Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200970 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S34242
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada tanah-tanah berlereng erosi menjadi persoalan yang serius dimana kemiringan dan panjang lereng adalah dau unsur lereng yang berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Jika kecepatan aliran meningkat dua kali ,maka jumlah butir-butir tanah yang tersangkut menjadi 32 kali lipat ,bila panjang lereng menjadi dua kali lipat , maka umumnya erosi yang terjadi akan meningkat 1,5 kali
"
JJJ 25:1 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Cicilia Dwi Margani
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1990
S34316
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herly Firma
"Pembangunan konstruksi bangunan di atas lereng timbunan akan memiliki risiko untuk terjadinya kelongsoran pada lereng tersebut pada saat naiknya permukaan air tanah. Kondisi ini terkait dengan berkurangnya nilai safety factor lereng timbunan. Untuk mengatasi naiknya permukaan air tanah pada saat dan setelah penimbunan terjadi, maka dipasang unit tambahan pada kaki lereng timbunan yang dikenal dengan nama subsurface drains.
Pemasangan subsurface drains dengan pembungkus dari bahan geotekstil akan dapat mempertahankan nilai safety factor. Efisiensi interface antara subsurface drains-tanah < 1.0 karena friksi dan adhesi yang terjadi antara bahan geotekstil-tanah lebih kecil daripada friksi dan kohesi yang terjadi antara tanah-tanah.
Peneliti akan menganalisa penurunan safety factor akibat pemasangan subsurface drains pada lereng timbunan untuk kondisi efisiensi interface 1, 0.8, dan 0.6. Nilai safety factor mengalami penurunan dari efisiensi interface 1 hingga 0.6. Untuk itu, diperlukan pemilihan material timbunan dan bahan geotekstil sebagai bahan subsurface drains untuk lereng timbunan.

The construction of the buildings on the slopes of the embankment will have a risk for the occurrence of landslide on the slopes when the ground water level rises. This condition is associated with a reduced value of the embankment slope's safety factor. To solve the ground water level rises during and after the embankment occurs, then additional units installed at the foot of the embankment slope known as subsurface drains.
Installation of subsurface drains with using of geotextile material will be able to maintain the value of safety factor. Efficiency interface between subsurface-soil drains < 1.0 because of friction and adhesion between the soil-geotextile material is smaller than the friction and cohesion between the soils.
Researchers will analyze the safety factor decreased due to the installation of subsurface drains on embankment slopes to condition the efficiency of the interface 1, 0.8, and 0.6. Safety factor values decreased from 1 to 0.6 interface efficiency. For that, we need choose of material selection and geotextile materials as materials for subsurface drains the slopes of the embankment.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50658
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jefry Suwanda
"Dewasa ini, pembangunan bendungan semakin gencar dilakukan oleh Pemerintah Indonesia. Hal tersebut dilakukan baik untuk mengendalikan banjir maupun sebagai infrastuktur pembangkit tenaga listrik. Jenis bendungan yang lazim dikembangkan adalah tipe urugan dengan kriteria khusus yaitu memiliki zona inti kedap untuk mencegah rembesan air dan kegagalan struktur. Zona ini merupakan timbunan material lanau atau lempung dengan permeabilitas rendah yaitu ≤10-5 cm/s, memiliki nilai kuat geser yang baik, dan nilai indeks plastisitas sedang. Eksploitasi material timbunan merupakan isu utama yang terjadi di lapangan karena bedampak signifikan pada biaya dan perizinan lingkungan. Di sisi lain, terdapat fenomena banyaknya limbah fly ash maupun limbah plastik polystrene dengan penanganan yang belum optimal sehingga berpotensi mencemari lingkungan. Hal tersebut tentunya menjadi faktor yang mendasari penelitian dalam rangka pelestarian lingkungan serta pembangunan berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan fly ash (FA) dan polystrene berupa EPS Beads sebagai bahan campuran substitusi zona inti kedap pada variasi komposisi yaitu 5%FA, 10%FA, 15%FA, 20%FA dan 25%FA (0,5% EPS berlaku konstan). Hasil pengujian menunjukkan pemanfaatan limbah tersebut dapat memenuhi kriteria zona inti dengan nilai komposisi paling efektif yaitu campuran 20%FA:0,5%EPS.

Nowadays, the Government of Indonesia is aggressively establishing dams to control floods and as power generation infrastructure. The embankment dam type is commonly developed with special criteria of impermeable core zone to prevent seepage and structural failure. This zone has to be an embankment of silt or clay material with low permeability 10-5 cm/s, has a good shear strength value, and a medium plasticity index value. Material exploitation is the main issue due to its significant impact on costs and environmental permits regarding embankment. On the other hand, the abundance of waste such as fly ash and plastic have environmental impacts with suboptimal handling systems. These issues have become research considerations for environmental conservation and sustainable development. This research was conducted by utilizing fly ash (FA) and polystyrene in the form of EPS Beads as a mixture of substituting impermeable core zones at various compositions, which are 5%FA, 10%FA, 15%FA, 20%FA and 25%FA (0.5% EPS constantly applied). The test results show that the utilization of these waste can meet the core zone criteria with the most effective composition value, which is a mixture of 20%FA:0.5%EPS"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Bagus Putere Gunada
"Dalam membangun sebuah infrastruktur jalan berupa timbunan terdapat berbagai pilihan desain konstruksi. Untuk menentukan desain konstruksi yang sesuai dilakukan analisis stabilitas struktur dan analisis biaya. Pada penelitian ini, analisis struktur dilakukan dengan melakukan analisis probabilistik yang dipengaruhi oleh ketidakpastian parameter tanah pada konstruksi jalan berupa konstruksi lereng timbunan terbuka dengan sudut kemiringan 34˚ dan 63, konstruksi retaining wall, dan konstruksi pile-slab dengan variasi ketinggian timbunan 3, 6 dan 9 meter. Analisis biaya dilakukan berdasarkan 4 komponen biaya yaitu, biaya akuisisi lahan, biaya konstruksi, biaya rekonstruksi dan biaya kehilangan pendapatan. Biaya akuisisi lahan menjadi faktor penting oleh karena di lingkungan perkotaan biaya akuisisi lahan menjadi sangat mahal. Penentuan keputusan dilakukan dengan analisis probabilistik menggunakan metode Expected Monetary Value (EMV) yang dibagi atas probabilitas konstruksi aman (FS>1) dan probabilitas konstruksi tidak aman (FS<1). Hasil analisis menunjukan EMV terendah setiap ketinggian timbunan dapat berubah sesuai dengan harga biaya akuisisi lahan.

There are various construction design choices in building a road infrastructure. To determine the appropriate construction design, structural stability analysis and cost analysis are considered. In this study, structural analysis is calculated by conducting probabilistic analysis which is influenced by uncertainty
of soil parameters. Construction design choices will be divided into construction design which are open-fill slope of 34˚ and 63, retaining wall structure, and pileslabs structure with variations in heap height of 3, 6 and 9 meters. There are 4 components that is considered in costs analysis, land acquisition costs, construction costs, reconstruction costs and revenue loss costs. Land acquisition costs are an important factor because in urban environments the cost of land acquisition is very expensive. The decision making is done by probabilistic analysis using the Expected Monetary Value (EMV) method which is divided into the probability of safe construction (FS> 1) and the probability of insecure construction (FS <1). The analysis results show the lowest EMV for each heap height can change according to the price of land acquisition costs.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S35920
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuniardi
"Terjadinya kegagalan dalam sejumlah konstruksi timbunan antara lain disebabkan oleh permasalahan tanah dasar dan struktur timbunan itu sendiri. Tanah dasar berupa tanah lunak yang berarti daya dukung kecil menyebabkan terjadinya settlement vertikal pada timbunan terlalu besar. Kemudian, pemilihan material timbunan yang kurang tepat, dalam hal ini spesifikasi berat jenis yang terlalu besar menyebabkan tegangan vertikal yang terjadi terlalu besar sehingga memperbesar risiko terjadinya settlement atau bentuk-betuk kegagalan lain pada timbunan. Fokus pembahasan ditujukan pada pemilihan material ringan timbunan.
Sebagai upaya memperkecil terjadinya settlement atau bentuk-betuk kegagalan lain pada timbunan. Material ringan tersebut dimodifikasi dari bahan dasar serabut dan tempurung kelapa. Hasil modifikasi tersebut kemudian dilakukan pengujian di laboratorium mengenai kekuatan, kerapatan jenis, modulus elastisitas dan data-data lainnya sehingga material tersebut layak untuk digunakan sebagai material timbunan.

The failure at some of fill construstions occur caused by subgrade troubles and structural embankment unsatisfactory. Subgrade in the form of soft soil that means has low support value able to make vertical settlement of embankment structural is too large. In addition, unappropriate in choosing embankment materials for application, especially too heavy specification density cause vertical tention become too large. It brings effect enlarge of settlement or others pattern failure risk in the structural fill.
Primary explain purposed to select leightweight fill material for reducing settlement or others pattern failure occur in the structural fill. It?s leightweight material modified from coconut?s fiber and shell. The modified material above is going to be continued for laboratory testing to determine value of strength, density, elasticity of modulus, and other datas needed. So, we can take the conclusion that lightweight material above is feasible to be applied as a fill material.
"
2008
S35277
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gidion Immanuel
"Kecamatan Pomalaa, Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu wilayah dengan dengan potensi cadangan mineral nikel yang banyak. Oleh karena itu, aktivitas pertambangan sangat sering dilakukan di daerah ini. Kegiatan pertambangan nikel sangat erat hubungannya dengan keselamatan kerja, terutama pada kegiatan produksi. Kegiatan produksi ini berkaitan juga dengan proses penggalian dan pengangkutan bahan galian. Salah satu area yang harus diperhatikan dalam kegiatan pertambangan adalah lereng area timbunan. Disposal area atau area timbunan adalah lokasi di daerah pertambangan yang dijadikan sebagai tempat penimbunan material-material overburden. Lereng disposal area yang tidak stabil akan berpengaruh terhadap kegiatan produksi. Karna itu diperlukan lokasi dan desain yang sesuai dalam membangun area timbunan. Penentuan lokasi area timbunan dan desain yang stabil dilakukan dengan menggunakan metode uji sifat fisik dan mekanika tanah, uji daya dukung tanah, dan analisis kesetimbangan batas menggunakan metode Janbu yang disederhanakan. Uji sifat fisik dan mekanika tanah pada penelitian ini dilakukan pada 1 titik dengan 4 buah sampel yang menyebar dari permukaan hingga kedalaman 3,20 meter. Nilai daya dukung tanah yang diperbolehkan dari peremukaan sampai pada kedalaman 2,99 meter memiliki nilai <81,812 ton/m2, sedangkan pada kedalaman 3,00­­–3,20 meter yang memiliki nilai daya dukung tanah yang diperbolehkan sebesar 435,81 ton/m2. penggalian tanah terlebih dahulu sedalam 3 meter disarankan sebelum dilakukan penimbunan, untuk mendapatkan area disposal yang aman sesuai dengan analisis uji daya dukung tanah. Hasil desain yang sesuai dengan area penelitian dibagi menjadi 2 section yaitu section A, dan section B dengan pembagian sudut section adalah 35°, 40°, dan 45°. Berdasarkan hasil analisis kesetimbangan batas dari masing-masing section dengan sudut yang sudah ditentukan, maka didapat bahwa pada section A dengan sudut kemiringan 45°; section B dengan sudut kemiringan 40°; dan 45° memiliki nilai FK < 1,3, desain lereng ini termasuk ke dalam lereng yang tidak aman dan berpotensi longsor. Sedangkan pada section A dengan sudut kemiringan 35°;40°; dan section B dengan sudut kemiringan 35° memiliki nilai FK > 1,3, Desain lereng ini termasuk ke dalam lereng yang aman dan memiliki kemungkinan longsor yang rendah. Berdasarkan analisis kesetimbangan batas, desain lereng yang aman digunakan memiliki kemiringan sudut 35°

Pomalaa Sub-district, Southeast Sulawesi province is one of the areas with a high potential for nickel mineral reserves, Therefore, mining activities are very often carried out in this area. Nickel mining activities are closely related to work safety, especially in production activities. This production activity is also related to the process of extracting and transporting minerals. One area that must be considered in mining activities is the slope of the embankment area. A disposal or stockpiling area is a location in a mining area used as a place for stockpiling overburdened materials. Unstable slopes of the disposal area will affect production activities. Because of that, an appropriate location and design are needed in building a stockpile area. The determination of the location of the embankment area and its stable design is carried out by using the physical and mechanical properties of the soil, the soil bearing capacity test, and the boundary equilibrium analysis using the simplified Janbu method. Soil physical and mechanical properties tests in this study were carried out at 1 point with 4 samples that spread from the surface to a depth of 3.20 meters. The allowable soil carrying capacity from the surface to a depth of 2.99 meters has a value of <81.812 tons/m2, while at a depth of 3.00¬–3.20 meters, the allowable soil carrying capacity is 435.81 tons/ m2. Excavation of the soil as deep as 3 meters is recommended before backfilling, to obtain a safe disposal area according to the soil carrying capacity test analysis. The results of the design according to the research area are divided into 2 sections, namely section A and section B with the division angles of the sections being 35°, 40°, and 45°. Based on the results of the boundary equilibrium analysis of each section with a predetermined angle, it is found that section A with an inclination angle of 45°; section B with a tilt angle of 40°; and 45° has an FK value < 1.3, this slope design is classified as an unsafe slope and has the potential for landslides. Whereas in section A with a slope angle of 35°;40°; and section B with a slope angle of 35° has an FK value of > 1.3. This slope design is considered a safe slope and has a low probability of landslides. Based on the boundary equilibrium analysis, a safe slope design has a slope angle of 35°."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>