Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127201 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Waluyo
"Sistem pengkondistan udara telah meniadi suatu komoditi yang sangat penting pada zaman modern ini. Sistem tersebut didukung oleh empat komponen utama, yaitu evaporator, kompresor, kondensor, serta katup ekspansi untuk berlangsungnya suatu siklus komproesi uap. Proses pengkondisian udara pada intinya adalan proses pertukaran kalor yang melibatkan sualu alat penukar kalon yaitu kondensor dan evaporator, dimana kalor diserap di evaporator selanjutnya dibuang di kondensor. Kenyataan menunjukkan bahwa kondensor dan evaporator sebagai alat penukar kalor tidak bisa dipakai begitu saja dalam semua kondisi atau jarang (bahkan tidak) bisa memberikan fungsinya sebagai alat penukar kalor yang optimum.
Untuk mengatasi masalah di atas, kondensor dan evaporator perlu dirancang khusus sesuai dengan fungsinya, media yang saling bersinggungan dimana tempat terjadinya proses pertukaran kalor, serta penyesuaian (matching) dengan batasan-batasan yang ada (diketahui atau diinginkan), serta kekompakan dengan komponen-komponen lain dalam sistem pendingin tersebut. Penganalisaan kondensor dalam hal ini adalah kondensor berpendingin udara serta evaporatornya adalah jenis water-chilled evaporator, atau evaporator dimana media yang didinginkannya adalah air.
Metodologi penulisan yang digunakan dalam pengumpulan berbagai macam data dan referensi, ditempuh melalui dua macam cara, yaitu : pertama studi kepustakaan, yaitu dengan melakukan pencarian data-data dan referensi mengenai teori, proses, atau tahap-tahap perhitungan melalui berbagai macam literatur. Kedua penelitian lapangan, yaitu pengambilan data atau penentuan variabel-variabel yang biasa terdapat di pasaran.
Dalam penganalisaan, berbagai hal perlu diketahui terlebih dahulu, yaitu beban pendinginan yang diinginkan (50TR), jenis refrigeran yang digunakan (R-22), temperatur penguapan (5°C), temperatur pengembunan (45°C) serta harus diperhatikan temperatur udara sekitar(33°C).
Dari perhitungan diperoleh hasil : Iuas permukaan perpindahan kalor pada kondensor= 90,9 mz, dengan total panjang pipa tembaga 460,69 m, daya kompresor 31,19 kW, sena daya motor penggerak fan 4,125 kW. Sedangkan untuk water-chilled evaporator; diameter shell (ID2) = 43,8 cm. diameter tube (OD2) = 1,9 cm, (ID1 = 1,23 cm, jumlah tube (N1 =150, panjang (L) = 243.8 cm.
Dari perhitungan di atas dapat dislmpulkan bahwa dalam perancangan kondensor dan evaporator banyak variabel yang saling berpengaruh, bahkan saling berlawanan. Di satu sisi meningkatkan koefisien perpindahan kalor, di sisi lain menambah Iuas permukaan dan biaya, serta masih banyak lagi kombinasi-kombinasi yang Iain, tetapi yang jelas bahwa persyaratan pertukaran kalor (beban) harus tetap terpenuhi, disamping harus mempertimbangkan faktor biaya, ukuran fisis, serta karakteristik penurunan tekanan. Untuk itu, datam perancangan dipertukan ketelitian untuk mendapatkan kombinasi-kombinasi yang optimum."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S36862
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harya Sidharta
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S35399
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdullah Alaydrus
"Penelitian ini menggambarkan desain flooded evaporator dalarn penggunaannya yang akan di pakai untuk pembibitan udang. Flooded evaporator ini menggunakan siklus aliran pendingin ini bertipe shell-and-tube hear exchanger, Serta memanfaatkan refrigeran R-22 dalam shell dan air laut yang ingin didinginkan pada bagian tube-nya. Konsep desain ini akan ditampilkan sejalan dengan deskripsi bagaimana sebuah evaporator bekerja sehingga terjadi perpindahan kalor yang berfungsi menurunkan temperatur air laut dalam range tertentu, sehingga dapat digunakan untuk tambak udang ini. Temperatur air laut keluaran dari evaporator yang diinginkan sebesar 25°C dengan temperatur masuknya air laut sebesar 35°C. Stainless steel digunakan sebagai material untuk shell dan juga tube-nya, hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya karat pada bagian dalam dari keduanya.

This research describes a flooded evaporator’s design for seeding shrimp. Flooded evaporator uses shell-and-tube heat exchanger on its refrigerant flow cycle. It takes R-22 as the refrigerant in shell and seawater that will be cooled in tubes. The concept of designing this evaporator is how to make the temperature of seawater lower than before in a certain range caused by heat transfer on the evaporator. The seawater exit temperature coming out from the evaporator is 25°C while the intake temperature is 35°C. Stainless steel will be used for shell and tube to avoid corrosion on the inside of shell and tubes.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S37786
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulham Sasmita
"Kondisi udara merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan manusia, lingkungan ataupun industri. Pada zaman sekarang kehidupan industri sudah banyak menggunakan mesin. Kebanyakan mesin yang digunakan tersebut menghasilkan kalor yang sangat besar. Biasanya kalor tersebut dilepas dengan menggunakan media air, tetapi pada beberapa mesin air tidak dapat meyerap seluruh kalor yang dilepas. Maka air tersebut harus didinginkan terlebih dahulu, disinilah peran mini chiller dipakai. Penulis hanya membahas bagian evaporator dan capillary tube pada mini chiller ini.
Biasanya chiller mampu menurunkan perbedaan temperatur yang cukup besar maka di skripsi ini kita ingin mengetahui apakah mini chiller mempunyai kemampuan seeperti chiller yang dapat menurunkan temperatur yang cukup besar tersebut dilihat dari kapasitas evaporatornya. Dan kita juga ingin mengetahui apakah panjang pipa kapiler yang sudah cukup baik.

The air condition is one of the important things in human life, the environment or industry. In today's industrial life has many uses machines. Most machines that used produces the heat that very large. Usually the heat is removed by using water, but on some machines the water can not absorb all the heat that released. Then the water must be cooled, where the role of mini chiller used. The author discusses only part evaporator and capillary tube at this mini chiller.
Usually the chiller can reduce the temperature difference is large enough then this thesis we want to know whether the mini chiller has the ability like chiller to lower substantial temperature that seen from the capacity of evaporator. And we also want to know whether the length of the capillary tube is good enough."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S55015
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arnas
"Pada perhitungan model simulasi, yang terutama adalah untuk pengembangan desain alat penukar kalor (evaporator), tetapi dibatasi oleh spesifikasi dari komponen sistem dan jenis Refrijeran. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat permodelan matematika evaporator dari sistem Refrijerasi cascade untuk membantu permodelan seluruh sistem. Pada sistem Refrijerasi cascade ini menggunakan Refrijeran propane/CO2/ethane. Kerja evaporator sistem cascade pada temperatur yang sangat rendah yaitu -70°C. Sistem sirkuit temperatur rendah menggunakan refrijeran campuran CO2 dan ethane sedangkan pada sirkuit temperatur tinggi menggunakan propane. Permodelan dihitung dengan menggunakan software Matlab. Evaporator yang digunakan dalah jenis fin dan tube dengan fin berbentuk plat, di mana perhitungan dilakukan dengan mengadopsi persamaan dari EVSIM. Parameter yang diketahui adalah temperatur masuk evaporator, laju masa, koefisien heat transfer dan tekanan masuk dan keluar evaporator, temperatur kabin dan kecepatan udara di dalam kabin. Eksperimen dilakukan dengan menggunakan variasi beban pendinginan pada evaporator kemudian dibandingkan dengan hasil perhitungan secara teori. Sehingga didapatkan prosentase penyimpangan antara hasil perhitungan dan eksperimental sebesar 38 %.

In the simulation model calculations, which mainly are for the development of the design heat exchanger (evaporator), but limited by the specification of the system components and the type refrigerant. The purpose of this study is to make mathematical modeling of Refrijerasi cascade systems evaporator to help modeling the entire system. In this cascade system using refrigerant propane/CO2/ethane. Work evaporator cascade system at extremely low temperatures of -70°C. The low system using refrigerant mixture of CO2 and Ethane while at high temperature circuits using propane. Modeling calculated using Matlab software. Evaporator used fin and tube type with fin-shaped plate, in which the calculation is done by adopting the equation from EVSIM. Parameters that are known to inlet evaporator temperature, the mass flow rate, heat transfer coefficient and pressure inlet and outlet of the evaporator, cabin temperature and air velocity inside the cabin. Experiments performed using variations of the cooling load on the evaporator is then compared with the results of theoretical calculations. The percentage error between the calculated and experimental results by 38%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T29990
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
TA3376
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian
"Menara pendingin adalah salah satu fasilitas yang terdapat di unit pembangkit yang layak mendapatkan perhatian khusus yang disebabkan antara lain karena letaknya di luar sehingga udara sekitar bisa menyebabkan keadaan yang tidak diinginkan dan disamping itu kelalaian dalam melaksanakan kegiatan maintenance routine dapat mengakibatlcan pengaruh yang besar terhadap biaya operasi dan juga akan mempercepat kerusakan yang terjadi pada komponen-komponen yang disebabkan oleh korosi. Menara pendingin memindahkan panas dari air sirkulasi ke udara sekitar melalui proses evaporasi. Hal terpenting untuk memperkecil peluang terjadinya kerak dan korosi yang terjadi adalah dengan melaksanakan program maintenance yang sesuai terhadap perlakuan air (water treatment). Program inspeksi yang terjadwal juga adalah salah satu kunci untuk mengetahui lebih awal problem yang akan terjadi. Dalam rangka untuk mengoptimalkan fungsi kerja menara pendingin, maka dilakukan pengevaluasian terhadap menara pendingin dan dilakukan setelah menara pendingin ini dioperasikan selama periode tertentu. Dalam melakukan pengevaluasian untuk menghitung kinerja digunakan pengevaluasian secara thermal (thermal test). Dari hasil pengevaluasian dapat dikatakan bahwa kinerja menara pendingin ini masih cukup baik (96%). Penurunan kinerja disebabkan oleh terganggunya proses perpindahan panas yang terjadi akibat terbentuknya kerak atau kotoran yang melekat pada paking-paking, nosel-nosel distribusi air, dan drift eliminator selama empat tahun beroperasi. Pembersihan maksimum yang clilakukan terhadap kerak atau kotoran yang terbentuk hanya dapat dilakukan pada saat unit pembangkit tidak beroperasi.

The cooling tower is a part of power plant facility deserves special attention because it is located outdoors, the weather and atmospheric may lead to unexpected damage. The neglect of necessary routine maintenance can have a big impact on cost of operation and an early component failure through corrosion. Cooling tower transfer heat from circulating water to the atmosphere through evaporation, The maintenance of a proper water treatment program is important in order to minimize scale built-up and corrosion. A regular inspection program is also a key to early problem detection. The evaluation of cooling tower is done after it is operated on certain period in order to optimize performance of cooling tower. A thermal test is used to determine cooling tower performance. The result of test is still acceptable (96%). The performance degradation is caused by scale built-up on packing, water distribution nozzles and drift eliminators over four years operation, as a result in heat and mass transfer process is disturbed. The maintenance schedule program to clean cooling tower can be done when the unit shut-down."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S37276
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surya Gumelar
"Pabrik es mini yang bisa di bawa kemana saja merupakan salah satu solusi untuk ketersediaan es bagi nelayan di daerah-daerah terpencil. Yang sangat diperlukan oleh nelayan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas kesegaran ikan dengan pembekuan. Sehingga mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. Proses perancangan mini ice plant ini berdasarkan desain yang telah ada, yang di bahas pada penelitian sebelumnya. Analisa sensitivitas ini untuk mengoptimalkan desain dari mini ice plant. Sehingga menemukan parameter apa saja yang berpengaruh terhadap desain mini ice plant. Parameter yang ditinjau melipui temperatur evaporasi, waktu pembekuan dan jumlah tube. Selain itu juga dipertimbangkan mengenai beban listrik, proses pembuatan dan perawatan. Sehingga analisa dapat menemukan batasan parameter yang masuk dalam lingkup target yang dikehendaki. Evaporator merupakan salah satu alat penukar kalor, dimana proses pembekuan terjadi karena ada fenomena yang ditimbulkan dari evaporator. Dimensi evaporator berkaitan dengan panjang, tinggi dan lebar. Ditetapkan panjang tidak boleh lebih dari 3,5 m. hal ini yang dijadikan batasan utama dalam analisa ini yaitu untuk mencari panjang yang diinginkan dengan melakukan iterasi dari parameternya.

Portable mini ice plant is one solution of ice availability for fisherman in remote area. Which needed by fisherman to increase the quality of fish freshness by freezing. So there's an added value. This fabrication process of mini ice plant based on existing design, which already studied on previous research. Sensitivity analysis used for optimization design mini ice plants. So, it finds influence parameter where works in mini ice plant. Scope of arameters are freezing time, evaporation temperature and number of tubes. Otherwise, it considers about power consumption, manufacturer and maintenance. Analysis aims to get parameters are in limitation area where it wanted. Evaporator is a kind of heat-exchangers where freezing's process appears caused by its phenomena. Dimension of evaporator adhere with length, height and width. The limitation of length is 3,5 meters. There's main limit of analysis sensitivity evaporator's design which to get length by using iteration from its parameters."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50942
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Liberty Trirahmadika Widyakusuma
"Ice slurry merupakan media pendingin yang dihasilkan melalui rekayasa sistem refrigerasi dengan memanfaatkan air laut sebagai bahan dasarnya. Ice slurry sebagai media pendingin merupakan alternatif terbaik untuk mendinginkan ikan, hal tersebut karena seluruh badan ikan dapat tertutupi oleh es berbentuk kristal dengan diameter 0.1-0.2mm dan temperatur dibawah 0 oC. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang prototype ice slurry generator dan menganalisis laju produksi dengan membandingkan beberapa variasi salinitas air laut. Parameter dalam penelitian ini adalah laju produksi ice slurry generator hasil rancangan. Laju produksi terbaik ice slurry generator generasi ke-6 pada penelitian ini adalah 0.284 Ton/12 Hours , dihasilkan oleh air laut dengan salinitas 10 ppt dengan putaran 335 RPM pada scraper dan 1064 RPM pada pompa.

Ice slurry is a cooling medium generated through refrigeration system engineering by utilizing sea water as its base material. Ice slurry as a cooling medium is the best alternative for fish cooling and preservation, this is because the whole body of fish can be covered by ice crystals with a diameter of 0.1 0.2 mm and temperatures below 0 oC. The purpose of this research is to design a prototype of ice slurry generator and analyze the production rate by comparing some salinity variation of seawater. The parameter in this research is the production rate of slurry ice generator specially designed for this research. The best production rate of slurry ice generator 6th generation in this research is 0.284 Ton 12 Hours , produced by 10 ppt salinity of seawater with 335 RPM rotation on scraper and 1064 RPM on the pump."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68291
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Permata Sari
"Ice Slurry merupakan hasil rekayasa sistem pendingin pada evaporator dengan memanfaatkan air laut sebagai media freezing point depressing additive. Teknologi ice slurry sangat berperan penting dalam proses penangkapan ikan di laut lepas, karena kualitas ikan yang di dinginkan oleh ice slurry jauh lebih baik di bandingkan oleh media pendingin lainya. Modifikasi evaporator dengan lapisan Teflon dan jarak clearance dimaksudkan untuk mengurangi daya dan mempersingkat waktu pembuatan ice slurry. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari pengaruh modifikasi evaporator dan menganalisis kinerja dari generator dengan variasi salinitas air laut. Semakin tinggi salinitas air laut maka semakin rendah suhu ice slurry. Tetapi lebih tinggi salinitas belum tentu efisien dari segi daya pembentukan ice slurry yang dibutuhkan untuk mendinginkan ikan, karena hasil tangkapan rata-rata laut perlu suhu pendinginan antara -1 sampai -2 ?. Parameter dalam penelitian ini adalah daya terendah dan waktu tersingkat dalam pembentukan ice slurry. Modifikasi evaporator membuat friksi pada generator menurun sehingga mengurangi kebisingan, menurunkan kebutuhan daya pada generator ice slurry rata ndash; rata sebesar 63 Watt, juga mengurangi waktu pembentukan ice slurry rata ndash; rata sebesar 11 detik.

Ice Slurry is the result of cooling system engineering on the evaporator by utilizing seawater as a freezing point depressing additive medium. Ice slurry technology plays an important role in the process of catching fish in the open seas, because the quality of the fish is cooled by ice slurry is much better in comparison with other cooling media. The evaporator modification with Teflon coating and clearance distance is intended to reduce power and shorten the ice slurry making time. The purpose of this research is to find the effect of evaporator modification and to analyze the performance of generator with salinity variation of seawater. The higher the salinity of sea water the lower the ice slurry temperature. But higher salinity is not necessarily efficient in terms of the ice slurry forming power required to cool the fish, since the average sea catch rate needs a cooling temperature between 1 to 2 . The parameters in this study are the lowest power and the shortest time in ice slurry formation. The evaporator modification causes the friction on the generator to decrease so as to reduce noise, decrease the power requirement on an average ice slurry generator by 63 Watt, also reducing the average ice slurry time by 11 seconds."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68553
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>