Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99490 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S37158
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimitri Rulianto
"Telah dilakukan penelitian terhadap karakteristik stabilitas nyala api difusi, apabila bahan bakar gas LPG dipanaskan terlebih dahulu sebelum dibakar didalam burner. Secara teori dengan meningkatkan temperatur un-burn suatu bahan bakar, maka dapat menyebabkan laju reaksi menjadi lebih cepat, kecepatan pembakaran menjadi lebih cepat, energi minimum menjadi lebih rendah dan starting point menjadi lebih rendah. Pada penelitian ini akan dilakukan pendekatan dengan mencari stabilitas nyala api difusi melalui panjang nyala api dan jarak lifted flame yang terjadi akibat proses pemanasan bahan bakar gas LPG.
Hasil yang dapat diperoleh adalah temperature bahan bakar gas LPG yang dapat dicapai setelah dipanaskan adalah 37,5°C, 38,8°C, 39,8°C, 43,1°C dan 46,6°C. Lifted flame terjadi lebih awal dan panjang nyala api berkurang dengan meningkatnya temperature bahan bakar gas LPG. Stabilitas nyala api difusi terjadi saat bahan bakar gas LPG dipanaskan pada temperatur 80 _C dan 90°C.

This research is about the characteristic of the diffusion flame stability when LPG gases are being preheated before it burns in the burner. Theoretically by rising unburned temperature of a certain fuel can cause higher rate of reaction, higher burning velocity, lower minimum energy and lower starting point. This research will be approached on burning velocity by length of flame and length of lifted flame which occur because of heating LPG fuel gas.
The result show that LPG fuel gases burning temperature after heating could be reached 37,5°C; 38,8°C; 39,8°C; 43,1°C; 46,6°C. Lifted flame will occur earlier and length of flame will decrease equal to increasingly LPG fuel gas temperature. The diffusion flame stability will occur when the LPG fuel gases are being preheated at temperature 80°C and 90°C.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T41219
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Propana merupakan senyawa Hidrokarbon yang memiliki sifat mudah terbakar
dan umumnya digunakan sebagai bahan bakar. Petrozon ROSSY-22 adalah salah
sam refrigeran Hidrokarbon yang saat ini mulai banyak dipergunakan karena
sifatnya yang ramah lingkungan, jika dilihat dan susunannya rnaka akan diketahui
Petrozon ROS SY-22 rnemiliki kandungan utama Propana (C3Hg) sebesar 99.06 %.
Dengan kandungan utama Propana maka refrigeran ini dapat digunakan sebagai
bahan bakar yang memiliki karakteristik stabilitas dan tinggi nyala yang berbeda
dengan bahan bakar yang telah ada di pasaran, misalnya LPG (Liquidified
Petroleum Gas). Dari hasil percobaan dapat terlihat bahwa Propana memiliki
luasan daerah stabilitas nyala yang Ieblh besar daripada LPG, selain ilu tinggi
nyala propana mempunyai rata-rata kenaikan tinggi nyala (2l,2 cm untuk
kenaikan beban pembakaran sebesar 1 kW/cm2) yang lebih besar pula daripada
LPG (11,49 cm). Dari percobaan ini juga didapat persamaan sederhana untuk
menentukan tlnggi nyala teoritis dengan mernpertimbangkan Bilangan Lewis,
n.6 |12 0.3 _ 0.2
yaitu § = 3.021% untuk propane dan gi = 16%-1% untuk LPG."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S37690
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asryan Abrar Ramadhian
"Penelitian berikut ini bertujuan untuk mengamati fenomena flashback flame yang terjadi pada pembakaran rendah bahan bakar. Bahan bakar yang digunakan berupa LPG produk swasta, dan proses pembakaran yang terjadi pada Bunsen burner yang telah dilengkapi rotating fan. Tabung burner dibuat dari bahan pyrex untuk mengamati kecepatan nyala flashback. Penelitian difokuskan terhadap variasi rasio udara-bahan bakar dan variasi putaran rotating fan serta variasi diameter burner. Hasil penelitian menunjukan bahwa laju rambat nyala flashback akan cepat terjadi pada diameter burner 15 mm dibandingkan dengan diameter 20 mm dan 25 mm. Adanya putaran rotating fan memperlambat kecepatan nyala flashback dan memperbesar nilai rasio udara bahan bakar pada setiap diameter barrel.

This research intent to observe flame-flashback phenomenon on lean-fuel combustion. As primary fuel was used LPG and Bunsen burner who completed with rotating fan mixer. Burner tube was made from pyrex to observe and analyze flame-flashback velocity. Else, this experiment was conduct on variation of burner diameter and variation of rotation from rotating fan mixer. As the result, speed of flame flashback would be occurred on burner diameter of 15 mm than burner diameter 20 mm and 15 mm. Rotation of rotating fan mixer would be reduce flashback speed and also increasing the value of Air Fuel Ratio at each barrel.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42220
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Togatorop, Harum
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S37041
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noris Subekti
"Pengaruh variasi putaran terhadap stabilitas nyala api premix campuran udara dengan gas Hycool HCR 22 diteliti menggunakan bunsen bumer dengan menggunakan Roraling Fan Mixer (RPM). Dengan variabel bebas adalah laju aliran udara., fenomena yang diambil adalah fenomcna Yellow Tip, Flashback dan LQ? Off Perhitungan AFR, luas daera stabilitas nyala (AT), burning load, serta burning velocity juga didapatkan dengan perhitungan tempeatur campuran belum terbakar (Tu), temperatur ignition (Ti) dan Temperatur nyala api (Tr). Dari grafik luas daerah stabilitas nyala diperoleh untuk A BL konstan didapat nilai luas stabilitas optimum pada BL; = 6 MW/m2 dan BL; = 8 MW/m2 yajtu sebesar 20.958 m2 pada putaran 1400 rpm. Dengan meningkatkan putaran RFM secara signifikan didapatkan bahwa kencepatan nyala api cenderung naik. Hal ini disebabkan kecepatan putar dari RFM tersebut ikut memperbesar kecepatan campuran udara-bahan bakar yang keluar tabung pembakar (Vu). Dengan semakin besamya Vu otomatis akan ikut memperbesar SL.

The influence of rotation of variation to air mixture premix flame stability with Hycool HCR 22 gas is investigated with Bunsen Burner by using Rotating Fan Maker (RFM). With free variable is air flow, the phenomenon taken are Yellow Tar, Flashback and LM Off The calculation of AFR, flame stability area (Ay, burning load and burning velocity are obtained with the calculation from unburned mixture Temperature (Tu), ignition temperature (Tig) and flame temperature (Tj. From the flame stability area, it is obtained that for A BL constant, the optimum stability area value is achieved for BL; = 6 MW/m2 and BL; == 8 MW/rn? that is equal to 20. 958 m2 at rotation of 1400 rpm. By increasing the rotation of RFM significantly, it is obtained that burning velocity tends to go up. This is caused that rotation of RFM also increasing air-fuel mixtured that leave the tube (Vu). The increasing of V., will also enlarge SL automatically."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37524
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S37650
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gede Eka Lesmana
"Pengaruh variansi putaran terhadap stabilitas dari uyala api premix campuran Udara -LPG diteliti secara eksperimental. Berdasarkan grafik Fuidge (AFR vs BL) dianalisis kontur dari nyala api Yellow Tip dan Lift Off untuk menentukan daerah stabilitas nyala api. Hasil penelitian membuktikan bahwa pemakaian mixer jenis Rotating Fan Mixer (RFM) meningkatkan daerah stabilitas nyala yang didefinisikan sebagai beta*s = AT / A * T_{w} yaitu sebesar 59,1% terhadap mixer standar (tanpa fan) khususnya pada putaran n fin =0 rpm. Tidak ditemukan terjadinya fenomena Back Fire selama pemakaian mixer RFM, bahkan daerah Lift Off-nya semakin tinggi yaitu pada kualitas campuran yang semakin kurus (AFR semakin tinggi).
Pada penelitian ini dipergunakan dua buah tabung pembakar ukuran diameter 14-23 mm panjang 210 mm dan diameter 14-30 mm panjang 420 mm yang dilaksanakan pada daerah aliran laminer dengan bilangan Reynold, Re = 500 sampai dengan 1200.
Ternyata pengaruh putaran Fan pada RFM mengakibatkan terjadinya aliran pusar hingga ujung tabung pembakar, sehingga homogenitas campuran udara LPG semakin baik dan hal ini dibuktikan dengan:
- Meningkatnya Burning Velocity dan Burning Rate Factor: phi=(T f -T ig )/(T ig -T u ). dimana Burning Rate Factor didefinisikan sebagai rusio kenaikan suhu pada Reaction Zone terhadap kenaikan suhu pada Preheating Zone sekitar 17% sampai dengan 30%.
- Turunnya suhu penyalaan mencapai nilai minimun (T igmin =497^ C) dan meningkatnya suhu nyala api mencapai nilai maksimun (T f mod = 1871K ) sehingga panjang apl luminous semakin pendak (h + eta_{0} + eta_{R}) sekitar 3% s/d 11%.
Hasil eksperimental tersebut menunjukkan kesesuaian dengan hasil pembahasan perhitungan teoritis sebelumnya.
The effect of rotation variable on stabilization of LPG-Air premix bunsen flame is experimentally investigated. Both the flame Yellow Tip and Lift Off contours are determined in Fuidge Diagram Air Fuel Ratio versus burning load (AFR vs BL.) for define flame stabilization area. The experimental result showed that using Rotating Fan Mixer (RFM) increase the flame stabilization area is defined as beta s = AT / A T st that is 59,1% against RFM without fan at n Fan =0 rpm. Back Fire Phenomena is not found as long as using RFM, Lift Off area is much higher, in compared with mixer RFM without fan, because the mixture quality was leaner.
The experimentally of premix flame stability to be executed in laminer flow region with Reynolds mumber in between Re = 500 to 1200, using two type of Bunsen's barrel: $14-23 mm length 210 mm and phi / d - 30 mm length 4.20 mm.
The effect of rotating fan increase swirling flows of mixture convected out from the Burner's tip, so that help to increase burning intensitas through enhanced homogenity of mixing LPG air premixed. Its proved by the experimentally as shown as the result:
- Increase Burning Velocity and Burning Rate Factor phi=(T r -T ig )/(T ig -T u ), with Burning Rate Factor defined as the ratio of temperature increase in reaction zone to temperature increase in Preheating zone about 17% to 30%
- Ignation temperature decrease until Tigmin 497 °C and flame semperature increase until T fmax =187I K. its affected the luminous flame length . shorted about 39% to 1196 h = eta_{0} + eta_{r}
The result of the experimental findings are shown to be in accordance with the prior theoretical investigation.
"
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T38829
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimitri Rulianto
"Telah dilakukan penelitian terhadap karakteristik stabilitas nyala api difusi, apabila bahan bakar gas LPG dipanaskan terlebih dahulu sebelum dibakar didalam bumer. Secara teori dengan meningkatkan temperatur un-burn suatu bahan bakar, maka dapat menyebabkan laju reaksi menjadi lebih cepat, kecepatan pembakaran menjadi lebih cepat, energi minimum menjadi lebih rendah dan starting point menjadi lebih rendah. Pada penelitian ini akan dilakukan pendekatan dengan mencari stabilitas nyala api difusi melalui panjang nyala api dan jarak lifted flame yang terjadi akibat proses pemanasan bahan bakar gas LPG. Hasil yang dapat diperoleh adalah temperature bahan bakar gas LPG yang dapat dicapai setelah dipanaskan adalah 37,5 °C, 38,8 °C, 39,8 °C, 43,1 °C dan 46,6 °C. Lifted flame terjadi lebih awal dan panjang nyala api berkurang dengan meningkatnya temperature bahan bakar gas LPG. Stabilitas nyala api difusi terjadi saat bahan bakar gas LPG dipanaskan pada temperatur 80 °C dan 90 °C.

This research is about the characteristic of the diffusion flame stability when LPG gases are being preheated before it bums in the bumer. Theoretically by rising unbumed temperature of a certain fuel can cause higher rate of reaction, higher buming velocity, lower minimum energy and lower starting point This research will be approached on buming velocity by length of flame and length of lifted flame which occur because of heaiing LPG fuel gas. The result show that LPG fuel gases buming temperature after heating could be reached 37,5 °C; 38,8 °C; 39,8 °C; 43,1 °C; 46,6 °C. Lifted flame will occur earlier and length of flame will decrease equal to increasingly LPG fuel gas temperature. The diflusion flame stability will occur when the LPG fuel gases are being preheated at temperature 80 °C and 90 °C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T25962
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Rahmat Hidayat
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37513
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>