Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 224628 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Yatmoko
Depok: Universitas Indonesia, 1996
S36643
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Saifudin
"Kualitas adalah hal yang mutlak harus dimiliki oleh semua produk agar dapat diterima oleh pelanggan. Tanpa adanya jaminan kualitas maka pelanggan akan meninggalkan produk tersebut. PT SMPI yang bergerak dalam bidang industri pembuatan kemasan dituntut untuk menjaga kualitas laminasi hasil produksinya. Proses laminasi merupakan salah satu jalur kritis dalam industri pembuatan kemasan. Sampai saat ini pengendalian kualitas yang dilakukan masih terkesan kasar dan hanya mengandalkan intuisi dari para operator. Belum terdapat metode yang secara statistik mampu menempatkan proses laminasi berada dalam keadaan yang terkendali. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan perbaikan metode pengendalian kualitas laminasi. Hal ini dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui kondisi proses pengendalian kualitas laminasi yang telah dijalankan. Untuk mengetahui kondisi proses laminasi ini akan digunakan metode Pengendalian Proses Statistik dengan control chart sebagai alat utamanya. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa proses laminasi pada mesin EC-3 dan Dry Laminating tidak berada dalam keadaan terkendali secara statistik yang disebabkan oleh variasi yang berasal dari assignable cause. Hasil ini mendukung untuk dilakukan perbaikan metode pengendalian kualitas. Perbaikan metode ini dilakukan dengan mendesain form peningkatan kualitas (7 Alat Kualitas) beserta SOP (Standard Operating Procedure) penggunaanya. Form ini didesain atas pertimbangan tingkat pemahaman dan latar belakang pendidikan para operator. Desain form yang dibuat adalah berupa form Control Chart, Pareto, Fishbone, Histogram, dan Check-Sheet.

Quality is the absolute thing that must all of product had to meet a customer demand. With no quality assurance, the product will be left by customer. PT SMPI that field in packaging industries has to keep its product's quality. Laminating process is the critical path in this industry. Process of quality control that has been done is perceived rough and just relies on the operator intuition. No method in statistical that can make laminating process is in control condition. The purpose of this research is offer proposal in improvement of laminating quality control method. This objective is executed by find out processing condition of laminating quality control in the first. To find out of laminating process will be used Statistical Process Control (SPC) method with control chart as a primary tool. The result is indicating that the laminating process on EC-3 and Dry Laminating machine is not in statistical control condition that caused by assignable cause of variation. This result is support to make improvement in quality control method. Improvement method proposed is executed by design a quality improvement form (7 Tools Quality) and SOP (Standard Operating Procedure) to use it. This form is design with assumption about comprehension degree and educational background of operator. Those forms are Control Chart, Pareto, Fishbone, Histogram, and Check-Sheet form."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50339
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vonny Setiaries Johan
"Penelitian ini dilatarbelakangi terdapatnya pengembalian produk kemasan hasil produksi PT. X oleh konsumennya akibat tebal tipisnya bahan. Hal tersebut didukung oleh penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa masalah cacat yang terbesar di PT. X adalah masalah ketebalan. Penelitian ini bertujuan mendapatkan toleransi ketebalan untuk beberapa artikel yang dianalisa, memberikan usulan perbaikan prosedur untuk mendapatkan ketebalan lid cup yang sesuai dengan toleransi, dan menghitung biaya akibat kegagalan dalam memproduksi lid cup yang tidak sesuai dengan standar. Penelitian ini dibatasi hanya pada tebal lid cup, yaitu plastik kemasan penutup air minuman dalam kemasan berbentuk gelas (cup), untuk merek A, merek B dan merek C dan proses yang diamati adalah proses ekstrusi laminasi.
Dari hasil pengumpulan dan pengolahan data dengan menggunakan peta kontrol (control chart) yang terkendali, dimana tidak terdapat variasi penyebab khusus, diperoleh bahwa toleransi untuk merek A adalah UCL = 70,09µ, mean 68,48µ dan LCL 66,88µ. Untuk merek B diperoleh UCL = 68,32µ, mean 66,92g dan LCL 65,52µ dan merek C diperoleh UCL = 69,52g, mean 68,20µ dan LCL 66,89µ. Untuk menganalisa lebih lanjut mengenai masalah ketebalan tersebut digunakan diagram sebab akibat untuk mengetahui penyebab dari tebal lid cup di luar standar. Penyebab-penyebab tersebut dikelompokkan dari segi manusia, mesin, metode, material dan lingkungan. Penyebab-penyebab tersebut diprioritasi dengan menggunakan pair comparison matrix dan diperoleh bahwa penyebab utama dari ketabalan lid cup di luar standar adalah setting temperatur, t-die tidak optimal, stel deckle bar, kurangnya pengawasan dan kurangnya tindak lanjut informasi dari QC.
Setelah diketahui penyebab-penyebab utama tersebut selanjutkan memberikan usulan-usulan perbaikan proseddur untuk memperoleh tebal lid cup yang diinginkan, antara lain: pengontrolan temperatur diperketat, pembersihan t-die secara berkala dan penerusan informasi dari QC ke bagian produksi, khususnya mengenai ketebalan.
Analisis biaya kualitas dilakukan untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan untuk menangani produk yang memiliki kualitas yang buruk dan upaya pencegahannya serta penilaiannya. Dari analisis biaya tersebut diperoleh bahwa komponen/unsur biaya kualitas terbesar di PT.X adalah biaya akibat kegagalan dalam, yaitu biaya waste yang mencapai 95% dari total biaya kegagalan. Jika dibandingkan dengan harga penjualan yang diterima oleh PT.X maka biaya kualitas sebesar 12,89%, oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan tindakan pencegahan dan perbaikan pada faktor-faktor penyebab ketebalan, dan dengan demikian perusahaan akan mampu menghemat biaya yang dikeluarkan akibat kualitas produk yang jelek.

This research is based on the customer's return of PT X?s packaging products because of the material thickness. From the last research it is concluded that the material thickness is the major problem of PT X. The aim of this research is to obtain the thickness tolerance limits for the analysis's product, to give the procedure improvement proposal to obtain lid cup's thickness which is met the tolerance limits and to count the cost of production's standard lid cup failure. Lid cup is a plastic cover of glass size mineral water from label A, B and C and the observed process is the extrusion laminating process. The limitation of this research is only by the thickness. The controllable control chart is used in data collecting and processing. The tolerance limits for label A is UCL 70.09 micron meter, mean = 68.48 micron meter and UCL = 66.88 micron meter. For label B UCL = 68,3211µ mean 66,9211µ and UCL 65,5211µ and for label C UCL = 69,5211µ mean 68,20µ and LCL 66,8911µ.
For further analysis about the thickness problem, cause and effect diagram is used to found causes of lid cup thickness, which is out of standardization; These causes are group based on men, machines, methods, materials and environments. These causes are prioritized which use pair comparison matrix, and the result is the main cause of lid cup thickness out of standardization is instable temperature setting, t-die is not optimal, uncleanly steel deckle bar, lack of monitoring and lack of quality control follow up information.
After main causes are found, the study is continued with giving procedure improvement proposal to obtain desirable lid cup thickness, such as tighter temperature control, regularly tie die cleaning and quality control information flows to production department, especially thickness.
Quality cost analysis is done to found costs which is caused by control and failure. The biggest quality cost is waste cost that 95% of total failure cost. If compared with sales of PT X the quality cost achieved 12,89% of total sales per year. Thus, with improvement from thickness effects factor above and controlling the quality, the company will be able to reduce expended cost caused by poor of quality product.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T3403
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Febri Laurent Susilowati Larosa
"Apoteker merupakan profesi yang berperan penting dalam kegiatan di industri farmasi. Peran apoteker dalam industri farmasi yaitu sebagai penanggung jawab dalam produksi, pengawasan mutu, serta pemastian mutu, dengan tujuan agar obat yang dihasilkan bermutu, aman, dan berkhasiat. Maka dari itu, seorang apoteker dituntut untuk memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan praktis dan manajerial dalam mengaplikasikan kemampuan dan ilmunya secara profesional. Selain itu, apoteker harus dapat menyelesaikan setiap permasalah dan tantangan yang terjadi di industri farmasi. Salah satu upaya untuk menghasilkan seorang apoteker yang kompeten di bidang industri farmasi, yaitu dengan melaksanakan praktik kerja profesi untuk calon apoteker. Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di industri farmasi ini bertujuan agar calon apoteker dapat memahami peran dan tanggung jawabnya, memahami penerapan CPOB di industri farmasi, dan memberikan gambaran tentang budaya dan suasana bekerja di industri farmasi. Tugas khusus yang diberikan saat Praktik Kerja Profesi Apoteker berjudul “Time Study Proses SUCU pada Mesin Granulasi di Production Line 03 PT. Dankos Farma”. Tugas khusus ini bertujuan untuk melatih pola pikir dan tindakan calon apoteker dalam mengelola kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi, salah satunya yaitu dengan mengefisienkan waktu produksi melalui pengefisienan waktu set up clean up sehingga dapat memberikan keuntungan bagi industri farmasi, namun dengan tetap mengutamakan kualitas dan keamanan produk.

Pharmacists are professions that play an important role in activities at the pharmaceutical industry. The role of pharmacists in the pharmaceutical industry is as a responsible for production, quality control, and quality assurance, with the aim that the drugs produced are of high quality, safe and efficacious. Therefore, a pharmacist is required to have insight, knowledge, practical and managerial skills in applying his abilities and knowledge professionally. In addition, pharmacists must be able to solve every problem and challenge that occurs in the pharmaceutical industry. One of the efforts to produce a competent pharmacist in the pharmaceutical industry is to carry out professional work practices for prospective pharmacists. The Pharmacist Professional Work Practice (PKPA) in the pharmaceutical industry aims to make prospective pharmacists understand their roles and responsibilities, understand the application of GMP in the pharmaceutical industry, and provide an overview of the culture and atmosphere of working in the pharmaceutical industry. The special task given during the Pharmacist Professional Work Practice entitled “Time Study of SUCU Process on Granulation Machine on Production Line 03 PT. Dankos Farma". This special task aims to train the mindset and actions of prospective pharmacists in managing the activities carried out in the production process, one of which is by streamlining production time through efficient clean up set up time so that it can provide benefits for the pharmaceutical industry, but by still prioritizing quality, and product safety."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Nurcahyo
"ABSTRAK
Banyak perusahaan menyadari produksi dengan tingkat diservifikasi yang tinggi dan volume produksi yang rendah adalah tantangan tersebar yang mereka temui. Ketidakmampuan mereka dalam mengatasi masalah tersebut membuat beberapa perusahaan dengan mudahnya memilih hanya memproduksi produk dengan tingkat variasi yang rendah. Sekalipun banyak operasi set up harus dikerjakan dalam sistem produk yang terdiversifikasi, berbagai kemungkinan lainnya muncul ketika kita meninjau masalah yang ada dari sudut set up itu sendiri. Pengembangan metode single minute exchange die kemudian membuat penurunan tingkat set up time yang dapat diraih perusahaan semakin signifikan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menekan waktu set up mesin molding pada PT Mecoindo menggunakan metode single minute exchange die (SMED). Penurunan waktu setup mesin molding dengan metode Single Minute Exchange Die dilakukan melalui tahapan memisahkan proses set up ekstemal dari proses set up internal, merubah proses set up internal menjadi set up eksternal, merampingkan semua aspek kerja set up internal. Selain ketiga tahapan di atas juga dilakukan operasi pararel mengatur pergerakan operator sehingga menghasilkan waktu set up yang lebih singkat. Setelah diterapkannya metode Single Minute Exchange Die terdapat pengurangan waktu sebesar 245 menit. Penurunan waktu set up sebesar 245 menit ini tidak memperhitungkan proses yang telah dirampingkan"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Azka Rianto Tedja Ningrat
"Perkembangan industri global menuntut para pelaku yang berada di dalamnya untuk terus berinovasi. Namun dalam penerapan inovasi yang ada saat ini, metode estimasi masih harus melewati tahap detail desain. Sehingga penerapan inovasi membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar. Inovasi yang dilakukan tentu akan berpengaruh langsung terhadap tingkat kerumitan dari produk yang dibuat. Hal ini mendorong diperlukannya suatu metode untuk dapat mengestimasi tingkat kerumitan dari suatu produk, sehingga para produsen dapat memperkirakan biaya yang dibutuhkan dalam membuat suatu produk berdasarkan tingkat kerumitan dari produk tersebut. El Maraghy dan Urbanic mengemukakan bahwa suatu produk manufaktur memiliki nilai kompleksitas yang merepresentasikan tingkat kerumitan dari suatu produk. Perhitungan kompleksitas tidak terlepas dari bentuk geometri produk, namun variasi geometri yang tak terbatas dari setiap produk tidak memungkinkan untuk dilakukannya perhitungan nilai kompleksitas. Jong Yun Jung (2002) selanjutnya mengklasifikasikan bentuk dasar dari suatu produk dengan mencakup variasi geometri yang ada menjadi beberapa fitur. Menurut El Maraghy, proses permesinan secara umum terdiri dari tiga proses utama, yaitu set up, operation dan non operation. Masing-masing memiliki nilai kompleksitas yang disebut kompleksitas proses (El Maraghy & Urbanic, 2003). Proses operation dan non-operation dilakukan sesuai dengan jenis mesin yang digunakan. Keduanya semakin dipermudah dengan adanya mesin Computerized Numerical Control (CNC). Namun untuk setiap fitur yang akan dibuat, memerlukan proses set up yang berbeda. Sehingga diperlukan perhitungan kompleksitas set up untuk setiap fitur. Oleh karena itu, diperlukan penelitian khusus mengenai proses set up. Pada penelitian ini akan dihitung nilai kompleksitas masing-masing fitur yang dikemukakan oleh Jong Yun Jung, khususnya prismatic dan slab feature. Kedua fitur tersebut dibentuk melalui proses milling. Perhitungan dilakukan dengan menjumlahkan nilai kompleksitas dari masing-masing subproses yang dilakukan dalam melakukan proses set up.

The development of global industry demands all of the part of industry to keep innovating. However, the methods that currently exist makes the application of innovation must developed through detail design. It requires a long time analysis and great cost. The innovation will give a direct effect to the level of product complexity that manufactured. That brings out the need for a method to estimate the complexity of a product, so all of manufacturing producer can estimate the cost of manufacturing product based on the complexity of the product itself. El Maraghy and Urbanic explain that every manufacturing product have a value of complexity that represents the level of product complexity. The calculation of complexity cannot be separated from the geometry of a product, however, the variation of product geometry is infinite, it makes the calculation cannot be done. Furthermore, Jong Yun Jung (2002) classifies this geometry into some features that contains the variation of geometry. According to El Maraghy, machining consists of three main process, set up, operation and non operation. All of these process have a complexity value called process complexity (El Maraghy & Urbanic, 2003). Operation and non operation process is depend on the type of the machine. The time for those two process is shorten by the use of CNC machine. However, for every feature that manufactured, needs a different set up process.Therefore, special study about set up is required. In this research, the complexity of features that classified by Jong Yun Jung is calculated, especially prismatic and slab feature. Both features is manufacturd with milling process. The calculation is done by summing the complexity value of the subprocesses in set up process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62874
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Setyani Indrastuti
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>