Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86968 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Gempa adalah satu fenomena alam yang dapat terjadi kapan saja. Untuk itu, struktur gedung harus direncanakan sedemikan rupa agar dapat memikul beban gempa rencana. Bahkan untuk gempa besar yang jarang terjadi, struktur gedung diharapkan dapat survive tanpa mengalami keruntuhan (collapse) secara tiba-tiba. Hal tersebut memerlukan sebuah desain struktur yang cermat yang dapat merekayasa pola kerusakan atau failure yang akan dialami struktur ketika dilanda gempa besar. Pola kerusakan yang baik agar struktur tidak runtuh tiba-tiba adalah terbentuknya sendi-sendi plastis (plastic hinges) pada elemen-elemen balok satu demi satu sebelum akhirnya sendi-sendi plastis terakhir terbentuk pada ujung kolom-kolom lantai pertama. Kriteria keruntuhan tersebut dikenal dengan istilah strong-column-weak-beam, yang dapat dipenuhi dengan melakukan desain kapasitas (capacity design). Untuk menghadapi gaya gempa yang bekerja pada arah lateral, suatu bangunan memerlukan elemen struktur yang berfimgsi memikul beban lateral tersebut. Salah satu altematifiiya adalah dengan menggunakan Moment Resisting Steel Frame yang ditempatkan pada sisi-sisi tertentu pada bangunan. Untuk mengetahui kinerja moment resisting steel frame terhadap beban gempa, dapat dilakukan analisa pushover dinamis maupun statis baik dengan model dua dimensi maupun tiga dimensi. Analisa dinamis dan model tiga dimensi memberikan hasil yang lebih akurat, namun memerlukan banyak waktu dan tenaga. Sebaliknya analisa statis ekivalen dan model dua dimensi memberikan hasil yang kurang akurat, namun prosesnya lebih sederhana. Analisa pushover dapat dilakukan dengan menggunakan program DRAIN2DX yang dapat mengindikasikan pola keruntuhan yang mungkin terjadi pada struktur yang dianalisa, yaitu urutan teriadinya sendi-sendi plastis."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34720
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rohmat Nopiyanto
"Salah satu teknik pengelasan yang banyak digunakan soot ini adalah las GMAW (Gas Metal Arc Welding) dengan gas pelindung C02 atau dikenal sebagai MAG (Metal Active Gas). Proses pengelasan ini dopat dilakukan secara otomatis maupun semi otomatis. Dengan menggunakan logam pengisi berjenis E70S-6 dan gas C02 sebagai pelindung. Penelitian dilakukan dengan pengelasan MAG terhadap baja karbon rendah ketebalan 5 mm dengan kadar 0.12%C yang sebelumnya Ielah dilapis dengan menggunakan seng. Proses pelapisan yang digunakan adalah celup panas, Hot Dip Galvanizing. Pengelasan dilakukan dengan metode transfer logam : dip transfer atau semi circuit transfer. Dengan varitrsi kecepatan pengelasan yaitu : 28 cpm, 34 cpm dan 39 cpm. Tegangan yang digunakan yaitu 25 volt dengan arus sebesar 150 ampere. Pengujiaan yang diiakukan yaitu : uji tarik, uji tekuk, uji kekerasan, uji spektrometri (EDS) serta pengamatan struktur mikro Basil yang diperoleh adalah, untuk tiga variabel kecepatan las yang digunakan, seng yang berpenetrasi kedalam logam las tidak menyebabkan terjadinya perubahan struktur mikro baja pada daerah lebur tersebut dan dari penelitian yang dilakukan tidak terlihat adanya penurunan properties maupun crack dari daerah las yang disebabkan oleh adanya senyawa seng tersebut. Siklus thermal pada daerah lasan memiliki pengaruh yang besar terhadap struktur metalurgi, properties, dan respon terhadap perlakuon panas selama berlangsungnya pengelasan Luas daerah terpengamh panas (HAZ) yang terbentuk dipengaruhi oleh besarnya masukan panas yang dihasilkan selama pengelasan. Kecepatan pengelasan merupakan fungsi dari masukan panas, semak;n lambat kecepatan penge!asan maka masukon panvs yang dialami baja semakin besar sehingga daerah terpengaruh panas semakin iuas."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S41321
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mevia Irvan Muriawan
"ABSTRAK
Industri kecil pengecoran Iogam di Batur-Ceper mempergunakan dapur tukik sebagai dapur peleburannya. Namun sayangnya, kemampuan/kinerja serta efisiensi dapur yang dimiliki masih rendah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan -kemampuan/kinerja serta efisiensi dari dapur adalah dengan mempelajari dan mengevaluasi karakteristik operasi dari dapur tukik, sehingga dapat dilakukan perbaikan/peningkatan kemampuan dan kinerja dapur, Serta peningkamn ejisiensi dapur yang pada akhirnya akan menekan biaya produksi.
Dalam penelirian ini, dipelajari dan dievaluasi karalcteristik operasi dapur tukilq dengan temperatur besi cafr yang dfperoieh pada operasi dapur nfkik sebagai tolak u/cur. Juga akan dilihat apakah ada atau tidaknya gangguan operasional akibat aperasi yang dilakukan. Selain itu akan dilakukau penilaian rerhadap aspelc teknis dan ekonomis dalam upaya perbaikannveningkatan kemampuan serta ejisiensi dapur.
Dari keseluruhan data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa efisiensi dan produntyitas dapur afqnengaruhi oleh tinggi dapur, rasio ko/ras lerhadap scrap, jenis kokas dan tekanan angin. Bahwa pada ulcurrm dapur mkilc yang Iebih tinggi, tingginya rasfo kokas terhadap scrap, serta digunakannya kokas derzgan nilai lcalor yang tinggi dnaeroleh temperatnr besi cair yang tinggi Akan tetapi, bila tekanan angin rerlalu besar akan mengakibatkan temperarur dapur turun. Untuk meningkarkan /cemampuan dan kinerja dapur, maka perlu dilakukan perbaikan-perbaikan dalam proses operasi dengan dapur tukik, seperti perIunya dilakukan penggunaan dapur dengan ukuran lebih zinggi, perlzmya dflakukan penelitian khusus mengenai besarnya nilai debit angin yang optimal untuk operasi dapur tukik, dan dz`gunakannya alat pengontrol dan pengatur tekanan angin, perlu pula dilakukan perbaikan dalam teknikpemilfhan dan sortir bahan baku peleburan, serta perbaikan dalam metode persiapan bahan baku. Selain itu, sebaiknya selalu digunakannya kokas bernilai kalor tinggi sebagai bahan bakar. Untuk menekan biaya produksi, perlu dilakukan upaya seperti subsfilusi kokas impor sebagai balzan bakar dengan briket batubara buatan Iokal maupun pembuatan briket senzikokas yang harganya relatif murah dengan proses blending batubara jenis non Coking coal dengan batubarajenis coking coal."
2000
S41569
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nur Aziah
"Baja tahan karat 17-7 fh umumnya diproduki dalam bentuk lembaran oleh karena itu proses pengelasan yang tepat adalah [engelasan TIG (Tungstein inert gas). Baja tahan karat 17-7 PH memiliki sifat yang tidak rentan terhadap retakan pembekuan, tetapi hasil pengelasan menyebabkan penurunan nilai kekerasan. Untuk meningkatkan sifat mekanis baja tahan karat 17-7 PH hasil pengelasan dilakukan proses perlakuan panas pasca las. pengelasan yang dilakuka dalam penelitian ini menggunakan variabel arus 80 A dan 100 A. Variabel lain yang digunakan adalah kecepatan pengelasan sebesar 2,5 dan 6 mm / det. Kemudian dilakukan proses perlakuan panas asca las dalam dua tahap. Tahap pertama disebut dengan kondisi austeniasi dan transformasi martensit dengan memanaskan sampel hingga mencapai temperatur 760 C kemudian ditahan selama 90 menit, setelah itu dilakukan pendinginan di udara. Tahapan kedua disebut dengan kondisi precipitation hardening dengan pemanasan kembali sampai temperatur 565C dan ditahan selama 90 menit, kemudian dilakukan pendinginan di udara. Strukturmikro hasil pengelasan terdiri dari matrik ferit dan austenit vividnansten yang emiliki kekerasan antara 170 sampai 270 VHN. Hasil dari PWHT didapatkan peningkatan kekerasan antara 170 sampai 270 VHN. Hasil dari PWHT didapatkan peningkatan kekerasan yang cukup tinggi. Nilai kekerasan yang dihasilkan antara 350 sampai 450 VHN dan struktur micro terdiri dari martensit temper dan precipitation hardening. Dapat dsimpulkan bahwa proses perlakuan panas pasca las dapat meningkatkan nilai kekerasan karena terbentuknya struktur martensit dan precipitation hardening daam bentuk intermetallic compound. Pada Pengelasan dengan arus 100 A dan kecepatan pengelasan 6 mm/ det didapatkan distribusi kekerasan yang paling merata di daerah deposit las, HAS dan logam."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S40768
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanggala Dewanto
"Pada penelitian ini pengaruh defonnasi regangan terhadap anil rekristalisasi diteliti melalui percobaan eksperimental laboratorium, Pada percobaan, bahan SPCC dideformasi 17 % sampai 35 % kemudian dilakukan proses anil dengan temperatur SOO °C, 550 °C, 600 "C, dan 650 °C. Waktu tahan pemanasan dibuat konstan selama 1 jam. Pengujian kekerasan dan metalografi dilakukan untuk mengetahui rentang temperatur yang sesuai terjadinya rekristalisasi. Untuk deformasi regangan yang besar (dalam penelitian ini 51% sampai 85 %) memeiliki rentang temperatur rekristalisasi 550 “C sampai 600 °C, sedangkan untuk deformasi regangan yang kecil (dalam penelitian ini 17 % sampai 34 %) memiliki temperatur rekristalisasi lebih tinggi dari 600 °C. Dimana kekerasan pada deformasi regangan 85 % penurunannya sangat drastis yakni dari 129,29 Hv menjadi 79,52 Hv dan pada deformasi regangan 17 % perbedaanya tidak besar yakni dari 95,13 Hv menjadi 90,50 Hv. Hasil menunjukkan pengaruh temperatur anil tekristalisasi terhadap baja SPCC akan menurunkan kekerasan untuk semua deformasi. Sedangkan temperatur untuk terjadinya rekristalisasi berbeda, dimana untuk defomasi yang kecil temperatur rekristalisasi semakin besar tetapi untuk deformasi yang besar temperatur rekristaiisasi semakin kecil. Hal ini dibuktikan dengan ukuran butir yang semakin besar atau bilangan besar butir (G) semakin kecil disamping kekerasannya menurun. Oleh karena itu dapat disimpulkan dengan meningkatnya parameter deformasi akan menurunkan temperatur rekristalisasi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47814
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vian Loveus Petra
"Baja meupakan material yang penting yang digunakan dalam berbagai sektor kebutuhan. Rekayasa struktur baja merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan agar mendapatkan sifat baja yang sesuai. Perlakuan panas dan pendinginan cepat menggunakan nanofluida merupakan salah satu metode rekayasa struktur yang dapat dilakukan untuk mengeraskan baja. Pada penlitian ini membahas penggunaan nano fluida sebagai media pendingin pada perlakuan baja S45C. Fluida yang digunakan disintesis dengan mendispersikan surfaktan polyethylene glycol dengan variabel konsentrasi 0; 3; 5; dan 7% v/v dan partikel hasil daur ulang limbah PCB dengan variabel konsentrasi 0; 0,1; 0,3; 0,5% w/v didalam air distilasi,. Proses sintesis partikel PCB meliputi crushing, leaching dengan HCL 1M, pirolisis pada suhu 500oC, dan ball milling dengan total durasi 20 jam. Hasil pengujian Particle Size Analyzer (PSA) pada partikel menunjukkan adanya peningkatan ukuran partikel dari 268 nm menjadi 1035 nm saat di milling selama 10 jam kemudian turun menjadi 572 nm saat di milling selama 20 jam. Ukuran yang diperoleh tidak mencapai ukuran nano (1-100 nm) sehingga partikel tergolong kedalam partikel mikron. Untuk mengevaluasi pengaruh konsentrasi surfaktan polyethylene glycol dan partikel PCB pada fluida, dilakukan pemanasan Baja S45C pada suhu 900oC yang kemudian didinginkan cepat menggunakan fluida partikel mikron. Hasil yang diperoleh dari perlakuan pada baja meliputi kurva pendinginan, nilai kekerasan HRC dan foto mikrostruktur. Kurva pendinginan yang diperoleh memperkirakan fasa akhir yang didapatkan baja adalah ferrite, pearlite, bainite dan martensite. Adapun struktur mikro yang dihasilkan oleh baja menunjukan fasa pearlite, bainite, martensite dengan nilai kekerasan diatas 50 HRC serta kekerasan tertinggi mencapai 56,3 HRC

Steel is classified as an important materials that used in various sector of applications. Engineering the microstructure of steels is an important step that can be used to obtain the desired properties of steel. Quenching, especially with nanofluids is one of the great options to alter the microstructure of steel, specifically through steel hardening treatments. In this study, the use of nanofluid as steel quenchant id discussed. Synthesized fluid obtained by dispersing polyethylene glycol as a surfactant with 4 variation of concentration (0; 3; 5; 7% v/v) and PCB recycled particle with also 4 concentration variation (0; 0.1; 0.3; 0.5% w/v) to the distilled water. Recycling / synthesis process of PCB particle include crushing, leaching with 1 Molar Hydrochloric Acid, pyrolysis at 500oC, and ball milling for up to 20 hours. Results obtained from the particle size analyser (PSA) indicate an increase in particle size from 268 nm to 1035 nm within 10 hours milling and reduced to 572 nm when milled for 20 hours. Particle retrieved after the recycling process classified as micron sized particle because the final size doesn’t meet the criteria of nanoparticles (1-100 nm). To evaluate the effects of polyethylene glycol and PCB based particle concentration on the dispersed fluids, a hardening treatment is conducted by heating S45C steels to 900oC for 1 hour then quenched with the dispersed fluid. Information that can be obtained from the process are the cooling curves, rockwell hardness, and microstructure of steels. Obtained cooling curves predict the final phase that may be present at steels are ferrite, pearlite, bainite, martensite. The microstructure of steels after quenching in general consist of pearlite, bainite, martensite. Meanwhile, overall steels rockwell hardness obtained after quenching is above 50 HRC with maximum value of 56,3 HRC.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadel Muhammad
"Studi numerik yang dihasilkan oleh perangkat lunak SAP2000 untuk mengamati perilaku sambungan spun pile ke pile cap sesuai dengan praktik umum standar Indonesia dengan penguatan selubung baja tambahan. Analisis push over dilakukan dalam penelitian dengan pendekatan pemuatan monotonik. Parameter dalam pengujian adalah ketebalan jaket baja dan adanya perekat antara baja dan permukaan beton. Jaket baja yang dibangun mengikuti metode baru menunjukkan hasil yang baik untuk meningkatkan kekuatan tekan dan daktilitas tiang berselimut baja sehubungan dengan tiang pancang. Selubung baja yang lebih tebal menunjukkan peningkatan kekuatan tekan, dan perekat antara baja dan permukaan beton mengurangi efek pengekangan dari selubung baja.

Numerical study was generated by SAP2000 software to observe the behaviour of spun pile to pile cap connection according to the common practice of Indonesia standard with additional steel jacketing strengthening. Push over analysis were conducted in the research with monotonic loading approach. The parameters in the test were the steel jacket's thickness and the existence of adhesive between steel and concrete surface. The steel jacket built following the new method showed good results of increasing the compressive strength and ductility of the jacketed pile with respect to the plain pile. The thicker steel jackets showed that the increased compressive strength, and the adhesive between steel and concrete surface reduced the confining effect of the steel jackets."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Herfanola Hermawan
"Tool Steel merupakan jenis baja paduan khusus yang digunakan sebagai perkakas dimana aplikasinya untuk memotong dan membentuk material lain menggunakan baja perkakas maka dibutuhkan sifat mekanik yang baik. Fasa austenit sisa memiliki sifat yang lunak dan tidak stabil yang dapat merubah sifat mekanik dari baja perkakas sehingga austenit sisa dalam jumlah yang banyak cenderung menurunkan sifat mekanik dari baja perkakas. Penelitian ini menggunakan AISI O1 tool steel yang merupakan salah satu jenis cold work tool steel dengan variasi temperatur austenisasi yaitu 750, 800, 850, 900, dan 950oC. Penelitian ini difokuskan untuk menentukan temperatur austenisasi yang paling optimal dimana jumlah austenit sisa paling ideal pada material baja AISI O1 dengan tetap mempertahankan kekerasan dari material baja AISI O1 sesuai aplikasi yang diinginkan. Metode karakterisasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Optical Microscope dengan software image-J, dan uji kekerasan Brinell dan Vickers. Fasa yang terkandung pada mikrostruktur secara umum adalah martensit berbentuk jarum, bainite island, austenit sisa, dan fasa karbida yang jumlahnya sangat sedikit. Meningkatnya temperatur austenisasi menyebabkan jumlah karbida yang terlarut semakin banyak, jumlah austenit sisa semakin banyak pada sampel As Quench (γr 1,57% - 7,46%) maupun sampel As Temper (γr 1,23% - 5,66%). dan fasa martensit menjadi lebih kasar. Meningkatnya temperatur austenisasi menyebabkan peningkatan nilai kekerasan sampel As Quench maupun sampel As Temper pada temperatur 750oC - 800oC dan menurunnya nilai kekerasan pada temperatur 800oC – 950oC yang disebabkan faktor kandungan karbon dan paduan pada matriks, jumlah austenit sisa, dan besar butir. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara sampel As Quench dengan sampel As Temper terhadap mikrostruktur, jumlah austenit sisa, dan nilai kekerasan. Temperatur austenisasi paling ideal terdapat pada variabel 800oC dimana sampel as Quench dan As Temper berturut – turut memiliki nilai 4,62% dan 3,84% dengan nilai kekerasan sebesar 756,6 HB dan 685,52 HB.

Tool Steel is a special type of alloy steel used as a tool where the application to cut and form other materials. Tool steel required good mechanical properties. Retained austenite has soft and unstable properties that can change the mechanical properties of tool steel so that a large amount of retained austenite tends to lower the mechanical properties of tool steel. This study uses AISI O1 tool steel which is a type of cold work tool steel with austenitizing temperature variations of 750, 800, 850, 900, and 950oC. This research is focused on determining the most optimal austenitizing temperature where the most ideal amount of retained austenite in AISI O1 while maintaining the hardness of the AISI O1 according to the desired application. The characterizations carried out in this study are Optical Microscope with software Image-J, Brinell hardness test, and Vickers hardness test. The phases contained in the microstructure, in general, are needle-shaped martensite, bainite island, retained austenite, and a very small carbide phase. Increased austenitizing temperatures cause the number of dissolved carbides to increase, the number of retained austenite is increasing in the As Quench sample (γr 1.57% - 7.46%) as well as the As Temper sample (γr 1.23% - 5.66%), and the martensite phase becomes coarser. Increased austenitizing temperatures led to an increase in the hardness value of As Quench and As Temper samples at 750oC - 800oC and decreased hardness values at 800oC – 950oC due to the effect of carbon and alloy content in the matrix, the amount of retained austenite, and grain size. There was no significant influence between the As Quench sample and the As Temper sample on the microstructure, the amount of retained austenite, and the hardness value. The most optimal austenitizing temperature is found in the variable 800oC where the sample as Quench and As Temper respectively have a value of 4,62% and 3,84% with a hardness value of 756,6 HB and 685,52 HB."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>