Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154117 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ardian Boegi Syofari
"Perangkat komputer dalam sistem informasi perawatan pesawat merupakan keharusan1 karena ketepatan dan kecepatan informasi sangat mempengaruhi kinerja sistem tersebut. Di lain sisi, penggunaan perangkat lunak sebagai alat transfer informasi bjsa berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan apabila sistem informasi perawatan pesawat yang di gunakan pada sistem utama perangkat lunak tersebut tidak sesuai dengan situasi dan kondisi perusahaan yang bersangkutan. Sehingga produktivitas kerja yang diharapkan meningkat justru menjadi menurun. Upaya untuk menghindari dampak negatif pada perusahaan dalam mengimplementasikan suatu perangkat lunak aplikasi sistem infonnasi perawatan pesawat pada suatu perusahaan adalah dengan melakukan penelitian dan analisis yang tepat sebelum menentukan pilihan perangkat lunak aplikasi tersebut Salah satu metode analisis yang bisa digunakan dalam menentukan keputusan pemilihan perangkat lunak aplikasi sistem informasi perawatan pesawat adalah dengan Analisis Varians (ANOVA) dan Analisis Produktivitas. Dengan analisis ini dapat diketahui lebih dini perbedaan perlakuan yang ada dan gambaran produktivitas yang terjadi antara sistem lama dengan sistern baru. Agar Integrated Aviation Software sebagai representatif Sistem Informasi perawatan pesawat Department Maintenance PT. X di implementasikan, dilakukan penelitian langsung pada saat proses sistem tersebut diaplikasikan. Dari hasil pengukuran dalam mengaplikasikan sistem tersebut dilakukan anatisis varians dengan taraf nyata 5% dan analisis produktivitas. Hasil penelitian ini adalah terjadi perbedaan yang signifikan pada semua proses di dalam sistem informasi perawatan pesawat kecuali proses pendataan ketersediaan spare part. Perbedaan perlakuan yang terjadi pada proses inforrnasi duelist, pembuatan work package dan pengolahan data component reliability dimana secara berurut-turut F observasi (Fo) sebesar 7,419; 17,912 dan 13,902 adalah lebih besar daripada P tabel pada taraf nyata 5% dimana nilai Ft sebesar 4,17. Sedangkan pada proses pendataan ketersediaan spare part nilai F observasi (Po) sebesar 0,398 adalah lebih kecil dari nilai F tabel pada taraf nyata 5%, dimana nilai..."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S37815
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Darliansa Hilmy
"Penelitian mengenai kinerja pemeliharaan telah banyak dilakukan dan hingga saat ini ada berbagai macam metode pengukuran kinerja. Metode pengukuran secara tradisional seperti produktivitas, efisiensi, dan efektivitas memiliki banyak keterbatasan yang membuatnya sulit untuk diterapkan pada lingkungan industri yang kompleks pada saat ini; dimana metode pengukuran tradisional tersebut tidak mampu memberikan sudut pandang yang seimbang terhadap keseluruhan sistem kinerja pemeliharaan. Metode pengukuran yang paling populer hingga saat ini adalah metode Balanced Scorecard (BSC). Metode BSC merupakan metode yang sangat komprehensif dimana pengukuran kinerja dipandang dari empat perspektif, yaitu perspektif konsumen, perspektif keuangan, perspektif proses internal, dan perspektif pertumbuhan & pembelajaran. Laporan penelitian akhir ini menjabarkan bagaimana merancang sistem pengukuran kinerja di Departemen Maintenance PT X yang bergerak di industri telekomunikasi dengan menggunakan metode BSC. Tujuan akhirnya adalah menentukan model BSC yang tepat untuk Departemen Maintenance PT X hingga penentuan bobot dari tiap sasaran strategis dan inisiatif apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja pemeliharaan PT X.

Research on maintenance performance have been done in many ways and well advanced in many domains. Traditional measures such as productivity, efficiency, and effectiveness have many limitations that make them less applicable in today's complex industrial environment; whereas they do not provide a balanced viewpoint of maintenance system performance as a whole. One of the most popular performance measurement methods is a Balanced Scorecard (BSC). BSC performance measurement method is very comprehensive whereas the measurement is reviewed on four perspectives, which are consumer perspective, financial perspective, internal process perspective, and learning & growth perspective. This paper presents an explanation about how to design a performance measurement system in Maintenance Department of PT X ' a telecommunication company ' with BSC method. The objectives are to decide which BSC model is fit to Maintenance Department of PT X, determine weights of the strategic objectives, and formulate initiatives so it can increase the maintenance performance of PT X."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S50366
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Reswari
"[Skripsi ini menjelaskan mengenai tujuh variabel yaitu extrinsic rewards, intrinsic reward, training, expectancy, employee motivation, job satisfaction dan knowledge sharing. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana pengaruh employee motivation factors (extrinsic rewards, intrinsic rewards, training, expectancy) terhadap job satisfaction dan knowledge sharing pada karyawan Base Maintenance Unit PT. GMF AeroAsia. Objek penelitian menggunakan 210 orang karyawan Base Maintenance Unit. Penelitian ini dilakukan menggunakan penyebaran kuesioner. Data diolah menggunakan analisis regresi berganda dan analisis regresi sederhana. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa extrinsic rewards tidak berpengaruh terhadap motivasi karyawan sedangkan intrinsic rewards, training, expectancy berpengaruh terhadap motivasi karyawan dan employee motivation berpengaruh terhadap kepuasan kerja dan knowledge sharing.Skripsi ini menjelaskan mengenai tujuh variabel yaitu extrinsic rewards, intrinsic reward, training, expectancy, employee motivation, job satisfaction dan knowledge sharing. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana pengaruh employee motivation factors (extrinsic rewards, intrinsic rewards, training, expectancy) terhadap job satisfaction dan knowledge sharing pada karyawan Base Maintenance Unit PT. GMF AeroAsia. Objek penelitian menggunakan 210 orang karyawan Base Maintenance Unit. Penelitian ini dilakukan menggunakan penyebaran kuesioner. Data diolah menggunakan analisis regresi berganda dan analisis regresi sederhana. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa extrinsic rewards tidak berpengaruh terhadap motivasi karyawan sedangkan intrinsic rewards, training, expectancy berpengaruh terhadap motivasi karyawan dan employee motivation berpengaruh terhadap kepuasan kerja dan knowledge sharing.;This research explain seven variables (extrinsic rewards, intrinsic rewards, training, expectancy, employee motivation, job satisfaction and knowledge sharing). The purpose of this research is to analyze how the employee motivation factors (extrinsic rewards, intrinsic rewards, training, expectancy) influences on job satisfaction and knowledge sharing in Base Maintenance Unit at GMF AeroAsia. Research object in this research use 210 (two hundred and ten) of GMF Base Maintenance Unit employees. This research uses questionnaire for collecting data. Data was tested by using multiple regression analysis and simple regression. The results of this research show that there is no significant influence of extrinsic rewards towards employee motivation. Meanwhile, intrinsic rewards, training and expectancy have significant influence towards employee motivation and there is significant influence of employee motivation towards job satisfaction and knowledge sharing., This research explain seven variables (extrinsic rewards, intrinsic rewards, training, expectancy, employee motivation, job satisfaction and knowledge sharing). The purpose of this research is to analyze how the employee motivation factors (extrinsic rewards, intrinsic rewards, training, expectancy) influences on job satisfaction and knowledge sharing in Base Maintenance Unit at GMF AeroAsia. Research object in this research use 210 (two hundred and ten) of GMF Base Maintenance Unit employees. This research uses questionnaire for collecting data. Data was tested by using multiple regression analysis and simple regression. The results of this research show that there is no significant influence of extrinsic rewards towards employee motivation. Meanwhile, intrinsic rewards, training and expectancy have significant influence towards employee motivation and there is significant influence of employee motivation towards job satisfaction and knowledge sharing.]"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S59674
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Suryanta
"ABSTRAK
Salah satu pendorong perkembangan industri penerbangan di Indonesia adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Pasifik sebesar 7,4% setahun yang diperkirakan akan berlangsung sampai tahun 2009. Kondisi ini juga mempengaruhi pertumbuhan transportasi udara di Indonesia di mana pertumbuhan transportasi udara domestik untuk empat tahun mendatang diproyeksikan sebesar 6,9 % pertahun dan 8,8% per tahun untuk pertumbuhan transportasi udara internasional. Hal ini akan mengakibatkan frekuensi maupun jalur penerbangan dalam dan luar negeri bertambah yang akan berdampak pada penambahan jumlah pesawat terbang yang dioperasikan untuk melayani jalur-jalur tersebut.
Posisi perusahaan penerbangan dalam industri dapat dibagi dalam dua karakteristik yang berbeda yaitu 1) perusahaan penerbangan sebagai pemasok dalam sistem transportasi yaitu berperan sebagai penyedia jasa transportasi udara dan 2) perusahaan penerbangan sebagai pelanggan yaitu berperan sebagai pelanggan dari pabrik pembuat pesawat terbang, bengkel perawatan/perbaikan pesawat terbang.
Di Indonesia telah dioperasikan 624 jenis pesawat bersayap tetap yang memiliki tingkat pemakaian (utilization) rata-rata 1790 jam per tahunnya. Seiring dengan semakin bertambahnya jumlah pesawat terbang yang dioperasikan dan semakin tua umur pesawatpesawat terbang tersebut maka semakin meningkat pula kebutuhan akan jasa perawatan pesawat.
Keberadaan perusahaan perbengkelan/perawatan pesawat terbang dalam negeri saat ini belum dapat menampung/mendukung pengoperasian penerbangan dalam negeri. Sebagai contoh, masih banyaknya pesawat dan komponennya yang dikirim keluar negeri untuk perawatannya. Penyebabnya adalah selain kapabilitas bengkel dalam negeri yang kurang dan belum dikenalnya bengkel tersebut, juga disebabkan oleh kurangnya motivasi para operator untuk memakai fasilitas perawatan pesawat terbang dalam negeri. Dilihat dari kapabilitasnya, sebenarnya GMF sudah dapat bersaing dengan fasilitas perawatan pesawat terbang luar negeri. Hal ini terbukti dengan diakuinya GMF oleh Federal Aviation Administration (FAA). Saat ini kapasitas terpakai GMF baru 30% dari kapasitas terpasangnya, berarti untuk pasar pelayanan jasa perawatan pesawat dalam negeri saja peluang GMF cukup besar.
Di dalam penulisan karya akhir ini, akan dibahas rencana strategis pemasaran perawatan pesawat terbang dalam rangka meraup pangsa pasar khususnya pasar dalam negeri yang memberi peluang dan prospek yang cukup besar bagi GMF.
Penyelenggaraan suatu kegiatan jasa pelayanan perawatan pesawat terbang harus dilakukan secara profesional berdasarkan misi dan visi perusahaan, dengan penekanan pada 1) strategi lingkungan luar yang dikonsentrasikan pada lingkungan industri suatu perusahaan dan kedudukan kompetitifnya terhadap pesaingnya seperti diteliti dan dikembangkan oleh Michael Porter dari Harvard maupun oleh Boston Consulting Group dan 2) strategi lingkungan internal perusahaan yang belum digali dan dikembangkan yang secara umum dikaitkan dengan permasalahan internal perusahaan.
Sifat usaha dan komoditi jasa mempunyai karakteristik yang khas dibandingkan barang-barang hasil produksi. Karakteristik jasa tersebut adalah: ketidaknyataan (intangibility), tidak terpisahkan antara produksi dan konsumsinya (inseparability), tidak tahan lama (perishability) dan keragaman (variability). Karena adanya empat karakteristik yang khas tersebut maka umumnya kegagalan dari usaha jasa adalah karena adanya perbedaan persepsi antara jasa yang diharapkan oleh pelanggan dan yang disampaikan oleh penyedia jasa. Untuk menghindari kegagalan tersebut maka strategi pemasaran GMF harus meliputi pemasaran eksternal, pemasaran internal, dan pemasaran interaktif.
Pemasaran eksternal adalah menggambarkan kerja normal yang dilakukan oleh GMF melalui strategi-strategi: mempersiapkan jasa, menentukan harga, mendistribusikan jasa dan mengkomunikasikan jasa kepada pelanggan.
Pemasaran internal adalah menggambarkan pekerjaan yang hares dilakukan oleh manajemen GMF untuk mendorong karyawan penghubung pelanggan dan karyawan pendukung pelayanan agar tercipta budaya melayani dan semua karyawan mempunyai orientasi terhadap pemuasan pelayanan kepada pelanggan. Seharusnya pemasaran internal dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan pemasaran eksternal sehingga seluruh karyawan akan siap menyediakan jasa ke pelanggan sesuai dengan keinginan pelanggan dan kebijaksanaan perusahaan.
Pemasaran interaktif adalah hubungan interaktif antara karyawan dengan pelanggan. Hal ini sangat penting karena diperlukan keahlian dari karyawan dalam menangani hubungan dengan pelanggan. Oleh karena itu, mutu pelayanan baik "mutu teknis" dan juga "mutu fungsional" harus sebaik mungkin.
Sifat keragaman dari jasa memerlukan fleksibilitas perusahaan yang tinggi. Pemisahan organisasi GMF dari PT Garuda Indonesia merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi birokrasi agar GMF lebih fleksibel terhadap permintaan jasa pelanggan yang beraneka ragam. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Widjaja Tjahjadi
"Perkembangan dunia usaha yang semakin luas, membutuhkan manajemen yang dapat bekerja secara efisien dan efektif. Untuk itu diperlukan kecakapan dan kemampuan untuk memimpin dan dengan adanya suatu sistem informasi yang dapat dipergunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang sesuai dengan jenis kegiatan organisasi usaha itu sendiri. Penulis melakukan observasi, wawancara guna memperoleh pandangan dan informasi tentang masalah yang ada, serta studi kepustakaan dan literatur yang ada hubungan dengan penulisan. Sistem Informasi Manajemen merupakan salah satu faktor penting dalam menunjanq pergerakkan informasi dalam suatu organisasi perusahaan. sistem informasi Akuntansi menyiapkan informasi bagi manajemen dengan melaksanakan operasi-operasi tertentu atas semua data yang diterimanya. Pengendalian Internal merupakan aspek yang penting dalam sistem Informasi Akuntansi. Adanya pengendalian internal yang baik tentunya akan mendukung pelaksanaan sistem Informasi Akuntansi yang baik pula. Jadi sistem Informasi Akuntansi memegang peranan yang penting dalam sumbangannya terhadap efektifitas organisasi perusahaan agar dapat tetap 'survive'."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18492
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Suharmono
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S35918
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Upik Trisda Leawati
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S48043
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Richard Budihadianto; Rosdi M. Abdullah
"Kerjasama ekonomi dan perdagangan di kawasan Eropa, Asia dan Amerika menunjukkan bahwa perekonoraian dunia telah menuju ke arah globalisasi. Selain itu raunculnya kekuatan-kekuatan baru yang berasal dari negara-negara Eropa Timur, bekas negara Uni Sovyet dan Republik Rakyat Cina semakin memacu roda perekonomian dunia. Dampak dari perkembangan kondisi ini adalah timbulnya peluang-peluang baru dengan semakin luasnya pasar produk barang dan jasa, selain ancaman-ancaman yang diakibatkannya.
Industri jasa angkutan penerbangan sangat terpengaruh oleh perkembangan dan pertumbuhan perekonomian dunia. Meningkatnya aktivitas ekonomi akan mendorong para pelakunya untuk memanfaatkan j asa angkutan penerbangan untuk melaksanakan kegiatan usahanya. Peningkatan kontribusi pengeluaran konsumen (consumer expenditure) terhadap GDP dunia menunjukkan bertambahnya permintaan konsumen akan barang dan jasa, termasuk jasa angkutan penerbangan.
Dilain pihak industri pembuat pesawat terbang mengalami peningkatan perraintaan yang tidak dapat terpenuhi oleh kapasitas produksi yang dimilikinya. Permintaan akan pesawat terbang baru lebih besar dibandingkan dengan juralah pesawat yang dihasilkan. Hal ini menimbulkan kesenjangan (Backlog) pesawat terbang. Melihat bahwa permintaan jasa angkutan penerbangan terus meningkat perusahaan penerbangan berusaha memenuhi permintaan pasar tersebut dengan mempertahankan pesawat terbang yang dimilikinya dengan melaksanakan program perawatan pesawat dengan biaya yang rendah dan kualitas yang baik.
Sementara itu permintaan akan jasa perawatan pesawat terbang kepada pihak ketiga, dalam hal ini industri jasa perawatan pesawat baik yang merupakan bagian dari Airliner maupun yang berdiri sendiri, mencapai 50% dari seluruh armada pesawat terbang yang ada di dunia. Selain itu perusahaan penyewaan pesawat terbang (Aircraft Leasing Company) melimpahkan pelaksanaan perawatan pesawatnya kepada pihak ketiga. Kondisi ini memperlihatkan peluang yang ada untuk bergerak di bidang jasa perawatan pesawat terbang.
PT. Garuda Indonesia mempunyai usaha pokok pengangkutan udara untuk melayani pengangkutan orang dan barang. Disamping itu PT. Garuda Indonesia juga mempunyai tujuan untuk melaksanakan reparasi dan pemeliharaan pesawat terbang, baik untuk menunjang usaha utama maupun untuk keperluan perusahaan pengangkutan udara lainnya.
Investasi yang telah ditanamkan untuk Garuda Maintenance Facility (GMF) sangat besar. Sarana fisik berupa Hangar pesawat terbang sebanyak 3 buah bangunan, pergudangan dan perbengkelan merupakan asset untuk mengembangkan GMF dalam hal meroanfaatkan peluang melaksanakan perawatan pesawat terbang perusahaan lain.
Saat ini GMF sebagai Divisi Teknik berfungsi sebagai divisi pendukung usaha pokok yakni pengangkutan udara untuk orang dan barang. Kemampuan GMF telah mencapai taraf pelaksanaan perawatan berat (Overhaul) seluruh armada PT. Garuda Indonesia yang terdiri dari Fokker F-28, McDonnell Douglas DC-9 dan DC-10, Airbus A-300 serta Boeing B-747.
Dengan mernperhatikan peluang usaha jasa perawatan pesawat yang memperlihatkan prospek yang baik dan kemampuan GMF pada saat ini untuk menangani perawatan pesawatnya sendiri, maka GMF mempunyai kemampuan mengembangkan aktifitasnya untuk menjadi suatu Profit Center.
Untuk mencapai tujuan menjadi suatu Profit Center, dilakukan analisa kondisi GMF pada saat ini sebagai bahan acuan untuk melaksanakan perubahan-perubahan yang harus dilaksanakan dalam tubuh GMF. Berdasarkan hasil analisa SWOT, GMF berada pada sel-III diagram SWOT, yang menunjukkan bahwa strategi yang sesuai adalah "Turn-Around Strategy". Strategi ini memfokuskan pada perubahan-perubahan di dalam perusahaan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa GMF harus melakukan perubahan-perubahan yang mendasar di dalam mencapai sasaran yang diinginkan yakni memasarkan jasa perawatan pesawat kepada perusahaan lain sehingga akan mendapatkan profit yang maksimum. Perubahan-perubahan organisasi dilaksanakan dengan rencana yang terarah dan konsisten. Kebijakan-kebijakan yang strategis harus dilakukan terhadap struktur organisasi, keuangan, pemasaran, produksi dan pengembangan sumber daya manusia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasna Khalishah
"Dunia aviasi memiliki banyak kegiatan yang turut menghasilkan berbagai macam limbah, termasuk limbah padat bahan berbahaya dan beracun atau B3. Kegiatan pemeliharaan, perbaikan, dan overhaul pesawat terbang merupakan salah satu kegiatan yang memiliki dampak buruk pada masyarakat maupun lingkungan. Dalam rangka melindungi kesehatan masyarakat dan lingkungan dari dampak timbulan limbah padat B3, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana sistem pengelolaan limbah padat B3 hasil pemeliharaan, perbaikan, dan overhaul pesawat terbang di perusahaan perawatan pesawat terbang. Penelitian ini menggunakan desain studi deskriptif observasional dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data dari penelitian ini berasal dari data primer yang berasal dari wawancara mendalam dan observasi secara langsung, serta secara sekunder dengan melakukan telaah dokumen perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pengelolaan limbah padat B3, terdapat permasalahan diantaranya yaitu prasarana TPS LB3 yang tidak memadai, jumlah SDM kurang, dan hambatan dalam efisiensi limbah padat B3. Adapun sistem pelaporan dan penyebaran informasi pengelolaan limbah padat B3 sudah tergolong cukup baik karena dilakukan secara rutin dan informatif. Saran yang dapat diberikan yaitu adanya melakukan analisis beban kerja, memperbaiki sistem perlabelan, pengawasan rutin terhadap wadah penyimpanan, perbaikan prasarana TPS LB3, pengangkutan secara rutin, pengecekan kesehatan petugas limbah B3, dan penyebaran informasi dampak limbah padat B3 kepada masyarakat.

The world of aviation has many activities that also produce various kinds of waste, including solid waste of hazardous and toxic materials. Aircraft maintenance, repair, and overhaul activities harm society and the environment. The impact of hazardous solid waste has to be prevented from the public and the environment. This research was conducted to determine how the hazardous solid waste management system results from aircraft maintenance, repair, and overhaul in aircraft maintenance companies. This study uses a descriptive observational study design using a qualitative approach. The source of data from this research comes from primary data, which comes from in-depth interviews and direct observation, and secondarily by reviewing company documents. The results of this study indicate that the hazardous solid waste management system has problems, including inadequate temporary disposal sites for hazardous and toxic waste, insufficient human resources, and obstacles to the efficiency of hazardous solid waste. The system for reporting and dPT. Seminating information on hazardous solid waste management is quite good because it is carried out routinely and informatively. Suggestions that this research can be given are conducting a workload analysis, improving the labeling system, routine monitoring of storage containers, repairing temporary disposal sites for hazardous and toxic waste, carrying out routine waste management, checking the health of hazardous waste officers, and dPT. Seminating information on the impact of hazardous solid waste to the public"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Racmi Maryda Ramyakim
"Skripsi ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai bagaimana penetapan harga jasa perawatan pesawat di sebuah perusahaan penerbangan nasional, hal-hal apa saja yang mempengaruhinya, dan bagaimana sistem transfer pricing yang diterapkan pada perusahaan tersebut, sehubungan dengan jasa perawatan pesawat yang dihasilkannya. Selanjutnya mengevaluasi dan menganalisis penetapan harga dan transfer pricing tersebut berdasarkan landasan teori yang ada. Penulisan skripsi ini menggunakan metode deduktif, dengan memberikan gambaran mengenai penetapan harga yang diterapkan dalam perusahaan tersebut, lalu menganalisanya dengan berlandaskan pada landasan teori yang terdapat dalam bab dua. Skripsi ini mengunakan metode pengumpulan data melalui: telaah kepustakaan dan penelitian lapangan. Penulis mengumpulkan bahan-bahan yang berasal dari buku panduan, artikel, majalah, maupun literatur lain yang berhubungan dengan topik skripsi. Selain itu, penulis juga mengadakan wawancara dengan para staf akuntansi di bagian jasa perawatan pesawat terbang untuk memperoleh data dan informasi lain yang dibutuhkan untuk pembahasan skripsi. Berdasarkan hasil penelaahan dan analisis, jasa perawatan pesawat yang dihasilkan oleh GMF terutama ditujukan bagi pihak GARUDA dan MERPATI sedangkan kapasitas selebihnya digunakan untuk jasa perawatan pesawat bagi pihak ketiga, baik bagi perusaaan penerbangan dalam maupun luar negeri. Jasa perawatan pesawat ini dipengaruhi oleh 5 (lima) faktor, yaitu: type of inspection, man-hour rate, jam kerja tenaga kerja langsung, biaya material, dan turn arround time. Dalam penetapan harga jasa perawatan pesawat bagi pihak ketiga, bagian pemasaran GMF menggunakan market pricing. Padahal bagian pengendalian biaya GMF telah memiliki perhitungan penetapan harga tersebut dengan menggunakan full cost pricing. Market pricing yang digunakan pada kenyataannya lebih rendah daripada biaya-biaya yang dikeluarkan, sehingga GMF mengalami kerugian. Transfer pricing yang diterapkan GMF bagi jasa yang dihasilkannya untuk pihak GARUDA dan MFRPATI berdasarkan pada cost base transfer price dengan full product cost. Penulis menyarankan agar GMF mengggunakan strategi penetapan harga marginal pricing untuk pihak ketiga. Dimana harga yang dibebankan kepada pihak ketiga merupakan biaya-biaya variabel ditambah mark-up laba yang diinginkan. Hal ini karena GMF menggunakan kapasitas berlebih untuk jasa perawatan pesawat bagi pihak ketiga. Dengan demikian harga yang ditawarkan GMF akan dapat bersaing di pasar jasa perawatan pesawat. Selain itu, GMF perlu pula memperbaiki metode alokasi biaya yang digunakan untuk mendapatkan tarif man-hournya. Dan memperbaiki pula standar jam kerja tenaga kerja langsung yang digunakan sebagai dasar penetapan harga jasa perawatan pesawat yang dihasilkannya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S18939
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>