Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 67025 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sianturi, Ade Putra
"Minyak jarak kaliki atau yang dikenal luas sebagai castor oil mempunyai potensi untuk menggantikan minyak bumi atau mineral oil sebagai bahan dasar pelumas, khususnya untuk pelumasan temperatur dan putaran rendah. Untuk hal tersebut perlu dilakukan pembandingan minyak jarak kaliki dengan minyak bumi. Hasil pengujian yang dilakukan menyatakan bahwa minyak jarak kaliki adalah fluida Newtonian, mempunyai ketahanan tegangan geser yang kuat terhadap regangan, mempunyai kestabilan kekentalan dinamik yang baik terhadap perubahan temperatur rendah dan tinggi, mempunyai kandungan Carbon, Sulfur, dan debu yang berada di bawah batas maksimal pelumas dasar, mudah melarutkan aditif, serta memiliki nilai TBN yang tinggi. Namun disamping itu minyak jarak kaliki mempunyai kekurangan antara lain memiliki TAN yang tinggi, rentan terhadap oksidasi dan mempunyai banyak kandungan air. Hasil pengujian menunjukkan bahwa performa minyak jarak kaliki dibandingkan dengan minyak bumi yang keduanya menggunakan bahan aditif dengan jenis dan komposisi yang sama dapat digunakan sebagai pelumas akan tetapi performa minyak jarak kaliki masih di bawah minyak bumi.

Jarak kaliki oil or well known as castor oil, has a potential to replace mineral oil as base lubricant, especially for lubrication in low temperature and rotation. Because of that, it is needed to compare castor oil with mineral oil. The result from the experiment that has been done, it is known that castor oil is Newtonian fluid, has a good shear stress resistant to shear strain, has a good viscosity stability to temperature difference, has carbon, sulfur, and ash content below maximum limit in another base lubricant, easy to dissolve additive, and has a high TBN. But castor oil also has disadvantages such as has high TAN, susceptible to oxidate, and has over water content. From the performance test, it is known performance between castor oil compared with mineral oil when both base oil added with the same kind and amount additive show that castor oil performance below mineral oil performance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S37859
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisna R. Hidayat
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
T40191
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dizi Mardiansyah
"Sebagian besar gemuk yang dijual di pasaran menggunakan bahan base oil minyak mineral dan thickening agent sabun lithium. Aplikasi gemuk dijumpai pada sistem pelumasan yang sederhana seperti pelumasan ball bearing pada as roda dan lain-lain. base oil EFAMEGLI dan mineral oil. Gemuk yang dibuat ini diharapkan mempunyai sifat biodegradability dibandingkan dengan gemuk dengan bahan base oil minyak mineral, dikarenakan gemuk bio menggunakan base oil minyak nabati. Bahan thickening yang digunakan adalah sabun kalsium dan litium, dimana gemuk kalsium diperuntukkan pada gemuk foodgrade sedangkan gemuk litium untuk gemuk tahan panas. Pembuatan gemuk bio dan semi bio dibuat dengan autoclave (reaktor tertutup), dengan temperatur pemasakan 160-200_C. Kemudian dilakukan pendinginan dan homogenisasi. Adapun uji karakteristik yang dilakukan diantaranya penetration, dropping point dan four ball test. Dari hasil pengamatan secara visual warna yang dihasilkan putih dan bentuknya halus (homogen). Dari hasil uji pada gemuk semi bio dengan komposisi sabun litium 15% menunjukkan bahwa dengan pengaruh komposisi EFAMEGLI dapat menaikan dropping point dan memperbaiki anti keausannya. Sedangkan untuk penetrasi dengan NLGI # 2 dan 3 terdapat pada komposisi EFAMEGLI 20-40%.

Most of grease that sold in the market is using base oil made form mineral oil and thickening agent from lithium soap, Grease application, it is use don simple lubrication system such as ball bearing on axle Wheel and etc. In this experiment the grease had been made from mixing base oil from EFAMEGLI and mineral oil. The thickening material that had been used are calcium soap and lithium soap. The grease that had been made are expected to have a better biodegrability and stability compared to grease with mineral oil as base oil. This could be happened because of usage of vegetable oil as base oil, which has an edible and biodegradeble char_cter compared to mineral oil. Bio and semi bio grease production wih autoclave (close reactor) with heater temperatur at 160-200 OC. After that cooling and homogenisation. The test characteristic such as penetration, dropping point dan four ball test. By using vegetable oil and mineral oil in biogrease production we could know that the grease are made with autoclave (close reactor) which has a whiter color and more refined (homogen). The test result shown that to obtain biogrease 15 % lithium with a base oil from EFAMEGLI and mineral oil with a better penetration, dropping point and anti wornout stability compared to grease with base oil from mineral oil need much more composition of vegetable oil (EFAMEGLI) 20-40% to have NLGI number 2-3."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49612
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Juita Mayasari
"ABSTRAK
Gemuk lumas adalah semi cairan hingga padat yang merupakan campuran dari bahan dasar, pengental, dan aditif. Minyak jarak duri Ricinus communis L. memiliki peran potensial sebagai minyak dasar gemuk lumas, namun mudah teroksidasi. Penambahan aditif antioksidan dapat menunda reaksi oksidasi pada gemuk lumas food grade. Aditif antioksidan adalah BHT, TBHQ, dan HMWP. Li 12-hidroksistearat digunakan sebagai bahan pengental. Gemuk lumas food grade diformulasikan melalui proses saponifikasi-pelarutan-pendinginan-homogenisasi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gemuk lumas food grade yang memiliki performa pelumasan yang baik, stabil dan dapat dioperasikan pada suhu yang cukup tinggi dengan menggunakan minyak jarak duri Ricinus communis L. sebagai bahan dasar. Serta mempelajari pengaruh variasi konsentrasi bahan pengental 15 dan 17 , variasi konsentrasi 0, 0.5, 1, 1.5, dan 2 dan jenis aditif antioksidan terhadap karakteristik gemuk lumas. Karakteristik tersebut meliputi dropping point, konsistensi, klasifikasi NLGI, dan ketahanan korosi, serta ketahanan oksidasi pada minyak jarak duri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gemuk lumas food grade yang dihasilkan memiliki dropping point 189-194 oC, konsistensi kekerasan lunak hingga sedang, NLGI 1-3, ketahanan korosi 1a, serta semua antioksidan efektif meningkatkan ketahanan oksidasi pada minyak jarak duri.

ABSTRACT
Grease is a semi fluid to solid mixture of a fluid lubricant, a thickener, and additives. Castor oil Ricinus communis L. has a potential roles as a grease lubricating base oil, but it has easily oxidized. The addition of antioxidant additives can delay oxidation reaction on food grade grease. Antioxidant additives are BHT, TBHQ, and HMWP. The thickening agent for the grease is Lithium 12 hydroxystearate soap. The food grade grease formulated through a saponification dilution cooling homogenization process. The aimed of this research is to obtain food grade grease which has a good lubrication performance, stable and can be operated at high temperature by using castor oil Ricinus communis L. as the based oil. And studying the effect of concentration variations of thickening agents 15 and 17 , concentration variations 0, 0.5, 1, 1.5, and 2 and types of antioxidant additives to the characteristics of grease. These characteristics included dropping point, consistency, NLGI classification, and corrosion resistance, and also oxidative resistance to castor oil. The results showed that the food grade grease had dropping point 189 194 oC, soft to moderate hardness consistency, NLGI 1 3, corrosion resistance 1a, and all the antioxidants effective to increased oxidative resistance of castor oil."
2018
T49758
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rona Malam Karina
"Pemakaian castor oil sebagai pelumas untuk mesin-mesin modern tidak bisa dilakukan karena mudah teroksidasi sehingga akan terbentuk resin dan deposit yang dapat menyebabkan penyumbatan. Resin dan deposit ini terbentuk karena minyak nabati mempunyai ikatan rangkap karbon yang mudah teroksidasi dalam struktur molekulnya. Untuk meningkatkan stabilitas oksidasi castor oil, pada penelitian ini dilakukan melalui dua cara. Pertama yaitu pencampuran antara castor oil dengan 4 macam aditif antioksidan yaitu Octadecyl-3-(3,5-di-tertbutyl-4-hydroxyphenyl)-propionate (P), Pentaerythritol Tetrakis (3-(3,5-di-tert-butyl-4-hydroxyphenyl)propionate) (F), Phenyl-alpha-naphthylamines (A) dan Zinc Dialkyldithiophosphate (Zn). Kedua memodifikasi castor oil melalui proses awal transesterifikasi Untuk menguji ketahanan oksidasi digunakan metode microoxidation tester dan oksidation bulk, melalui metode ini diketahui nilai TAN, viskositas dan massa deposit.
Hasil penelitian didapat bahwa castor oil yang ditambahkan aditif A (Phenyl-alphanaphthylamines) sebesar 1 %-berat memiliki tingkat oksidasi sangat baik dibanding dengan 3 macam aditif yang digunakan dalam penelitian ini. Stabilitas oksidasi castor oil dapat ditingkatkan melalui modifikasi castor oil dan menghasilkan produk ECOME dan COME Gliserol yang kualitas ketahanan oksidasinya makin baik dan stabil dibanding dengan castor oil murni. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil TAN, viskositas dan massa deposit, yang hasil kenaikannya semakin berkurang sehingga ketahanan oksidasinya meningkat. Serta dengan didukung indeks viskositas yang nilainya sangat tinggi dan memenuhi persyaratan base oil minyak lumas mesin dari API, castor oil hasil modifikasi dapat digunakan sebagai minyak lumas dasar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16181
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatma Sari
"ABSTRAK
Fatty Acid Alkanolamide FAAA merupakan senyawa amida yang banyak digunakan dalam industri kimia, kosmetik, maupun otomotif. Senyawa ini memiliki sifat ldquo;deterjensi rdquo;karena memiliki molekul amphiphilik. Amphiphilik adalah suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik dimana bagian polar yang suka akan air hidrofilik dan bagian nonpolar yang suka akan minyak/lemak lipofilik . Karena sifatnya, FAAA dapat berperan sebagai surfaktan. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan senyawa yang tepat untuk bertindak sebagai agen pengemulsi, deterjen, pelumas, dan sebagainya Sejumlah surfaktan berbasis sintetis atau minyak bumi dikenal beracun bagi hewan, ekosistem dan manusia dan dapat meningkatkan difusi kontaminan lingkungan lainnya. Maka surfaktan jenis FAAA masih sangat diperlukan untuk menghasilkan surfaktan yang murah, ramah lingkungan dan biodegradable dari sumber terbarukan.Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis senyawa amida dari reaksi antara trigliserida dan diethanolamina. Sumber trigliserida yaitu minyak kelapa sawit, minyak kelapa, minyak kedelai, dan minyak castor dan variasi katalis yaitu KOH dan NaOH. Dari hasil analisis FTIR, senyawa amida yang terbentuk memliki panjang gelombang yang tidak jauh berbeda dengan hasil terbaik adalah 1618 cm-1, dari hasil GC ndash;MS terbaik terbentuk senyawa dietanolamida laurat dengan luas area 31,20 , dengan kemiripan 93 .

ABSTRACT
Fatty Acid Alkanolamide FAAA is an amide compound widely used in chemical, cosmetic and automotive industries. This compound has a detergency property because it has an amphilic molecule. Amphilic is a molecule that also has a hydrophilic group and a lipophilic non polar member. Because of its nature, the FAAA can act as a surfactant. Surfactants are the surface active substances of the right compounds to act as emulsifying agents, detergents, lubricants, etc. A number of synthetic or petroleum based surfactants are known to be toxic to animals, ecosystems and humans and can increase the diffusion of other environmental contaminants. Hence, the surfactant of FAAA type environmentally friendly and biodegradable surfactant from renewable sources. This study aims to synthesize amide compounds from reaction between triglyceride and diethanolamine. The sources of triglycerides are palm oil, coconut oil, soybean oil, and castor oil and catalyst variations are KOH and NaOH. From the FTIR analysis result, the amide compound formed has a wavelength that is not much different from the best result is 1618 cm 1, the best result of GC MS is the compound diethanolamide laurate with the area of 31,20 , with 93 similarity."
2017
T47742
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andree, Edbert
"Minyak jarak dimungkinkan dapat dipakai sebagai pengganti bahan dasar minyak pelumas yang selama ini menggunakan minyak mineral sebagai bahan dasarnya (base oil) tujuan penelitian ini untuk mengetahui potensi dan karakteristik minyak jarak sebagai bahan dasar pelumas melalui kurva aliran dari minyak jarak, minyak jarak disirkulasikan dengan pompa roda gigi pada suatu sistem pemipaan. dari aliran minyak tersebut diukur kerugian tekanan per satuan panjang dan laju aliran minyak, lalu menghasilkan tegangan geser dan gradien kecepatan hasil memprlihatkan tegangan geser proposional terhadap gradien kecepatan, oleh karena itu dapat disimpukan minyak jarak adalah fluida newtonian.

Castor oil has the potential to replace mineral oil -which has been used as base oil for lubricants these days. The objective of the research is to figure out the potential and the characteristics of castor oil as a base oil for lubricants through the flow curve chart. Castor oil -was circulated with a gear pump in a piping system. Pressure drop per unit of length and the flow velocity was measured. Moreover from the parameter measured, shear stress and velocity gradient -were obtained. The result shows the shear stress is proportional to the gradient velocity, therefore the castor oil is a Newtonian fluids."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S37849
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wegik Dwi Prasetyo
"Energi dan emisi gas buang erat kaitannya dengan pelumas yang digunakan. Apabila pelumas dapat mengurangi friksi yang timbul akibat pergerakan komponen-komponen mesin maka energi yang dihasilkan mesin dapat optimal karena energi yang hilang akibat friksi rendah. Pelumas juga berpengaruh terhadap emisi gas buang terutama dalam mesin 2T karena pelumas ikut terbakar di dalam silinder mesin. Penelitian ini merupakan studi awal pemanfaatan EFAMEGLI sebagai minyak dasar pelumas mesin 2T dengan mencampurkan EFAMEGLI ke dalam pelumas mesin 2T dalam berbagai variasi konsentrasi. Parameterparameter yang diukur adalah energi dan emisi gas buang (CO,CO2, HC,NOx,O2) yang dihasilkan oleh mesin. Mesin 2T generator listrik digunakan sebagai alat uji. Rasio bahan bakar : pelumas pada mesin 2T generator listrik adalah 50:1. Konsentrasi EFAMEGLI didalam pelumas mesin 2T divariasikan dari 0 (tanpa EFAMEGLI),1,25,50,75 dan 100%. Beban mesin diset pada 400 watt. Mesin 2T generator listrik yang menggunakan EFAMEGLI 1% menghasilkan energi 1% lebih tinggi dan EFAMEGLI 25% menghasilkan energi 6% lebih tinggi tapi EFAMEGLI 50%, 75% dan 100% menghasilkan energi 1% lebih rendah. Penggunaan EFAMEGLI sebagai pelumas mesin 2T menghasilkan emisi CO yang lebih rendah, CO2 lebih tinggi, O2 lebih tinggi, NOx lebih tinggi dan HC lebih rendah dibandingkan dengan emisi yang dihasilkan oleh mesin yang sama yang menggunakan pelumas mineral. EFAMEGLI dapat dijadikan sebagai minyak dasar pelumas 2T karena selama pengujian sample, mesin tidak mati dan penggunaan EFAMEGLI sebagai pelumas menghasilkan emisi gas buang yang lebih bersih.

Energy and exhaust gas emmission are influenced by lubrication. If lubricant can reduce friction occured between moving surfaces in the engine, energy is produced will be optimal. In the two strokes engine, the lubricant will be burned in the engine cylinder and influencing the exhaust gas emission. This research is a prestudy of using EFAMEGLI as base oil of two strokes engine's oil. EFAMEGLI was mixed into two stroke engine's oil. Energy and exhaust gas emission (CO,CO2,HC, NOx, O2) that is produced by engine were measured. Electrical genset which is two strokes engine type was used as testing engine. The ratio of fuel : lubricant is 50 :1. The concentration of EFAMEGLI in the two stroke engine's oil was variated from 0 (zero EFAMEGLI),1,25,50,75 and 100%. The engine load was set constant at 400 watt. Two strokes engine of electrical genset used EFAMEGLI 1% produced energy about 1% higher and EFAMEGLI 25% produced 6% higher energy, but engine used EFAMEGLI 50%, 75% and 100% produced energy about 1% lower. Engine used EFAMEGLI as the lubricant produced CO lower, CO2 higher, HC lower, NOx higher and O2 higher compare with emission produced by the same engine using mineral oil as its lubricant. EFAMEGLI can be used as base oil of two stroke engine's oil because there is no malfunction during the engine operation and engine used EFAMEGLI as its lubricant, produced cleaner exhaust gas emission."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49707
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Awansah
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik fsik dan elektrik dari tanpa dan dengan penambahan fenol minyak biji jarak sebagai isolasi cair pada transformator yang disebabkan oleh penuaan temal. Percobaan dilakukan dengan penuaan termal pada minyak biji jarak menggunakan pemanas listrik dengan temperatur 150oC dengan durasi waktu selama 0, 48 jam, 72 jam, dan 164 jam. Dari hasil percobaan dilakukan analisis karakteristik fisik dengan cara pengamatan visual terhadap perubahan warna dan karakteristik elektrik dengan cara melakukan pengujian tegangan breakdown pada minyak biji jarak tanpa dan dengan penambahan fenol. Pengujian tegangan breakdown berdasarkan pada standar IEC 60156 menggunakan elektroda setengah bola – bola dengan jarak sela sebesar 2,5 mm. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan setelah adanya penambahan fenol pada minyak tegangan breakdown menjadi lebih besar dibandingkan tanpa penambahan fenol. Dengan tegangan breakdown paling besar dengan penambahan fenol 5g yaitu sebesar 60,3 kV. Pada kondisi setelah dilakukan penuaan termal, karakteristik fisik minyak biji jarak dengan pemanasan selama 164 jam mimiliki perubahan warna yang paling signifikan yaitu berwarna hitam gelap. Pada karakteristik elektrik, tegangan breakdown mengalami kenaikan pada pemanasan selama 72 jam lalu mengalami penurunan setelah pemanasan selama 164 jam pada semua sampel yang diuji baik minyak jarak tanpa fenol maupun setelah penambahan fenol.

This research was conducted to determine the physical and electrical characteristics of without and with the addition of castor seed oil phenol as liquid insulation in transformers caused by thermal aging. Experiments were carried out with thermal aging of castor oil using an electric heater with a temperature of 150oC with a duration of 0, 48 hours, 72 hours, and 164 hours. From the results of the experiment, an analysis of physical characteristics was carried out by means of visual observation of changes in color and electrical characteristics by testing the breakdown voltage on castor seed oil without and with the addition of phenol. The breakdown voltage test is based on the IEC 60156 standard using hemispherical electrodes - balls with a gap of 2.5 mm. Based on the test results, it was found that after the addition of phenol in the oil, the breakdown voltage was greater than without the addition of phenol. With the largest breakdown voltage with the addition of 5g phenol, which is 60.3 kV. In the condition after thermal aging, the physical characteristics of castor seed oil with heating for 164 hours had the most significant color change, which was dark black. In electrical characteristics, the breakdown voltage increased on heating for 72 hours and then decreased after heating for 164 hours on all tested samples, both castor oil without phenol and after the addition of phenol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>