Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 72359 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Galih Chandra C.
"ABSTRAK
Pemberian jaminan pengiriman data dengan melakukan implementasi mekanisme error recovery untuk sebuah lingkungan multicast adalah suatu implementasi yang sulit, terutama untuk jaringan multicast berskala besar. Pendekatan paint to point recovery seperti pada TCP tidak dapat memberikan hasil yang baik untuk sebuah lingkungan multicast karena menimbulkan beberapa masalah. Secara umum masalah-masalah pada mekanisme error recovery pada multicast dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu ledakan paket kontrol ACK/NACK (implosion), timbulnya duplikasi retransmisi paket ketika terjadi loss (duplikasi reply), dan terakhir adalah besarnya cakupan wilayah recovery yang dinilai berdasarkan tingkat exposure dan nuisance. Exposure adalah perbandingan antara jumlah receiver yang menerima paket reply dengan jumlah receiver yang membutuhkan paket tersebut, sedangkan nuisance didefinisikan sebagai perbandingan jumlah paket reply yang didapatkan oleh sebuah receiver akibat loss yang terjadi di suatu tempat dengan jumlah total loss yang terjadi.
Dalam tulisan ini akan dikemukakan sebuah konsep mekanisme error recovery ?Optimized Local Repair" dan penerapannya dalam suatu lingkungan multicast. Pada tulisan ini juga akan diperlihatkan bagaimana mekanisme ini mengatasi dua masalah pertama. Sedangkan untuk masalah ketiga, dilakukan simulasi pada topologi binary tree untuk mendapatkan hasil numerik performansi mekanisme terhadap exposure dan nuisance.
Dari hasil simulasi, didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa mekanisme ini mampu mengatasi masalah exposure dan nuisance dengan baik. Penambahan jumlah receiver tidak mempengaruhi kemampuan mekanisme ini, bahkan nilai nuisance akan semakin kecil sejalan dengan pertambahan receiver.

"
2000
S39590
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frick, Heinz
Kanisius,
720 FRI m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dhiyaul Falah
"Salah satu teknik yang digunakan pada proses srteaming adalah mode IP multicast. Salah satu keuntungan terbesar dari IP multicast adalah kemampuannya untuk melakukan streaming audio maupun video ke ratusan atau ribuan pengguna. Penggabungan antara teknologi wireless local area network (WLAN) dengan proses streaming menggunakan teknik IP multicast membutuhkan telaah lebih lanjut tentang performa kualitas layanannya.
Pada penulisan skripsi ini akan membahas tentang kualitas layanan streaming multicast pada WLAN apabila terdapat penambahan jumlah node pengguna. Penelitian ini menganalisa kualitas layanan streaming multimedia berupa file video dengan bitrate 409 kbps, 533 kbps, 811 kbps, dan 1113 kbps yang ditransmisikan secara multicast pada WLAN. Kualitas layanan berupa throughput dan packet loss yang diolah menjadi perbandingan hasil untuk satu client mode unicat dan multicast, Faktok skalabilitas pada mode multicast, faktor perubahan bit rate file yang digunakan pada percobaan serta deviasi yang terjadi pada hasil percobaan. Kualitas layanan mode multicast terjelek terjadi ketika menggunakan bit rate file 1113 kbps dengan packet loss sebesar 19,64% - 20,9%. Packet Loss tidak terdapat pada mode unicast dan pada mode multicast mulai dari 0,2% - 20,9 %. Throughput pada mode unicast sebesar 366,78 kbps - 1158,66 kbps dan pada mode multicast sebesar 366,14 kbps-914,57 kbps. Deviasi throughput paling besar terjadi pada mode multicast 4 client sebesar 9,55 %. Deviasi packet loss paling besar terjadi pada mode multicast 3 client sebesar 3,19 %.

One technic used to streaming process is multicast IP mode. The biggest advantage of IP multicast is the ability to stream audio and video file to hundreds or thousands receivers. Technology collaboration between wireless LAN (WLAN) with streaming process using IP multicast technic needs to be researched about the quality of service (QoS) performance.
This paper will analize about the QoS of multicast streaming at WLAN when the node was increased. This paper analyzed QoS of multimedia streaming that is video file formed with bitrate 409 kbps, 533 kbps, 811 kbps and 1113 kbps transmitted over WLAN. The QoS are throughput and packet loss that is processed to be the comparison between 1 client in the unicast mode with the multicast mode, scalability factor in the multicast mode, the bit rate file factor used in the experiment, and the deviation factor of the experiment result. The worst quality of service (QoS) of multicast mode was when using bit rate file 1113 kbps with 19.64 - 20.19 % packet loss. There is no packet loss in the unicast mode. 0,2%-20.9% packet loss in the multicast mode. In the unicast mode has throughput 366.78kbps-1158.66 kbps and 366.14 kbps- 914.57 kbps for multicast mode. The most wide deviation of throughput was in the 4 clients of multicast mode 9.55% and 3.19% was the most wide packet loss deviation that was happened in the 3 clients multicast mode.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S40693
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Zakiah
"Kemajuan teknologi Packet Switching dengan kecepatan akses yang semakin tinggi, dan kemungkinan kesalahan yang semakin kecil mendorong gagasan untuk `menumpangkan' trafik suara pads jaringan paket. Untuk membawa trafik suara tersebut, protokol internet atau lebih dikenal dengan TCP/IP dipandang sebagai sarana yang paling tepat, karena selain protokolnya sederhana jaringan ini merupakan jaringan paket yang paling banyak dipakai di dunia saat ini. Trafik suara yang dibawa pads jaringan paket dengan menggunakan TCP/IP akan sangat menguntungkan bila diaplikasikan pada sebuah LAN, sehinga suatu instansi tidak perlu memiliki dua jaringan yang terpisah untuk mentransfer data dan suara. Performasi merupakan faktor yang panting dalam aplikasi VOIP karena pada pada jaringan paket trafik voice diperlakukan sama dengan trafik data lainnya. Delay merupakan masalah yang sangat sensitif pads trafik voice, karena delay yang melebihi batas yang ditoleransi akan mengganggu kenyamanan berkomunikasi. Dalam tulisan ini akan dibahas aplikasi VoIP dalam suatu rancangan LAN yang disimulasikan dengan Comnet Ill 2.01, keuntungan dan masalah yang dihadapi dalam aplikasi ini, serta analisa performansi layanan voice pads LAN tersebut. Dan hasil simulasi, didapatkan bahwa protokol akses yang bersifat deterministik seperti token ring dan token bus lebih cocok untuk digunakan pads LAN yang mengaplikasikan VoIP, penambahan stasiun menimbulkan penurunan performansi layanan suara. Dari simulasi juga didapatkan jumlah prosesor yang optimal pads sentral PBX."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S39779
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natalia Evianti
"ABSTRAK
Aplikasi-aplikasi yang mendukung aktivitas rea!-time grup yang interaktif
dengan kebutuhan akan komunikasi yang handal telah meluas penggunaannya.
Komunikasi Reliable Multicast adalah salah satu cara komunikasi yang
mendukung aplikasi-aplikasi tersebut. Aplikasi-aplikasi diatas mempunyai
perbedaan kebutuhan reliability.
Scalable Reliable Multicast (SRM) adalah protokol reliable multicast
berbasis receiver-inirialed reliability yang memenuhi kebutuhan aplikasi-aplikasi
tersebut. SRM mempunyai kinerja yang optimal dan tahan (robusp terhadap
kesalahan yang umumnya terjadi, seperti paket yang hilang. SRM juga
mempunyai kelebihan yaitu menjamin penginman data dan kemampuan yang
cepat dalam mendeteksi paket yang hilang dengan mengalihkan tugas
pendeteksian paket yang hilang kepada penerima.
Kehandalannya menangani semua aplikasi multicast akan diuji dan
dibandingkan dengan mengamati perubahan kinerja loss recovery dari statistik
paket yang hilang terhadap perubahan node dan traffic SRM menggunakan
simulasi janngan ns-2. Dari hasil simulasi pada skripsi ini didapatkan prosentase
keberhasilan penerimaan paket data yang paling baik, yaitu 87% untuk jumlah
node penerima sedikit. Pengaruh perubahan trafik dengan menambahkan
gangguan trafic akan didapatkan keberhasilan penerimaan paket data terburuk,
yaitu 28% ketika letak gangguan irc/$0 delta dengan pengirim Loss recovery
akan semakin banyak terjadi ketika jumlah gangguan trafic bertambah
jumlahnya.

"
2001
S39100
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Multi-protocol label switching (MPLS) has become an attractive technology of choice for internet backbone service provider. MPLS features the ability to perform traffic engineering and provides support for quality of service traffic provisioning....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Aris Dwi Rahmana
"Tuntutan akan layanan jaringan internet yang lebih baik dan menarik semakin besar seiring dengan berkembangnya teknologi komunikasi dan jaringan. Dengan semakin banyaknya pengguna jaringan internet dan meningkatnya permintaan layanan layanan multimedia seperti Video on Demand, teleconterence, real time game ataupun audio streaming, rnengakibatkan kebutuhan akan ketersediaan bandwith jaringan semakin besar. Oleh karena itu diperlukan suatu mekanisme transmisi data yang dapat meningkatkan efisiensi penggunaan jaringan. Transmisi data multicast adalah salah satu altematif yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan jaringan dan efektifitas biaya jaringan yang dipakai. Transnrisi data multicast dapat mengirimkan paket ke banyak penerima hanya dengan menggunakan satu aliran data, sehingga mengurangi beban jaringan secara keseiuruhan. Dalam skripsi ini dilakukan pengujian unjuk kerja transmisi data unicast dan multicast pada jaringan IPv4 dan IPv6, Hasil pengujian rnenunjukkan bahwa transmisi data multicast memberikan kinerja yang baik walaupun dilakukan pembatasan besar bandwlth dalam jaringan. Dengan transmisi data multiccst penurunan kinerja dari sisi throughput kurang dari 0,02 % pada jaringan IPv4 dan 0,006 % pada jaringan IPv6. Hal ini tentu saja sangat berbeda apabila dibandingkan dengan transmisi data unicast dimana terjadi penurunan kinerja yang signifikan dengan perlakuan yang sruna pada transrnisi data multicast."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
S39294
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.M. James D. Soemarto
"Trafik yang padat dalam jaringan multicast akan memicu hilangnya paket yang mengalir karena tetjadi kemacetan Sebuah protokol reliabel multicast diharapkan dapat mengantisipasi hilangnya paket tersebut dengan pengiriman paket perbaikan sebagai pengganti. Hal ini telah memicu perkembangan protokol reliabel multicast dari kelas receiver initiated untuk dapat berperan sebagai protokol standar dalam jaringan multicast. Cisco System pada tahun 1998 telah mengeluarkan profokol baru yaitu Pragmatic General Multicast (PGM) yang menawarkan konsep berbeda dalam penerapannya pada jaringan, yaitu dengan penggunaan router khusus sebagai elemen jaringan yang ikut berperan aktif dalam pengaturan trafik. PGM dikatakan memiliki kemampuan untuk meningkatkan efisiensi dalam pemakaian resource jaringan tanpa mengurangi standar reliabilitas yang ada. Simulasi dan analisa akan dilakukan pada skripsi ini untuk melihat kinerja PGM dalam meningkatkan unjuk kerja jaringan, dengan membandingkan kinerja protokol saat diterapkan pada jaringan dengan lingkungan router khusus PGM dan non-PGM. Dari simulasi yang dilakukan. didapatkan hasil yang memmjukkan bahwa PGM mampu bekerja secara baik dalam topologi yang berbeda. Kinerja protokol ini akan menjadi maksimal saat diterapkan dalam lingkungan router khusus PGM, dengan simulasi menunjukkan nilai delay 21% lebih kecil, tingkat terjadinya duplikasi paket ada 77% lebih rendah, dan presentase throughput yang lebih baik."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
S39304
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahim Nur Cahya Bagar
"IPv6 sudah semakin banyak digunakan. Segala kelebihan dari protokol internet sebelumnya telah dipunyai oleh IPv6. Hanya saja beberapa teknologi yang ada pada IPv4, tidak bisa serta merta diimplementasikan pada IPv6. Salah satu diantaranya adalah teknologi routing multicast dengan protokol PIM-SM. PIM-SM sendiri memiliki mekanisme dalam menemukan RP untuk lalu lalang trafik. Sayangnya teknologi ini tidak disertakan dengan relokasi RP yang bisa terjadi karena ada C-RP lainnya yang lebih layak walaupun penanganan terhadap failover didalamnya telah diterapkan. Oleh karena itu, diperlukannya penerapan relokasi RP yang dikhususkan pada lingkungan routing multicast IPv6, dimana relokasi tersebut bukan hanya tahan dengan adanya kegagalan pada RP tetapi juga mampu untuk menjaga QoS dan kualitas pada jaringan.
Ide perelokasian RP yang ada sebelumnya tidak disertai dengan penjagaan terhadap pengiriman data ketika terjadi relokasi. Selain itu, juga tidak ada fleksibilitas dalam perelokasian RP dimana lokasi RP terbaik ditentukan oleh posisi terbaik berdasarkan optimalisasi jarak/hops pada setiap klien. Beban kerja RP selain sebagai tempat pertemuan aliran data, juga ditambah oleh pengendali relokasi.
Metode yang diusulkan dengan menambahkan tugas BSR sebagai pengendali relokasi untuk meringankan beban dari RP yang terpilih. Metode ini juga mampu memberikan fleksibilitas posisi relokasi yang dengan penambahan Threshold sebagai pemberian jarak terhadap posisi relokasi, lalu disertai pula dengan penjagaan terhadap pengiriman data ketika terjadi relokasi. Pada simulasi metode ini terlihat bahwa metode ini mampu mengurangi packet loss sampai dengan 54% untuk penghitungan bobot dengan Threshold rendah dan 39% untuk Threshold tinggi dibandingkan dengan proposal relokasi [Ying-Dar, 2002] dan [Sameer, 2009].

Nowadays, IPv6 has been used widely. Any weakness from previous internet protocol has been overcome in IPv6. But, several technologies in IPv4 can not be implemented as easily as been before in IPv6. One of those is multicast routing with PIMSM protocol. PIM-SM already has its own mechanism to find RP for flowing traffic data. But, this technology itself is not bring its own relocation mechanism that can happen because there is another more suited C-RP though overcoming RP failure is already implemented. Because of those reasons, the needing of RP relocation implementation in special environment, which is IPv6 routing multicast environment, that can be robust to any failure of RP but also can maintain QoS of traffic and quality of network.
Ideas to perform RP relocation has been researched since. However, when relocation is occured, it is not complemented with the ability to preserve packet that has been sent in those times. Also, there is no flexibility to choose new RP because new RP location is set from selecting the best position from calculating the best hops from each of its member. In addition to RP load as a rendezvous point for data flow, in previous relocation proposal, RP has task to control relocation process.
Proposed method add BSR task as relocation controller to ease chosen RP task. This method also gives the flexibility to relocate RP using Threshold for the provision of selecting RP from several candidates who has close cost from best RP cost and also the ability to preserve packet that has been sent when relocation is occured. In this proposed method, as shown in simulation, it can decrease rate of packet loss up to 54% for low Threshold and 39% for high Threshold compared with previous relocation proposal [Ying-Dar, 2002] dan [Sameer, 2009].
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T33057
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>