Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169710 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Natalia Evianti
"ABSTRAK
Aplikasi-aplikasi yang mendukung aktivitas rea!-time grup yang interaktif
dengan kebutuhan akan komunikasi yang handal telah meluas penggunaannya.
Komunikasi Reliable Multicast adalah salah satu cara komunikasi yang
mendukung aplikasi-aplikasi tersebut. Aplikasi-aplikasi diatas mempunyai
perbedaan kebutuhan reliability.
Scalable Reliable Multicast (SRM) adalah protokol reliable multicast
berbasis receiver-inirialed reliability yang memenuhi kebutuhan aplikasi-aplikasi
tersebut. SRM mempunyai kinerja yang optimal dan tahan (robusp terhadap
kesalahan yang umumnya terjadi, seperti paket yang hilang. SRM juga
mempunyai kelebihan yaitu menjamin penginman data dan kemampuan yang
cepat dalam mendeteksi paket yang hilang dengan mengalihkan tugas
pendeteksian paket yang hilang kepada penerima.
Kehandalannya menangani semua aplikasi multicast akan diuji dan
dibandingkan dengan mengamati perubahan kinerja loss recovery dari statistik
paket yang hilang terhadap perubahan node dan traffic SRM menggunakan
simulasi janngan ns-2. Dari hasil simulasi pada skripsi ini didapatkan prosentase
keberhasilan penerimaan paket data yang paling baik, yaitu 87% untuk jumlah
node penerima sedikit. Pengaruh perubahan trafik dengan menambahkan
gangguan trafic akan didapatkan keberhasilan penerimaan paket data terburuk,
yaitu 28% ketika letak gangguan irc/$0 delta dengan pengirim Loss recovery
akan semakin banyak terjadi ketika jumlah gangguan trafic bertambah
jumlahnya.

"
2001
S39100
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rosenberg, Eric, editor
"Whereas unicast routing determines a path from one source node to one destination node, multicast routing determines a path from one source to many destinations, or from many sources to many destinations. We survey multicast routing methods for when the set of destinations is static, and for when it is dynamic. While most of the methods we review are tree based, some non-tree methods are also discussed. We survey results on the shape of multicast trees, delay constrained multicast routing, aggregation of multicast traffic, inter-domain multicast, and multicast virtual private networks. We focus on basic algorithmic principles, and mathematical models, rather than implementation level protocol details. Many historically important methods, even if not currently used, are reviewed to give perspective on the evolution of multicast routing."
New York: Springer, 2012
e20406297
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Sagala, Jakson Harianto Johannes
"Teknologi End to End QoS Quality of Services adalah teknologi pemrioritasan trafik pada jaringan IP Internet Protocol dan solusi bagi permasalahan delay yang ditimbulkan oleh karakteristik jaringan IP. Dalam pengembangannya, dihasilkan fitur pemrioritasan terhadap layanan data, yaitu THP/ARP Traffic Handling Priority/Allocation Retention Priority dan dikontrol oleh perangkat PCRF Policy and Charging Rule Function untuk mekanisme pentarifan.PT. XL Axiata belum melihat teknologi End to End QoS sebagai faktor utama dalam mempertahankan kualitas jaringan dan solusi utama akan tren penurunan pertumbuhan pendapatan yang diakibatkan peralihan penggunaan layanan konvensional SMS dan suara menjadi layanan OTT Over The Top . Hal ini terlihat dari belum adanya perencanaan mekanisme perawatan teknologi End to End QoS dan belum dimanfaatkannya fitur THP/ARP pada produk PT. XL Axiata saat ini. Padahal fitur THP/ARP bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan bisnis layanan data PT. XL Axiata, dimana kontribusi layanan data masih kecil untuk pendapatan PT. XL Axiata yaitu hanya sekitar 18 .Analisa strategi penerapan End to End QoS menggunakan teori manajemen strategi, yang dilakukan dengan mengidenfikasi faktor terkait teknologi ini di internal maupun eksternal, kemudian dipetakan menggunakan analisa SWOT Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats dan QSPM Quantitative Strategic Planning Matrix untuk menentukan strategi utama dan pendukung.Berdasarkan hasil analisa SWOT, PT. XL Axiata berada di Kuadran I. Menurut Pearce and Robinson 1998 , perusahaan pada kuadran tersebut mempunyai posisi strategis yang baik dan disarankan menggunakan strategi progresif, artinya PT. XL Axiata dalam kondisi prima dan mantap, sehingga sangat dimungkinkan untuk terus berekspansi, bertumbuh dan meraih kemajuan secara maksimal.Agar penerapan strategi progresif berjalan dengan baik, diperluka perawatan teknologi End to End QoS yang baik. Dari hasil analisa SWOT yang dikombinasikan dengan QSPM, didapatkan bahwa mekanisme perawatan berkala berdasarkan kombinasi periode waktu tertentu atau pertumbuhan jaringan mendapatkan nilai yang lebih besar dibandingkan opsi tanpa perawatan dan perawatan berdasarkan periode waktu atau pertumbuhan jaringan saja.
Technology of End to End QoS Quality of Services is a traffic prioritization technology in IP Internet Protocol based network and the solution for delay problem caused by IP network characteristics. In its development, THP ARP Traffic Handling Priority Retention Priority Allocation feature is used for data services prioritization and controlled by the PCRF Policy and Charging Rule Functin for the pricing mechanism.PT. XL Axiata have not seen the End to End QoS technology as a key factor in maintaining the network quality and the main solution for revenue growth decreasing trend as result of displacement use of conventional services SMS and voice into OTT over The Top services. This is evident from the lack of planing for maintenance mechanism for End to End technology and THP ARP feature have not been exploited on the PT. XL Axiata 39 s product. Though the THP ARP feature can be used to develop PT. XL Axiata data services business, while the contribution of data services is only about 18 for revenue of PT. XL Axiata.Implementation strategy of End to End QoS analysis using strategy management theory, by identifying associated internal and external factors with the technology, then map it to SWOT Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats and QSPM Quatitative Strategic Planning Matrix analysis to determine primary and supporting strategies.Based on the result of the SWOT analysis, PT. XL Axiata is in Quadrant I and according to Pearce and Robinson 1998 , companies that are in the quadrant has a good strategic position ans suggested using a progressive strategic, meaning PT. XL Axiata in prime conditio and steady, so it is possible to continue to expand, growing, and achive the maximum progress.In order to make the progressive strategy implementation running well, it requires good maintenance of End to End QoS technology. The result of SWOT combined with QSPM analysis is the regular maintenance mechanism based on the combination of a specific time period or network growth gain greater value than no maintenance option, and maintenance options based on the time period only or network growth only."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Gunawan
"Jaringan yang berbasis SDN, Software Defined Network kedepan secara perlahan akan menjadi alternatif sistem jaringan yang digunakan saat ini. Salah satu kelebihan utamanya adalah dalam satu box dapat diprogram untuk memiliki fitur apapun yang diinginkan, misalnya untuk dapat menjadi router, switch, access point, firewall dll. Pada penelitian ini akan dilakukan implementasi fitur firewall karena pada switch biasa seperti sekarang hal tersebut tidak dapat dilakukan, namun dengan SDN, maka hal tersebut dapat diterapkan. Yakni dengan memasukkan suatu instruksi kedalam openFlow switch untuk mendeteksi serangan DDoS sekaligus melakukan penanganan terhadap serangan tersebut.
Pengujian dilakukan dengan tool perangkat lunak network simulator mininet, floodlight controller dan SFlow. Setelah dilakukan pengujian, dapat dibuktikan bahwa suatu switch dapat juga berfungsi sebagai firewall untuk mengatasi serangan yang muncul pada jaringan. Berdasarkan pengujian tersebut telah dibandingkan kinerja sebuah jaringan SDN pada saat kondisi normal dan pada saat kondisi serangan berdasarkan pengukuran throughput dan latency. kemudian selanjutnya ketika fitur firewall diaktifkan untuk mengatasi serangan tersebut.
Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa serangan DDoS menyebabkan delay paket semakin tinggi dan throughputnya menjadi semakin rendah. penambahan delay nya dari rata2 1,6 s naik menjadi 7,1 s dan penurunan nilai throughput dari rata-rata 66,5 Mbps turun menjadi 16,1 Mbps. Pada Penelitian ini telah dilakukan simulasi serangan secara bersama-sama dilakukan oleh banyak host menuju pada 1 server target dengan berbagai macam jenis serangan seperti udp, icmp dan tcp.

Network based on SDN, Software Defined Network in the future will be alternate network system which is already used from now. One of the main advantages is in one box we can create program to make any feature what we want, such as router, switch, access point, firewall, etc. In this research will be implementation some firewall feature because in normally switch like today that thing couldn`t be done. But with SDN, that thing could be implemented. We can insert some instruction into openFlow switch to detection DDoS attack and how to prevent it.
The test will use software network to test DDoS with Mininet, Floodlight Controller and SFlow. After the research, we can proof that a switch could be function as a firewall to prevent attack our network. Based on research we already compare performance a network based SDN in normal condition and condition when our network attacked based on throughput and latency. Then when we activated firewall feature to prevent that attack.
From the research we can get information that DDoS attack cause delay packet much higher and throughput will be more slower. The average of delay increased from 1,6s to 7,1s. And the throughput decrease from 66,5 Mbps into 16,1 Mbps. In this research we have done attack simulation with many host to one specified server in one time with different method and protocol such as udp, icmp, and tcp.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T46712
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 1997
S26967
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurharyanto
"Dalam skripsi ini dibuat sebuah perangkat Iunak yang mengintegrasikan fungsi internetworking dengan menggunakan tiga buah komputer PC, yang masing-masing mewakili sistem berprotokol TCP/LP, sistem berprotokol ATM dan sistem integrasi internetworking itu Sendiri. Pada simulasi ini ditampilkan prosedur komunikasi, perpindahan data, dan metode konversi antara sistem yang berbeda.
Internetworking akan berfungsi menyiapkan tipe hubungan di antara kedua protokol dan bekerja sebagai berikut:
- Membentuk tipe hubungan connection oriented karena TCP/[P menggunakan tipe ini dan ATM dapat mendukung tipe ini.
- Mengupas (strip off) paket dari protokol asal untuk mendapatkan data asli pengguna dan membungkus data ini menjadi paket yang sesuai dengan dengan protokol tujuan.
- Menyimpan data yang diperlukan dalam buffer umuk mengatasi pcrbedaan bit-rate di antara kedua protokol. Mengubah besar paket data sesuai dengan kemampuan masing-masing jaringan.
- Memutuskan hubungan komunikasi kedua jaringan ini.
Internetworking ini berfungsi ganda sebagai tiruan host TCP/IP maupun host ATM sehingga prosedur komunikasi TCP/11° dan ATM dapat dilakukan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S39821
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Admulya`s
"Tujuan protokol HART adalah untuk membuat instrumentasi dapat berkomunikasi secara digital satu dengan yang lainnya dengan menggunakan kabel yang sama yang digunakan untuk mengirim sinyal analog 4-20 mA. Protokol HART menggunakan teknik modulasi FSK. Sinyal digital terdiri dari dua frekuensi yaitu 1200 dan 2200 Hz yang merepresentasikan bit 1 dan 0. Pada Monitoring Suhu Berbasis Protokol HART di skripsi ini, tegangan supply dan panjang kabel dapat mempengaruhi akurasi pembacaan suhu. Minimum akurasi rata-rata pengukuran mencapai 96,62% untuk field device address 0 dan 95,84% untuk address 1.

The purpose of the HART protocol was to create a way for instruments to digitally communicate with one another over the same wire used to convey a 4-20 mA analog signal. The HART protocol uses the FSK modulation technique. The digital signal is made up of two frequencies 1,200 Hz and 2,200 Hz representing bits 1 and 0. On the Temperature Monitoring Based on HART Protocol in this undergraduate thesis, voltage supply and cable length can be influence measurement accuracy of temperature. The Minimum average accuracy has reached 96,62% for field device address 0 and 95,84% for address 1."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42120
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Internet Protocol yersion 6 (IPV6) telah menjadi standar baru bagi internet
di masa yang akan datang, untuk itu diperlukan metode transisi yang dapat
membantu pergantian protokol standar ini secara bertahap. Salah sam melodc
transisi yang dikenal adalah reling, yang memungkinkan sebuah jaringan IPv6
berkomunikasi dengan jaringan IPv6 yang lain melalui jaringan IPV4. Terdapat
beberapa macam metode tunneling, dua di antaranya adalah 6over4 dan 6to4.
Metode tunneling 6over4 dan 6to4 ini diuji coba pada sebuahjaringan rest
bed IPv6 yang dibuat terlebih dahulu. Penelitian yang dilakukan adalah
bagaimana pengaruh penerapan metode I zfrrr :eling terscbut dibandingkan dcngan
penggunaan IPv4 yang sudah ada sekarang dan IPv6 yang akan digunakan di
masa mendalang. Parameter yang .diamati adalah rhroughpnt dan laiency pada
aplikasi pengiriman file menggunakan File Transfer Protoco! (FTP).
Uji coba dilakukan dengan mengirimkan file antara dua host yang terletak
di jaringan yang berbeda pada jaringan test bed. Jaringan test bed ini dibuat
dengan menggunakan lima buah PC untuk mewakili kondisi jaringan internet
yang sesungguhnya. Penelitian dilakukan pada empat konfigurasi jaringan rest
bed, yailu IPv4 mumi, IPv6 mumi, metode 6over4 dan metodc 6to4. Data diambil
dari transfer rate dan waktu yang diperlukan untuk mengirimkan file. Pada
penelitian ini digunakan enam buah file dengan jenis dan ukuran yang berbeda
untuk saling ditukarkan melalui FTP.
Hasil uji coba menunjukkan penggunaan metode tunneling 6over4 dan
6to4 tidak mcngurangi kemampuan jaringan dalam hal pengiriman dam melalui
FTP, bahkan dapat meningkatkan throughpnr dan mengurangi latency jika
dibandingkan dengan menggunakan IPv4. Peningkatan yang diperoieh metode
60ver4 dan 6to4 jika dibandingkan dcngan IPv4 nyaris sama yaitu :t 4,64% untuk
throughput dan pengurangan +_ 2,92% untuk latency Penggunaan IPv6 secara
penuh juga meningkatkan kemampuan jaringan dalam hal throughput dan
Iatency, yaitu +_ 9,0S% untuk throughput dan :t 9,12 % untuk infancy."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S39216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ficky Fatturahman
"Persediaan alamat IPv4 semakin menipis. Salah satu solusi untuk mengatasinya adalah Network Address Translation (NAT). Dengan NAT, lebih dari satu host pada jaringan private dapat dihubungkan ke jaringan publik seperti Internet hanya dengan menggunakan satu alamat IP publik.
Sementara itu, migrasi menuju teknologi yang lebih maju yakni IPv6 sudah tidak terelakkan. Untuk itu diperlukan suatu mekanisme transisi yang memungkinkan coexistence antara jaringan IPv6 yang akan dibangun dengan jaringan IPv4 yang telah ada, salah satunya adalah dengan tunneling.
Pada umumnya, sebagian besar metode tunneling yang ada tidak mendukung jaringan NAT IPv4. Hanya metode tunneling Teredo yang dapat menembus jaringan NAT. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian khusus mengenai kinerja jaringan yang menggunakan tunneling IPv6 Teredo pada aplikasi-aplikasi tertentu, terutama aplikasi yang populer digunakan seperti FTP untuk transfer file antar jaringan. Penelitian yang dilakukan adalah membandingkan kinerja aplikasi FTP server pada jaringan NAT full cone dengan tunneling IPv6 Teredo terhadap jaringan NAT full cone IPv4 murni dan jaringan IPv6 murni pada aplikasi yang sama. Parameter yang dibandingkan adalah latency (s) dan throughput (KBytes/s).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tunneling Teredo memiliki kinerja lebih buruk dari jaringan NAT full cone IPv4 murni dan jaringan IPv6 murni pada aplikasi FTP server , namun demikian, tidak terlampau jauh kinerjanya dari jaringan IPv6 murni pada simulasi jaringan WAN sebenarnya, hanya sedikit lebih buruk dengan range latency lebih besar 7,4 - 28,08 % dan range throughput lebih kecil 2,89 - 16,55 % dari jaringan IPv6 murni, sehingga Teredo cocok digunakan untuk memberikan koneksi IPv6 kepada node jaringan di belakang NAT IPv4 pada periode transisi nanti ketika sebagian besar node telah bermigrasi ke IPv6.

Availability of IPv4 address has gone thinner. One of the solutions to overcome this problem is Network Address Translation (NAT). NAT can connect one or more hosts in private network to public network like Internet with just one public IP address.
Meanwhile, migration process into more advanced technology, which is IPv6, is inevitable. Therefore, we need transition mechanism that can provide coexistence between newly born IPv6 networks with old IPv4 networks, such as is tunneling.
Generally, most of available tunneling methods do not provide IPv4 NAT networks. Only Teredo tunneling method can penetrate NAT. Therefore, we need a research to examine Teredo IPv6 tunneling network performance on certain application, mostly on popular application like FTP which can transfer file between networks. The research is comparing FTP server application performance on full cone NAT configured network with IPv6 Teredo tunneling toward pure full cone NAT IPv4 network and pure IPv6 network with the same application. Parameters to be compared are latency (s) and throughput (KBytes).
The research done shows that Teredo tunneling performance on FTP application is lower than pure IPv4 full cone NAT network and pure IPv6 network, however, on real WAN simulated network, Teredo performance is only a little bit lower than pure IPv6 network, Teredo latency is higher between 7,4 - 28,08 % than pure IPv6 network and Teredo throughput is lower 2,89 - 16,55 % than pure IPv6 network, so it’s suitable to provide IPv6 connectivity for nodes that is located behind IPv4 NAT in this transition period when most of the node have migrate to IPv6.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40505
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>