Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 121475 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Giarno
"ABSTRAK
Aluminum lembaran jenis 3014-H19 diketahui banyak dipakai sebagai kemasan
minuman kaleng. Mangan adalah unsur tambahan utama pada paduan Al 3104-
H19 dimana fungsi mangan dapat meningkatkan kekuatan sehingga tidak mudah
kusut atau robek ketika dilakukan pengerjaan dingin. Pada penelitian ini, Al 3104-
H19 dengan variasi kandungan Titanium 0% berat, 0.01% berat dan 0.013% berat,
akan digunakan sebagai sampel untuk pengujian korosi di dalam larutan H2O2
35%. Dimana diketahui pula H2O2 secara luas banyak dipakai sebagai desinfektan
di industri makanan. Perendaman di dalam larutan dilakukan dalam jangka
pendek 0 ? 6 jam kemudian dilanjutakan sampai 2 minggu untuk mengetahui
tingkat korosi pada masing-masing sampel. Kemudian korosi diamati dengan
melihat kontur kekasaran permukaan sampel, foto mikroskop dan SEM serta
dilihat kelajuan korosinya. Pada akhirnya diperoleh hasil bahwa Al 3104-H19
dengan kandungan Ti 0.01% mempunyai ketahanan korosi yang lebih baik
dibanding dua sampel lainnya."
2008
T21555
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Suharno
"In manufacturing of component of automotive with use aluminum material, fluidity factor of aluminum liquid play a part important at moulding process with gravity and or die casting. Low fluidity liquid aluminum represent one of the factor causing to be formed affect / reject for example gas of porosity, shrinkage, misrun / shut cold and spot hard This research aim to know aluminum liquid _fluidity with parameter charging material l00% ingot ( 0% scrap) and 50% ingot (50% scrap), addition of AlTiB refiner grain ( 0,05 - o.6%) and addition ofAlSr modifier ( 0,001% - 0, 02%) by using temperature variation (630°C) 700?C1 720°C, 73 C, and 750°C) from 2 local ingot of aluminum ACZB. From result of this research indicate that the quality of ingot play a part important to fluidity value. ingot with little inclusion have high fluidity value. At addition of AlTtB grain refiner 0, 05 - 0,8 %, from both ingot assess reached by optimum fluidity of addition moment 0,6%. While addition of AlSr modifier of rate 0,001 - 0,02 % for reached by optimum fluidity value of addition moment 0, 01 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
JUTE-20-4-Des2006-271
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Suharno
"In casting process, fluidity is the most important properly to determine the flowability of molten metals. The aims of the research are to understand the influence of iron content addition of 0.5 wt%, 1.0 wt%, l' .4 wt% and l .8 wt%, on the fluidity and morphology of intermetallic phases formed in master alloy Al- 7wi%Si. The research was conducted' by using the vacuum suction test at varied temperatures, 660°C, 680?C, 700°C and 720°C. The results showed that increasing of iron content will reduce fluidity affil-7wt%Si alloy due to the increasing of size and amount of intermetaliic phases, specially B-Al5FeS phasei. The other hand increasing of iron content will increase volume fraction of intermetallic phases that cause the increasing of viscosity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
JUTE-21-3-Sep2007-201
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Generousdi
"Tesis ini merupakan hasil penelitian proses canal panas yang dilanjutkan dengan proses canal dingin paduan Aluminium 2024, dengan tujuan menguasai teknologi canal dan pengaruh parameter temperatur serta persen reduksi terhadap perubahan struktur mikro, sifat fisik dan sifat mekanik material. Bahan baku paduan Aluminium 2024 dihornogenisasi pada temperatur 490 °C serama waktu 10 jam agar dihasilkan paduan yang bebas dari segregasi mikro dan inklusi serta distribusi presipitat yang tersebar merata dalam matriks a sehingga hasil canal panas yang dilanjutkan dengan canal dingin mempunyai kualitas baik. Bahan baku paduan Aluminium 2024 hasil homogenisasi tersebut didefornmasi dengan menggunakan proses canal panas pada temperatur 350.°C dan 400 °C dengan persen reduksi masing-masing 30 % dan 50 %. Kemudian hasil canal panas tersebut dideformasi lebih lanjut dengan menggunakan proses canal dingin dengan persen reduksi sebesar 50 %. Dari penelitian didapat bahwa setelah proses canal panas terjadi proses rekristalisasi butir, dimana nilai kekerasan menjadi relatif sama (homogen) pada seluruh permukaan material. Proses canal panas yang dilakukan mengakibatkan terjadinya peningkatan kekerasan paduan Aluminium 2024 dari 62 HB menjadi 88 HB dan 91 HB (kondisi: temp. 350°C reduksi 30 % dan 50 96) serta menjadi 80 HB dan 89 HB (kondisi: temp. 400 °C reduksi 30 % dan 50 96). Dari struktur mikro terlihat bahwa hair berubah menjadi pipih . Temperatur canal panas yang optimal terletak pada 350 °C, karena pada kondisi tersebut terdapat peningkatan nilai kekerasan yang lebih tinggi dari canal pada temperatur 400 °C . Proses canal dingin dengan reduksi 509a terhadap material hasil canal panas, akan mental kekerasan sebesar 3094 maka canal dingin paduan AI-2024 tidak lebih dari 60 % (maksirnal reduksi kumulatif), karena reduksi yang lebih tinggi akan menyebabkan material menjadi retak dan pecah. Dari struktur mikro terlihat bahwa setelah canal dingin butir menjadi sangat pipih dan memanjang sehingga kekerasan material meningkat. Dari hasil analisa, hal tersebut diakibatkan karena adanya tegangan dalam dan kerapatan dislokasi yang tinggi. Proses perlakuan panas (solution treatment, T4) pada temperatur 495 °C selanaa 50 menit dan dicelup dingin (quench) sampai mencapai temperatur ruang menurunkan kekerasan dan meningkatkan kekuatan tarik material dari kondisi sebelum dilakukan proses perlakuan panas. Dari struktur mikro terlihat bahwa hal tersebut karena presipitat telah tersebar merata dalam matrik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
T2027
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Erwin
"Paduan Aluminium AC2B memiliki ketahanan aus dan kekerasan yang rendah. Untuk meningkatkan kekerasan dan ketahanan aus dari material AC2B dilakukan perubahan komposisi kimia dan perlakuan panas. Proses perlakuan panas yang dilakukan yaitu Solid Solution Hardening dan Aging, akan dilakukan pada paduan Aluminium AC2B, sehingga hasil dari setiap tahap proses yang dilakukan diambil dan selanjutnya spesimen (benda uji) yang memiliki nilai kekerasan yang tinggi, akan diambil sebagai hasil optimum untuk dilakukan Aging. Hasil dari proses Aging akan diperoleh nilai Kekerasan, Keausan dan Kuat Tarik yang berbeda pada setiap kondisi temperatur dan waktu Aging yang dilakukan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naila Mubarok
"Masalah yang melatar belakangi penelitian ini adalah, bahwa dalam fabrikasi pembuatan botol elpiji dari bahan aluminium serie 6XXX dilakukan proses aging untuk menaikkan sifat mekanik. Dalam standar SII 2538-90 mensyaratkan proses aging pada temperatur 200 ± 5 °C minimal 30 menit menghasilkan kuat tarik minimal 28 kg/mm2, kuat ulur minimal 20 kg/mm2 dan regangan minimal 14 %.
Penelitian ini dimaksudkan mencari kondisi waktu aging minimum untuk mencapai sifat mekanik yang disyaratkan dalam standar, dengan variabel temperatur dan waktu aging. Selanjutnya akan diamati perubahan sifat mekanik seperti kekerasan, kuat tarik, kuat ulur, regangan dan struktur mikro dari proses aging antara temperatur 125 -250 °C waktu sampai dengan 8 jam. Juga diamati awal penurunan sifat mekanik akibat over aging. Bahan yang dijadikan penelitian diambil dari paduan aluminium serie 6XXX yang belum mendapat pembentukan (belum dideformasi) dan bahan yang sudah mengalami pembentukan (sudah mendapat deformasi).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat mekanik yang memenuhi standar untuk bahan yang belum dideformasi diperoleh dari proses aging temperatur 200 °C waktu 3 - 3,5 jam, dan over aging mulai terjadi pada waktu 6 jam. Sedangkan pada bahan yang sudah mengalami deformasi, sifat mekanik yang memenuhi standar dihasilkan pada waktu aging 2,3 - 3 jam, dan over aging mulai terjadi pada waktu 4 jam. Dari pengujian TEM terhadap benda uji yang mengalami proses aging temperatur 200 °C waktu 4 jam dan sifat mekanik menunjukkan maksimum terlihat presipitat berbentuk jarum dalam jumlah banyak dan menyebar merata, sedangkan pada over aging presipitat membesar, jumlah sedikit, bentuk berubah menjadi tongkat dan pelat serta menyebar merata."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofyan Said
"Paduan aluminium AI 2024-T3 bentuk pelat (clad) sering digunakan dalam industri pesawat terbang sebagai bahan kulit, lantai dan struktur. Bahan ini dalam pengoperasiannya yang cukup lama sebagai bahan komponen pesawat terbang akan mengalami retak, dan jenis keretakan yang sering dijumpai dalam praktek adalah retak fatik (fatigue cracking) dan retak karena korosi (corrosion cracking). Retak kecil yang terjadi tidak boleh dibiarkan merambat karena pada akhirnya akan menyebabkan katastrope pada pesawat terbang. Retak kecil perlu direparasi, dan salah satu teknik reparasi retak yang dibahas dalam penelitian ini adalah tambalan retak (crack patching) dengan menggunakan bahan penguat komposit jenis graphite/epoxy. Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan teknik ini adalah mengurangi faktor intensitas tegangan (K) di sekitar ujung retak di bawah tambalan, sehingga pertumbuhan retak diperlambat yang berakibat umur komponen/struktur bertambah. Namun tambalan retak akan menyebabkan timbulnya tegangan-sisa jenis tarik pada pelat aluminium retak di bawah tambalan setelah proses pengeleman (bonding) selesai. Analisa tegangan sisa disekitar ujung retak di bawah tambalan dengan menggunakan strain gauges kisi 0,6 mm sebanyak 5 (lima) buah pada sampel pertama (sisi-B) dan 4 (empat) buah pada sampel kedua (sisi-A) menunjukkan bahwa untuk temperatur kamar, daerah sekitar ujung retak masih elastis. Besarnya tegangan sisa arah sumbu-Y secara eksperimental yang ditunjukkan oleh strain gauge SG6/7 dan SG3 yang ditempelkan dalam jarak 2 mm dan 5 mm dari ujung retak, masing-masing adalah 119,739 MPa dan 108,843 MPa.
Hasil pengukuran tegangan sisa ini dibandingkan dengan tegangan sisa puncak (ór) hasil perhitungan teoritis, dan dari perbandingan tersebut diperoleh suatu faktor korelasi (frs) atas rumus ór teoritis terhadap hasil eksperimental. Faktor korelasi (f) juga diperoleh dengan membandingkan faktor intensitas tegangan sisa (Kr) eksperimental dengan faktor intensitas tegangan sisa (Kr) teoritis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor korelasi tegangan sisa (frs) adalah 1,13243 (untuk r = 2 mm) dan 1,02937 (untuk r = 5 mm), sedangkan faktor korelasi intensitas tegangan sisa (Fkr) adalah 0,82735 (untuk r = 2 mm) dan 1,22296 (untuk r = 5 mm). Selanjutnya, akibat beban kerja/aplikasi sebesar ómax=120 MPa , maka pada ujung retak akan terbentuk daerah plastis setempat, di mana diameter daerah plastis tersebut adalah : 2rp = 1,2503 mm menurut teori Irwin dan R = 1,5425 mm menurut teori Dugdale. Selain itu, dalam penelitian ini dicari juga korelasi antara tegangan sisa arah sumbu-Y dua milimeter dari ujung retak terhadap perubahan temperatur, dan hasilnya diperoleh suatu korelasi linier pada ambang temperatur 28°C - 67°C. Kemudian dari analisa komposisi kimia dan uji tarik statis bahan AI 2024-T3 ternyata bahan yang diteliti sesuai dengan spesifikasi standar dalam buku referensi aluminium.

An aluminum alloy of AI 2024-T3 clad is frequently used in aircraft industries as the basic material of skins, floors and structures. Due to service loading, the material can undergo defects that are normally in the forms of fatigue or corrosion cracks. The existence of these cracks can not be ignored because if they propagate to their critical sizes, they can cause a catastrophe of the aircraft. In order minimize the risk of the aircraft catastrophe the growth of the cracks along with the service loading has to be periodically monitored or repaired. In this thesis, one aspect of repairing defective aircraft structures using adhesively bonded graphite/epoxy patches (crack patching) is studied. This technique of repair can provide some advantages, where one of them is to reduce the stress intensity factor (K) in the vicinity of the crack tip under the patched area so that the crack growth rate can be decelerated and consequently, this can improve the fatigue life of the patched component. However, the technique of crack patching will result in a tensile residual stress in the metallic component after a bonding process and this residual stress is the main interest, which is studied in this research program. Experimental measurement of the residual stress under the patched area was carried out using 5 and 4 strain gauges of 0.6 mm grid fixed on the first sample (side-B) and the second one (side-A) respectively, where the results show that at a room temperature the area near by the crack tip is still elastic. The values of residual stresses in the direction of Y axis, which were measured by the strain gauges SG6/7 and SG3 at the distance of 2 mm and 5 mm ahead of the crack tip are 119.739 MPa and 108.843 MPa respectively.
The results of the residual stress measurement are compared to peak values (ór) calculated using a theoretical formula and then a correlation factor (frs) between the formula and the actual values can be obtained. The same method of comparison is also performed for the theoretical and experimental residual stress intensity factor in order to obtain a correlation factor (fkr) between the theoretical and experimental residual stress intensity factor.
Research results indicate that at r = 2 mm, the values of frs is 1.13243 and fkr is 0.82735, while at r = 5 mm both values of frs and fkr are 1.02937 and 1.22296 respectively. Under the maximum stress ómax=120 MPa applied remote from the patched area, a small plastic zone is formed at the crack tip and its size is 2rp = 1.2503 mm according to Irwin's theory or R = 1.5425 mm according to Dugdale's one. In this research program, the effect of temperature changes on the value of residual stress in the direction of Y axis at the distance of 2 mm ahead of the crack tip was also studied and the result shows that at temperature ranges of 28°C - 67° the residual stress linearly correlates to the temperature changes. A chemical composition analysis and a tensile test of the AI 2024-T3 used indicate that the results obtained agree well to the data in the aluminum hand book."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rochman Rochiem
"Paduan aluminium tipe 2024 adalah paduan yang mempunyai sifat ringan, tahan korosi dan heat trea table, Dengan diberi perlakuan panas (heat treatment) sifat mekanis paduan ini diharapkan dapat dimodifikasi lebih sesuai dengan tujuan pemakaian komponen/peralatan teknis.
Dalam penelitian ini dilakukan proses perlakuan panas yaitu pengerasan pengendapan (precipitation hardening) yang meliputi solution tretment pada T = 500 C dan artificial aging pada T = 190 C dan waktu penahan aging (t) = 6 8 dan 10 jam terhadap paduan aluminium tipe 2024 T3. Pengujian sifat mekanik yang dilakukan meliputi pengujian tarik, kekerasan dan kelelahan. Hasil pengujian memperlihatkan, pada T = 10 Jam, diperojleh kekerasan dan kekuatan tarik tertinggi yaitu HV 153 dan 58.429 psi. Dari kurva S-N ditunjukkan bahwa umur lelah tertinggi juga diperoleh pada t = 10 jam.

Alluminium alloy 2024 tipe is a light, corrosion resistant and heat treatable alloy. Heat treatment is applied in order to make this alloy to be modified easily for technical equipment application.
In this research heat treatment carried out is precipitation hardening including solution treatment at T = 500 c and artificial aging at T = 190 C and aging time (t) at 6, 8, and 19 hours for alluminium alloy 2024 T3 type Mechanical test applied are tension, hardness and fatigue test. The result show that, at t = 10 hours maximum hardness and tensile stregth are HV 153 and 58.429 psi respectively. S-N curve shows that maximum fatigue life is at t = 10 hours also.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
T39887
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Maya Meilina
"ABSTRAK
Tekstur kristalografi dari lembaran paduan alumunium AA 3xxx telah diteliti menggunakan hamburan neutron. Pengaruh kandungan titanium pada tekstur kristalografi setelah proses manufaktur telah ditentukan. Dari data-data yang ada menunjukkan bahwa kandungan titanium memiliki pengaruh terhadap tekstur kristalografi yang terjadi. Paduan alumunium base alloy AA 3xxx dengan titanium 0,0111 wt% memiliki pola tekstur yang paling baik. Selain itu, distribusi dan bentuk presipitat juga akan mempengaruhi tekstur kristalografi yang terjadi.

ABSTRACT
The crystallographic texture of aluminum alloy AA 3xxx sheet was investigated by Neutron Scattering. The influence of titanium on the crystallographic texture after manufacturing was determined. The results show that the influence of titanium on aluminum alloy AA 3xxx sheets effect the texture after manufacturing. Aluminum base alloy AA 3xxx with 0.0111 wt% Ti has the best texture. The distribution and form of precipitates in aluminum alloy AA 3xxx also hardly effects the crystallographic texture.
"
2007
T23784
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>