Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146357 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S38613
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya Kamil Salsabila
"PDB Indonesia saat ini berada di peringkat ke-15 dunia, dan diprediksi akan naik ke peringkat 8 pada tahun 2035. Disebutkan bahwa ada sentimen positif ekonomi Indonesia menjanjikan untuk mewujudkan era Indonesia maju pada tahun 2035 disokong oleh 3 sektor industri terbesar, yaitu industri manufaktur, pertanian, dan perdagangan. Sayangnya, Indonesia yang sekarang masih di daulat sebagai negara berkembang, dinilai rentan terhadap krisis. Dilihat dari contoh 3 krisis ekonomi yang pernah dialami Indonesia, industri manufaktur adalah yang paling terkena hantaman, terlebih karena industri ini pertumbuhannya selalu beriringan dengan pertumbuhan PDB nasional. Hal ini tentunya akan menghambat mimpi Indonesia Maju 2035. Oleh karena itu, dibutuhkannya sebuah formulasi strategi resiliensi agar industri manufaktur dapat didorong untuk tumbuh secara kuat dan cepat pulih ke semula, bahkan meningkat performanya walaupun dalam gangguan atau krisis. Penelitian ini menganalisis skenario masa depan yang dapat terjadi dan berpotensi mempengaruhi kondisi industri manufaktur secara baik ataupun buruk, dengan metode sistem dinamis.  Kemudian dilanjutkan dengan menghitung indeks resiliensinya serta membandingkan dengan kondisi Business As Usual (BAU). Hasil yang didapatkan akan dijadikan basis formulasi strategi untuk meningkatkan resiliensi industri manufaktur yang dapat lebih tangguh pulih setelah terkena gangguan.

Indonesia's GDP is currently ranked 15th in the world, and is predicted to rise to rank 8th in 2035. It is stated that there is positive economic sentiment in Indonesia promising to realize an advanced Indonesia era in 2035 supported by the 3 largest industrial sectors, namely the manufacturing industry, agriculture and trade. Unfortunately, Indonesia, which is now still sovereign as a developing country, is considered vulnerable to crisis. Judging from the examples of 3 economic crises that Indonesia has experienced, the manufacturing industry is the one most affected, especially because this industry's growth always goes hand in hand with national GDP growth. This will certainly hamper the dream of Indonesia Forward 2035. Therefore, it is necessary to formulate a resilience strategy so that the manufacturing industry can be encouraged to grow strongly and recover quickly, and even improve its performance even in a disturbance or crisis. This study analyzes future scenarios that can occur and have the potential to affect the condition of the manufacturing industry for good or bad, using the dynamic system method. Then proceed with calculating the resilience index and comparing it with the conditions of Business As Usual (BAU). The results obtained will be used as the basis for formulating strategies to increase the resilience of the manufacturing industry which can be more resilient to recover after being hit by a disturbance.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Teknologi IP saat ini mempunyai beberap kelemahan khususnya bagi layanan realtime yang berbemtuk suara dan video. Selain itu Teknologi IP juga memiliki permasalahan inkompabilitas terhadap teknologi ATM. Dengan kemampuan yang ada padanya, teknologi MPLS muncul sebagai solusi bagi berbagai pcrsoalan teknolgo IP.
Salah satu kehandalan yang ditawarkan oleh MPLS adalah kemampuannya unmk mencegah banyaknya paket yang terbuang, akbiat terjadinya kerusakan jalur. Berbagai macam metode yang ditawarkan muncul dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya Metode yang dapa melakukan restorasi jalur pada jaringan MPLs diantaranya adalah shortest dynamic dan simple dynamic.
Parameter yang digunakan untuk melihat kinerja path restoration pada jaringan MPLS adalah Paket yang berubah-ubah dan link failure. Simuluasi dilakukan dengan mengukur paket yang diterima dan paket yang tidak terurut. Dari basil simulasi, metode shortest dynamic memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan metode simple dynamic karena paket yang diterima lebih banyak dan paket yang tidak terurut lebih sedikit."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S39072
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Mukhlis Yusuf
"Kapabilitas organisasional merupakan key strength factor yang menentukan kemampuan perusahaan menengah unggul di Indonesia saat menghadapi krisis ekonomi tahun 1997-1999. Kapabilitas organisasional tersebut berupa kemampuan rekonfigurasi kapabilitas internal dan relasi eksternal untuk mengatasi berbagai kondisi yang tak pernah terjadi sebelumnya. Mereka mampu bertahan dan bahkan tumbuh selama krisis, pada saat sebagian perusahaan-perusahaan lain harus diambil alih manajemen dan kepemilikan oleh pengusaha lain dan bahkan tak sedikit mengalami likuidasi atau berhenti beroperasi.
Berbeda dengan sejumlah penelitian sebelumnya pada obyek perusahaan besar di mancanegara dan perusahaan kecil di Indonesia selama krisis ekonomi tahun 1997-1999, penelitian ini memfokuskan pada perusahaan menengah, karena jenis dan ukuran perusahaan ini berpotensi untuk dapat tumbuh menjadi perusahaan lebih besar dan relatif telah menjalankan prinsip-prinsip pengelolaan manajemen perusahaan modern dibandingkan usaha kecil.
Tambunan (2000) menyatakan bahwa jenis-jenis perusahaan yang berorientasi ekspor, tidak berutang, berutang dalam skala tertentu, tak menggunakan bahan baku impor mampu mengatasi krisis ekonomi pada masa itu. Dalam penelusuran penulis, belum ada yang mengkhususkan diri meneliti skala perusahaan menengah di Indonesia. Perlu keberlanjutan data perusahaan yang bersifat longitudinal tentang perusahaan-perusahaan sebelum dan sesudah krisis. Sejumlah penelitian lain di manca negara, dilakukan secara cross-sections, antar industri, namun nasib perusahaan setelah masa penelitian tak diketahui selanjutnya. Akatiga (1999) melakukan penelitian berbasis data perusahaan secara longitudinal, namun terbatas pada skala usaha mikro dan kecil.
Penelitian ini dimulai dengan studi pustaka dan eksplorasi terhadap15 pengusaha menengah dan wawancara pendahuluan terhadap 13 pakar bisnis pada tahun 2004-2005 untuk mengetahui kapabilitas organisasional perusahaan yang mampu bertahan dan bahkan tumbuh selama krisis. Tiga pertanyaan diajukan kepada para responden penelitian pendahuluan tersebut, yakni: (1) apa yang Anda lakukan saat puncak krisis ekonomi tahun 1997-1999 untuk mampu bertahan? (2) kapabilitas apa yang dimiliki Perusahaan saat mampu bertahan selama krisis? (3) bagaimana cara Anda memperoleh kapabilitas tersebut?
Melalui metode wawancara semi-terstruktur, diketahui bahwa para pengusaha menengah unggul di Indonesia melakukan rekonfigurasi kapabilitas melalui proses pembelajaran selama krisis dalam hal melayani dan menjaga komitmen terhadap pelanggan, pemasok, lembaga keuangan, kebijakan bauran pemasaran, menyesuaikan struktur biaya tetap dan variabel, menjaga reputasi terhadap pelanggan dan mitra bisnis, menjaga arus kas terutama dalam hubungannya dengan utang dan kewajiban perusahaan lainnya, membangun hubungan relasional dengan semua pihak dan terus mengikuti kebijakan-kebijakan Pemerintah selama krisis. Hasil dari wawancara semi-terstruktur tesebut diketahui kapabilitas tersebut didukung oleh komitmen atas pembelajaran selama krisis, memperkuat komunikasi internal dan ekternal dengan mitra perusahaan, dan melakukan hal-hal baru demi mempertahankan keberlanjutan Perusahaan. Hasil wawancara tersebut selanjutnya diproses dengan prosedur; labeling, coding, dan kategorisasi atas pernyataan responden, mengarah pada unsur pembentuk konsepsi orientasi pembelajaran (learning orientation) dan kapabilitas dinamis (dynamic capabilities) yang selama ini dikenal dalam ranah manajemen.
Penelitian menggunakan metode abduktif (abductive), yang didukung basis data (inductive) dan teori (deductive), untuk membangun hipotesis yang selanjutnya diuji secara kuantitatif terhadap 60 responden perusahaan menengah unggul pemenang kontes E-50 (Enterprise 50, komunitas pemenang perusahaan unggul versi Accenture dan majalah SWA) dari populasi 121 perusahaan di Indonesia.
Melalui uji pearson dan uji regresi, teruji bahwa orientasi pembelajaran yang dibangun oleh tiga kontruk (1) komitmen terhadap pembelajaran, (2) keterbukaan pandangan, (3) shared-vision, berpengaruh linier positif terhadap kapabilitas dinamis perusahaan. Kapabilitas dinamis Perusahaan itu sendiri dibentuk oleh tiga konstruk; (1) kapasitas penyerapan informasi; (2) kapabilitas koordinasi informasi; dan (3) pikiran kolektif.
Dengan menggunakan general linier model (GLM), teruji secara statistik bahwa orientasi berpengaruh linier positif terhadap kapabilitas dinamis pada semua kelompok perusahaan yang terdiri atas atau dibentuk oleh jenis industri (manufaktur dan jasa), leverage utang (tidak berutang dan berutang), dan asal sumber bahan baku (tidak impor dan ada impor). Melalui uji regresi heterogenous diketahui pengaruh tersebut pada kelompok perusahaan; (1) jasa yang tidak melakukan ekspor; (2) manufaktur yang melakukan ekspor; (3) jasa yang berutang dan tak berutang; (4) manufaktur yang berutang; (5) jasa yang berbahan baku impor dan berbahan baku impor; dan (6) manufaktur yang tidak berbahan baku baku ekspor.
Melalui uji heterogenous juga diketahui bahwa perbedaan pengaruh orientasi pembelajaran terhadap kapabilitas dinamis antar kelompok perusahaan yang terdiri atas atau dibentuk jenis industri, leverage utang, dan asal sumber bahan baku secara statistik tidak signifikan.
Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan bahwa sepanjang perusahaan membangun ketiga konstruk atau nilai-nilai pembentuk orientasi pembelajaran, maka perusahaan akan mampu membangun kapabilitas dinamis dalam mengatasi turbulensi lingkungan bisnis. Kedua variabel ini menghasilkan kapabilitas organisasioanal yang terus-menerus diperbaharui oleh perusahaan.
Tulisan ini juga membahas berbagai implikasi manajerial bagi perusahaan dan para fasilitator atau regulator dalam pembinaan usaha kecil dan menengah di Indonesia, selain faktor fisik dan finansial, faktor intelektual dan organisasional menjadi sumberdaya yang menjanjikan dalam perusahaan. Penelitian ini juga menjelaskan berbagai keterbatasan dan rekomendasi penelitian selanjutnya.

Organizational capabilities is a key strength of the factor that determines the ability of the midle size companies in Indonesia in surviving during the economic crisis of 1997-1999. The organizational capabilities is the ability of a reconfiguration of the external relations and internal capabilities to address various conditions that never happened before. They are able to survive and even grow during the crisis, at a time when most other companies to take over the management and ownership by other entrepreneurs and even some undergoing liquidation or stopped operations. In contrast to some previous research on large companies and small companies abroad in Indonesia during the economic crisis of 1997-1999, this study focuses on the medium size, because the company type and size of company was potentially to be able to grow into larger companies and the relative had been running principles of the management of modern enterprise management compare to the small enterprises.
Tambunan (2000) states that the types of companies that are export-oriented, did not owe, owe a certain scale, do not use imported raw materials capable of managing the economic crisis at that time. In the search for the author, there has not been that specializes in middle-scale enterprise research Indonesia. Need sustainability company data which is longitudinally about companies before and after the crisis. A number of other studies in foreign countries, conducted in cross-sections, between industries, but the fate of the company after a period of research is unknown then. Akatiga (1999) conducted a study based on longitudinal company data, however limited to micro and small scale.
This research began with the study of literature and exploration medium and employers terhadap15 interviews introduction to 13 business experts in 2004-2005 to determine organizational capabilities companies were able to survive and even grow during the crisis. Three questions posed to the respondents the preliminary research, namely: (1) what do you do when the peak of the economic crisis in 1997-1999 to able to survive? (2) what Company owned the capability when able to survive during the crisis?(3) how do you acquire these capabilities?
Through semi-structured interview methods, note that the secondary employers in Indonesia do reconfiguration capabilities through the learning process during the crisis in terms of servicing and maintaining the commitment to customers, suppliers, financial institutions, marketing mix policy, adjusting the structure of fixed costs and variable, maintaining a reputation for customers and business partners, maintain cash flow especially in conjunction with other corporate obligations and debt, build relationships with relational all parties and continue to follow the policies of the Government during the crisis. The results of the interview are semi-structured in mind the capabilities supported by the commitment of learning during the crisis, strengthen internal communication and ekternal with partner companies, and doing new things in order to maintain the sustainability of the company. The results of these interviews are next processed with procedures; labeling, coding, and categorization of statements of the respondent, the lead elements of the conception of common orientation learning (learning orientation) and dynamic capabilities (dynamic capabilities) that has been known in the realm of management.
Research using the method abduktif (abductive), which supported database (inductive) and theory (deductive), to build the next hypothesis was tested quantitatively against corporate respondents 60 secondary contest winners E-50 (Enterprise 50 company excelled winning, community version of Accenture and SWA magazine) of the population of 121 companies in Indonesia.
Through the test of pearson and regression test, tested that learning orientation that was built by three kontruk (1) a commitment to learning, (2) openness views, (3) shared-vision, a linear positive effect to the dynamic capabilities of the company. Dynamic capabilities the company itself was formed by three invalid constructs; (1) the capacity of absorption of information; (2) coordination of information capabilities; and (3) the collective mind.
By using the general linear model (GLM), statistically proven that influential positive linear orientation towards dynamic capabilities on all group companies consist of or formed by type of industry (manufacturing and services), leverage debt (not owed and owed), the source and origin of raw materials (not import and there is an import). Through regression test the influence on known heterogenous group of companies; (1) service that no exports; (2) manufacturing exports; (3) services that are owed and not owe; (4) the manufacturer owe; (5) service that made imports and imported raw material; and (6) are not manufacturing-based export standard.
The heterogenous also noted that differences influence the orientation of the study on the dynamic capability between groups of companies or industrial type formed, leverage debt, the source and origin of raw materials are statistically insignificant. Thus, this study shows that all the companies building the third invalid constructs or values that formed instructional orientation, then the company will be able to build dynamic capabilities in overcoming turbulent business environment. Both of these variables resulted in the constant organisasioanal updated capabilities by company.
This paper also discusses the various managerial implications for companies and the facilitator or regulator in the construction of small and medium enterprises in Indonesia, in addition to the physical and financial factors, intellectual and organizational factors into a promising resource within a company. The study also describes the limitations and recommendations for further research."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
D2175
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ken Iskayanti
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S27047
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raditya Dzaki Saputra
"Pertumbuhan transaksi digital di Indonesia semakin tinggi tiap tahunnya. Peluang tersebut dilirik oleh perusahaan bank di Indonesia untuk menyediakan layanan perbankan digital yang bertujuan untuk mengakselerasi pertumbuhan transaksi digital dari waktu ke waktu. Pertumbuhan itu membuat intensitas kompetisi di dalam industri bank digital semakin tinggi sehingga dynamic capabilities dibutuhkan untuk merespons tingginya tingkat kompetisi yang ada. Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempermudah (enabling factors) munculnya dynamic capabilities serta praktik dynamic capabilities pada perusahaan bank digital di Indonesia. SeaBank sebagai perusahaan bank digital yang telah berhasil menduduki posisi tertinggi di dalam industri bank digital pada 2022 dipilih oleh peneliti sebagai sampel dalam penelitian ini. Data yang didapatkan setelah mewawancarai lima informan yang memiliki jabatan tinggi kemudian dianalisis menggunakan tabel coding. Hasil yang ditemukan adalah external enabling factors memicu munculnya dynamic capabilities melalui berbagai aktivitas linear yang terhubung dengan dimensi sensing, seizing, dan reconfiguring. Aktivitas linear yang dilakukan oleh SeaBank juga terbantu oleh faktor yang berasal dari dalam perusahaan. Secara utuh, semua proses yang berlangsung membantu SeaBank untuk menduduki posisi tertinggi di dalam industri bank digital 2022 yang tercermin dari performa keuangan yang sehat.

The growth of digital transactions in Indonesia is increasing every year. The opportunity is then seized by Indonesia’s digital banks to serve digital banking services that accelerate the growth of digital transactions. That rapid growth has created high competitive intensity in the industry. In that condition, dynamic capabilities in digital banks are needed to cope with the industry’s competition. This qualitative research is intended to analyze the enabling factors of dynamic capabilities and also the practice of it in digital banks. As a digital bank that has led the Indonesia’s bank digital industry in 2022, SeaBank is chosen by the researcher as a sample. The data that was obtained after interviewing five executives was analyzed using the coding table. The results show that external enabling factors triggers the practice of dynamic capabilities in SeaBank through sensing, seizing, and reconfiguring activities. Those activities were also supported by the internal enabling factors that came from the company. As a whole, the dynamic capabilities process has helped SeaBank to become the market leader of Indonesia’s digital banks in 2022 and it’s reflected from SeaBank’s healthy financial report.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius Prima Hanang Wibowo
"Persoalan utama dalam proses distribusi adalah bahwa pemasok, produsen, gudang, dan pengecer berhadapan dengan permintaan konsumen yang tidak pasti (volatile). Persaingan yang ketat terjadi antar pemain dalam merebut pasar, lebih-lebih dalam era globalisasi, sementara biaya produksi dan pemasaran cenderung meningkat ada strategi yang dimaksudkan untuk menjangkau kepentingan global, terutama dalam perencanaan produksi dan pengendalian inventori yaitu sisi distribusi perlu dirancang agar ramping (lean) dan lincah (agile) dalam situasi yang berubah itu. Kerampingan cocok untuk tingkat ketidakpastian rendah, sedang kelincahan disarankan untuk tingkat ketidak-pastian yang tinggi. Perusahaan yang memasarkan banyak jenis produk dengan ketidak-pastian yang berbeda tingkatannya perlu mengembangkan pola distribusi sepadan, agar tidak kehilangan pasar.
Strategi klasik dalam menangani persoalan ini adalah melihatnya sebagai persoalan perencanaan besarnya persediaan (inventory) yang dinilai aman terhadap fluktuasi permintaan. Efisiensi strategi distribusi sangat tergantung pada beberapa pihak yang menjadi faktor penentu, antara lain pihak pemasok, pihak gudang, dan pihak pengecer, yang masing-masing berhadapan dengan tingkat permintaan konsumen yang sering tidak dapat diprediksikan jumlahnya pada setiap periodenya.
Akibat utama dari penanganan sistem distribusi yang tidak optimal adalah tidak tersedianya barang yang dibutuhkan pada waktu dan tempat yang sesuai, yang selanjutnya akan mengakibatkan perusahaan bersangkutan kehilangan kesempatan dalam meraih pasar. Salah satu cara untuk mengatasi hilangnya kesempatan dalam meraih pasar adalah dengan menerapkan strategi pengelolaan rantai distribusi. Manfaat utama yang dapat diraih dengan menerapkan strategi ini adalah bahwa tingkat persediaan barang akan optimum di setiap tingkat atau pihak sepanjang rantai distribusi tersebut Tingkat persediaan yang optimum ini akan menjamin tingkat pemenuhan permintaan konsumen yang sudah ditentukan oleh setiap perusahaan distribusi. Karena tingkat pemenuhan permintaan konsumen berkaitan erat dengan kepuasan konsumen, dan konsumen merupakan target profit center perusahaan yang utama, maka besaran ini merupakan salah satu indicator kesuksesan suatu perusahaan dalam menerapkan pengelolaan rantai pengadaan barang.
Agar usaha penerapan pengelolaan rantai pengadaan barang dapat berlangsung dengan optimal dan efisien, perlu dilakukan analisis terhadap elemen-elemen yang berpengaruh sepanjang sistem rantai distribusi barang. Analisis dilakukan dengan melihat pola dan kecenderungan perilaku sistem rantai distribusi barang terhadap perubahan permintaan, dan perubahan tingkat persediaan barang dalam kurun jangka waktu yang panjang serta berubah-ubah sesuai dengan perubahan waktu, agar segera dapat diambil tindakan atau kebijakan yang tepat pada elemen-elemen yang berpengaruh tersebut Untuk mengetahui kombinasi kebijakan dalam sistem rantai distribusi barang yang dapat memberikan tingkat pemenuhan permintaan konsumen yang optimal maka dilakukan simulasi kebijakan tingkat persediaan barang yang harus disediakan oleh sistem. Analisis dilakuk:an dengan bantuan komputer dengan perangkat lunak Powersim, suatu perangkat analisis dengan menggunakan model dinamika sistem.
Atas dasar sistem nyata sistem rantai distribusi dibangun suatu model aliran distribusi produk. Pemodelan dibangun atas dasar data historis sejak tahun 2002 sampai tahun 2003. Diagram simpal kausal dibangun berdasarkan siklus proses aliran distribusi produk:. Validasi model dilakukan dengan membandingkan tingkat persediaan yang diinginkan dengan tingkat persediaan yang sebenamya.
Berdasarkan hasil simulasi terhadap tiga skenario kebijakan maka diketahui bahwa agar tingkat pemenuhan permintaan konsumen dapat terjaga dengan baik, kombinasi kebijakan yang efektif adalah mempertahankan tingkat persediaan barang di pihak pengecer pada tingkat dimana persediaan barang tersebut dapat menjamin permintaan yang dihadapi selama 36 hari, dan mempertahankan tingkat persediaan barang di pihak gudang pusat distribusi pada tingkat dimana persediaan barang tersebut dapat menjamin permintaan yang dihadapi selama 45 hari."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13561
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gema Handaru
"[Kendaraan listrik memanfaatkan baterai sebagai sumber daya utama penggeraknya. Penting untuk mengetahui kondisi parameter ? parameter baterai seperti tegangan dan arus agar diketahui kemampuan baterai sebagai sumber daya kendaraan listrik. Metode simulasi matematis dapat dilakukan untuk mengetahui nilai parameter ? parameter baterai. Simulasi menggunakan beberapa set baterai yang dioperasikan secara serentak dan bergiliran. Hasil simulasi menunjukkan bahwa jumlah baterai yang dibutuhkan bergantung dari massa kendaraan, kecepatan, perubahan kecepatan dan perkiraan waktu operasional kendaraan. Baterai yang dioperasikan secara serentak menyisakan kapasitas sebesar 24,48% dan baterai yang dioperasikan secara bergiliran menyisakan kapastias sebesar 11,71% untuk menempuh jarak 157,5 Km.
;Electric vehicles use battery as a main resource to be a prime mover. Knowing the condition of battery parameters such as current and voltage in order to discover battery power as a main resource of electric vehicle. Mathematical simulation methode might be used to discover parameters that can actuate electric vehicle. The simulation use some sets of battery which are operated simultaneously and rotationally. The result of simulation stated that number of needed battery rely on vehicle mass, velocity, velocity shift, and estimated operational time of vehicle. Battery that is operated silmutaneously have remaining capacity 24.48 % and battery that is operated rotationally have remaining capacity 11.71% for a distance 157.5 Km.
;Electric vehicles use battery as a main resource to be a prime mover. Knowing the condition of battery parameters such as current and voltage in order to discover battery power as a main resource of electric vehicle. Mathematical simulation methode might be used to discover parameters that can actuate electric vehicle. The simulation use some sets of battery which are operated simultaneously and rotationally. The result of simulation stated that number of needed battery rely on vehicle mass, velocity, velocity shift, and estimated operational time of vehicle. Battery that is operated silmutaneously have remaining capacity 24.48 % and battery that is operated rotationally have remaining capacity 11.71% for a distance 157.5 Km.
, Electric vehicles use battery as a main resource to be a prime mover. Knowing the condition of battery parameters such as current and voltage in order to discover battery power as a main resource of electric vehicle. Mathematical simulation methode might be used to discover parameters that can actuate electric vehicle. The simulation use some sets of battery which are operated simultaneously and rotationally. The result of simulation stated that number of needed battery rely on vehicle mass, velocity, velocity shift, and estimated operational time of vehicle. Battery that is operated silmutaneously have remaining capacity 24.48 % and battery that is operated rotationally have remaining capacity 11.71% for a distance 157.5 Km.
]"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S60399
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Geovani
"Kemajuan teknologi yang semakin pesat mengakibatkan kebutuhan energi listrik yang juga semakin meningkat. Hal ini dikarenakan penggunaan listrik tidak hanya pada tingkat rumah tangga, melainkan juga pada tingkat industri-industri besar. Akan tetapi kebutuhan energi listrik ini tidak diimbangi dengan produksi energi listrik yang memadai oleh perusahaan listrik negara di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan solusi yang memadai baik dari sisi konsumen maupun produsen listrik agar kedua belah pihak dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingannya. Diperlukan strategi yang baik agar solusi yang ditawarkan dapat berjalan dengan baik. Energi cahaya dari matahari kini banyak dimanfaatkan oleh rumah tangga, dan pemanfaatan energi cahaya melalui solar panel di masa mendatang akan semakin banyak lagi digunakan. Rumah cerdas adalah sebuah rumah yang dapat menghasilkan energi listrik sendiri dengan memanfaatkan energi terbarukan. Sistem rumah cerdas ini terhubung ke jaringan distribusi PLN, sehingga apabila terdapat kelebihan energi yang dihasilkan oleh PV, maka energi tersebut dapat disuplai ke PLN (jual daya ke PLN) dan apabila energi yang dihasilkan rumah cerdas berkurang, maka PLN akan mensuplai kekurangan tersebut. Pada sistem monitoring ini, sumber energi matahari akan dijadikan sebagai sumber daya utama untuk rumah tersebut dan pada keadaan-keadaan tertentu, rumah tersebut juga dapat menjual listrik dari solar panel ke PLN atau sekedar menyimpannya di baterai untuk kebutuhan saat terjadi mati listrik. Proses jual-beli akan dimonitoring berdasarkan harga jual dan harga beli yang bersifat dinamis secara real time (dynamic pricing) baik dari sisi konsumen maupun produsen. Proses ini akan dimonitor dan dikontrol menggunakan SCADA, sedangkan sistem ix akan berjalan berdasarkan logic pada PLC secara real-time saat sistem berjalan, sehingga proses jual-beli listrik dapat ditentukan berdasarkan naik turunnya harga setiap waktu di setiap harinya. Selain itu, sistem ini juga dapat dikontrol melalui sistem Online Monitoring sehingga memungkinkan pengguna atau user untuk dapat memonitor dan mengontrol rumah cerdasnya dari jarak jauh. Laporan dari hasil olahan data pada SCADA dapat dilihat dan dicetak sesuai keinginan user. Skripsi ini sendiri menjelaskan mengenai penggunaan sistem automasi untuk memonitor dan mengkontrol daya listrik pada rumah cerdas yang dapat diakses secara online melalui Web Browser Internet Explorer. Dalam sistem ini, pemilik rumah yang memiliki sistem Smart House ini dapat mengontrol keseimbangan konsumsi daya yang disesuaikan dengan harga dinamis dari sisi konsumen maupun produsen sehingga user dapat menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari penggunaan sistem rumah cerdas tersebut. Hal yang terpenting dalam sistem ini, listrik pada rumah diusahakan tidak padam meskipun PLN sedang tidak mensuplai listrik. Alhasil, listrik pada rumah tangga tidak terlalu bergantung lagi pada listrk PLN. Pada skripsi ini juga disajikan analisa cash flow dari sistem Smart House. Sehingga apabila user menggunakan sistem Smart House ini, user akan mengetahui besarnya penghematan yang dapat dilakukan setiap 20 tahunnya.

Technological advances which increased rapidly results an increasing of electrical energy power needs. It happened because of electricity is used not only at household level but also for industrial level needs. However, this necessity is equilibrate (well-balanced) by the adequate production of electrical energy from State Electrical Company in Indonesia. Therefore, an adequate solution is needed both in terms of consumers and producers of electricity so that both parties can meet their needs and concerns. A good strategy is needed in order to offer a solution that can make this system works well. Light energy from sun is now widely used by household, and the application of light energy through solar panel will be highly used in the future. Smart House is a house that can generate its own electrical energy by utilizing renewable energy. This Smart House System will be connected to the utility grid of PLN. So, if PV produces some excess energy, it will be supplied to utility grid (PLN), and if the energy that has been produced by Smart House is reduced, then utility grid (PLN) will cover the deficiency. In this monitoring system, solar energy will be used as the primary resource for the house, and for certain circumstances, the house can also sell its electrical power to utility grid (PLN), or it can be just stored in batteries in order to prevent the electrical black-out. The process of purchasing and selling will be real-time monitored based on sell price and purchase price which will change dynamically (dynamic pricing) both in terms of consumers and producers. When the system is running, its process will be monitored and controlled in real time using SCADA, and at the same time the system will also run based on PLC logic. So the process of purchasing and selling can be determined based on the rising xi and the decreasing of prices each time, every day. In addition, this system can also be controlled through Online Monitoring system which allows user to monitor and control their Smart House remotely. Reports of the processed data on SCADA can be viewed and printed according to user desires. This final project describes the use of its automation system to monitor and control the electrical power flow for this Smart House System which can be accessed online via Internet Explorer Web Browser. By using this system, user can control their power consumption based on the rise and fall of electricity global price each time every day, so that user can produce their maximum profit from the use of its system. The most important thing in this system is the Smart House will not get black-out in case PLN do not supply their electrical power. Consequently, in the future, most of house which use this Smart House System will not be depend on PLN if it suddenly gets black-out. This final assignment also present cash flow analysis of Smart House System. So if users use this Smart House System, the user will know the level of savings that can be done for every 20 years.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56056
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
T. Ar Rizqi Aulia
"Penjadwalan unit pembangkit menentukan unit yang hidup dan mati. Dari unit pembangkit yang hidup tersebut ditentukan besar pembebanan ekonomis pada masing-masing unit dengan memperhatikan kondisi optimal serta batasan-batasan (constrain) unit pembangkit. Operasi ekonomis adalah bagaimana mengatur karaktersitik-karakteristik masukan dan keluaran dari masing-masing pembangkit. Pada operasi sistem tenaga listrik, biaya bahan bakar menempati biaya yang terbesar (pembangkit termal) yaitu sekitar 60% dari biaya operasi secara keseluruhan. Pengendalian operasi ini menjadi hal yang sangat penting, optimalisasi satu persen saja untuk sistem berskala besar akan menghasilkan penghematan dalam orde milyaran rupiah pertahun. Apalagi jika berhasil dilakukan optimasi yang lebih besar dari itu. Tentunya akan memberikan penghematan yang lebih besar.

Scheduling generating units determine the unit on and off. From the number of units on, will be determined the least-cost dispatch of available generation to meet the electrical load. Economical operation is how to set the characteristics of the input and output of each plant. In the operation of electric power systems, fuel costs occupy the largest cost (thermal power plant) which is about 60% of the all operating costs. Controlling this, becomes very important. Optimizing one percent for large-scale system will result in savings the billions rupiah per year. Moreover, if we can optimize higher than that, it will provide greater savings.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55329
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>