Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181380 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S34445
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S34256
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tibin Prayudi
"Masalah utama tempat pembuangan akhir sampah adalah terjadinya infiltrasi leachate yang akan mencemari tanah dan lapisan air tanah. Pengolahan leachate tanah dilakukan secara kimia atau biologi tergantung dari karakteristik leachate. Kurrangnya kandungan oksigen terlarut akan menghambat proses biodegradasi sehingga kandungan zat organic leachate akan meningkat. Oleh karena itu penelitian ini akan menguji coba pengolahan air leachate dengan teknologi aerasi. Uji coba dilakukan dengan tiga model yaitu aerasi dengan satu kali kebutuhan oksigen, dua kali kebutuhan oksigen, dan satu kali kebutuhan oksigen dengan penyaringan media pasir. Dari ketiga car apengujian, pengolahan secara aerasi dengan dua kali konsumsi oksigen menningkatkan kandungan Ph palin kecil yaitu 4,05% dan pengolahan secara aerasi dengan satu kali konsumsi dan penyaringan merupakan cara pengolahan yang paling tingi menurunkan kandungan warna yaitu 61,54% dan COD 31,22%."
[Place of publication not identified]: Jurnal Pemukiman, 2013
JURPEM 8:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1999
TA859
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Darmo Santoso
"Kontaktor membran adalah suatu perangkat yang memungkinkan perpindahan massa sistem gas/cair tanpa dispersi satu fasa pada fasa lainnya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengalirkan fluida pada sisi yang berlawanan dari membran mikropori, seperti pada kontaktor membran serat berongga (hollow fiber membrane contactors, HFMC). Dengan pengontrolan perbedaan tekanan yang baik antar fluida, suatu fluida akan tetap diam di dalam pori membran sehingga permukaan kontak antar fluida tetap berada pada ""mulut"" setiap pori membran. Pendekatan ini memberikan berbagai keuntungan penting bagi HFMC jika dibandingkan dengan kontaktor konvensional yang dispersif, seperti tidak terjadi emuisi, tidak terjadi flooding (pada rasio laju alir gas terhadap cair sangat besar), tidak terjadi unloading (pada rasio laju alir gas terhadap cair sangat kecil), tidak diperlukan perbedaan densitas antar fluida, luas permukaan kontak yang besar dan diketahui jumlahnya serta cenderung konstan (berapapun rasio laju alir gas terhadap cair) selama pengoperasian.
Pada HFMC, aliran fluida cair melalui membran cenderung laminer, sehingga karakteristik hidrodinamikanya dapat diteliti dengan baik. Hal ini juga memungkinkan perhitungan yang cukup akurat dari koefisien perpindahan massa dari membran. Kedua hal di atas inilah yang akan dievaluasi pada skripsi ini. Pemisahan atau penambahan gas terlarut dari atau ke dalam air atau larutan cair juga dapat menggunakan HFMC. Penambahan (absorpsi) kadar oksigen terlarut ke dalam air dengan menggunakan udara (sebagai sumber gas oksigen) dipilih sebagai model sistem penelitian kali ini untuk mengetahui efektivitas perpindahan massa (dilihat dari koefisien perpindahan massa) dan karakteristik hidrodinamika air dalam HFMC. Hal ini cukup penting agar dapat diaplikasikan secara komersial.
Dilihat dari model sistem yang dipilih cukup penting mengingat kandungan oksigen yang besar di dalam air terkadang sangat dibutuhkan dalam pengaplikasiannya sehari-hari seperti sebagai air minum,air permukaan, air di rumah sakit ataupun industri. Studi yang dilakukan adalah studi pengaruh jumlah serat terhadap perpindahan massa dan hidrodinamika. Proses penelitian dilakukan dengan mengkontakkan udara dengan air melalui kontaktor membran serat berongga dengan variasi jumlah serat dan laju alir air.
Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran kadar oksigen terlarut, temperatur air setiap 30 detik sampai kadar oksigen terlarutnya sekitar 4 ppm dan penurunan tekanan pada tiap laju alir dan tiap modul embran. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, perpindahan massa yang terjadi yang dinyatakan dengan fluks perpindahan 02 ke dalam air mampu mencapai sekitar 6,4 gram untuk setiap meter persegi area membran per jam dengan penggunaan fraksi kepadatan modul 0,03456 pada nilai Re sekitar 4200. Koefisien perpindahan massa lapisan film fasa liquid yang terjadi mampu mencapai 0,034 cm/s.
Semakin banyak jumlah serat dalam dimensi selongsong modul yang sama (fraksi kepadatan modul (?) semakin besar), maka koefisien perpindahan massa yang terjadi semakin kecil, sedangkan untuk jumlah serat yang sama dalam suatu modul (pada ? yang sama) semakin besar laju alir air, koefisien perpindahan massa yang terjadi semakin meningkat. Dari korelasi bilangan Sherwood terhadap bilangan Reynolds yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa perpindahan massa 02 dari udara ke dalam air terjadi di daerah laminer, dengan korelasinya Sh = (- 1992,9 ? + 170,22) Re 0,2523 dan Sh = (- 270,53 ? + 23,108) Re0,2523 Sc0,2533 dengan batasan nilai Reynolds pada 900 < Re < 4250 dan 0,03456 ? ? ? 0,06912 seperti yang dilakukan pada penelitian ini.
Sementara itu, dari aspek hidrodinamika semakin banyak jumlah serat dan semakin tinggi kecepatan aliran, penurunan tekanan yang terjadi juga semakin besar. Tetapi, faktor friksi semakin kecil seiring dengan meningkatnya jumlah serat dan kecepatan aliran. Faktor friksi modul yang terjadi lebih besar daripada faktor friksi literatur yang dihitung dengan menggunakan persamaan untuk pipa halus."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49575
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yan Ade Tirta
"ABSTRAK
Metode absorpsi C02 langsung pada penanggalan (dating) air tanah, jarang dipakai orang karena tingkat akurasinya yang lebih kecil bila dibandingkan dengan metode sintesis benzena, tetapi metode absorpsi C02 langsung tidak memerlukan banyak waktu dan biaya yang relatif besar. Tehnik ini dapat dipakai sebagai studi awal untuk penelusuran kebéradaan jumlah aktivitas isotop 140 suatu daerah. Bila jumlah aktivitas 140 di daerah tersebut cukup besar maka dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan metode sintesis benzena, sehingga akan mengurangi biaya percobaan dan mempersingkat waktu penelitian. Pada cara ini C02 langsung diabsorpsi oleh larutan absorben etanolamin. Larutan etanolamin (yang sudah tercampur dengan zat sintilator) dijenuhkan dengan C02 kemudian diukur aktifitas 14C-nya dengan instrumen LSC. Untuk menentukan umur sampel air.tanah digunakan program Turbo Pascal Versi 7.0. DOS. Hasil cacahan sampel air tanah dari instrumen LSC langsung diolah dengan program tersebut dan dihasilkan data umur sampel yang ingin diketahui. Hasil pengolahan cacahan dengan bantuan program Pascal sebagai berikut : Umur air tanah Serabih Barat -819,083 tahun, Serabih Timur 4230,488 tahun, Karang Nangka 9740,798 tahun, dan P3TIR BATAN 4857,342 tahun. Dari data yang didapat ternyata air yang berasal dari Serabih Barat, Karang Nangka, dan P3TlR termasuk air tanah yang mempunyai umur relatif besar. Ini menandakan bahwa ketiganya termasuk air tanah dalam. Sedangkan untuk serabih barat menunjukkan nilai minus, yang berarti air tanah tersebut termasuk air tanah modern atau air tanah dangkal. Data ini ternyata juga sesuai dengan hasil pengukuran melalui metode sintesa benzena yang juga menunjukkan nilai yang sama. Dengan demikian metode ini cocok digunakan untuk studi awal keberadaan C14. Untuk mengetahui ketepatan umur dari sampel yang ada dapat diketahui melalui penelitian selanjutnya dengan metode sintesa benzen. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S36516
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Meita Rudianingsih
"Pemakaian air bawah tanah (ABT) di Jakarta Barat menyebabkan kondisi kritis hingga sangat kritis pada akuifer II (40 m ? 140 m) dan akuifer III (>140 m). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola spasial pemakaian air bawah tanah (ABT) di Jakarta Barat untuk akuifer II dan III, serta mengkaji korelasi antara pola spasial pemakaian air bawah tanah dengan penurunan muka air tanah pada sumur pantau di Jakarta Barat. Pola spasial pemakaian ABT dalam penelitian ini adalah karakteristik sebaran pemakaian ABT berdasarkan satuan ruang yang secara bebas ditentukan dalam satuan grid 500 m x 500 m. Pola spasial diketahui dengan menganalisis sebaran kerapatan sumur bor, pengguna sumur bor berdasarkan sektor kegiatan, dan menghitung koefisien variasi volume pemakaian ABT bulanan. Sedangkan koefisien korelasi Pearson?s Product Moment dan koefisien autokorelasi Moran digunakan untuk mengetahui korelasi pola spasial pemakaian ABT dengan penurunan muka air tanah pada sumur pantau. Hasil penelitian menunjukkan pemakaian ABT untuk akuifer 40 m ? 140 m membentuk pola menyebar. Pada bagian timur dan tengah Jakarta Barat didominasi oleh sektor kegiatan jasa dengan volume pemakaian ABT yang relatif sangat stabil. Sedangkan untuk akuifer >140 m pemakaian ABT membentuk pola mengelompok di bagian timur dan memanjang di bagian barat Jakarta Barat. Pada bagian timur didominasi sektor jasa dan bagian barat didominasi oleh sektor industri. Dari hasil autokorelasi diketahui bahwa pola spasial pemakaian ABT di Jakarta Barat menyebabkan penurunan muka air tanah yang signifikan pada sumur pantau lima sumur pantau yang ada di Jakarta Barat (sumur pantau Kantor Lurah Kapuk, sumur pantau Cengkareng 3, sumur pantau Joglo, sumur pantau PDAM Jelambar, dan sumur pantau PT BASF Indonesia). Kata kunci : air bawah tanah, autokorelasi, korelasi, muka air tanah. viii + 50 hlm. ; 16 tabel ; 7 peta ; 24 gambar Bibliografi : 14 (1959 ? 2005)"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S33937
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>