Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102108 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Akbar
"Nilai regangan merupakan salah satu indikator kondisi beton. Salah satu cara pengukuran nilai regangan ini sendiri saat ini dilakukan dengan menggunakan suatu alat bernama strain gage. Akan tetapi penggunaan strain gage ini sendiri memerlukan suatu teknik dan perhatian khusus, dan sedikit merepotkan dikarenakan dibutuhkannya ketelitian yang sangat tinggi dalam pemasangan strain gage tersebut. Tujuan dari penelitian smart concrete ini adalah menggantikan peranan dari strain gage tersebut dengan memberikan bubuk karbon ke dalam beton. Sifat karbon yang konduktif ini memberikan sifat baru kepada beton tersebut, dimana beton tersebut menjadi lebih konduktif atau memiliki tahanan listrik yang lebih kecil, dan sebaliknya memiliki sensitifitas tahanan listrik yang lebih besar, dalam arti apabila pada beton tersebut terjadi regangan, nilai tahanan listriknya akan berubah cukup berarti untuk dapat dianalisa. Penggantian fungsi strain gage dengan karbon di dalam beton ini seolah-olah pada beton tersebut telah ditempelkan strain gage, sehingga kapan saja nilai regangan yang terjadi pada beton tersebut akibat pembebanan yang terjadi, baik beban jangka pendek maupun beban jangka panjang, akan dapat diketahui dengan cepat hanya dengan mengukur nilai dari perubahan tahanan listrik pada beton tersebut. Untuk mendeteksi dan mendapatkan nilai perubahan tahanan listrik ini, beton pintar tersebut dipasang sebagai salah satu lengan dari rangkaian Jembatan Wheatstone yang sangat cocok untuk mengukur perubahan tahanan listrik dalam jumlah yang kecil."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
S34983
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryana
"Alat pengukur regangan mekanik maupun elektronik telah banyak berkembang. Dari penggunaan kisi sampai strain gage banyak ditemukan dalam praktek. Salah satu yang ingin dikembangkan sekarang adalah pengukuran perubahan tahanan listriknya. Dengan menggunakan prinsip kerja strain gage yaitu tahanan listrik suatu unsur berbanding lurus dengan panjang dan resistivitasnya dan bebanding terbail dengan luas penampang, maka perubahan fisik tersebut diterjemahkan dengan perubahan tahanan listrik. Dalam hal ini balok beton dianalogikan seperti strain gage (gage active) maka perubahan fisik akibat pembebanan terukur dari perubahan tahanan listriknya. Penambahan serbuk karbon untuk menurunkan tahanan listrik beton. Dalam pengukurannya digunakan prinsip kerja jembatan wheastone.
Perubahan tahanan listrik beton akibat pembenanan belum menunjukkan letak strain pada balok. Oleh karenanya perhitungan regangan dilakukan secara teori dari data penampang dan material yang ditentukan regangannya pada balok. Dengan meregresikan antara pembacaan perubahan tahanan listrik beton dengan strain dari perhitungan, diperoleh gage faktor (F) yaitu angka yang menterjemahkan pembacaan perubahan tahanan menjadi strain pada penampang yang dimaksud. Dari hasil penelitian nilai gage faktor (F) untuk sampel panjang lebih besar, ini menunjukkan sensitivitasnya besar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S34866
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Yoga Putra
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
TA610
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Visilia
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
TA738
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Hardiman M.
"Pada pembacaan suatu pengukuran dengan menggunakan strain gauge pada sebuah spesimen (benda uji), umumnya dibutuhkan Ampiifier dan ADC (Analog to Digital Conversion) sebanyak strain gauge yang terpasang. Masalah akan timbul sehubungan dengan banyaknya kebutuhan ampiifier dan kanal ADC yang memerlukan biaya yang mahal. Di samping itu juga masalah rumitnya instalasi dari banyaknya peralatan yang digunakan, sehingga menjadi tidak efisien dan akan berpengaruh pada hasil pengukuran.
Untuk mengatasi masalah tersebut diatas, pada tugas akhir ini penulis merancang bangun sebuah alat ” Sistem Pengukuran Multikanal Pada Strain Gauge Dengan Menggunakan Satu Amplifier Dan Satu Kanal ADC Berbasis Komputer Pribadi ” untuk setiap pengujian spesimen.
Pada perancangan sistem pengukuran multikanal ini digunakan rangkaian Antarmuka dan Multiplekser yang membaca (Scanning) semua nilai pada kanal pengukuran sebanyak 32 kanal secara bergantian. Pembacaan nilai pada tiap kanal ini diatur oleh komputer pribadi dengan bantuan perangkat lunak yang dapat mengaktifkan kanal sesuai kontrol address yang diberikan. Kemudian nilai tersebut diperkuat oleh sebuah Ampiifier dan selanjutnya melalui ADC dikirimkan kembali ke komputer untuk disimpan ataupun diolah lebih lanjut Dari hasil uji coba dan pengukuran alat ini mempunyai unjuk kerja yang cukup baik, yaitu hasil pengukuran yang cukup linier dan %kesalahan kurang dari 0,4 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S38871
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri Dwi Saptioratri Budiono
"Pada pemasangan menara pengeboran minyak di darat (onshore rig) diperlukan tali baja (guyline) untuk menahan gaya horizontal yang berasal dari angin dan ketidakrataan tanah, untuk menjaga agar rig tidak jatuh dan untuk menambah kapasitas beban dari well yang bisa diangkat. Standar yang mengatur pemasangan guylines adalah 4G API, yang salah satunya mengatur tentang besarnya tegangan pemasangan tali baja yang bisa didapatkan dari suatu alat ukur. Alat ukur ini harus dapat membaca tegangan guyline secara aksial, akurat ,dan presisi. Pengembangan alat dilakukan dengan menggunakan empat strain gages sebagai tranducer yang ditempel pada sebuah dudukan logam agar sesuai dengan kondisi guyline dan keakuratan alat ukur.
Penelitian ini adalah pengembangan dari penelitian sebelumnya dengan melakukan pengembangan dan pembuatan model dudukan strain gage. Untuk lebih mendapatkan keakurasian model, pengembangan dilakukan dengan lebih mempertimbangkan posisi penempelan strain gage agar regangan kecil yang terjadi dapat terbaca, yaitu dengan menggunakan empat buah strain gages agar sensitivitasnya meningkat. Bentuk model dudukan strain gage harus mempunyai ketahanan yang baik dari beban bending dan buckling. Selain itu, model bentuk dudukan strain gage juga harus mempunyai sebaran tegangan yang merata. Hal ini disebabkan apabila sebaran tegangan tidak merata sampai pada posisi penempelan strain gage maka keakuratan hasil dari pembacaan strain gage akan berkurang.

Setting up onshore rig is needed a guylines to counter horizontal forces, because of wind and unflatness of soil, to hold rig do not fa ll and to add load capacity in carrying well. Guylines must be put based on authorized standard, called 4G API stndard, that control amount of stress in setting up guylines. In order to set the guylines according to standard, so measurement tool is needed to measure stresses on guylines. The designed of measurement tool uses strain gage as transducer that is attached on a mounting, designed to catch up the condition of guyline and increase the accuracy of the measurement tool.
This research is continuation of the research before and done with the Development model of strain gage mounting. It is to consider the position of attaching strain gage in order to be able to measure small strain, so that the accuracy of the measurement tool becomes high.strain gages, used to readthe sress, consist of four strain gages in order to increase strain gage sesitivity, so it will increase the accuracy of the measurement tool. The shape of strain gage mounting must have high durability on buckling and bending stresses. Beside that, shape of the strain gage mounting must have good stress distribution. Because, if the stress ditribution do not same to the strain gage attachment position, it will decrase the accuracy of measurement tool.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hendras Dwi Wahyudi
"Peningkatan keamanan dalam pengendaraan sepeda motor terkait dengan pengukuran kemiringan rodanya akan sangat membantu masyarakat. Akan tetapi sampai saat ini belum ada alat yang bisa digunakan untuk mengukur kemiringan roda sepeda motor secara akurat. Oleh karena itu, dengan konsep alignment yang mengacu pada metode spooring pada mobil, dirancang alat untuk mengukur kemiringan roda sepeda motor yang dilakukan dengan memperhitungkan 2 parameter, yaitu camber angle pada arah vertikal roda, dan slip angel pada arah horizontal roda. Swing arm dan shaft roda digunakan sebagai acuan kelurusan badan motor secara keseluruhan.
Salah satu komponen alat ukur yang berfungsi sebagai sensor, akan mengalami defleksi akibat kemiringan roda. Kemampuan defleksi komponen dipengaruhi oleh kemampuan bending yang bergantung pada dimensi komponen dan sifat material dari yang dijadikan bahan baku. Aluminium dijadikan pilihan supaya didapatkan komponen yang elastis namun sensitif untuk mendeteksi kemiringan roda. Pemasangan strain gage sebagai sensor dilakukan setelah alat uji selesai dibuat, selanjutnya dilakukan kalibrasi untuk pengukuran. Tujuan dari perancangan ini adalah memperoleh hasil pengukuran yang cukup akurat untuk menentukan kemiringan roda.

The improvement of riding motorcycles security, related with the wheel's misalignment measurement will be very helpful to people. However, there's still no measuring equipment that could assure the accuracy of that kind of measurement. Therefore, using alignment concept based on car's spooring method, a measurer was designed as it's considering 2 parameters ; camber angle which is at vertical axis and slip angle which is at horizontal. The swing arm and the wheel's shaft are used as the representatives of the vehicle's alignment.
One of the components of the measurer, which is functioning as a sensor, will be deflected as a result of miss-alignment of the wheel. Its deflecting ability is effected by the bending ability which is very dependent on the component's dimension and the material properties of its basic material. Aluminium has been chosen as the basic material so that the component will be elastic and sensitive enough to detect the deflection of the wheel. Strain gage as a sensing instrument is being installed after miss-alignment measurer have been manufactured. Calibration procedure is being held for the next measurement.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50695
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Santoso
"Saat ini beton merupakan salah batu bahan yang sering digunakan dalam dunia konstruksi. Seiring dengan perkembangan zaman, banyak ditemukan berbagai jenis bahan atau zat baru yang bila ditambahkan ke dalam campuran beton maka beton akan memiliki sifat yang baru seperti cepat mengeras, tahan terhadap asam dan sebagainya. Struktur beton bertulang merupakan struktur yang didesain dengan umur rencana tertentu. Akan tetapi banyak diantara struktur beton bertulang yang tidak dapat mencapai umur rencananya. Hal ini disebabkan oleh berbagai factor seperti pembebanan pada struktur yang melewati beban rencana serta akibat pengaruh lingkungan seperti gas karbon monooksida, hujan asam, dan sebagainya.
Pengukuran nilai regangan sebagai salah satu indicator utama kualitas kondisi beton saat ini dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu optis, mekanis dan magnetis, tetapi yang paling sering digunakan adalah dengan menggunakan strain gage. Namun strain gage juga memiliki beberapa kendala seperti mahalnya harga strain gages, sulitnya didapatkan jenis perekat yang dapat bekerja dalam jangka waktu yang lama dan alat pembaca strain gages yang relatif mahal. Untuk mengatasi kendala dalam penggunaan strain gages, maka dicarilah metode lain yang hampir sama namun lebih praktis serta murah. Smart concrete adalah suatu material beton, dimana material tersebut mampu memberikan perubahan sifat jika terjadi perubahan regangan pada struktur tersebut.
Smart concrete merupakan beton dengan self sensing yaitu dengan membuat beton tersebut sensitive terhadap perubahan hambatan yang akhirnya akan didapatkan nilai perubahan regangannya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menambahkan serbuk karbon ke dalam campuran beton. Dengan penambahan serbuk karbon ini maka nilai tahanan listrik beton akan berkurang sehingga beton akan lebih sensitive terhadap tegangan dan regangan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan uji tekan kubus serta pembebanan dua titik pada sampel balok uji. Hasilnya kemudian dibandingkan dengan beton konvensional. Mutu beton yang digunakan adalah beton dengan K-300. Dimensi balok uji adalah 15x20x120 cm3 (balok C), 15x30x120 cm3 (balok D) dan 15x40x120 cm3 (balok E) sedangkan dimensi kubus adalah 15x15x15 cm3. Prosentase karbon yang digunakan adalah 0%, 5% dan 10%.
Dari hasil pengujian kuat tekan kubus diperoleh hasil bahwa dengan kandungan karbon yang semakin besar maka akan menurunkan kekuatan dari beton. Dari hasil pengujian hambatan awal balok, didapatkan bahwa dengan penambahan karbon maka hambatan awal balok akan berkurang. Sedangkan pada pengaruh variasi luas penampang terlihat bahwa dengan semakin bertambah besar luas penampang balok maka hambatannya akan semakin kecil. Setelah dilakukan pengukuran hambatan awal, kemudian balok tersebut diberikan beban 2 titik berjarak 14 cm yang diletakkan di tengah bentang.
Dari hasil pengujian didapatkan data-data perubahan hambatan, nilai lendutan dan nilai regangan. Dari data-data tersebut kemudian kita cari nilai gage factor dari balok uji. Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa dengan adanya penambahan variasi luas penampang terlihat bahwa gage factornya akan semakin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa balok dengan luas penampang yang besar menjadi kurang sensitif. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif baru dalam pemilihan metode yang akan digunakan dalam pengukuran regangan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan biaya yang lebih murah, kemudahan pengerjaan serta pemonitoran terhadap struktur beton yang dapat dilakukan setiap saat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34818
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Adrie Kafa Adinus
"Nowadays, the using of strain gauges to measure strain has become a fairly popular method in construction. A strain gauge is made from a fine wire thas has certain electric resistance. By attaching a strain gauge to the surface of a concrete structure, we will be able to measure the strain on it. The principle is based on the assumption that if the strain gauge is attached well to the surface of a concrete structure, its strain will be the same as the concrete strain. Briefly, the measured strain, in fact, is the gauge's strain. If a strain gauge is stretched, its resistance will change. Dividing the resistance change to a gauge factor will results the concrete's strain. Difficulty in installing and maintaining the gauge, and also its relatively expensive price, has generated efforts to find a new alternative instead of strain gauges. Concrete has high electric resistance. Adding carbon to concrete mix, hopefully, can reduce its resistance to be easily measured. If this experiment succeeds, we will not need to use strain gauges for measuring strain, because the concrete itself will function as a strain gauge. It is called smart concrete. This thesis tries to find the influence of beam length variation to the smart concrete behavior with the addition of coal carbon.

Dewasa ini, penggunaan strain gauge sebagai pengukur regangan beton merupakan metode yang cukup popular di bidang konstruksi. Alat ini terbuat dari kawat halus yang memiliki hambatan listrik tertentu. Dengan melekatkan alat pada permukaan beton, maka kita bisa mengetahui regangan permukaan tersebut. Prinsip kerja alat ini berdasarkan pada asumsi bahwa dengan melekatnya strain gauge dengan baik pada beton, maka regangannya akan sama dengan regangan beton. Singkatnya, regangan yang diukur sebenarnya adalah regangan strain gauge. Apabila strain gauge mengalami regangan, maka hambatan listriknya akan berubah. Dengan membagi perubahan hambatan tersebut dengan suatu gauge factor, maka nilai regangan beton dapat dihitung. Mengingat pemasangan dan perlakuan yang sulit, serta harga yang relatif mahal, merangsang pemikiran untuk mencari alternatif lain sebagai pengganti strain gauge. Beton memiliki hambatan listrik yang besar. Penambahan karbon pada campuran beton diharapkan dapat menurunkan hambatan listrik beton tersebut sehingga mudah diukur. Bila penelitian ini berhasil, maka kita tidak perlu lagi menggunakan strain gauge untuk mengukur regangan, sebab beton itu sendirilah yang kita fungsikan sebagai strain gauge. Beton tersebut dinamakan beton pintar. Skripsi ini mencoba untuk melihat pengaruh variasi panjang balok terhadap perilaku beton pintar dengan penambahan karbon batubara."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34824
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>