Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 79221 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Heri Haerul Thamrin
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39735
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johny Wijaya
"Zeolit merupakan zat yang memiliki sifat sejenis dengan LiCl dan silica gel dalam hal kemampuannya menyerap kandungan uap air dari udara yang hendak dikondisikan. Sudah sejak lama zeolit digunakan iintuk proses katalisis reaksireaksi kimia dalam dunia industri, namun sedikit diantara para ilmuwan yang mengembangkan zeolit untuk keperluan pengeringan (dehumidifikasi). Mengingat zeolit mudah didapat dan mempunyai harga yang relatif terjangkau, maka zeolit memungkinkan untuk bisa dijadikan satu alternatif pengganti LiCl dan silica gel, khususnya untuk aplikasi dehumidifikasi dalam dunia industri.
Penelitian ini dititikberatkan pada pencarian pengaruh modifikasi zeolit alam lampung dengan aktivasi melalui dealuminasi HF 3% dan NH4CI serta kalsinasi sebesar 120°C terhadap kiin-a karakteristik-e'c/z//7/7^/72//?? iiwisiure con(enl-nydi pada temperatur ruangan (25°C) dengan laju aliran fluida 1,2 m/s berbagai variasi kelembaban relatif, dibandingkan dengan zeolit alam lampung referensi (Indratama, 2001) dengan kalsinasi hingga 180°C tanpa proses dealuminasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dibandingkan dengan zeolit referensi, zeolit dengan penambahan HF 3% tidak memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap kemampuan zeolit dalam hal penyerapan kandungan uap air udara, hal mi terlihat dari lebih rendahnya kandungan uap air kesetimbangan dari zeolit ini dengan perbedaan yang teijadi hingga 0,0124 g uap air/g zeolit kering pada RH 56,8925 %. Selain itu, kecepatan penyerapan dari zeolit dengan penambahan NH4CI lebih rendah daripada zeolit referensi, untuk tiap kelembaban relatif yang sama dengan selisih hingga 4,75 jam pada RH 47,54 %. Ini berarti bahwa kalsinasi zeolit dengan temperatur yang lebih tinggi (180''C) pada saat preparasinya akan menaikkan kapasitas adsorbsi zeolit yang lebih baik diandin^kan dengan dealuminasi yang disertai kalsinasi dengan temperatur 120''C. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S37074
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Suryawan
"Zeolit adalah salah satu material yg memiliki property seperti LiCI dan silica gel dlm kemampuannya menyerap kandungan air dari udara. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh zeolit alam lampung yg diaktivasi dengan dealuminasi 3% Hf dan NH CI serta kalsinasi pada 120 %c. Untuk menunjukkan kurva karakteristik equilibrium Moisture content (EMC) temperatur kamar dijaga pada 25°C. Dengan laju aliran udara 1,2 m/s, dengan variasi relative hamidity (RH) aliran udara. Hasil penelitian ini kemudian dibandingkan dengan zeolit alam lampung refernsi yg diaktivasi hanyadengan pencucian dan pemanasan pada temperatur 180 oC tanpa dealuminasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dealuminasi HF tidak memberikan pengaruh yg bermakna dalam kemampuan adsorbsi zeolit ini. Hal ini dapat terlihat pada nilai EMC yang terendah zeolit ini bila dibandingkan dengan zeolit referensi sampai 0,0124 grup air/g zeolit kering pada RH 56,9 %. Selanjutnya laju adsorbsi zeolit dengan dealuminasi ternyata lebih rendah dari pada zeolit referensi untuk setiap RH dengan perbedaan nilai sampai 4,75 jam pada RH 47,5 %. Sehingga dapat disimpilkan secara umum bahwa proses perlakuan panas terhadap zeolit sampai temperatur 180°C akan meningkatkan kapasitas adsorbsinya bila dibandingkan dengan zeolit dengan dealuminasi HF dan kalsinasi pada temperatur 120°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
JUTE-XVI-1-Mar2002-9
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Achmad Farizzi F.S
"Studi pada nanokarbon sintesis dari polietilen telah berkembang saat ini Penelitian ini menggunakan polietlen tereftalat karena kandungan karbon tinggi Penelitian ini juga diusulkan karena dalam produksi nanocarbon masih bergantung dan menggunakan gas alam sebagai bahan baku Karena gas alam tidak dapat di perbaharui polietlen tereftala diusulkan karena itu menjadi sangat sulit untuk mendaur ulang dan terakumulasi Dalam penelitian ini PET diubah menjadi nanocarbon dengan metode pirolisis Pemotongan PET ditempatkan dalam reaktor pirolisis dan dipanaskan sampai 450oC untuk dekomposisi termal menjadi gas hidrokarbon ringan Berbagai lapisan katalis nikel ditempatkan dalam reaktor sintesis yang terhubung ke reaktor pirolisis dan proses sintesis dilakukan pada suhu 800oC selama satu jam Gas Argon ditambahkan selama proses dan juga hidrogen untuk variasi lainnya Hasil dikarakterisasi menggunakan SEM FE SEM dan XRD menunjukkan nanocarbons dalam bentuk nanotube karbon atau nanofiber telah terbentuk pada permukaan katalis nikel.

The study on carbon nanotubes synthesis from polyethylene has been developing nowadays. This process uses polytheylene terephthalate because of its high carbon content. The process is also proposed because in the past nanocarbon production has mainly used natural gas as the raw material. Because natural gas is not renewable polyethylene terephthalate was proposed due to it being very hard to recycle and accumulates. In this research, PET was converted into nanocarbon by a method of pyrolysis. PET cuts were placed in the pyrolysis reactor and was heated to 450oC for thermal decomposition into light hydrocarbon gases. Various nickel catalyst coating were placed in the synthesis reactor, which was connected to the pyrolysis reactor and synthesis process was done at a temperature of 800oC for one hour. Argon gas was added during the process and also hydrogen for the other variation. Results were characterized using SEM, FE-SEM and XRD, showing nanocarbons in a form of carbon nanotube or carbon nanofiber were formed on the surface of the nickel catalyst."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55490
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilliany Fajrina
"Limbah botol plastik PET sudah lama menjadi permasalahan lingkungan di Indonesia. Karena keunggulan sifat yang dimiliki PET, pada penelitian ini memanfaatkan PET yang berbasis limbah botol plastik yang dijadikan sebagai mastriks pada komposit dengan memanfaatkan limbah serbuk industry powder coating sebagai filler sebagai salah satu bentuk usaha daur ulang. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh kompossi serbuk limbah powder coating sebagai pengisi terhadap komposit bermatriks PET. Eksperimen ini menggunakan PET sebagai matriks dengan penambahan variasi komposisi 20%, 30%, dan 40%. Pengujian yang dilakukan adalah pengukuran nilai tegangan permukaan dengan metode sessile drop, karakterisasi FT-IR untuk mengidentifikasi gugus fungsi pada bahan baku dan komposit yang terbentuk, pengujian FE-SEM untuk mengamati morfologi keberhasilan pencampuran yang terbentuk pada komposit yang dihasilkan, pengujian TGA dan DTA untuk analisis sifat termal, serta pengujian tarik mikro untuk mendapatkan sifat mekanis komposit yang terbentuk. Matriks PET dan filler termoset poliester memiliki kesamaan pada sifatnya yang polar sehingga kompatibel untuk dicampur yang dibuktikan melalui pengujian sudut kontak untuk mendapatkan nilai tegangan permukaan antara matriks PET yaitu 48.49 Mn/m dan fillernya yaitu 45.52 dan 46.89 mN/m. Pada penelitian ini didapatkan seiring dengan penambahan komposisi filler, meningkatkan kompatibilitas campuran dengan indikasi peningkatan intensitas ikatan hidrogen melalui pengujian FTIR, meningkatkan sifat campuran yang terdistribusi dan terdispersi dengan baik dengan pendekatan pengamatan FE-SEM, serta meningkatkan sifat mekanis maupun sifat termal komposit dengan peningkatan nilai kekuatan tarik. Hasil penelitian ini menunjukkan filler dari serbuk limbah termoset epoksi-poliester lebih baik dibandingkan dengan filler dari serbuk limbah thermoset poliester sebagai pengisi pada komposit bermatriks PET.

PET-based plastik waste has been a major environmental problem in Indonesia. Due to its properties, this study uses PET from plastik bottles as the matrix in a composite containing fillers obtained from powder coating industrial waste. This research studies the influence of thermosetting powder coating waste composition as a filler in PET-based composite. The experiment conducted uses thermoset powder waste as the filler with composition variation of 20%, 30% and 40%. Surface properties, functional groups, surface morphology, and thermal properties were characterized using sessile drop test, FT-IR, FE-SEM and DSC-TGA, respectively. Mechanical properties were also assessed by micro-tensile test. PET matrix and termoset poliester filler both have polar characteristics, thus creating a compatible blend as shown by contact angle of PET at 48.49 Mn/m and the filler at 45.52 and 46.89 mN/m. FT-IR shows an increasing hydrogen bonds intensity, which indicates the addition of the filler increases the compatibility of the blends. FE-SEM shows an increasing of distribution and dispersivity as the filler increases, and the micro-tensile test resulted in an increasing of mechanical properties of the composite. TGA-DSC shows an increasing of thermal properties of the composite. This study shows the filler of epoxy-polyester results is the best one as thermoset polyester waste powder that can be added into PET-based composite."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hanindito Haidar Satrio
"Fokus pada penelitian ini adalah mensimulasikan perilaku kristalisasi polipropilena kopolimer impak (IPC) setelah penambahan serat ijuk dan kenaf yang telah dimodifikasi sebanyak 5% fraksi massa. Alkalinisasi dan pemutihan dilakukan untuk memodifikasi serat. Tujuan dari proses tersebut adalah menghilangkan komponen hidrofilik pada serat. Peristiwa kristalisasi dapat dimodelkan secara non-isotermal dengan model kinetika Nakamura. Model tersebut merupakan pengembangan dari model isotermal Avrami. Penambahan serat kenaf dapat menurunkan nilai indeks Avrami (n) sampel IPC mendekati n = 2.
Nilai indeks Avrami n = 2 mengindikasikan bahwa sampel mengalami kristalisasi dengan pertumbuhan secara 1-dimensi searah dengan arah serat sehingga menghasilkan anisotropi pada produk akhir. Sedangkan penambahan serat kenaf justru menaikkan nilai indeks Avrami mendekati n = 4. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kristalisasi pada sampel terjadi dengan pertumbuhan secara 3-dimensi dan menghasilkan isotropi pada produk akhir. Morfologi serat menyebabkan perbedaan tersebut. Perlakuan alkalinisasi dapat mengubah morfologi serat sehingga dapat mempengaruhi perilaku kristalisasi dari polipropilena kopolimer impak.

The focus of this research is to simulate the crystallization behavior of impact polypropylene copolymer (IPC) after the addition of modified fibers and kenaf fibers by 5% mass fraction. Alkalinization and bleaching are carried out to modify the fiber. The aim of the process is to remove the hydrophilic component in the fiber. The crystallization event can be modeled non-isothermal with the Nakamura kinetics model. The model is a development of the Avrami isothermal model. The addition of kenaf fibers can reduce the value of the Avrami index (n) IPC samples close to n = 2.
The value of the Avrami index n = 2 indicates that the sample crystallizes with growth in 1-dimensional direction in the direction of the fiber so as to produce anisotropy in the final product. While the addition of kenaf fibers actually increases the value of the Avrami index to close to n = 4. The value indicates that crystallization in the sample occurs with 3-dimensional growth and produces isotropy in the final product. Fiber morphology causes this difference. The alkalinization treatment can change the morphology of the fiber so that it can influence the crystallization behavior of the impact copolymer polypropylene.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arbi Irsyad Fikri
"Efek penambahan serat ijuk (Arenga Pinata) terhadap perilaku kristalisasi Polipropilena Kopolimer Impak (IPC) ditelaah menggunakan model kinetika Nakamura untuk solidifikasi non-isotermal. Model tersebut merupakan pengembangan dari model isotermal Avrami. Hasil permodelan kemudian dibandingkan dengan data DSC dari hasil eksperimen IPC yang ditambahkan 1%, dan 5% serat ijuk dengan temperatur pencampuran masing-masing 160 oC dan 165 oC. Serat ijuk yang digunakan pada penilitian, sebelumnya telah diberi perlakuan alkalinisasi dengan larutan NaOH 6% selama 8 jam. Penambahan serat ijuk dapat menggeser nilai indeks Avrami (n) spesimen IPC yang pada kondisi murni memiliki nilai n=3. Penambahan serat ijuk sebesar 1% dan 5% fraksi masss pada suhu 160 oC dapat menurunkan nilai indeks Avrami masing-masing sampel menjadi 2.9268 dan 2.506. Nilai n yang mendekati 2 ini  menunjukan bahwa sampel cenderung mengalami pertumbuhan secara 1-dimensi dan menghasilkan struktur yang lebih kristalin Sedangkan penambahan serat ijuk sebesar 1% dan 5% pada suhu 160 oC menaikkan nilai indeks Avrami masing-masing menjadi 3.2726 dan 3.2489. Nilai n yang lebih besar dari 3 menunjukan arah pertumbuhan 2 dimensi dan menghasilkan struktur yang kurang kristalin.

We use Nakamura kinetic model for non-isothermal solidification to investigate the effect on the addition of Arenga Pinata fiber to the crystallization behavior of impact polypropylene copolymer (IPC). We compared the model predictions with the DSC non-isothermal crystallinity results of IPC with additions of 1%, and 5% Arenga Pinata fiber each mixed  at 160 oC and 165 oC. The fiber used in this experiment was previously pre-treated with 6% NaOH for 8 hours. The addition of Arenga Pinata fiber shift the Avrami index of pure IPC from the original value of 3. The addition of 1% and 5% of fiber at 160 oC mixing temperature decrease the Avrami Index to 2.9268 dan 2.506 respectively. It is indicating that the crystallization process was experiencing a 1-dimensional growth and result in a more crystalline structure. However, the addition of fiber at 165 oC mixing temperature increase the Avrami Index to 3.2726 dan 3.2489 respectively. It is indicating that the crystallization process was experiencing a 2-dimensional growth and result in a less crystalline structure."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiq Abdurrahim
"Pemanfaatan limbah plastik sebagai sumber karbon untuk sintesis nanokarbon merupakan salah satu solusi permasalahan sampah saat ini. Salah satu jenis limbah plastik yang ada dalam jumlah besar adalah polietilen terfetalat (PET). Selain itu, penggunaan limbah plastik sebagai bahan baku juga bisa menjadi alternatif proses sintesis nanokarbon yang saat ini masih didominasi oleh bahan baku dari fossil fuel untuk memperoleh sumber karbon.
Pada penelitian ini dilakukan sintesis nanokarbon dari limbah plastik PET menggunakan metode double stage pyrolysis. Limbah plastik PET dipirolisis untuk menghasilkan gas hidrokarbon ringan pada suhu 450°C dengan kehadiran argon sebagai carrier gas. Pada reaktor sintesis diletakkan katalis pelat nikel sebagai katalis sekaligus substrat. Suhu operasi sebesar 800°C digunakan untuk mendukung proses sintesis nanokarbon yang baik. Proses sintesis berjalan selama satu jam dengan kehadiran gas hidrogen 10% dari laju alir gas total. Hasil karakterisasi SEM dan XRD menunjukkan adanya produk nanokarbon bervariasi, di antaranya CNT.

Utilization of plastic wastes as carbon precursor for nanocarbon synthesis is one of the waste problem solutions nowadays. One of the plastic wastes in abundance is polyethylene terephtalate (PET). Utilization of plastic wastes as carbon precursor for nanocarbon synthesis also become an alternative for nanocarbon synthesis process, which is curently dominated by fossil fuel as carbon source.
In this research, nanocarbon synthesis from PET wastes was done by using double stage pyrolysis method. PET wastes was pyrolyzed in the first reactor to decompose PET into light hydrocarbons in temperature of 450°C in the presence of argon as carrier gas. Nickel plate was placed in the second reactor as catalyst. The synthesis process ran for an hour using temperature of 800°C in the presence of argon and hidrogen gas to support good nanocarbon synthesis process. FE-SEM and XRD results show that variations of nanocarbon were formed on the surface of the plate, and one of them was CNT.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55243
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>