Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105022 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kipong Krisantoro Malun
"ABSTRAK
Pada skripsi ini dianalisa kinerja dari modulasi trellis coded (TC) 2FSKJ4PSK dengan kode fasa dihilangkan sebagian pada kanal additive white Gaussian noise (AWGN) dan kanal fading Rayleigh. Kinerja TC 2FSKI4PSK dengan fasa dihilangkan sebagian yang dianalisa dinyatakan oleh jarak bebas Euclidean kuadrat (d~ ) dan bit error rate (BER) untuk kanal AWGN dan kanal fading Rayleigh Konstelasi 2FSKJ4PSK yang digunakan memiliki jarak antara sinyal 0 dan sinyal 3 yang lebih besar daripada konstelasi sinyal yang digunakan oleh Dr. Gunawan [1). Hasil diperoleh dfnY maksimum sebesar 8 untuk 4-keadaan dan 12 untuk 8-keadaan trellis_ Kinerja BER TC 2FSKJ4PSK dengan kode fasa dihilangkan sebagian yang barn tidak lebih balk daripada konstelasi yang digunakan dalam referensi [I) untuk 4-keadaan dan 8-keadaan trellis baik pads kanal AWGN maupun kanal fading Rayleigh.

"
2000
S39157
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Popy Maria
"ABSTRAK
Spatial Modulation (SM) merupakan suatu konsep teknik modulasi pada sistem MIMO dimana hanya satu antena pengirim yang aktif pada satu waktu pentransmisian dan bit informasi yang dikirim mengandung unit sinyal yang dipilih dari complex signal-constelation diagram dan index antena pengirim yang dipilih dari set antena pengirim. Trellis Coded Spatial Modulation (TCSM) merupakan aplikasi teknik TCM untuk menentukan konstelasi antena pengirim dengan tujuan untuk mengurangi pengaruh korelasi pada sistem SM. Sehingga TCSM memiliki kinerja yang baik pada kanal Rician dan lebih buruk pada kanal flat fading Rayleigh dibandingkan dengan SM.
Trellis Coded Modulation - Spatial Modulation (TCM – SM) yang diusulkan pada penelitian ini merupakan pengimplementasian teknik TCM untuk menentukan konstelasi sinyal yang dikirim pada modulasi SM. Dengan mentransmisikan sinyal modulasi coded (TCM), kinerja TCM-SM pada kanal flat fading Rayleigh dan kanal Rician memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan SM. Kinerja TCM-SM juga dapat ditingkatkan dengan menambah jumlah state pada TCM. Kinerja TCM-SM dinyatakan dengan probabilitas keslahan bit.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa kinerja TCM-SM untuk 4 bit transmisi pada kanal flat fading Rayleigh dapat memberikan perbaikan kinerja 1.5 dB terhadap SM dan lebih besar 3.3 dB dari TCSM dan pada kanal Rician TCM-SM memberikan perbaikan kinerja 3 dB terhadap SM dan dan 3 dB terhadap TCSM untuk probabilitas kesalahan bit 1e-3.

ABSTRACT
Spatial Modulation (SM) is a new modulation concept in MIMO system, that only one transmit antenna active for data transmission at any signaling time instance. Information bits that was transmitted are contains two information, signal unit that is chosen from a complex signal constellation diagram and index transmit antenna active that is chosen from set of transmit antennas. Trellis Coded Spatial Modulation (TCSM) apply Trellis Coded Modulation (TCM) concept to antenna constellation for reduced inter channel interference in Rician channel fading. TCSM performance is better in Rician channel fading and worse in Rayleigh channel than SM.
Trellis Coded Modulation - Spatial Modulation (TCM – SM) was proposed in this research apply TCM concept to signal constellation points of SM. TCM-SM to aim for enhance SM performance in Rayleigh fading channel and Rician fading channel. TCM-SM performance could increased by increase number of state of TCM. Performance analysis was expressed by bit error probability.
The simulation result for 4 transmission bits show that in Rayleigh channel TCM-SM performance more 1.5 dB than SM and more 3 dB than TCSM. In Rician channel TCM-SM performance more 3.3 dB than SM and more 3 dB than TCSM in bit error probability 1e-3 ."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T32690
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada Penelitian ini, standar analisis permasalahan yang digunakan akan mengacu pada
Wireless Local Area Network
(WLAN) sesuai standar IEEE 802.11a. Standar ini merupakan standar untuk komunikasi
wireless
kecepatan tinggi yang memiliki variasi
data rate
yaitu 6 Mbps, 9 Mbps, 12 Mbps, 18 Mbps, 24 Mbps, 36 Mbps, 48 Mbps dan 54 Mbps. Pada Penelitian ini juga akan dirancang skema modulasi adaptif yang diintegrasikan dengan sistem
Orthogonal Frequency Division Mutiplexing
(OFDM) untuk mengakomodasi seluruh variasi
data rate
yang direkomendasikan oleh standar IEEE 802.11a. Skema modulasi adaptif digunakan untuk memilih skema modulasi yang paling optimal sesuai dengan perubahan kondisi kanal terhadap waktu dan untuk memilih
data rate
yang optimal dengan daya yang efisien. Dengan menggunakan skema modulasi adaptif akan memberikan kombinasi yang handal antara konsumsi daya dan efisiensi
bandwidth
. Efisiensi
bandwidth
akan meningkat tanpa mengorbankan performansi. Parameter penting yang memengaruhi performansi modulasi adaptif adalah
Signal to Noise Ratio
(SNR)
. Agar pemilihan skema modulasi efisien, menjadi hal yang penting untuk mengetahui SNR kanal. Performansi modulasi adaptif bergantung secara langsung pada bagaimana SNR kanal diprediksi. Semakin akurat estimasi dilakukan berarti semakin baik pemilihan skema modulasi dilakukan dan semakin baik pula kemampuan untuk memanfaatkan variasi dari kanal
rayleigh."
384 JURTEL 10:2 (2005)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Denny Ariansyah
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S39088
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sinaga, Bastian Vieri
"Fotoproduksi meson η′ pada nukleon dipelajari dengan menggunakan model interaksi Lagrangian efektif. Model interaksi Lagrangian efektif digunakan untuk menghitung amplitudo transisi dengan memperhitungkan kontribusi dari kanal-s non-resonan, kanal-u non-resonan, kanal-t, serta resonan nukleon spin 1/2 N*(1895) dan N*(1895), dan spin 3/2. Faktor bentuk digunakan hanya pada kanal-t agar amplitudo transisi yang didapatkan tetap Gauge Invarian. Amplitudo transisi invarian yang telah didapatkan kemudian didekomposisi menjadi matriks-matriks dalam bentuk yang mempermudah dalam melakukan perhitungan numerik. Nilai yang dicari adalah penampang lintang differensial dengan dengan menggunakan energi sistem dari 1.925 MeV sampai 2.795 MeV dalam beberapa variasi sudut θ. Fitting grafik hubungan penampang lintang differensial dengan energi sistem dalam beberapa variasi sudut menunjukkan terjadinya divergensi penampang lintang sebagian seiring dengan meningkatnya energi sistem.

η' meson photoproduction off nucleon is studied by using the effective Lagrangian approach. Effective Lagrangian approach were used to calculate the transition amplitude of the reaction by including the contribution of the non-resonant s- and u-channel, the vector meson exchange terms, and also the nucleon resonances of spin-1/2 N*(1895) and N*(2100), and spin-3/2. Form factor was used only on the t-channel so that the transition amplitude’s gauge invariance was conserved. The invariant transition amplitude then was decomposed into matrices which can help to simplify the numerical calculation. The observables that were investigated were the differential cross section with the energy of the system from 1.925 MeV up to 2.975 MeV in several angles θ variation. The fitting graph of the relation between differential cross section and energy of the system in several angles variation displays that the differential cross section was divergent as the energy of the system rises."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wangi Putri Mahendra
"Radiasi gelombang Amplitude Modulation (AM) berdaya rendah pada tubuh manusia dapat menghasilkan efek resonansi pada sel-sel tubuh apabila frekuensi modulasi yang diradiasikan memiliki frekuensi yang sama dengan frekuensi natural sel-sel tubuh. Efek resonansi ini yaitu getaran yang kuat pada sel hingga terjadi pelepasan molekul-molekul yang dapat menurunkan kestabilan sel. Mengingat penanganan terhadap kanker payudara menjadi salah satu prioritas di Indonesia, pada skripsi ini dilakukan rancang bangun sebuah generator RF yang khusus ditujukan untuk menghasilkan frekuensi yang beresonansi dengan sel kanker payudara, yaitu 1873,477 Hz. Generator RF ini tersusun atas osilator, modulator, dan amplifier yang disimulasikan menggunakan software Multisim dan dirancang dengan menggunakan komponen dengan harga terjangkau namun tetap memiliki kehandalan yang baik. Generator ini dapat menghasilkan gelombang AM yang memiliki frekuensi modulasi 1886,792 Hz dengan eror sebesar 0,71% terhadap frekuensi yang beresonansi dengan kanker payudara, dan menghasilkan daya keluaran 32 mW.

A low level radiation of amplitude modulated wave on human body is able to cause a resonant effect on cells if the modulating frequency matches the cells’ natural frequency. The effect is a great vibration on cell causing the loss of molecules that lowers the stability of cells. Knowing that breast cancer treatment is one of the main priority in Indonesia, this thesis presents the design and construction of an RF generator which produces a frequency of 1873,477 Hz that resonates with breast cancer cells. The generator is constructed by oscillators, a modulator, and an amplifier, which is simulated using Multisim software and designed using low cost components, yet has a good reliability. This generator produces 1886,792 Hz amplitude modulated wave with 0,71% error from the breast cancer resonant frequency, and produces 32 mW output power.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57432
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Try Rachmaputra
"ABSTRAK
Model kecepatan adalah parameter yang paling penting untuk Pre-Stack Depth Migration (PSDM). Pemodelan kecepatan menggunakan inversi tomografi refleksi adalah metode untuk mendapatkan kecepatan interval. Proses ini menggunakan atribut kinematik wavefield yang diperoleh dari CRS. Dengan metode ini, kualitas gambar penampang bawah permukaan yang diperoleh dari proses PSDM akan meningkat.
Dalam studi ini, Data sesimik laut 2D diterapkan menggunakan metode ini. Input utama untuk inversi ini adalah atribut RNIP, atribut emergence angel, dan hasil picking yang diperoleh dari proses ZO CRS stack. Dari proses tersebut, kita dapat mengetahui waktu tempuh sinar normal, turunan spasial kedua waktu tempuh, turunan spasial pertama waktu tempuh, dan koordinat spasial kemunculan sinar.
Keempat paarameter tersebut menjadi data observasi untuk proses inversi tomografi. Di dalam proses inversi ini, kita dapat menghitung data forward model dan model kecepatan akhir yang didapatkan setelah nilai misfit mencapai minimum. Metode ini memiliki keluaran berupa informasi model kecepatan makro dalam satuan kedalaman. Menggunakan metode CRS stack memperlihatkan informasi lebih rinci
tentang struktur geologi bawah permukaan dibandingkan penampang hasil proses konvensional. Secara mudah menyederhanakan dan mempercepat proses picking dan memungkinkan untuk mendapatkan model kecepatan dalam situasi S/N rasio rendah atau struktur yang kompleks, untuk mengidentifikasi event refleksi yang menerus pada seismik.
_hr>
ABSTRACT
Velocity model is the most important parameter for Pre Stack Depth Migration (PSDM). Velocity modeling using reflection tomography inversion is one of the methods to get interval velocity . This process uses kinematic wavefield attributes obtained from CRS stack method. By applying this method, the quality of subsurface image obtained from PSDM will be increased.
In this study, marine data 2D is applied using this methods. The main input for this inversion is RNIP attribute, emerge angle attribute, and picking of ZO samples that obtained from ZO CRS-stack method. From that process, we can find normal ray traveltime, second spatial traveltime derivatives, first spatial traveltime derivatives, and spatial coordinate. Those all parameter become observed data for tomography
inversion process. During the process we have calculate the forward modeling data, final velocity model is resulted after misfit calculated reach minimum value. Output from this methods is the macro velocity model information defined in depth unit. Using this method CRS stack shows more detailed information on subsurface geological structure than old section stack. besides that, significantly simplifies and
speeds up the picking process and allows to obtain a velocity model even in situations in low S/N ratio or complex reflector structure, to identify reflection event continuously across the seismic section."
Universitas Indonesia, 2011
S1460
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Kinerja kode low-density parity-check (LOPC) pad a kanal A WGN dan kanal Rayleigh fading tanpa diversitas mudah kita jumpai, tetapi kinerjanya pad a kanalfading dengan diversity combining masih sulit kita temukan. Makalah ini menyajikan kinerja kode LOPC pada kanal Rayleigh fading dengan diversity combining pada sisi penerima. Skema kombinasi yang akan digunakan pada penerima adalah selection- combining (SC), equal-gain combining (EGC), dan maximal-ratio combining (MRC). Hasil simulasi menunjukkan bahwa kinerja BER terbaik diberikan oleh skema kombinasi MRC, lalu diikuti oleh EGC dan Sc. Dengan penggunaan kode LOPC, mampu memberikan coding gain yang besar ketiga skema tersebut. Namun peringkat keunggulan kinerja dari skema MRC, EGC, dan SC tetap tidak berubah,"
620 JURTEL 16:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sofia Yohana
"ABSTRAK
Dalam komunikasi radio, diperlukan suatu teknik modulasi yang dapat mengefisiensikan daya dan mengkompensasi pelebarau bandwidth Serta menghasilkan suatu sistem dengan bit error ra (BER) yang kecil. Teknik modulasi yang tepat untuk ketentuan tersebut adalah teknik modulasi kode trellis atau trellis code modulalion (TCM). yaitu teknik modulasi yang mengintegrasikan pengkodean dengan moduIasi_
Agar dapat dihasilkan unjuk kerja sistem yang baik, TCM didesain dengan menggunakan consfrafn length yang panjang. Namun desain tersebut dapat meningkatkan kompleksitas dalam pendekodean. Untuk itu digunakanlah dekoder T-algorfrhm yang dapat mengurangi kompleksitas dekoder Vilerbi algorirhm dalam mendekodekan sinyal pada terminal pcnerima. Dengan dekoder T-algorirhm, TCM dapat didesain dengan menggunakan constrain lenglh yang panjaug tanpa meningkatkan komplelcsitas pendekodean.
Dalam skripsi ini akan dibahas unjuk kerja lrcllis coded quadramre phase shy?
keying (TC-QPSK) dengan dekoder T-algorithm pada kanal fading Rayleigh. Metode yang digunakan untuk menghitung unjuk kerja TC-QPSK ini adalali dengan menggunakan exact bound, karena dengan menggunakan exam bound memiliki efisiensi yang lebih tinggi dibanding dengan menggunakan pendekatan Chernnf bound.

"
2001
S39880
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>