Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 101531 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S37634
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Nurasa
"Yang dimaksud dengan Clean Room adalah suatu ruangan yang dibuat sedemikian rupa dan disesuaikan dengan keperluan dan tujuannya dengan batasan-batasan yang telah ditentukan untuk mengendalikan kotoran dan partikel-partikel yang ada di udara, disamping masalah tekanan, suhu dan kelembaban ruangan tersebut, juga penyaluran, bentuk serta kecepatan aliran udara dalam suatu ruangan yang dikondisikan. Pada industri semiconductor, clean room mempakan hal mutlak yang harus digunakan, ini dimaksudkan agar produk yang dihasilkan dapat terjaga kualitasnya. Bila terdapat kotoran pada ruangan, maka kualitas produk akan menjadi tidak baik. Kotoran atau partikel udara yang dimaksud pada Clean Room adalah partikel debu dengan ukuran 0,5 _m. Partikel udara ini tidak dapat disaring dengan filter biasa yang dipasang pada sistem tata udara. Filter yang dapat dipakai pada sistem tata udara tersebut adalah HEPA (High Efficiency Particulate Air) filter. HEPA filter ini memiliki effisiensi penyaringan yang sangat tinggi yaitu berkisar antara 99,91 % sampai dengan 99.99%. Dikarenakan effisiensi penyaringan yang sangat tinggi dari HEPA filter ini maka terjadi drop tekanan yang besar juga pada difuser sehingga untuk mengatasi hal tersebut kapasitas dari mesin pendingin menjadi lebih besar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S37540
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Candra Eka Putra
"Dalani suatu industri scmikonduktor, Clean Room memiliki pcranan yang sangat penting. Tingkat kebersihan udara yang dihasilkan dill am ruangan produksitersebut mempengaruhi terlmdap keberhasilan produk scmikonduktor tersebut. Udara yang tcrkontmninasi oleh pmtikel-partikcl dan deb1.1 mengbasilkan produk yang gagal, sebaliknya 1.1dara yang bersih ukan menjadi salah satu faktor yang menjamin tingkat kcberhasitan produk tersebut.
Ada beberapa hal yang haru!: dlkontrol di dalam sumu Clean Room Class 10.000, di antaranya :
1. Jumlah partikel di dalam Clean Room yang diperbolehkan tidak lebih dari t 0.000 partikel per fr'.
2. Temperatur udam di dahm1 ruangan dikondisikan pada suhu (23 ± 2)uC.
3. Kelcmbabanl'datif(Rf-l) rmmgan dikondisikan pad:.. (55± 5){)/o.
Untuk dapat mcn,iaga agar jmnlah partikel udara yang disuplai ke dalam ruangan yang digunakan untuk proses produksi. maku pcnggunaan HEPA (High Efliu.:iency Particulate 11ir) filtcl' sung_at dibutuhkan. Sedangkan untuk dapat menjaga kondisi udara di dalam ruangan produksi terseblll pada kondisi temperamr (23 ± 1)"C dan kclcmbabnn (55 ± 5)'Ye, maka..."
2000
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Alvin Alvaro
"ABSTRAK
Sistem HVAC pada ruangan operasi sangat penting untuk gedung pleayanan kesehatan dan diharuskan berjalan memenuhi standar yang ada, kenyataannya dewasa ini banyak rumah sakit yang belum memenuhi standar ruang OK sehingga dokter dan pasien belum dapat melakukan aktifitas dengan nyaman. Selain itu banyak usaha untuk mengembangkan model dari koil pendingin, telah banyak model yang tersedia untuk berbagai macam keperluan, namun, beberapa penelitian menjelaskan bahwa model koil pendingin banyak yang terlalu kompleks, sehingga dibutuhkan koil pendingin yang simpel dan akurat. Penelitian ini bertujuan untuk merancang ulang sistem tata udara khususnya dibagian sistem pendingin cooling coil unit untuk mencapai kondisi ruangan yang sesuai standar dirumahsakit.. Dengan kolaborasi heat pipe heat exchanger sebagai pre-cooler, sistem pendingin diharapkan mampu membuat kondisi ruangan eksperimen memenuhi standar ASHRAE dan ISO Sistem pendingin yang di rancang merupakan circulating thermostatic water bath dengan direct chilling. Penelitian ini dilakukan dengan eksperimen temperatur udara masuk 28o C dan 30 o C, kecepatan udara 2.0 m/s, dan kecepatan aliran air 4 LPM. Hasil dari sistem pendingin rancangan menghasilkan kondisi ruangan yang memenuhi standar saat variasi temperatur 28 o C dan cooling load sebesar 0.905kW. variasi 30o C belum memenuhi standar dengan beban pendingin 0.948 kW. Hasil pengujian menunjukan koil pendingin akan lebih optimal apa bila dipasang dengan konfigurasi yang tepat.

ABSTRACT
The HVAC system in the operating room is very important for health care buildings and is required to meet the existing standards, in fact today many hospitals have not met the OK room standards so doctors and patients have not been able to perform activities comfortably. In addition, there have been many attempts to develop models of cooling coils, many models are available for a variety of purposes, however, some studies have suggested that many cooling coil models are too complex, requiring a simple and accurate cooling coil. This study aims to redesign the air conditioning system especially in the cooling coil cooling unit system to achieve the standard room condition in hospital. With the collaboration of heat pipe heat exchanger as pre cooler, the cooling system is expected to make the experimental room condition meet the standard of ASHRAE and ISO The cooling system that is designed is a circulating thermostatic water bath with direct chilling. This research was conducted with experiments of air temperature of 28 o C and 30 o C, 2.0 m s air velocity, and water flow rate of 4 LPM. The results of the design cooling system has met the standard room conditions at 28 o C and cooling load at 0.905kW. the 30 o C variation has not met the standard with a cooling load of 0.948 kW. The test results show the cooling coil will be more optimal what when installed with the right configuration."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brooks, Shirley M.
St louis: Mosby , 1979
617.917 BRO f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Nugroho
"ABSTRACT
Skripsi ini membahas tentang ruang kelas pada sekolah tingkat menengah atas.
Pembahasan dilakukan dengan menganalisis aspek-aspek yang berkaitan dengan
kualitas ruang. Aspek-aspek tersebut antara lain warna, penghawaan,
pencahayaan, vista, akustik ,dan ergonomi. Untuk membahas lebih lanjut
dilakukan studi kasus untuk membandingkan keadaan yang ada dengan teori yang
juga dibahas. Setelah membandingkan teori dan studi kasus, dapat disimpulkan
dari aspek-aspek tersebut kriteria yang paling tepat digunakan pada ruang kelas
untuk diimplementasikan. Temuan skripsi ini dapat menunjukkan pentingnya
pemahaman tentang aspek keruangan dalam pembangunan sebuah ruang kelas

ABSTRACT
This thesis discusses about classrooms on High School. This thesis is being done
by analyzing a few aspects which related to room quality. Those aspects are
color, air condition, lighting, vista, acoustic, and ergonomics. For further
investigation, a study on certain schools will be conducted in order to compare
the facts and theories. After comparing them, there will be conclusions from those
aspects. The conclusions are the best criteria from each aspect that can be
implemented on a classroom. The findings on this thesis will show our
understanding of room aspects on the creation of a classroom."
2014
S57103
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhiah Ayu Purwandani
"Health and Safety Executive menemukan bahwa pada tahun 2013/2014 sebanyak 526.000 kasus dari 1.241.000 kasus penyakit akibat kerja adalah Musculoskeletal disorders. Menurut WHO fact sheet pada tahun 2014 terdapat sebanyak 37% penyakit akibat kerja adalah nyeri punggung. BLS Amerika Serikat menyatakan bahwa perawat merupakan kelompok pekerja dengan insiden rate yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keluhan muskuloskeletal pada perawat di kamar operasi dengan pendekatan ergonomi. Penilaian tingkat risiko ergonomi menggunakan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment). Penelitian ini menggunakan desain observasional dengan pendekatan cross sectional. Responden pada penelitian ini adalah sebanyak 8 perawat di kamar operasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100% perawat mengalami keluhan muskuloskeletal setelah shift, dimana keluhan terbesar adalah pada betis kiri dan betis kanan (87,5%). Kegiatan memindahkan pasien dari meja operasi ke kereta dorong merupakan kegiatan dengan risiko tinggi yang dapat memicu timbulnya keluhan muskuloskeletal. Salah satu faktor yang berperan penting terhadap keluhan muskuloskeletal pada perawat di kamar operasi adalah faktor lingkungan yang aman dan nyaman bagi pekerja, peralatan, dan pekerjaan yang dilakukan.

Health and Safety Executive found that in 2013/2014, about 526.000 from 1.241.000 of work related disesease cases is musculoskeletal disorders. In 2014 WHO fact sheet stated that 37% of work relaed disesase is back pain. US BLS stated that nurse is the worker who is with high prevelence. This research aims to observe musculoskeletal symptoms of nurses who is in operating room by ergonomic approaching. Ergonomic risk level was assessed by REBA (Rapid Entire Body Assesment) method. This research design is observational with cross sectional. Respondent in this research is 8 nurses in operating room.
The result showed that 100% of nurses got musculoskeletal symptoms after shift work, where the highest symptoms is in left and right calf (87.5%). Patient transferring activity from operating table to bed is activity with high risk which potentially caused musculoskeletal symptoms. One of the important factor in musculoskeletal symptoms of nurse in operating room is environment factor which is secure and comfort for worker, tools, and its job."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T44785
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Herlina
"The research aimed to examine the relationship between physical condition of clean water facilities with diarrhea. It was a quantitative study using case method (diarrhea-victims) and control (non-diarrhea-victims). The research was conducted in June-July 2011 in the work area of Puskesmas Tugu Depok by distributing the checklists of observational questionnaire. The statistical test was used in the data processing which displays the results have not succeeded in proving that there is a relationship between the physical condition of clean water facilities with diarrhea but there are several variables related to the diarrhea like the variable of knowledge (p = 0.023) and the variable of education (p = 0.000).
These results show that there is a causal relationship between both variables with diarrhea. The outcomes of the research shows that the diarrhea could be prevented by doing preventative measures such as encouraging the people to improve their personal hygiene, developing the knowledge of the community concerning hygiene through attractive Health Counseling, intensifying the function of Puskesmas (Community Health Center) in spreading out the hygiene information and carrying out the sanitation inspection of the physical condition of clean water facility.

Penelitian ini membahas hubungan kondisi fisik sarana air bersih dengan kejadian diare. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode kasus (penderita diare) dan kontrol (bukan penderita diare). Penelitian dilakukan pada bulan Juni-Juli 2011 di wilayah kerja Puskesmas Tugu Depok dengan menyebarkan kuesioner dan observasi dengan menggunakan check list. Data diolah dengan menggunakan uji statistik.
Hasil penelitian belum berhasil membuktikan bahwa ada hubungan antara kondisi fisik sarana air bersih dengan kejadian diare namun ada beberapa variabel yang berhubungan dengan kejadian diare yaitu jenis variabel pengetahuan (p = 0,023) dan pendidikan (p = 0,000) memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian diare. Hasil penelitian menyarankan bahwa kejadian diare dapat dicegah dengan meningkatkan kebersihan perorangan, partisipasi masyarakat dalam penyuluhan dan peran Puskesmas melalui penyuluhan dengan metode yang menarik dan inspeksi sanitasi untuk kondisi fisik sarana air bersih."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Syafaat Nur
"Kualitas udara di ruang ICU perlu diperhatikan karena kerentanan pasien akan penyakit dan menghindarinya dari infeksi nosokomial. Beberapa indikator dari pencemar udara dalam ruang adalah konsentrasi bakteri dan konsentrasi jamur. Pengambilan sampel bakteri dan jamur di udara menggunakan alat EMS serta media kultur TSA untuk bakteri dan media kultur PDA untuk jamur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi bakteri dan jamur berdasarkan besarnya intensitas cahaya, kelembaban, dan temperatur. Intensitas cahaya, kelembaban, dan temperatur terhadap konsentrasi bakteri memiliki korelasi Spearman Rank sebesar -0,043; 0,033; -0,194 dan korelasi analisi regresi linear sebesar -0,115; 0,017; -0,168. Intensitas cahaya, kelembaban, dan temperatur terhadap konsentrasi jamur memiliki korelasi Spearman Rank sebesar -0.231; 0,062; -0,095 dan korelasi analisi regresi linear sebesar -0,265; 0,072; -0,192.

Air quality in ICU Room need to be considered as susceptibility to disease and avoid nosocomial infection. Some indicators of indoor air pollutants are bacteria and fungi. Using EMS and TSA as a media culture for bacteria and PDA as a media culture for fungi. In this study, the concentrations of bacteria and fungi were analyzed based on intensity of ray, humidity, and temperature. Intensity of ray, humidity, and temperature in the room have a relationship with the concentration of bacteria with the Spearman Rank correlation coefficient of -0.043; 0.033; -0.194 and with linear regretion analysis correlation coefficient of -0.115; 0.017; -0.168. Intensity of ray, humidity, and temperature in the room have a relationship with the concentration of fungi with the Spearman Rank correlation coefficient of -0.231; 0.062; -0.095 and with linear regretion analysis correlation coefficient of -0.265; 0.072; -0.192.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54939
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Free Press, 1966
301.1 CLA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>