dalam penelitian ini menggunakan variabel arus 80 A dan 100 A. Variabel lain yang digunakan adalah kecepatan pengelasan sebesar 2,5 dan 6 mm / det. Kemudian dilakukan proses perlakuan panas asca las dalam dua tahap. Tahap pertama disebut dengan kondisi austeniasi dan transformasi martensit dengan memanaskan sampel hingga mencapai temperatur 760 C kemudian ditahan selama 90 menit, setelah itu dilakukan pendinginan di udara. Tahapan kedua disebut dengan kondisi precipitation hardening dengan pemanasan kembali sampai temperatur 565C dan ditahan selama 90 menit, kemudian dilakukan pendinginan di udara. Strukturmikro hasil pengelasan terdiri dari matrik ferit dan austenit vividnansten yang emiliki kekerasan antara 170 sampai 270 VHN. Hasil dari PWHT didapatkan peningkatan kekerasan antara 170 sampai 270 VHN. Hasil dari PWHT didapatkan peningkatan kekerasan yang cukup tinggi. Nilai kekerasan yang dihasilkan antara 350 sampai 450 VHN dan struktur micro terdiri dari martensit temper dan precipitation hardening. Dapat dsimpulkan bahwa proses perlakuan panas pasca las dapat meningkatkan nilai kekerasan karena terbentuknya struktur martensit dan precipitation hardening daam bentuk intermetallic compound. Pada Pengelasan dengan arus 100 A dan kecepatan pengelasan 6 mm/ det didapatkan distribusi kekerasan yang paling merata di daerah deposit las, HAS dan logam."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S40768
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Agus Hartono
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S40907
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
"Gempa adalah satu fenomena alam yang dapat terjadi kapan saja. Untuk itu, struktur gedung harus direncanakan sedemikan rupa agar dapat memikul beban gempa rencana. Bahkan untuk gempa besar yang jarang terjadi, struktur gedung diharapkan dapat survive tanpa mengalami keruntuhan (collapse) secara tiba-tiba. Hal tersebut memerlukan sebuah desain struktur yang cermat yang dapat merekayasa pola kerusakan atau failure yang akan dialami struktur ketika dilanda gempa besar. Pola kerusakan yang baik agar struktur tidak runtuh tiba-tiba adalah terbentuknya sendi-sendi plastis (plastic hinges) pada elemen-elemen balok satu demi satu sebelum akhirnya sendi-sendi plastis terakhir terbentuk pada ujung kolom-kolom lantai pertama. Kriteria keruntuhan tersebut dikenal dengan istilah strong-column-weak-beam, yang dapat dipenuhi dengan melakukan desain kapasitas (capacity design). Untuk menghadapi gaya gempa yang bekerja pada arah lateral, suatu bangunan memerlukan elemen struktur yang berfimgsi memikul beban lateral tersebut. Salah satu altematifiiya adalah dengan menggunakan Moment Resisting Steel Frame yang ditempatkan pada sisi-sisi tertentu pada bangunan. Untuk mengetahui kinerja moment resisting steel frame terhadap beban gempa, dapat dilakukan analisa pushover dinamis maupun statis baik dengan model dua dimensi maupun tiga dimensi. Analisa dinamis dan model tiga dimensi memberikan hasil yang lebih akurat, namun memerlukan banyak waktu dan tenaga. Sebaliknya analisa statis ekivalen dan model dua dimensi memberikan hasil yang kurang akurat, namun prosesnya lebih sederhana. Analisa pushover dapat dilakukan dengan menggunakan program DRAIN2DX yang dapat mengindikasikan pola keruntuhan yang mungkin terjadi pada struktur yang dianalisa, yaitu urutan teriadinya sendi-sendi plastis."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34720
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library