Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74525 dokumen yang sesuai dengan query
cover
S. Charles Anton
"ABSTRAK
Tangki septik merupakan alat pengolahan limbah cair domestik yang sudah umum digunakan dan hanya mengandalkan unit pengolahan fisis saja. Dalam tangki septik terjadi pengolahan fisis melalui proses pengendapan dengan menghasilkan gas-gas seperti CH4, CO2, H2S, serta unsur N dan P, sejalan dengan penurunan kandungan zat organik. Namun mengingat waktu tinggal limbah dalam tangki septik yang terbatas, maka pengolahan biologis belum dapat berfungsi dengan baik. Metode pengolahan paling ekonomis untuk pengolahan biologis adalah dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Kondisi pengolahan yang dikembangkan adalah anaerob, karena: Efisiensi pengolahan yang tinggi Produksi lumpur biologis yang rendah Biaya operasional yang relatif rendah Menghasilkan gas methan
PT DUTA SARANA PERKASA (Dusaspun) bekcrja sama dengan Fakultas Teknik Jurusan Sipil UI membuat suatu penelitian tangki septik dengan menggunakan media biofilter sehingga diketahui seberapa jauh kinerja Tangki Septik Biofilter dapat berftingsi secara optimal agar proses biologis dapat berlangsung cepat dan hasil akhir dari pembuangan efluen mampu menurunkan COD sebesar 70% sampai 80%.

"
2001
S34803
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Nunar Hikmawan
"ABSTRAK
Pengolahan air limbah tangki septik dengan menggunakan reaktor anaerobik tipe fixed film dimaksudkan agar dengan lahan yang relatif kecil dapat dibuat pengolahan limbah rumah tangga.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja alat, yang dilihat dari efisiensi penyisihan COD, serta hubungan penyisihan COD dengan variabel lain, yaitu : pH, temperatur, NH4, NO2, NO3, P04 dan SS.
Tangki septik dengan menggunakan reaktor anaerobik tipe fixed film dalam penelitian ini merupakan alat dalam skala Iapangan. Berbentuk silinder yang terdiri dari silinder dalam dan luar terbuat dari beton tumbuk untuk diameter luar (cor ditempat). beton dicetak di luar Iokasi untuk diameter dalam. Media anaerobik terbuat dari sterrofoam dipasang antara silinder dalam dan silinder luar.
Limbah yang digunakan adalah berasal dari buangan manusia (tinja), air bekas cucian, dan air hujan. Air limbah domestik ini mempunyai karakteristik beban sekitar 352,18 mg/I COD dan pH sekitar 7,5 yang seluruhnya langsung diolah dalam tangki septik, tanpa pengolahan awal.
Parameter-parameter yang diamati adalah COD, pH, Temperatur, NH4, NO2, N03 dan PO4, semuanya kecuali temperatur diteliti di laboratorium Kawasan Industri Jababeka dan temperatur sendiri dilakukan langsung di lapangan dengan termometer.
Dari hasil penelitian didapatkan efisiensi penumnan COD maksimal sebesar 61,29 % dan pH faktor terbesar dalam mempengaruhi efisiensi. SS mempunyai efisiensi penurunan maksimal sebesar 89,83 %, yang mempengaruhi besarnya efisiensi dari COD.
Nutrien (NH4) dan P04 dalam penelitian mempengaruhi efisiensi dari penyisihan COD walaupun tidak terlalu besar. Temperatur selama penelitian berkisar antara 28,8 °C dan 30,2 °C dan pH influent berkisar antara 7,25 - 7,66.

"
1996
S34562
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Savira Ratu Azzahra
"Dalam perkembangannya, ARB, bersama dengan resistansi patogen lainnya, ditetapkan WHO menjadi salah satu ancaman kesehatan global terbesar. Extended-spectrum β- lactamase (ESBL) adalah suatu enzim yang diproduksi oleh bakteri Gram-negatif yang dapat mengembangkan kemampuan resistansi bakteri terhadap kelompok antibiotik betalaktam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsentrasi ESBL-Kp dan rasionya terhadap total K. pneumoniae serta menganalisis efisiensi penyisihan K. pneumoniae dan ESBL-Kp pada IPAL di beberapa fasilitas pelayanan kesehatan di Jakarta. Sampel diambil secara grab sampling dari inlet dan outlet IPAL RS X, RS Y, Pustu A, dan Pustu B. Konsentrasi rata-rata bakteri K. pneumoniae total dari sampel tiap inlet yang tertinggi pada RS Y, yakni sebesar 9,72 log CFU/100 mL. Sampel outlet RS X dan Pustu A memiliki jumlah bakteri K. pneumoniae yang sama, yakni sebesar 1,53 log CFU/100 mL. Rasio positif ESBL-Kp terhadap bakteri K. pneumoniae pada objek studi, secara berturutturut: inlet RS X sebesar 13,66%; inlet RS Y sebesar 23,74%; inlet Pustu B sebesar 6,39%; dan inlet Pustu A sebesar 19,04%. Efisiensi penyisihan total bakteri K. pneumoniae pada inlet setiap objek penelitian secara berturut-turut: RS X sebesar 6,69 log; RS Y sebesar 7,56 log CFU/100 mL; Pustu A sebesar 6,81 log; dan Pustu B sebesar sebesar 7,136 log. Efisiensi penyisihan ESBL-Kp untuk RSUP Pustu A dan Pustu B sebesar 100%. Ditemukannya konsentrasi bakteri K. pneumoniae dan ESBL-Kp pada air limbah fasilitas kesehatan menunjukkan adanya urgensi untuk mengurangi risiko penyebarannya.

Over time, ARB, along with other resistant pathogens, has been identified by WHO as one of the greatest global health threats. Extended-spectrum β -lactamase (ESBL) is an enzyme produced by Gram-negative bacteria that enables these bacteria to develop resistance to the beta-lactam group of antibiotics. This study aims to analyze the concentration of ESBL-Kp and its ratio to total K. pneumoniae, as well as the efficiency of K. pneumoniae and ESBL-Kp removal in WWTPs at several healthcare facilities in Jakarta. Samples were taken from the inlet and effluent of WWTPs at RS X, RS Y, Pustu A, and Pustu B using grab sampling. The highest average concentration of total K. pneumoniae bacteria from inlet samples was found at RS Y, at 9.72 log CFU/100 mL. In outlet samples, RS X and Pustu A had the same concentration of K. pneumoniae, at 1.53 log CFU/100 mL. The positive ESBL-Kp ratio to K. pneumoniae in the study subjects was as follows: RS X inlet at 13.66%; RS Y inlet at 23.74%; Pustu B inlet at 6.39%; and Pustu A inlet at 19.04%. The removal efficiency of total K. pneumoniae bacteria at each study site was as follows: RS X at 6.69 log; RS Y at 7.56 log CFU/100 mL; Pustu A at 6.81 log; and Pustu B at 7.136 log. The removal efficiency of ESBL-Kp for Pustu A and Pustu B is 100%. The presence of K. pneumoniae and ESBL-Kp concentrations in the wastewater of healthcare facilities underscores the urgency to reduce the risk of their spread."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rianti Rahardja
"Proses lumpur aktif dalam suatu Instalasi Pengolahan Air limbah (IPAL) dapat menghasilkan lumpur biologis (WAS) dengan kadar air berkisar 90-99%. Pengolahan lumpur hingga pembuangannya dapat menghabiskan 60% dari total biaya operasional IPAL tersebut. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk mengetahui proses chemical conditioning yang optimal untuk mengurangi kandungan kadar air lumpur, dengan membandingkan variasi dosis tawas, FeCl3, kapur, dan polielektrolit kation. Variabel optimasi termasuk kadar air, pH, volatile solid (VS), dan total solid (TS), akan digunakan sebagai analisis dalam mendapatkan hasil chemical conditioning yang optimal. Tawas dengan dosis 18 gr/L dapat menurunkan kadar air WAS dari 97,33% menjadi 77,79%. FeCl3 dengan dosis 12 gr/L dapat menurunkan kadar air WAS dari 97,33% menjadi 69,60%. Kapur dengan dosis 6,5 gr/L dapat menurunkan kadar air WAS dari 97,33% menjadi 73,23%. Polielektrolit kation dengan dosis 9 gr/L dapat menurunkan kadar air WAS dari 97,33% menjadi 57,30%. Conditioner yang paling optimal pada WAS PT. Rohm and Haas Indonesia (RHI) adalah tawas; dengan dosis optimum sebesar 10 gr/L. Peningkatan efisiensi dewatering lumpur melalui chemical conditioning yang dioptimalkan adalah sebesar 11,74%. Selanjutnya, dilakukan perhitungan biaya meliputi aspek bahan kimia, penyesuaian pH, dan timbulan lumpur. Biaya tahunan pada dosis tawas optimal adalah Rp7.434.136,-, dibandingkan biaya tahunan sebelum adanya chemical conditioning lumpur yang berkisar Rp 32.640.000,-. Penelitian chemical conditioning lebih lanjut disarankan untuk menambah parameter capillary suction time (CST) dan sppecific resistance of filtration (SRF) lumpur agar dapat mengestimasi dewaterability lumpur dengan lebih baik.

Activated sludge process in a wastewater treatment plant (WWTP) can produce biological sludge (WAS) with a water content ranging from 90-99%. Sludge treatment consist of up to 60% of the total operational cost of the WWTP. It is necessary to use dewatering process to reduce the water content of sludge. The method used in this study are chemical conditioning using a range of dosage of alum, FeCl3, lime, and cationic polyelectrolyte. Optimizing parameters consist of water content, pH, temperature, volatile solids (VS), and total solids (TS). Alum dose of 18 g/L reduced WAS water content from 97.33% to 77.79%. FeCl3 dose of 12 g/L reduced WAS water content from 97.33% to 69.60%. Lime dose of 6.5 g/L reduced WAS water content from 97.33% to 73.23%. Cationic polyelectrolyte dose of 9 g/L reduced WAS water content from 97.33% to 57.30%. Alum was found to be the most conditioner for PT. Rohm and Haas Indonesia WAS with an optimum dose of 10 g/L. The efficiency increase of the optimized sludge dewatering process through chemical conditioning is 11.74%. Total cost including chemical conditioner, pH adjustment, and sludge generation. Total annual expenses is Rp7,434,136,- using sludge conditioner, compared to an annual total expenses before chemical conditioning of Rp32,640,000,-. Further research is recommended to add capillary suction time (CST) parameter as well as the specific resistance of filtration (SRF) in order to improve WAS dewaterability estimation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46362
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deandra Nuzulika Ramadhanti
"Tesis ini mengkaji tantangan lingkungan utama di Ayr, Queensland, sebagai pusat produksi 95% gula Australia. Keberlanjutan industri gula menjadi kunci bagi kesejahteraan ekonomi Australia sebagai pengekspor terbesar kedua secara global. Fokus utamanya adalah dampak limbah tebu terhadap Great Barrier Reef, mendorong usulan pembangunan pabrik pengolahan limbah 10,7 ML/hari selama periode 50 tahun. Tesis ini menitikberatkan pada desain dan implementasi tangki penyimpanan soda kaustik sebagai bagian integral dari sistem Clean-In-Place (CIP) untuk membersihkan membran ultrafiltrasi UF-0301. Proses melibatkan dosis soda kaustik, sirkulasi kimia dan pengembalian ke tangki penyimpanan. Rancangan mencakup seluruh sistem, seperti Diagram Piping & Instrumentation (P&ID), spesifikasi tangki penyimpanan, peralatan berputar, dan instrument. Tangki mematuhi standar API 650 dan AS 1692, menggunakan bahan seperti stainless steel 316L, polietilen ikatan silang (XLPE), dan isolasi fiberglass. Peralatan berputar melibatkan pompa sentrifugal, dan instrumen mencakup pemancar level radar. Strategi kontrol menyeluruh menjelaskan loop kontrol level dengan pemancar level radar, indikator level, pengontrol, dan alarm. Prosedur start-up dan shutdown diperinci dengan penekanan pada keselamatan dan operasional. Penilaian risiko menggunakan Diagram Bowtie mengidentifikasi potensi bahaya dan mengusulkan kontrol pencegahan. Secara keseluruhan, tesis ini memberikan wawasan mendalam tentang perancangan, operasional, dan pengelolaan tangki penyimpanan soda kaustik dalam sistem CIP, membimbing praktik berkelanjutan di industri gula.

This undergraduate thesis focuses on addressing environmental challenges in Ayr, Queensland, a crucial region for Australia's raw sugar production. With the industry's significance as a major global exporter, the sustainability of sugar production is vital for Australia's economic well-being. The central concern revolves around the environmental impact of sugarcane wastewater on the Great Barrier Reef, prompting the proposal of a 10.7 ML/day wastewater treatment plant over 50 years. The thesis delves into designing and implementing a Clean-In-Place (CIP) caustic soda storage tank, crucial to the treatment facility. Specific details include the design of the T-0303A/B caustic soda storage tank, integral to a single-use CIP system for cleaning the UF-0301 ultrafiltration membrane. The comprehensive design covers the entire system, adhering to API 650 standards and AS 1692, utilizing materials like 316L stainless steel, XLPE, and fiberglass wool insulation. Equipment specifications include the ISOSTARLINE 50 Hz Centrifugal pump, and instrumentation specifications detail the radar level transmitter from VEGA Controls Ltd. T Overall, this thesis provides in-depth insights into the design, operation, and management of caustic soda storage tanks in the CIP system, guiding sustainable practices in the sugar industry."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soebowo Adjinegoro
"Mikroplastik merupakan plastik berukuran <5 mm. Dapat terbentuk secara primer (sengaja diiproduksi) dan sekunder (hasil degradasi). Penggunaan Personal Care Product (PCP) dan bahan-bahan pembersih rumah tangga menjadi jalur masuknya mikroplastik ke IPAL. Sampel air IPAL diambil dengan metode sampel komposit. Metodologi perhitungan kelimpahan pada sampel menggunakan mikroskop cahaya binokuler (visual), identifikasi jenis polimer menggunakan FTIR dan identifikasi ukuran mikroplastik menggunakan software J-Image. Kelimpahan rata-rata mikroplastik pada penelitian ini mencapai 8×103 MP/L. Penyisihan mikroplastik mencapai 77%. Hasil identifikasi karakteristik ditemukan bentuk mikroplastik fragment (57.6%), film (14.7%), beads (12.7%), foam (9.2%), dan fiber (5.8%). Warna mikroplastik yang teridentifikasi ialah biru (36.3%), hitam (35.1%), merah (18.2%), kuning (8.6%), dan transparan (1.8%). Persebaran ukuran mikroplastik pada IPALD terbagi menjadi terkecil <0.3 mm (80%), 0.3 – 0.5 mm (2%), 0.5 – 1 mm (4%), dan >1 mm (14%). Selannjutnya jenis polimer yang ditemukan pada IPALD tersebar dari Polyvinyl Formal, Polyvinyl butyral, Polycarbonate (PC) dan Poly (butylene terephthalate) (PBT), Polyester, Polyvinyl Chloride, Polyarylate, dan Tetrafluoroethylene-Hexa-fluoro-propylene (FEP). Hasil pengujian korelasi menunjukan hubungan yang kuat dan signifikan secara statistik untuk TSS terhadap Mikroplastik. Sedangkan hubungan lemah dan tidak signifikansi secara statistik untuk parameter VSS terhadap Mikroplastik di dalam IPAL.

Microplastics are plastics <5 mm in size. They can be primary (intentionally produced) and secondary (degradation). Its presence is difficult to detect and the potential dangers are still unknown, making it an emerging contaminant for humans and the environment. The use of Personal Care Products (PCP) and household cleaning materials is a pathway for microplastics to enter WWTP. WWTP water samples were taken using the composite sample method. The methodology for calculating the abundance of samples using binocular light microscopy (visual), identification of polymer types using FTIR and identification of microplastic size using J-Image software. The average abundance of microplastics in this study reached 8×10^3 MP/L. The removal of microplastics reached 77%. The results of the identification of characteristics found the form of microplastic fragments (57.6%), films (14.7%), beads (12.7%), foam (9.2%), and fiber (5.8%). The identified microplastic colors are blue (36.3%), black (35.1%), red (18.2%), yellow (8.6%), and transparent (1.8%). The size distribution of microplastics in WWTP is divided into the smallest <0.3 mm (80%), 0.3 - 0.5 mm (2%), 0.5 - 1 mm (4%), and >1 mm (14%). Furthermore, the types of polymers found in the WWTP were distributed from Polyvinyl Formal, Polyvinyl butyral, Polycarbonate (PC) and Poly (butylene terephthalate) (PBT), Polyester, Polyvinyl Chloride, Polyarylate, and Tetrafluoroethylene-Hexa-fluoro-propylene (FEP). The correlation test results show a strong and statistically significant relationship for TSS to Microplastics. While the relationship is weak and not statistically significant for the VSS parameter to Microplastics in the WWTP."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riva Khansa Tsabita
"Industri minuman anggur di Indonesia mengalami peningkatan minat di kalangan masyarakat, di mana hal ini mendorong pertumbuhan pasar dalam negeri. Industri minuman anggur pasti menghasilkan limbah cair yang mengandung berbagai zat organik yakni senyawa-senyawa seperti polifenol, gula, asam organik, dan senyawa terkait lainnya sehingga pengolahan air limbah industri minuman anggur menjadi semakin penting. Teknologi pengolahan dengan menggunakan membran saat ini tengah berkembang pesat di beberapa dekade terakhir karena kelebihannya dalam mengolah air limbah. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan analisis terkait efisiensi penyisihan serta performa dari teknologi membran dengan jenis material yang berbeda (PES dan keramik) untuk proses ultrafiltrasi dan juga pore size yang berbeda dari membran keramik (50 KDa dan 1 KDa) untuk proses ultrafiltrasi dan nanofiltrasi pada air limbah wine sintetik. Metode penelitian dilakukan pada kondisi constant flux dan juga menggunakan metode single filtration serta multicycle filtration dengan backwash di tengah siklus. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa membran keramik memiliki efisiensi penyisihan senyawa organik yang lebih unggul dibandingkan dengan membran PES (penyisihan warna, COD, dan TOC). Selain itu, membran keramik juga memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap fouling. Terkait membran keramik dengan pore size berbeda, pada penelitian ini masih belum dapat didefinisikan mana membran dengan efisiensi penyisihan yang lebih baik. Namun, jika dilihat dari performa membran, membran keramik 50 KDa (ultrafiltrasi) masih lebih unggul dari segi efektivitas proses backwash dan ketahanan pada permeabilitas membran.

The wine beverage industry in Indonesia is experiencing increased interest among the public, which is driving the growth of the domestic market. This industry inevitably generates liquid waste containing various organic substances such as polyphenols, sugars, organic acids, and related compounds, making wastewater treatment become more important. Membrane treatment technology has rapidly developed over the past few decades due to its advantages in wastewater processing. This study aims to provide an analysis of the removal efficiency and performance of membrane technology using different materials (PES and ceramic) for ultrafiltration processes, as well as different pore sizes of ceramic membranes (50 KDa and 1 KDa) for ultrafiltration and nanofiltration processes on synthetic wine wastewater. The research methodology involved constant flux conditions and utilized both single filtration and multicycle filtration methods with backwash during the cycles. The results of the study indicate that ceramic membranes have superior organic compound removal efficiency compared to PES membranes (color, COD, and TOC removal). Additionally, ceramic membranes exhibit better resistance to fouling. Regarding ceramic membranes with different pore sizes, the study has not yet defined which membrane has better removal efficiency. However, in terms of membrane performance, the 50 KDa ceramic membrane (ultrafiltration) is superior in terms of backwash process effectiveness and membrane permeability resistance.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Hapsoro
"Air limbah domestik merupakan salah satu sumber pencemar yang berpotensial memberikan dampak yang tidak diinginkan pada lingkungan. Perilaku masyarakat dewasa ini cenderung mengabaikan kegunaan dari kinerja sistem pembuangan yang dapat bekerja dengan baik. Salah satu jenis air limbah domestik yang pengolahannya kurang mendapat pematian serius adalah air limbah yang berasal dari toilet. Umumnya, air limbah yang berasal dari toilet masih menggunakan tangki septik sebagai unit pengolahannya. Kualitas efluen hasil pengolahan biologis pada tangki septik tersebut belum memenuhi standar untuk langsung dibuang ke badan air atau ke dalam tanah oleh karena itu hams disaring kembali dengan penggunaan sumur atau bidang resapan. Pola kehidupan di kota-kota besar dengan tingkat pertumbuhan struktural yang semakin meningkat dapat menyebabkan berkurangnya lahan yang seharusnya dijadikan bidang resapan. Keadaan ini membuat masyarakat tidak menghiraukan fungsi dari keberadaan sumur resapan dan cenderung mengganggap bahwa pengolahan dengan menggunakan tangki septik sudah cukup baik. Untuk mengatasi hal tersebut, periu dikembangkan suatu teknologi alternatif tangki septik yang dianggap sederhana, murah dan efisien dalam mengolah air limbah toilet dan tidak menggunakan bidang resapan.
Penelitian ini membahas tentang penelitian eksploratif dari pengembangan tangki septik tanpa bidang resapan dengan menggunakan media biofilter sebagai tempat pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menguraikan air limbah secara biologis. Jenis proses yang terjadi pada tangki septik ini adalah attached growth biological treatment dimana bakteri dikembangbiakkan pada media yang berfungsi sebagai biofilter untuk mendekomposisi air limbah rumah tangga domestik atau air limbah manusia secara biologis. Bakteri yang menempel dan tumbuh pada media tersebut menggunakan air limbah manusia sebagai makanan atau nutriennya sehingga dapat menguraikan bahan organik yang terkandung dalam air limbah. Aliran harian dapat menyebabkan terjadinya sirkulasi cairan pada kompartemen tangki septik sehingga menguras atau mendesak bakteri lama untuk keluar dari media dan memberi kesempatan pada bakteri baru untuk tumbuh dan berusaha menempel pada permukaan media. Selama bakteri mendapatkan waktu dan temperatur yang dibutuhkan dalam mengolah air limbah ia dapat 'memakan' kandungan padatan atau organik sehingga sebagian besar hasil penguraian yang tersisa hanya berupa cairan. Tujuan dari dibuatnya tangki septik Bio adalah untuk memberikan waktu dan tempat bagi bakteri untuk melakukan 'pekerjaannya' sehingga hasil yang keluar dari tangki septik sebagian besar berupa cairan dan mempunyai karakteristik kualitas efluen yang tinggi.
Penelitian ini merupakan kerjasama antara Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia dengan PT. DUSASPUN, sebuah perusahaan yang sebagian besar produknya berupa pipa beton bertulang dengan tulangan spiral. Model tangki ' septik yang digunakan pada penelitian ini berbentuk silinder dan dibuat dalam skala lapangan (1:1) oleh PT. DUSASPUN. Dalam penelitian ini akan dicoba berbagai cara untuk mendapatkan jenis kondisi terbaik dimana bakteri dapat menunjukkan kinerja terbaiknya. Sebagai perbandingan, jenis tangki septik yang digunakan dalam penelitian ini adafah tangki septik Bio (menggunakan biofilter) dan tangki septik Non Bio (tanpa biofilter).
Hasil dalam penelitian ini membuktikan bahwa ada perbedaan perilaku antara tangki septik Bio dan Non Bio yang diperiihatkan pada kompartemen II, dimana terjadi proses attached growth. Dilihat dari hasil pemeriksaan COD, terbukti bahwa beban hidrolis yang diberikan sangat mempengaruhi kinerja pertumbuhan bakteri dan kinerja media yang berfungsi sebagai biofilter dalam mengolah air limbah secara biologis.

Domestic wastewater is one of the pollutant source which can potentially cause an undesirable impact to the environment. People nowadays have a disposition to ignore the usefulness of a good disposal systems performance. One of domestic wastewater which gets a very less intention in its treatment is the toilet ' wastewater. Commonly, the toilet wastewater uses septic tank as a treatment unit. The effluent quality from the biological process in septic tank is absolutely not qualified to be disposed into the ground or stream, therefore it should be refilterized by an absorption system. The big cities life style with the increase of the structural growth may cause the reduction of area where the absorption fields should be placed on. This situation makes people to ignore the usefulness of absorption field and makes them incline to assume that the wastewater treatment of septic tank is good enough. In order to manage such problem, it is necessary to develop an alternative technology of septic tank which considerable simple, cheap and efficient to process the toilet wastewater and doesn't need an absorption field.
This research explains an explorative research of septic tank development, which has no absorption system and use a biofilter media as a place where the microorganisms growth to decompose the wastewater biologically. Type of process that occur in this kind of septic tank is attached growth biological treatment where the growth of bacteria is seeded on media surface so the media can be a biofilter to biologically decompose the house hold or human wastewater. The bacteria which attaches and grows in the surface of media uses the human wastewater as its food and nutrient so it can decompose the organic matter in wastewater. The daily flow may cause a hydraulic circulation in the compartment of the septic tank that can remove the old bacteria from the media surface and gives a chance to the new bacteria to attach and grow. As long as these bacteria have the time and temperatures that they need, they can eat up these solid and organic matters so there is nothing but liquids left to ""dispose"" of. The purpose of the biofilter septic tank is to give them the time and place to ""do their business"" so that what comes out of the tank is mainly liquid and has a high quality of effluent characteristic.
This research is the joint-cooperation between Civil Engineering University of Indonesia and PT. DUSASPUN, a company which has a common product such reinforce concrete pipes with the vertical casting method. The reactor model which is used in this research is a cylindrical reactor and made in on-site scale (1:1) by PT. DUSASPUN. There are several kinds of treatment in this research according to get the best condition where the bacteria can live in their best performance. As a comparison, the types of septic tank which are used in this research are Bio Septic Tank (with biofilter) and Non Bio Septic Tank (without biofilter).
The final result in this research proves that there is a behavioral difference between Bio Septic Tank and Non Bio Septic Tank which is shown in compartment II where the attached growth process occurs. According to the observation of the COD result, it is proved that the hydraulic loading given in this research has a serious impact on the performance of bacteria growth and the media which is used as a biofilter to process the wastewater biologically.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S34872
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Majid
"Pemerintah Kota Depok melalui Peraturan Walikota Depok No. 46 Tahun 2016 telah mencanangkan adanya pengoperasian Unit Pengolahan Sampah (UPS) sebagai bentuk dari penanganan sampah organik di Kota Depok. Namun pada tahun 2016 daya dukung UPS Kota Depok hanya sebesar 0,26. Hal ini pun mendorong adanya upaya optimasi UPS untuk meningkatkan upaya pengelolaan sampah
organik menjadi lebih efektif dan efisien. Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan optimasi UPS periode 2018–2028 dengan berdasarkan pada jumlah sampah organik yang masuk ke UPS, dengan beberapa langkah: melakukan proyeksi timbulan sampah Kota Depok, proyeksi komposisi sampah organik Kota Depok, pemetaan potensi timbulan sampah untuk seluruh wilayah di Kota Depok,
pemetaan wilayah pelayanan UPS, analisis daya dukung serta potensi optimasi UPS. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah observasi dan studi kepustakaan untuk memperoleh data primer dan sekunder. Proyeksi timbulan sampah dilakukan dengan menggunakan SNI 3242:2008 Proyeksi komposisi timbulan sampah dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak LCA IWM Prognosis Tools TU Darmstadt. Pemetaan potensi timbulan sampah Kota Depok
dan pemetaan wilayah pelayanan UPS dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak ArcMap 10.6. Analisis daya dukung pengolahan sampah organik di UPS dilakukan berdasarkan perbandingan antara jumlah sampah yang memasuki UPS dengan kapasitas pengolahan yang dimiliki oleh masing-masing UPS. Analisis potensi optimasi UPS dilakukan dengan menghitung tambahan jumlah timbulan sampah yang masih dapat ditambahkan ke UPS. Proyeksi timbulan sampah Kota
Depok untuk periode 2018–2028 adalah sebesar 2.044,44 ± 162,62 ton/hari. Lalu, persentase komposisi sampah organik terhadap jenis sampah lain pada periode tersebut sebesar 44%, dan kenaikan tren jumlah timbulan sampah organik adalah sebesar 3,9% untuk setiap tahunnya. Adapun persentase komposisi sampah kertas
sebesar 4%, sampah plastik sebesar 8%, sampah logam sebesar 2%, sampah kaca sebesar 2%, dan sampah residu sebesar 39%. Dari hasil pemetaan potensi timbulan sampah periode 2018–2028, diketahui bahwa kecamatan Sukmajaya (85.057,22– 125.076,22 ton/tahun) dan kecamatan Cimanggis (88.721,84–130.946,67 ton/tahun) menjadi kecamatan dengan jumlah timbulan sampah paling banyak dibandingkan dengan kecamatan lain. Kecamatan Limo pun menjadi kecamatan dengan jumlah timbulan sampah paling sedikit, dengan besar timbulan berkisar 32.403,81 hingga 48.405,30 ton/tahun. Lalu dari hasil pemetaan wilayah pelayanan
UPS, diketahui bahwa UPS Cilangkap 10 memiliki wilayah pelayanan paling luas (2,900 km2) dan UPS Duren Mekar memiliki wilayah pelayanan paling kecil (0,025 km2). UPS di Kota Depok secara keseluruhan masih memiliki tingkat utilitas yang rendah dengan persentase sebesar 14,4 ± 2,1% apabila mengacu pada kapasitas desain UPS dalam Masterplan dan sebesar 24,0 ± 3,6% apabila mengacu pada kapasitas maksimum mesin pencacah UPS. Bentuk optimasi pelayanan UPS dapat dilakukan dengan melakukan penambahan jumlah sampah untuk diolah pada UPS dengan utilisasi rendah, penambahan jumlah unit UPS maupun dengan mengaktifkan kembali UPS-UPS yang sebelumnya tidak aktif. Optimasi dengan
meningkatkan utilisasi UPS dapat dilakukan dengan menambah sampah organik sebesar 128,432 ton/hari (bila mengacu pada kapasitas desain UPS) atau 68,432 ton/hari (bila mengacu pada kapasitas maksimum mesin pencacah di UPS).

The Government of Depok through the Mayor Regulation of Depok No. 46 year 2016 has proclaimed the operation of Waste Treatment Units (WTUs) as a form of handling organic waste in Depok. In 2016, the carrying capacity index of Depok City’s WTUs was only 0,26. This statement encourages the WTU optimization
efforts based on the amount of organic waste that can be added to increase organic waste management to be more effective and efficient. This study aims to plan WTU optimization in 2018-2028 based on the amount of organic waste entering the WTU, with several steps: projecting the generation of Depok City solid waste, projecting the composition of organic waste of Depok City, mapping the potential of solid waste generation for all regions in Depok City, mapping of WTU service areas, doing carrying capacity analysis and WTU optimization potential. The methods used in this study are observations and literature studies to retrieve primary and secondary data. Projecting solid waste generation is carried out using SNI 3242: 2008 method. Projecting solid waste composition is done using LCA IWM Prognosis Tools TU Darmstadt software. Mapping the potential of Depok City waste generation and mapping of UPS service areas is done using ArcMap 10.6 software. The analysis of the carrying capacity of organic waste processing at each WTU is carried out based on a comparison between the amount of waste entering the WTU and the processing capacity owned by each WTU. The potential for WTU optimization is based on optimization capacity, which is an additional amount of waste generation that can still be added to the WTU. The projected solid waste generation for the period 2018–2028 is 2,044.44 ± 162.62 tons/day.. Then, the percentage of organic waste composition against other types of waste during the period 2018–2028 is 44%, and the rising trend in organic waste generation is 3,9% for each year. Then, the percentage of the composition of paper waste by 4%, plastic waste by 8%, metal waste by 2%, glass waste by 2%, and residual waste by 39%.
From the results of mapping the potential of organic waste generation, Sukmajaya sub-district (85.057,22–125.076,22 tons/year) and Cimanggis sub-district (88.721,84–130.946,67 tons/year) became the subdistricts with the highest number of waste generation compared to other sub-districts. Limo sub-district became a district with the least amount of waste generation, ranging from 32,403.81 to 48,405.30 tons/year. Then from the mapping of the WTU service area, it is known that Cilangkap 10 WTU has the most extensive service area (2,900 km2) and Duren Mekar WTU has the least service area (0,025 km2). Overall, WTUs in Depok still have a low utility level, with a percentage of 14,4 ± 2,1% when referring to the design capacity of the WTU in Masterplan and a percentage of 24,0 ± 3,6% when
referring to the chopper machine maximum handling capacity. The form of optimization of WTU services can be done by increasing the amount of waste to be processed on WTU with low utilization, increasing the number of UPS units or by reactivating WTUs that were previously inactive. Optimization by increasing WTU utilization can be done by adding organic waste of 128,432 tons/day (if referring to WTU design capacity) or 68,432 tons/day (if referring to chopper machine maximum handling capacity).
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amirah Tri Ayudia
"Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) merupakan pengolahan air limbah yang dirancang hanya menerima dan mengolah lumpur tinja yang berasal dari sistem setempat yang diangkut melalui sarana pengangkutan lumpur tinja. Lumpur tinja yang dihasil tersebut tentu harus diolah terlebih dahulu agar sesuai dengan baku mutu yaitu, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 68 Tahun 2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. Namun demikian, dalam proses pengolahan air limbah ini, tidak dapat dihindari kemungkinan terlepasnya pencemar udara mikrobiologis (bioaerosol) ke udara sekitar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sumber pencemar, mengetahui total bakteri dan jamur di udara serta perbedaan konsentrasi bakteri dan jamur pada musim kemarau dan musim hujan, dan meninjau faktor lingkungan (suhu, kelembaban, dan Kecepatan angin) yang mempengaruhi konsentrasi. Penelitian ini dilakukan pada musim kemarau dan hujan dengan masing-masing lima hari pengambilan dan dilakukan di empat titik pada IPLT Kalimulya Depok (unit bak pengisian, digester anaerob, pemekat lumpur, dan biofilter aerob-anaerob). Dari hasil penelitian, rata-rata konsentrasi bakteri pada musim kemarau yaitu unit bak pengisian sebesar 243±265 CFU/m3, pemekat lumpur sebesar 155±326 CFU/m3, digester anaerob sebesar 154±157 CFU/m3, dan biofilter aerob anaerob sebesar 76±122 CFU/m3. Sedangkan pada musim hujan konsentrasi bakteri yaitu unit bak pengisian sebesar 33±24 CFU/m3, pemekat lumpur sebesar 25±62 CFU/m3, biofilter aerob-anaerob sebesar 21±20 CFU/m3, dan digester anaerob sebesar 16±13 CFU/m3. Kemudian pada musim kemarau, konsentrasi jamur pada pemekat lumpur sebesar 516±554 CFU/m3, unit bak pengisian sebesar 364±202 CFU/m3, digester anaerob sebesar 340±181 CFU/m3, dan biofilter aerob-anaerob sebesar 231±201 CFU/m3. Sedangkan pada musim hujan konsentrasi jamur pada unit bak pengisian sebesar 58±39 CFU/m3, pemekat lumpur sebesar 55±33 CFU/m3, digester anaerob sebesar, 36±32 CFU/m3, dan biofilter aerob-anaerob sebesar 32±23 CFU/m3. Sehingga, diketahui konsentrasi bakteri tertinggi ditemukan pada unit bak pengisian pada musim kemarau dan terendah pada digester anaerob pada musim hujan. Konsentrasi jamur tertinggi ditemukan di pemekat lumpur pada musim kemarau dan terendah pada biofilter aerob-anaerob pada musim hujan. Konsentrasi bakteri dan jamur berada dibawah standar baku mutu. Sedangkan korelasi antara faktor lingkungan terhadap konsentrasi bakteri dan jamur ditemukan di beberapa tempat dan terdapat juga perbedaan konsentrasi bakteri dan jamur pada musim kemarau dan musim hujan.

Sewage Treatment Plants (STPs) are wastewater processing systems that are designed to process only stool mud received from local systems of stool mud transport. The stool mud received must be processed so that it abides to the standard of quality according to the Regulation of the Minister of the Environment Number 68 Year 2016 concerning Domestic Wastewater Quality Standards. However, in the treatment process, there is a probability for a microbiological air pollutant (bioaerosol) to be produced that cannot be avoided. This research aims to analyze the source of pollution, the total amount of bacteria and fungi in the air, the difference of bacteria and fungi concentration between the dry and rainy season, and observe the environmental factors (temperature, humidity, wind speed) that affects bacteria and fungi concentration. This research was done during the dry and rainy season, each for a 5 day period in four observation points at the Kalimulya Depok STP (filling unit, anaerobic digester, mud concentrator and aerobic-anaerobic biofilter). The results of this research shows that the average bacteria concentration during the dry season is 243±265 CFU/m3 at the filling unit, 155±326 CFU/m3 at the mud concentrator, 154±157 CFU/m3 at the anaerobic digester, and 76±122 CFU/m3 at the aerobic-anaerobic biofilter. During the rainy season, the average bacteria concentration is 33±24 CFU/m3 at the filling unit, 25±62 CFU/m3 at the mud concentrator, 21±20 CFU/m3 at the aerobic-anaerobic biofilter, and 16±13 CFU/m3 at the anaerobic digester. The average fungi concentration during the dry season is 516±554 CFU/m3 at the mud concentrator, 364±202 CFU/m3 at the filling unit, 340±181 CFU/m3 at the anaerobic digester, and 231±201 CFU/m3 at the aerobic-anaerobic biofilter. As for the rainy season, the average fungi concentration is 58±39 CFU/m3 at the filling unit, 55±33 CFU/m3 at the mud concentrator, 36±32 CFU/m3 at the anaerobic digester, and 32±23 CFU/m3 at the aerobic-anaerobic biofilter. It can be seen that for the bacteria concentration, its highest value occurs at the filling unit during the dry season while its lowest value occurs at the anaerobic digester during the rainy season. For the fungi concentration, its highest value occurs at the mid concentrator during the dry season while its lowest value occurs at aerobic-anaerobic biofilter during the rainy season. The bacteria and fungi concentration values lie below the standard of quality. There are several correlations between environmental factors and the bacteria and fungi concentration values in some of the observed locations. There is also a difference between the bacteria and fungi concentration during the dry season and the rainy season.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>