Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129193 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S36734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Kevin
"[ABSTRAK
Penggunaan baja tahan karat dua fasa austenitik-ferritik (Duplex) UNS32205 telah digunakan secara luas pada berbagai sektor perusahaan, khususnya industri Minyak dan Gas serta industri Petrokimia karena memiliki sifat mekanik dan ketahanan korosi yang sangat baik. Pada penelitian ini,yang diamati adalah pengaruh konsentrasi NaCl pada lingkungan kerja baja tahan karat ini, yang bertujuan mencari konsentrasi yang bersifat paling korosif, dan juga dilakukan pengamatan terhadap pengaruh perubahan Ferrite Content atau nilai rasio dari kedua fasa penyusun baja tahan karat UNS32205 yaitu Austenit dan Ferrit.Pada sampel awal yang diamati tanpa diberikan perlakuan panas apapun memiliki nilai rasio fasa 40% Austenit ? 60 Ferrit. Perubahan Ferrite Content atau perubahan rasio tersebut dilakukan dengan melakukan dua metode pemanasan sampel. Yaitu pemanasan menggunakan maffle furnace pada temperatur 11000C dan ditahan selama 20 menit, dengan hasil rasio 42% Austenit ? 58% Ferrit dan nilai ketahanan korosi paling rendah. Dan juga dilakukan pemanasan dengan cara mengambil sampel pada daerah HAZ dengan temperatur antara 4000C-12000C dan langsung quench, dengan hasil pengamatannya adalah memiliki ketahanan korosi paling tinggi karena memiliki rasio 50,3% Austenit ? 49,7% Ferrit.
ABSTRACT
The use of Duplex Stainless Steel UNS32205 has been widely used in various sectors of the company, particularly the oil and Gas industry and the petrochemical industry because it has excellent mechanical properties and corrosion resistance. In this study, the effect of NaCl concentration was observed on the stainless steel working environment, which aims to find the most corrosive nature of concentrations, and also carried out observations on the influence of Ferrite Content or change the value of the ratio of the phase constituent of stainless steel UNS32205 i.e. Austenite and Ferrite. On the initial samples were observed without any heat treatment has given the value of the phase ratio 40% Austenite ? 60 Ferrite. Ferrite Content changes or changes the ratio by doing two sample heating method. I.e. the heating furnace temperature on maffle using 11000C and detained for 20 minutes, with a ratio of 42% Austenit ? 58% Ferrit and lowest corrosion resistance value. And also done warming up by taking samples at the HAZ with temperature between 4000C-12000C and direct quench, with the results of its observations is to have the highest corrosion resistance because it has a ratio of 50.3% Austenite ? 49.7% Ferrite.
, The use of Duplex Stainless Steel UNS32205 has been widely used in various sectors of the company, particularly the oil and Gas industry and the petrochemical industry because it has excellent mechanical properties and corrosion resistance. In this study, the effect of NaCl concentration was observed on the stainless steel working environment, which aims to find the most corrosive nature of concentrations, and also carried out observations on the influence of Ferrite Content or change the value of the ratio of the phase constituent of stainless steel UNS32205 i.e. Austenite and Ferrite.
On the initial samples were observed without any heat treatment has given the value of the phase ratio 40% Austenite – 60 Ferrite. Ferrite Content changes or changes the ratio by doing two sample heating method. I.e. the heating furnace temperature on maffle using 11000C and detained for 20 minutes, with a ratio of 42% Austenit – 58% Ferrit and lowest corrosion resistance value. And also done warming up by taking samples at the HAZ with temperature between 4000C-12000C and direct quench, with the results of its observations is to have the highest corrosion resistance because it has a ratio of 50.3% Austenite – 49.7% Ferrite.
]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S62104
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S40864
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Hakim
"Material baja tahan karat dua fasa SAF 2205 pipa kelas 65 diberikan pengerjaan berupa cold pilgering sehingga mengalami peningkatan kekuatan dan masuk kelas 140. Pada aplikasinya diperlukan pipa dengan spesifikasi kelas 110 atau 125 yang memiliki elongasi lebih tinggi tapi kekuatan yang lebih rendah. Pemberian perlakuan pelunakan pada suhu 350˚C, 450˚C, dan 550˚C dengan waktu tahan 10 dan 20 menit diberikan untuk menghasilkan penurunan kekuatan dan peningkatan elongasi pada material. Penurunan kekuatan dan peningkatan elongasi yang paling optimal terjadi pada suhu 550˚C dengan waktu tahan 10 menit.

Seamless tube of duplex stainless steel SAF 2205 grade 65 were given cold pilgering treatmentthat increases strength and theirgrade to 140. Some applications requiringseamless tube with specification of grade 110 and 125 that have higher ductility but lower strength. Heat treatment at temperature 350˚C, 450˚C, and 550˚C with holding time 10 and 20 minutes resulted decreasing of yield strength and increasing of elongation of material. Decreasing of yield strength and increasing of elongation reach optimum number at temperature 550˚C with holding time 20 minute."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53604
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rifqi Fajri Prayudi
"ABSTRAK
Baja tahan karat dua fasa austenitik-feritik (duplex) UNS32205 pada penggunaannya memiliki berbagai keunggulan dalam hal sifat mekanik dan ketahanan korosi. Material duplex tidak terhindar dari pekerjaan pengelasan perbaikan yang kadang diperlukan untuk menghilangkan cacat yang dikarenakan oleh proses pengelasan. Proses pengelasan perbaikan berulang sebanyak empat kali dilakukan dengan menggunakan proses SMAW kemudian dilakukan pengujian nilai impak dan ketahanan korosi sumuran terhadap air laut dengan metode Linear Polarization dengan menggunakan larutan 3.5% NaCl pada temperatur kamar. Uji komposisi, struktur mikro, dan perbandingan dengan literature lain tentang pengelasan perbaikan berulang pada material baja tahan karat dipelajari dan digunakan sebagai pembanding untuk melihat pengaruh perbaikan berulang terhadap sifat mekanis ketangguhan dan ketahanan korosi sumuran. Pengelasan berulang sampai empat kali memberikan nilai ketangguhan dan ketahanan korosi yang lebih rendah dari logam induk, namun masih dalam rentang nilai yang diterima oleh industri. Fasa intermetalik ditemukan pada pengelasan berulang keempat.

ABSTRACT
Duplex stainless steel UNS32205 on its use has many advantages in terms of mechanical properties and corrosion resistance. Welding repairs are sometimes necessary to eliminate defects caused by welding process. Welding repair process was repeated four times performed using SMAW process then the specimen was impact tested and pitting corrosion resistance to sea water was investigated using Linear Polarization method, using 3.5% NaCl solution at room temperature. Chemical composition test, microstructure examiantion, and comparisons with literature of similar research was done to study the effect of repeated welding repair on the impact toughness properties and pitting corrosion resistance of duplex stainless steel. The value of toughness and corrosion resistance is lower than the base metal, but still within the range of values accepted by the industry, after four times repeated welding repair. Intermetallic phase is found in the fourth repetitive welding."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T45425
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Hidayat
"Penyambungan dua jenis material merupakan salah satu tantangan dalam industri manufaktur. Salah satu aplikasinya dilakukan pada penyambungan antara pipa baja tahan karat Dupleks 2205 disambungkan dengan pelat baja HY80 yang banyak dipakai bahan bakar kapal selam. Pengelasan menggunakan SMAW (Shielded Metal Arc Welding) dilakukan karena merupakan pengelasan yang paling efisien dan baik bagi baja paduan. Setelah proses pengelasan dilakukan pengujian radiografi menggunakan sinar X, pengukuran tegangan sisa dengan hamburan neutron untuk mengukur ketahanan sisa di dalam serta menggunakan hamburan sinar X untuk pengukuran tegangan sisa di permukaan, selanjutnya untuk melengkapi data dilakukan juga pengujian kekerasan material dan pengambilan gambar struktur mikro atau metalografi, serta uji tekuk untuk mengetahui kekuatan hasil lasan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa masukan panas yang lebih tinggi selain menghasilkan ukuran butir yang lebih besar, ternyata juga menghasilkan karbida yang lebih banyak sehingga kekerasannya lebih tinggi. Tingginya nilai kekerasan akan memberikan efek terhadap nilai tegangan sisa, kekerasan yang tinggi dihasilkan dari tegangan yang bersifat kompresi, sementara tegangan sisa bersifat tarik akan menghasilkan kekerasan yang rendah.

 


Joining two types of material is one of the challenges in the manufacturing industry. One application is carried out on the connection between HY80 steel plates connected with Duplex 2205 stainless steel pipes which are widely used as submarine fuel. Welding using SMAW (Shielded Metal Arc Welding) is done because it is the most efficient and good welding for alloy steel. After the welding process, radiographic testing using X-rays is carried out, the residual stress measured at the surface (using X ray diffraction) and in the middle of the metal (using neutron diffraction), hardness checked, metallography, and buckling test are also done to determine the strength of weld results. The test results show that higher heat input in addition to producing larger grain sizes, it also produces more carbides so that the hardness is higher. The high value of hardness will have an effect on the value of residual stress, high hardness is produced from compressive stress, while the tensile residual stress will produce low hardness.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T55308
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasbiyallah
"Sampel penelitian adalah sampah industri baja Neomax di Jepang dengan basis ferrite. Identifikasi fase dengan XRD dan XRF memperlihatkan bahwa sampel merupakan senyawa strontium ferrite SrO.6Fe 2O3 fasa tunggal. Kurva XRD menunjukkan waktu milling 5, 10 dan 20 jam tidak signifikan terlihat perubahannya. Mikrograf SEM menunjukkan semakin lama waktu milling jumlah porositas (pori) semakin berkurang dan proses sintering telah memadatkan butiran -butiran grain kristal.
Perbandingan Histerisis PERMAGRAPH menunjukkan milling dengan waktu yang lebih lama dan sintering dengan waktu yang lebih lama pada suhu sekitar 1000°C - 1300°C (dibawah titik leleh Fe) dapat meningkatkan nilai remanen magnetisasi Br, dengan kecenderungan nilai koersivitas Hc relatif tetap atau turun dalam batas tertentu."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S28941
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Norman
"Proses transformasi ferit dari austenit dapat ditingkatkan melalui proses deformasi panas di atas temperatur rekristalisasi. Struktur austenit setelah deformasi akan mempengaruhi ukuran ferit hasil transformasi, dimana dari ukuran butir austenit yang kecil akan mendapatkan ukuran butir ferit yang kecil. Pengerjaan di atas temperatur rekristalisasi tersebut ditujukan untuk mendapatkan struktur austenit yang halus sehingga dalam hal ini perlu dilakukan pengendalian terhadap ukuran butir austenit hasil deformasi panas. Dalam penelitian ini, dilakukan proses canai panas terhadap baja C-Mn dengan variasi regangan di atas temperatur rekristalisasi. Setelah deformasi dilakukan pendinginan terputus (interrupted cooling) sebelum pendinginan udara untuk mendapatkan transformasi ferit dari struktur austenit yang aktual. Kemudian dilakukan pengujian metalografi untuk mengamati karakteristik struktur austenit dan struktur ferit hasil proses canai panas. Hasil penelitian menunjukkan deformasi panas memberikan pengaruh terhadap pembentukan fraksi rekristalisasi.
Dengan waktu tahan yang terjadi secara non isothermal, proses rekristalisasi terjadi cukup spontan pada temperatur lebih tinggi, 1060°C, namun tidak efektif pada temperatur lebih rendah, 960°C karena terjadi lebih lambat. Selanjutnya terdapat perubahan ukuran butir ferit, dari perbandingan kondisi tanpa deformasi dan dengan deformasi, dengan hasil cukup signifikan terlihat pada regangan besar, dari ukuran 39,82 μm pada regangan (ε) 0 menjadi lebih kecil 20,31 μm pada regangan 0,1; dan menjadi semakin kecil 15, 04 μm pada regangan 0,5 dengan waktu tahan (t) 1 detik pada temperatur deformasi 1060°C, dengan ukuran cukup seragam pada regangan besar. Hal ini dapat dijelaskan dengan proses rekristalisasi austenit yang telah selesai pada regangan besar sehingga karakteristik ferit mengikuti karakteristik austenit tersebut.
Dari perhitungan laju nukleasi, didapat hasil yang meningkat dengan meningkatnya deformasi, dimana nukleasi ferit didominasi oleh nukleasi heterogenous dibandingkan homogenous karena banyaknya tempat potensial di batas butir akibat pengecilan butir austenit. Perubahan temperatur deformasi mendekati temperatur Ar3, telah memberikan pengaruh dimana terdapat peningkatan signifikan laju nukleasi 5,02 μm/s pada regangan (ε) 0 menjadi lebih cepat 38,22 μm/s pada regangan 0,1 pada temperatur deformasi 960°C dengan waktu tahan (t) 1 detik. Dan peningkatan regangan menghasilkan laju nukleasi yang lebih cepat beberapa kali lipat. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa karakteristik ferit setelah deformasi panas, sangat ditentukan oleh karakteristik austenit yang dipengaruhi oleh besar regangan dan temperatur deformasi yang diaplikasikan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27599
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>