Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155850 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Avianto M. Munir
"Sampah dimanapun selalu menimbulkan masalah. Ini disebabkan luasnya dampak negatif yang ditimbulkan serta casa penanganannya. Dampak negatif yang kentara diantara kita adalah berupa gangguan terhadap keseimbangan alam dan lingkungan. Oleh karena itu perlu dipikirkan cara penanganannya yang relatif aman serta tidak membahayakan dampak yang dihasilkan.
Salah satu alternatif penanganan tersebut adalah dengan membakar sampah yang dapat dilakukan di suatu tempat yang jauh dari segal kegiatan. Namun pembakaran tersebut terkadang sukar dikendalikan. Hal ini disebabkan bila terdapat angin yang cukup kencang sehingga sampah, asap, debu, arang, dan api itu sendiri terbawa ke tempat-tempat sekitar yang dapat menimbulkan kerugian serta dampak negatif. Oleh karena itu diperlukan suatu instalasi pembakaran yang dapat menanggulangi hal tersebut. Instalasi pembakaran tersebut disebut insinerator.
Proses pembakaran di dalam insinerator disebut insinerasi. Dalam insinerasi, karakteristik sampah, terutama kandungan airnya dapat mempengaruhi lamanya pembakaran serta jumlah pemakaian bahan bakar. Pengeringan perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum dikerjakan dalam insinerator. Pengeringan ini dapat dikerjakan sekaligus dengan pengontrolan suhu dan waktu pengeringan. Untuk sampah yang mengandung air (moisrure) tinggi, pengerlngan dilakukan di Iuar insinerator. Berarti instalasi pengeringan atau alat pengering dipasang di Iuar konsturksi insinerator.
Alat pengering yang dapat digunakan sebagai pengeringan pendahuluan adalah Rotary Dryer. Alat ini berbentuk silinder yang dapat berputar dan di dalamnya terdapat sirip-sirip yang berfungsi sebagai pemisah atau pengayak, agar sampah tidak menggumpal. Alat ini juga dapat digunakan sebagai ruang masuk sampah ke dalam insinerator dan terdapat pula ruang untuk mengalirkan udara panas sebagai pengonuolan suhu dan media pengering."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S36621
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bariq Bagawanta
"Kebutuhan energi terus meningkat mengikuti pertumbuhan ekonomi, penduduk, harga energi, dan kebijakan pemerintah. Biomassa memiliki potensi untuk menjadi salah satu sumber energi utama dimasa mendatang, dan modernisasi sistem bioenergi disarankan sebagai kontributor penting bagi pengembangan energi berkelanjutan dimasa depan, khususnya bagi pembangunan berkelanjutan di negara-negara industri maupun di negara-negara berkembang. Kayu di Indonesia merupakan biomassa yang sudah lama dikenal oleh masyarakat dan merupakan sumber energi terbarukan. Untuk mempermudah penggunaan biomasssa kayu sebagai sumber energi atau bahan bakar adalah dengan mengolahnya dalam bentuk pelet. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengujian pengeringan sampah biomassa dengan menggunakan pengering tipe rotari (rotary dryer) serta mengatahui efisiensi kinerja dari alat pengering rotari berdasarkan variabel yang ditentukan. Variabel yang dilakukan dalam pengujian alat pengering rotari ini menggunakan ukuran pelet kayu diameter 8mm dengan laju konsumsi 48 gram/menit, putaran drum pengering 1; 1.25; dan 1.5 rpm beserta laju aliran udara pengering 33435.8; 57346.1; dan 75139.8 lpm.

Energy demand continues to increase along with economic growth, population, energy prices, and government policies. Biomass has the potential to become one of the main energy sources in the future, and the modernization of the bioenergy system is proposed as an important contributor to future energy development, specifically for sustainable development in industrialized countries or in developing countries. Wood in Indonesia is a biomass that has long been known by the community and is a renewable energy source. To facilitate the use of wood biomass as a source of energy or fuel by processing it in the form of pellets. This study aims to test the drying of rubbish by using a rotary dryer type (rotary dryer) and know the efficiency of the performance of a rotary dryer based on the variables needed. The variables carried out in this rotary dryer test use a size of 8 mm diameter wood pellets with a consumption rate of 48 grams / minute, drum dryer rotation 1; 1.25; and 1.5 rpm with a drying air flow rate of 33435.8; 57346.1; and 75139.8 lpm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daragantina Nursani
"Penggunaan biomassa sebagai sumber energi atau bahan bakar dalam bentuk pelet memiliki banyak keunggulan, diantaranya mudah untuk disimpan, didistribusikan, serta membuat proses pembakaran lebih sempurna dan stabil. Dalam proses pembuatan pelet, biomassa perlu dikeringkan terlebih dahulu untuk menghindari kontaminasi jamur yang dapat menurunkan nilai kalor. Jenis pengering yang biasa digunakan untuk pengeringan biomassa adalah tipe rotari, karena memiliki kapasitas tinggi, mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaan.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan optimasi proses pengeringan dengan menginvestigasi laju penurunan kadar air sampah biomassa pada ruang pengering, menginvestigasi sebaran energi pada ruang pengering, serta menginvestigasi pengaruh debit dan suhu udara pengering serta residence time material terhadap efisiensi energi sistem pengering rotari.
Penelitian ini dilakukan secara experimental dengan mengukur suhu, kelembaban, kecepatan udara, kecepatan putar, dan bobot produk dan pelet pada berbagai variasi yaitu variasi debit udara pengering 0,6, 1, dan 1,25 m3/s, variasi kecepatan putar 1, 1,25 dan 1,5 RPM dan variasi laju konsumsi pelet 48 g/min dan 123 g/min. Data hasil experimen dianalisa dengan menggunakan analisa heat dan mass tranfer untuk menghitung sebaran penurunan kadar air dan energi pindah panas, serta analisa energi input dan output untuk perhitungan efisiensi energi sistem pengering.
Hasil analisa menunjukkan bahwa laju penurunan kadar air sangat dipengaruhi oleh laju aliran udara pengering, penurunan kadar air tertinggi pada variasi 1,25 m3/s. Penurunan kadar air tertinggi terjadi pada awal masuk material ke ruang pengering dan semakin melandai saat material menuju pengeluaran drum pengering. Perpindahan panas pada drum pengering terjadi paling tinggi di titik Q 4-5 (ujung drum pengering/arah pemasukan material). Rata-rata nilai energi perpindahan panas ini lebih tinggi pada laju aliran udara pengering yang lebih tinggi. Efisiensi sistem memiliki trend meningkat seiring dengan peningkatan debit udara pengeringan, efisiensi sistem bervariasi dari 8,91% hingga 26,84%.

The use of biomass as an energy source or fuel in the form of pellets has many advantages, including being easy to store, distribute, and make the combustion process more perfect and stable. In the pellets processing, biomass needs to be dried to avoid fungal contamination which can reduce the caloric value. The type of dryer that is normally used for biomass drying is the rotary type, because it has a high capacity, easy to operate and maintain.
This study aims to optimize the drying process with investigate the rate of decrease in water content of biomass waste in the drying chamber, investigate the distribution of energy in the drying chamber, and investigate the effect of discharge and temperature of the drying air and residence time material on the energy efficiency of a rotary drying system.
This research was carried out experimentally by measuring temperature, humidity, air velocity, rotational speed, and weight of products and pellets at various variations, namely variations in the drying air discharge of 0.6, 1, and 1.25 m3/s, variations in rotational speed of 1, 1.25 and 1.5 RPM and the variation of pellet consumption rate is 48 g/min and 123 g/min. Experimental data were analyzed using heat and mass transfer analysis to calculate the distribution of water content reduction and heat transfer energy, input and output energy analysis for the calculation of the energy efficiency of a drying system.
The results of the analysis show that the rate of decrease in water content is strongly influenced by the rate of drying air flow, the highest decrease in water content at a variation of 1.25 m3/s. The highest decrease in water content occurs at the initial entry of material into the drying chamber and increasingly sloping as the material leads to the drying drum dryer. Heat transfer in the drying drum occurs highest at Q points 4-5 (end of the drying drum/direction of material entry). The average value of this heat transfer energy is higher at higher drying air flow rates. System efficiency has an increasing trend along with an increase in drying air discharge, system efficiency varies from 8.91% to 26.84%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anandirizki Naufal Winardi Abubakar
"Kehadiran globalisasi membawa pengaruh pada kehidupan kita khususnya pada teknologi. Teknologi akan terus berkembang seiring berjalan nya waktu. Salah satu contoh nya pada teknologi di bidang pengeringan. Proses pengeringan sangatlah diperlukan pada negara Indonesia karena merupakan negara tropis yang memiliki kelembaban udara yang tinggi menyesuaikan pada dua musim yang ada di negara ini yaitu musim hujan dan musim kemarau. Untuk itu dalam penelitian ini agar mengetahui bagaimana solusi yang diberikan agar udara yang lembab dapat dikonversikan menjadi udara yang kering agar dapat digunakan untuk proses pengeringan. Proses pengeringan yang ingin dikembangkan yaitu pada alat packed bed dryer menggunakan sistem dehumidifikasi udara dengan memanfaatkan silica gel sebagai desiccant nya. Untuk mengetahui bagaimana sistem tersebut dapat berjalan dengan efisien maka dilakukan simulasi menggunakan software Ms. Excel. Dalam penelitian ini dilakukan variasi terhadap dimensi pada desiccant dan temperatur udara masuk dengan mengasumsikan kecepatan aliran massa udara, kelembaban udara relatif konstan pada setiap simulasi. Hasil yang didapat dalam total 40 variasi temperatur udara masuk (Tai) dan dimensi desiccant silica gel menghasilkan rata - rata kenaikan moisture content dan penurunan temperatur udara keluar (Tao) tiap diameter desiccant. Untuk Tai 27oC sebesar 1,07682 x 10-8 kg/kg dengan Tao 29,67806oC, Tai 28oC sebesar 1,11054 x 10-8 kg/kg dengan Tao 29,80604oC, Tai 29oC sebesar 1,14503 x 10-8 kg/kg dengan Tao 29,9342oC, Tai 30oC sebesar 1,18029 x 10-8 kg/kg dengan Tao 30,0626oC, Tai 31oC sebesar 1,2148 x 10-8 kg/kg dengan Tao 30,1910oC, Tai 32oC sebesar 1,25318 x 10-8 kg/kg dengan Tao 30,32oC, Tai 33oC sebesar 1,29082 x 10-8 kg/kg dengan Tao 30,4491oC, dan Tai 34oC sebesar 1,32927 x 10-8 kg/kg dengan Tao 30,5784oC per 1 milidetik sampai 10 detik.

The presence of globalization has an influence on our lives specifically in technology. Technology will continue to develop over time. One of the example of this technology is drying. The drying process is very necessary in Indonesia because Indonesia is a tropical country that has high humidity which is it will adjust based on the two seasons in this country such as rainy season and dry season. For this reason in this study to find out how the solution provided for moist air can be convered into dry air so it can be used for the drying process. The drying process to be developed in a packed bed dryer using an air dehumidification system using silica gel at its desiccant. To find out how the system can run efficiently, simulation is done using Ms. Excel. In this research, variations in the dimmension of desiccants and air inlet temperature are carried out by assuming the air mass flow velocity, relative humidity is assumed to be constant in each simulation. The results obtained in a total of 40 variations of inlet air temperature (Tai) and the dimensions of desiccant silica gel produce an average increase in moisture content and a decrease in outlet ait temperature (Tao) per desiccant diameter. For Tai 27oC, the average moisture content is 1,07682 x 10-8 kg/kg with Tao 29,67806oC, Tai 28oC, the average moisture content is 1,11054 x 10-8 kg/kg with Tao 29,80604oC, Tai 29oC the average moisture content is 1,14503 x 10-8 kg/kg with Tao 29,9342 oC, Tai 30oC the average moisture content is 1,18029 x 10-8 kg/kg with Tao 30,0626oC, Tai 31oC the average moisture content is 1,2148 x 10-8 kg/kg with Tao 30,1910oC, Tai 32oC the average moisture content is 1,25318 x 10-8 kg/kg with Tao 30,32oC, Tai 33oC the average moisture content is 1,29082 x 10-8 kg/kg with Tao Tao 30,4491oC, Tai 34oC the average moisture content is 1,32927 x 10-8 kg/kg with Tao 30,5784oC per one milisecond until ten seconds."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baron Nurwendo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S36026
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
T40561
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Hafitara
"Pertumbuhan ekonomi dan populasi penduduk di Indonesia akan menyebabkan pemenuhan kebutuhan terhadap energi terus mengalami peningkatan. Pemilihan jenis bahan bakar dan teknologi yang digunukan akan berdampak pada pertambahannya emisi gas CO2 yang dihasilkan dari pembakaran sumber energi menuju atmosfir dan dalam jumlah tertentu hal tersebut akan berdampak terhadap pemanasan global. Pemanfaatan energi terbarukan seperti biomass langkah pemerintah dalam konservasi bahan bakar dan mengurangi jumlah pemakaian energi fosil agar berkurangnya efek dari rumah kaca. Sumber energi biomassa mempunyai beberapa kelebihan antara lain merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui sehingga dapat menyediakan sumber energi secara berkesinambungan dan dapat mengurangi emisi gas CO2. Biomassa harus mengalami proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai sumber energi. Pada proses pengolahan biomassa, pengeringan merupakan salah satu tahap yang sangat penting untuk menghasilkan kualitas bahan bakar biomassa yang baik. Penelitian ini akan menyelidiki mesin pengering rotari dengan bahan bakar pelet biomassa untuk mengeringkan limbah organik. Variabel yang dilakukan dalam pengujian alat pengering rotari ini menggunakan ukuran pelet kayu diameter 8mm dengan laju konsumsi 123 gram/menit, putaran drum pengering 1; 1.25; dan 1.5 rpm beserta laju aliran udara pengering 33435.8; 57346.1, dan 75139.8 lpm.

Economic growth and population in Indonesia will cause the fulfillment of energy needs to continue to increase. The choice of fuel and technology used will have an impact on the increase in CO2 emissions resulting from the burning of energy sources into the atmosphere and in certain amounts it will have an impact on global warming. Utilization of renewable energy such as biomass is a step of the government in conserving fuels and reducing the amount of fossil energy use so that the greenhouse effect is reduced. Biomass energy sources have several advantages including being a renewable energy source so that it can provide a sustainable energy source and can reduce CO2 gas emissions. Biomass must undergo processing before it can be used as an energy source. In the process of biomass processing, drying is one of the most important steps to produce good quality biomass fuel. This research will investigate a rotary drying machine with biomass pellet fuel to dry organic waste. The variables carried out in this rotary dryer test using a diameter of 8mm wooden pellets with a consumption rate of 123 grams / minute, a drum rotation speed of 1; 1.25; and 1.5 rpm along with a drying air flow rate of 33435.8; 57346.1; and 75139.8 lpm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fuji Astuti Jalil
"Kelurahan Kapuk merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Cengkareng yang memiliki jumlah penduduk terbanyak yaitu sebesar 150.144 jiwa dan kepadatan penduduk tertinggi. Banyaknya jumlah penduduk berpengaruh pada timbulan sampah yang dihasilkan setiap harinya. Saat ini sampah yang dihasilkan dari tiap RW di Kelurahan Kapuk hanya di kumpulkan pada Tempat Penampungan Sementara TPS dan diagkut ke TPA tanpa pengolahan. Hal ini dikarenakan tidak tersedianya TPS dan TPS-3R yang memadai di kelurahan Kapuk. Keterbatasan sarana yang disediakan mengakibatkan banyaknya masyarakat yang membuat TPS ilegal, sehingga sampah hanya dibiarkan menumpuk di angkut ke TPA oleh petugas karena tidak terdaftar sebagai TPS resmi kelurahan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan TPS di Kelurahan Kapuk, sehingga diperlukan pengukuran terhadap timbulan dan komposisi sampah yang dihasilkan setiap harinya dengan mengacu pada SNI 19-3964-1994.
Dari hasil penelitian didapatkan timbulan sampah sebesar 0,26 kg/orang/hari dan timbulan sampah total kelurahan Kapuk sebesar 3.841 kg/hari atau 3,841 ton/hari. Komposisi sampah terbesar berasal dari sampah sisa makanan dengan presentase sebesar 35,9 . Estimasi kebutuhan TPS menggunakan acuan SNI 3242-2008. Hasil pengolahan data menunjukkan jumlah TPS yang harus disediakan pada tahun 2017 adalah 5 TPS. Untuk mengetahui jumlah TPS di masa mendatang dilakukan proyeksi sampai 20 tahun kedepan yaitu tahun 2037 dengan hasil perkiraan timbulan sampah sebesar 60.492 kg/hari 60,492 ton/hari dan jumlah TPS yang diperlukan sebanyak 8 TPS.

Study of Waste Generation and Composition of Household waste as the basis determination TPS. Case Study Kelurahan Kapuk, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat Kapuk is one of the urban villages located in Cengkareng district which has the larger populations of 150.144 as well as highest population density. The amount of population is positively correlated with the amount of household waste disposal. Currently the household waste produced by each community association RW in Kapuk village are only gathered in solid waste transfer stations TPS and being moved to final disposal TPA without any further process. This is due to the lack of the availability of TPS and TPS 3R in that village. Under this condition, people are forced to establish illegal TPS in particular areas. Therefore, the waste becomes uncontrollable and piled because the existing TPS is unregistered.
This research aim to examine the needs of registered TPS in Kapuk Village, hence it requires measuring the total of wasteand its compositions that are produced everyday based on SNI 3964 1994.
The findings reveals that the total waste is about 0,26 kg person day and the total waste in Kapuk village is 3.841 kg day 3,841 ton day. Biggest composition of waste resulted from food waste with the precentage 0f 35,9 . The need of solid waste transfer station TPS is esyimated using SNI 3242 2008 as reference. The finding shows that 5 TPS should be established in 2017. By using a forecastng for 20 years ahead, in 2037 the estimated amount of waste is 60.492 kg day 60,492 ton day with total TPS needed is 8 TPS.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjokorda Gde Satya Yoga
"Kemajuan teknologi semakin berkembang seiring berjalannya waktu. Dan salah satu teknologi yang terus berkembang adalah bidang pengeringan. Dimana inovasi untuk proses pengeringan sangat dibutuhkan pada daerah tropis yang memiliki tingkat kelembaban udara relatif tinggi. Perubahan drastis tingkat kelembaban terjadi pada saat memasuki musim hujan dan musim kemarau. Berbeda dengan di luar ruangan outdoor, tingkat kelembaban didalam ruangan lebih mudah berubah, tergantung dari aktivitas yang dilakukan. Selain itu, tingkat kelembaban udara udara yang tepat juga penting bagi kenyamanan dan kesehatan. Idealnya, kelembaban udara harus dijaga dalam kisaran 45% - 65% (RH). Dalam penelitian ini, dikembangkan sistem dehumidifikasi udara dengan memanfaatkan silica gel sebagai desiccant. Desain dan optimisasi sistem dilakukan melalui simulasi menggunakan software Ms. Excel. Penelitian ini menggunakan alat Packed Bed Dryer karena dikenal dapat menghasilkan panas yang tinggi dan perpindahan massa yang tinggi. Pada penelitian ini dilakukan variasi kelembaban relative humidity atau RH dan temperatur pada udara masuk dengan mengasumsikan kecepatan aliran massa udara dan dimensi partikel desiccant konstan selama simulasi. Data yang dihasilkan berupa perubahan dari moisture content pada silica gel terhadap waktu, dan perubahan temperatur udara keluar terhadap waktu, yang berikutnya data dari hasil simulasi tersebut dianalisis. Berdasarkan 56 variasi temperatur udara masuk Tai dan kelembaban udara masuk (RH) didapatkan nilai dari setiap kenaikan desiccant moisture content X dan penurunan temperatur udara keluar Tao selama 11 detik. Sehingga berdasarkan penelitian diketahui bahwa kelembaban dan temperatur udara berpengaruh pada sebuah laju pengeringan. Dan udara yang sudah melalui proses dehumidifikasi bisa dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan.

Technological advancements have progressed over time. And one technology that continues to develop is the field of drying. Where innovation for the drying process is needed in the tropics that have relatively high levels of humidity. Drastic changes in humidity levels occur when entering the rainy season and the dry season. Unlike the outdoors, the level of humidity in the room is more easily changed, depending on the activities carried out. In addition, the right level of air humidity is also important for comfort and health. Ideally, humidity should be maintained in the range of 45% - 65% (RH). In this study, an air dehumidification system was developed by utilizing silica gel as a desiccant. System design and optimization is done through simulation using Ms. Excel software. This study uses a Packed Bed Dryer tool because it is known to produce high heat and high mass transfer. In this study, the variation of humidity (relative humidity or RH) and the temperature of the inlet air, assume the air mass flow velocity and dimensions of the desiccant particles are constant during the simulation. The data generated in the form of changes in moisture content in silica gel with respect to time, and changes in the temperature of the air out with time, the next data from the simulation results are analyzed. Based on 56 variations of air inlet temperature (Tai) and air inlet humidity, values are obtained from each increase in desiccant moisture content X and decrease in the air outlet temperature Tao for 11 seconds. So based on research it is known that humidity and air temperature affect the drying rate. And the air that has gone through the dehumidification process can be utilized as needed.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The Paradigma that solid waste not to be use and does not have economic value, as soon as possible would be eliminated, the real facts indicates that solid waste become the row material of profitable business and could give an extra income, especially to people who no longer work formally. In the other hand, solid waste become an inspiration of public to increase public economics. Handling solid waste that starting from the raw material, already done by the community of RW 03, Sub-District Mampang Prapatan, South Jakarta. This is the pilot project of PT Unilever toprove that solid waste can give the extra income. This papers will describe how the community participation can exploit maximum of potency of solid waste with the perfect method of produce which integrated, as near by possible from source of garbage, and can yield."
KOM 3:2 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>