Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2765 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Achmad Zaki Rahman
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S37539
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Harviyanto
"Kebocoran yang terjadi pada saluran udara (ducting) sangat berhubungan dengan kuantitas udara yang didistribusikan pada suatu sistem ducting. Kuantitas kebocoran yang besar akan menyebabkan sistem tidak dapat beroperasi optimal. Semua jenis ducting menurut standar SMACNA harus diuji besar nilai kebocorannya sebelum dioperasikan.
Untuk mengetahui besarnya nilai kebocoran dan untuk mendeteksi adanya Iubang-lubang fisik yang terdapat pada ducting diperlukan suatu alat uji kebocoran (Leakage Tester). Alat uji ini terdiri dari alat ukur aliran udara, flow producing unit, manometer, serta peralatan tambahan flexible duct. Alat uji kebocoran ini pada prinsipnya mengalirkan udara pada spesimen ducting uji sehingga diperoleh suatu nilai tekanan statis yang terjadi di dalam ducting. Tekanan statis yang terjadi harus disesuaikan dengan tekanan kelas konstruksi ducting uji. Selanjutnya besar nilai tekanan statis yang ditunjukkan pada manometer dihubungkan dengan persamaan yang diberikan sehingga diperoleh total nilai kebocoran yang terjadi pada ducting.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk membuat alat uji kebocoran pada ducting yang sesuai dengan standar SMACNA. Alat uji yang dibuat mempunyai kapasitas aliran udara maksimum sebesar 158,826 cfm (74,949 I/s) dengan tekanan statis maksimum sisi keluar sebesar 0,413488 in.w.g (102,909 Pa).
Penulis melihat masih banyak kekurangan pada alat uji kebocoran yang dibuat ini. Penulis juga ingin memperbaiki kekurangan yang ada, terutama bagian orifice flow meter yang terlalu panjang yaitu 1,94 m. Hal tersebut membuat alat ini tidak mudah untuk dipindahkan atau dibawa. Kemudian timbul pemikiran untuk mengganti entice flow meter dengan pipa saluran masuk. Dengan membandingkan beda tekanan yang melalui pelat crifis dengan tekanan statis pada pipa saluran rnasuk diharapkan kita akan mendapatkan suatu persamaan. Persamaan ini yang akan kita gunakan untuk mengetahui besamya debit aliran udara yang dihasilkan oleh flow producing unit dan alat uji kebocoran."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S36945
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Okti Suryadi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S36897
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajriyati
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S36884
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kasum
"Pengeringan merupakan proses pengurangan kadar air yang dikandung oleh biji padi, sehlngga biji padi tersebut aman untuk disimpan atau dilakukan proses seianjutnya seperti penggilingan. Pengering tipe resirculatory hatch adalah salah satu alat pengering yang digunakan untuk mengu:rangi kadar air tersebut. Letak masukan ducting menjadi salah satu faktor yang tidak bisa diabaikan buena akan berpengaruh pada distribusi udara panas di n1ang pengering. Modiftkasi pengering rccirculatory balch dilakukan dengan meletakan dueling di bawah silinder dalam (ruang plenum) dengan sudut masuk 45°. Desain asH pengring tipe recirculatory· batch letak ducting disamping ruang plenum dan sudut masuknya 9ft. Kedua desain ini selanjutnya dibandingkan dengan menggunakan lima parameter yaitu panas teoritis yang dibutuhkan, moisture load, estimasi waktu pengcringan. moisture remove rate dan dlstribusi kecepat.an udara panas. Dari hasil perhhungan, ducting distribusi udara panas yang diletakkan di bawah silinder dalam pcngering, diperoleh basil bahwa punas tcoritis yang dibutuhkan 4.0% lebih rendah, moisture load 0.3% lebih besar, estima-.:;i vvaktu pengeringan 0,6% lebih cepat dan moisture remove rate 0.1% lebih ban yak dibandingkan dengan desain as!inya. Distribusi kecepatan udara dalam ruang pengering seteiah dimodifikasi lebih merata dlbanding dengan yang tidak dimodifikasi, dcngan kecepatan udara panas 0.34 mls. Dengan demikian pengcringan diharapkan dapat rnerata dan optimal.

Drying represent water rate reduction process contained by paddy seed, so that the paddy seed peaceful to be kept or to process hereinafter like milled rice. The recircuiatory batch dryer is one of the dryer to be used to remove the moisture content of paddy. Input ducting situation become one of the factor which cannot be disregarded because w111 have relation witb hot weather dislribulion in dryer room. Dryer modification done with to take the ducting position under itmer cyJinder (plenum room) with angle of entrance is 45°. Original Desain of recirculatory batch dryer, the ducting put dO\>v-n beside plenum room and angle of entrance is 90°. Both this desain hereinafter compared with five parameter that is theoretical heat required, moisture load, estimation of drying time, moisture remove rate and speed distribution of hot weather. From result of calculation, dryer which have been modified, obtained theoretical heat required 4.0% is lower, moisture 0,3% is bigger, estimation of drying time 0.6% is quicker and moisture remove rate 0.1% is rnoret compared to original desain. Speed distribution of air in drying room after modified more flatten to be compared with do not modifY. speed of hot \veather is 0.34 rnls. Thereby the drying process expected can be flatten and optimaL"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S37819
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasan Ramdhan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S48216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fakhri Saputra
"

In-Line Inspection (ILI) merupakan salah satu metode asesmen pipa dalam manajemen integritas pipa di industri minyak dan gas (migas) menggunakan alat ILI Pipeline Inspection Gauge (PIG). Akan tetapi, persiapan dan operasi PIG sangat mahal dan rumit, serta jaringan pipa yang bisa dilewati terbatas karena sistem gerak yang dimiliki. In-Line Pipe Inspection Robot (IPIR) adalah perkembangan terbaru alat ILI dengan mengimplementasikan teknologi robot kepada sistem gerak dan teknologi inspeksi alat untuk mengurangi kelemahan PIG. Karena IPIR merupakan teknologi yang relatif baru perkembangan yang diberikan belum dipertimbangkan mengikuti standar inspeksi pipa sehingga belum diketahui bisa menjadi alternatif PIG yang dapat digunakan dalam industri migas. Oleh karena itu, penelitian ini menelusuri standar dan persyaratan lain aspek industri yang dapat dikaitkan dengan IPIR termasuk standar ILI, persyaratan desain dan operasi pipa yang merupakan tempat operasi alat ILI, dan peran IPIR sebagai kendaraan otomatis pembawa beban yaitu teknologi inspeksi dalam pipa. Hasil penelusuran standar berupa daftar spesifikasi IPIR termasuk persyaratan kapabilitas alat dalam melakukan inspeksi kondisi pipa dan persyaratan desain dan operasi alat dalam melakukan operasi dalam pipa.


In-Line Inspection (ILI) is one of the pipeline assessment methods in pipeline integrity management in the oil and gas industry using the ILI tool Pipeline Inspection Gauge (PIG). However, the preparation and operation of PIG is extremely costly and complex, and the type of pipeline that can be passed is limited due to its locomotion system. In-Line Pipe Inspection Robot (IPIR) is the latest development of ILI tool by implementing robot technology to the motion system and inspection tool technology to reduce the weakness of the PIG. Because IPIR is a relatively new technology, its development has not been considered to follow pipe inspection standards, so it is not yet acknowledged to be an alternative PIG that can be utilized in the oil and gas industry. This study therefore explores the standards and other requirements that can be related to IPIR including standards for ILI, design and operation requirements for the pipeline where the ILI tool operates, and the role of IPIR as a load-carrying automated vehicle with the pipeline inspection technology instrument as the load. The results of this exploration of standards are a list of IPIR specifications including the tool capability requirements in performing pipeline condition inspections and the tool design and operation requirements in conducting operations inside a pipeline."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Adiwijaya
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
TA2420
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S36173
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ono Rokhadhitomo
"Textile ducting adalah saluran altematif untuk distribusi udara dingin atau panas ke dalam ruangan yang akan dikondisikan Dimana udara yang keluar ke dalam ruangan melewati orifice di sekitar permukaan ducting, sehingga tidak dibutuhkan diffuser dan udara keluar dari orifice dengan kecepatan yang rendah. Textile ducting terbuat dari kain polyester dengan lapisan bagian dalam yang lidak tembus udara.
Untuk aplikasi dengan luas ruangan yang besar seperti halnya pasar swalayan, perencanaan perlu diperhatikan agar kenyaman di dalam mangan sesuai dengan kondisi rancangan, yaitu dengan temperatur disain 77 F dan RH 50 % dan ukuran ruangan 295,28 ft x 254,69 ft. Pemakaian textile ducting yang sangat panjang akan rnengurangi efisiensinya karena gesekan yang terjadi antara udara dingin dengan permukaan bagian dalam ducting.
Perencanaan yang didapatkan adalah susunan textile ducting lurus tanpa percabangan sebanyak 32 buah dengan diameter 26 inch dan tekanan rata-rata 0,55 in H2O. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kerugian yang besar, karena karakteristik ducting yang agak berbeda. yaitu harus mengembang penuh ketika beroperasi. Sehingga dibutuhkan tekanan di dalam ducting yang lebih besar agar distribusi udara keluar orifice menjadi rata.

Textile ducting is an alternative ducting to distribute heating or cooling air tlzrougliout room wliicii will be conditioned %ere the outlet air is flowing rain orifices to the conditioned space witli low velocity therefore it is no need dyussers like another ducting system. textile ducting is made of polvester fabric equqoped with thin layer ofnon-air permeable inside.
For application with a large area as department store in this case, we have to give more attention for planning properbt correspond to the design temperature at 77 F and 50% RH to get comfortable condition as human being need The measured area is 295,28 ft x 254,69 ft. Using too long textile ducting will produce inefficiencies because air flow in the textile ducting tend to make Contact with the inside wall surface and developed friction throughout the flowing of air.
Final calculation found that the ducting layout consist of 32 straight textile ducting without branches with 26 inches diameter and average pressure around 0,55 in H2O. it was aimed to reduce head losses when air is flowing. Cooling air will flow from one point to next point because they have different pressure. Textile ducting has the specyic characteristic, beside distribute cooling air to the room, textile ducting has to be fully developed first when cooling air entering the fabric. Therefore It will take care the some capacity cooling air flow thru ormce to the space.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S37544
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>