Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129967 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Noverita Pak Pak
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2005
T39563
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Rumah sakit kanker Dharmais merupakan salah satu rumah sakit di Indonesia yang ditunjuk oleh pemerintah untuk memberikan perawatan, dukungan, dan terapi ARV bagi penderita HIV/AIDS. Setiap tahunnya jumlah penderita HIV/AIDS yang berobat ke RSK Dharmais bertambah, sehingga perlu dilakukan evaluasi keberhasilan ARV secara rutin agar dicapai hasil terapi yang optimal. Salah satu cara monitoring adalah
dengan melihat efikasi kombinasi ARV terhadap kenaikan respon imunitas yaitu kenaikan jumlah CD4. Kombinasi ARV memiliki efikasi yang baik bila kenaikan jumlah CD4 > 50 sel/mm3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efikasi 4 jenis kombinasi ARV (tiap jenis terdiri dari 2 Nucleosides Reverse Transcriptase Inhibitor dan 1 Non
Nucleosides Reverse Transcriptase Inhibitor) berdasarkan kenaikan jumlah CD4 rata-rata pada pasien HIV/AIDS setelah pengobatan ARV 6 ? 12 bulan di RSK Dharmais tahun 2005 ? 2006, dan membandingkan efikasi keempat kombinasi ARV tersebut. Keempat jenis kombinasi ARV tersebut adalah kombinasi I (Lamivudin + Zidovudin + Efavirenz), kombinasi II (Lamivudin + Zidovudin + Nevirapin), kombinasi III (Lamivudin + Stavudin + Efavirenz) dan kombinasi IV (Lamivudin + Stavudin +
Nevirapin). Penelitian ini bersifat analitik yang dilakukan dengan rancangan studi potong lintang. Sample pada penelitian ini diambil secara total sampling, yaitu seluruh pasien HIV/AIDS yang berobat di RSK Dharmais tahun 2005 ? 2006, yang memenuhi kriteria inklusi, yakni pasien berusia 15 tahun atau lebih, jumlah CD4<200 sel/mm3, mendapat terapi ARV selama 6 ? 12 bulan, mendapat pengobatan salah satu dari keempat kombinasi ARV, dan memiliki data hasil pemeriksaan jumlah CD4
awal dan data CD4 evaluasi. Data dikumpulkan dari rekam medis pasien dan dianalisis dengan uji Anova. Dari hasil penelitian 151 pasien, didapatkan keempat kombinasi ARV tersebut memberikan efikasi yang baik berdasarkan kenaikan jumlah CD4 rata-rata. Ada perbedaan kenaikan CD4 rata-rata yang bermakna pada pasien HIV/AIDS
antara yang mendapat obat ARV kombinasi II dengan III (p value
= 0,032). Sedangkan untuk antar kombinasi lainnya tidak ada perbedaan yang bermakna. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari keempat kombinasi ARV yang terbaik efikasinya ada 2 yaitu kombinasi II dan kombinasi III.

Abstract
Dharmais Cancer Hospital is one of 237 hospital appointed by the government of Indonesia to give treatment, support and ARV therapy for HIV/AIDS patients. Every year, there is a significant increasing number of HIV/AIDS patients in Dharmais Cancer Hospital, therefore successfully of therapy is needed to be carried out regularly for the optimum result to the patients. One of methods to evaluating therapy is by reviewing efficacy of ARV combinations toward escalation of immunity respond (escalation of CD4). The ARV combinations give a good efficacy if increasing CD4> 50 cell/mm3. The objective of this study was to know the efficacy of four ARV combination (each type consists of two Nucleosides Reverse Transcriptase Inhibitor and one
Non-Nucleosides Reverse Transcriptase Inhibitor) base on increasing CD4 mean HIV/AIDS patients after 6 ? 12 months treatment in Dharmais Cancer Hospital from 2005 ? 2006, and to compare the efficacy of four ARV combinations. The four ARV combinations are combination I (Lamivudin + Zidovudin + Efavirenz), combinations II (Lamivudin + Zidovudin + Nevirapin), combination III (Lamivudin + Stavudin + Efavirenz), and combination IV (Lamivudin + Stavudin + Nevirapin).
This study was analytical, cross-sectional design. Samples for this study were taken by total sampling using all data of HIV/AIDS patients in Dharmais Cancer Hospital from the year 2005 ? 2006. The inclusion criteria were patients of fifteen years of age or more, baseline count CD4 < 200 cell/mm3, received ARV treatment for 6 ? 12
months, received treatment of either one of the four ARV combination, and had data of CD4 from laboratory result before and after the treatment. Data were taken from patients? medical record and analyzed with ANOVA-test. The result of this study from 151 patients showed that all the four combinations gave good efficacy based on the increasing CD4 mean. There was a significant difference increasing CD4 mean to HIV/AIDS patients between those received ARV combination II and those received ARV combination III (p value = 0,032). And there was not a significant difference for the other combinations. This study was from the four ARV combinations gave two the best efficacy are combination II and combination III."
[Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Rumah Sakit Umum Tangerang], 2008
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Triana S
"ABSTRAK
Latar Belakang:
Terapi ARV pada ODHA diharapkan dapat menurunkan angka kematian dan
kesakitan serta menekan penularan HIV. Untuk mencapai tujuan MDG’s tahun 2015,
diharapkan 90% ODHA sudah mendapatkan terapi ARV secara teratur. RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru telah memberikan terapi ARV sejak tahun 2004 tetapi belum
pernah diteliti pengaruh ARV terhadap survival pasiennya.
Metode :
Penelitian ini menggunakan desain studi kohort retrospektif dengan 319 sampel dan
dilakukan selama Mei-Juni 2013. Data penelitian diperoleh melalui data rekam medis
RS. Data dianalisis dengan menggunakan analisis survival metode Kaplan-Meier dan
dilanjutkan dengan analisis multivariate
Hasil:
Penelitian menunjukkan bahwa pasien yang memakan ARV secara teratur
memiliki survival yang lebih baik. Pasien yang tidak memakan ARV atau memakan
ARV tetapi tidak teratur, memiliki risiko kematian sebesar 42,5 kali lebih besar jika
dibandingkan dengan pasien yang memakam ARV secara teratur. (p=0,01, 95%CI:
13-138). Jumlah kematian selama pengamatan hanya 5,8% pada kelompok yang
teratur memakan ARV, sedangkan pada kelompok yang tidak mencapai 28%. Faktor
lain yang turut meningkatkan survival adalah jumlah CD4 pada awal pengobatan
>100 sel/mm³(p=0,01, HR=4,39, 95% CI(1,8-10,5). Walaupun kurang bermakna
secara statistik, perlu mempertimbangkan pemberian ARV pada stadium klinis awal
sebagai faktor yang turut meningkatkan survival ODHA mengingat stadium klinis
dapat diperiksa di semua layanan kesehatan. (p=0,07, HR=2.3, 95%CI 0,9-5.6).
Faktor pendidikan secara statistik juga bermakna membedakan survival pasien.
Dalam penelitian ini stadium klinis dibuktikan sebagai confounding.
Hal yang disarankan adalah meningkatkan cakupan penemuan dan tatalaksana
dini kasus HIV/AIDS dengan melakukan pelacakan pada semua kasus mangkir,
meningkatkan kepatuhan memakan ARV dan mengupayakan pendampingan kasus
secara maksimal.
ABSTRACT
Background:
ARV for HIV or AIDS patients is a hope to reduce the mortality, morbidity
and to prevent the transmissions. To achieve the MDG the minister of health need to
cover 90% AIDS people with ARV adherently. RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
have giving the therapy for AIDS patients since 2004, but have never studied the
survival analysis and another factors that contribute to yet.
Method:
This study is a cohort retrospective design, with 319 samples. Take place in
Arifin Achmad Hospital Of Pekanbaru, Riau Province in May-June 2013. The
resource are medical record of HIV/AIDS patiens in VCT clinic. Was analyse by
Kaplan-Meier survival analysis and then for further use multivariate analyses.
Result:
The study show that the survival of patiens who take ARV adherently is
higher than the other one. The patients who no used ARV adherently will have
mortality rate 42,5 times than the patients that used ARV addherently. (p=0,01,
95%CI: 13-138). The deaths amount only 5,8% on the adherently ARV patients, but
at another side, the deaths amount increase by 28%. Another factor that contribute to
increase the survival are CD4 amounts at the beginning of therapy that >100
sel/mm³(p=0,01, HR=4,39, 95% CI(1,8-10,5). We need to consider the clinical of
AIDS stadium as one of factor that contribute to increase the survival too if use ARV
at the beginner of clinical stadium. (p=0,07, HR=2.3, 95%CI 0,9-5.6). The educations
level has the value statistically to distinguish the survival. In this study, the clinical
stadium is a confounder.
We sugest to improve the early detection and prompt treatment by tracking
the lost of follow up patients, increase the adherent of ARV and by mentoring
or”buddy” programe for all HIV cases."
2013
T35661
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Aini Puspo Rani
"Skripsi ini membahas diskriminasi petugas layanan kesehatan terhadap Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Studi ini merupakan studi kasus dengan pendekatan kualitatif terhadap tiga orang ODHA yakni Wina, Zacky dan Sisil. Skripsi ini menggunakan teori stigma Goffman yang terdiri dari tiga jenis stigma yaitu kecacatan tubuh, perusakan karakter dan tribal stigma. Kemudian juga menggunakan tiga jenis hubungan individu yaitu orang yang distigmatisasi, orang normal, dan orang yang dilabel sebagai pendukung. Skripsi ini mencari jawaban mengapa masih adanya diskriminasi petugas layanan kesehatan. Temuan penelitian ini terdiri dari tiga yakni (1) stigma sebagai penyebab masih adanya diskriminasi yang dilakukan oleh petugas layanan kesehatan, (2) adanya perbedaan persepsi diskriminasi antara petugas layanan kesehatan dan ODHA, (3) dan perlunya hubungan komunikasi yang baik antara pasien dan ODHA agar keberlangsungan perawatan ODHA semakin baik.

This thesis discusses about public health workers? discrimination against people living with HIV/AIDS. This thesis is case studies based on qualitative approach of three PLWH which are Wina, Zacky and Sisil. This thesis uses Goffman?s theory on three types of stigma which are abominations of the body, blemishes of individual character and tribal stigma. Three types of individual relationship between the stigmatized/own, the normal and the wise is also used. This thesis seeks out an answer of why there is still public health workers? discrimination against PLWH/A. The result of this study is covered in answers stigma as the cause of as to why there is still public health workers? discrimination, (2) different perceptions about discrimination among public health workers? and PLWH/A, (3) and there is a need of good communication between public health worker?s and PLWH/A which can guarantee the healthcare of PLWH to be continuously better."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S61992
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firyal Fairuztsana Nugraha
"Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Layanan program penanggulangan HIV/AIDS diberikan mulai dari tingkat puskesmas sebagai layanan kesehatan dasar. Penggunaan terapi ARV sebagai pengobatan HIV/AIDS menunjukkan penurunan angka kematian dan kesakitan, meningkatkan kualitas hidup ODHA, dan meningkatkan harapan masyarakat. Profilaksis antimikroba diindikasikan pada pasien dengan imunosupresi berat dan mengakibatkan peningkatan risiko infeksi oportunistik. Tujuan utama tugas khusus ini yaitu dilakukan profil untuk mengetahui pasien aktif dan pasien baru, pasien meninggal atau rujuk/pindah, penggunaan obat ARV, dan penggunaan obat profilaksis di Puskesmas Kecamatan Matraman. Berdasarkan hasil profil, jumlah pasien aktif, pasien baru, pasien yang dirujuk atau pindah, pasien putus obat atau lost to follow up, dan pasien meninggal pada tahun 2022 berturut-turut sebanyak 81; 21; 12; 20; dan 2 orang dengan menggunakan empat regimen obat ARV, yaitu regimen TLE sebanyak 59 orang, TLD sebanyak 40 orang, Duviral + NVP sebanyak 2 orang, dan Duviral + EFV sebanyak 1 orang. Pasien yang menggunakan TPT dengan regimen 3HP (45 orang) dan 6H (25 orang), serta 32 orang tidak menggunakan TPT. Pasien yang menggunakan terapi profilaksis kotrimoksasol sebanyak 52 orang dan pasien yang belum pernah menggunakan sebanyak 51 orang.

Human Immunodeficiency Virus (HIV) is a virus that infects white blood cells causing a decrease in human immunity. HIV/AIDS prevention program services are provided starting from the District Health Center level as basic health services. The use of ARV therapy as HIV/AIDS treatment has shown a decrease in mortality and morbidity, improved the quality of life of PLWHA, and increased community hope. Antimicrobial prophylaxis is indicated in patients with severe immunosuppression and results in an increased risk of opportunistic infections. The main objective of this special assignment is to conduct a profile to determine active and new patients, dead or referred/moved patients, the use of ARV drugs, and the use of prophylactic drugs at the Matraman District Health Center. Based on the results of the profile, the number of active patients, new patients, patients who were referred or moved, patients who dropped out or lost to follow up, and patients who died in 2022 were 81; 21; 12; 20; and 2 people, respectively, using four ARV drug regimens, namely TLE regimens for 59 people, TLD for 40 people, Duviral + NVP for 2 people, and Duviral + EFV for 1 person. Patients who used TPT with regimens 3HP (45 people) and 6H (25 people), and 32 people did not use TPT. Patients who used cotrimoxazole prophylaxis therapy were 52 people and patients who had never used it were 51 people."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arlinda Eraria Hemasari
"Meninigitis kriptokokal adalah infeksi oportunistik pada meninges yang disebabkan jamur Cryptococcus spp. Kasus meningitis kriptokokal tersebar di seluruh dunia dengan jumlah 1.000.000 kasus baru/tahun dan mortalitas mencapai 625.000 kematian/tahun. Salah satu faktor risiko utama meningitis kriptokokal adalah infeksi HIV. Diagnosis yang baik adalah kunci utama untuk mengurangi tingkat mortalitas dan morbiditas. Pemeriksaan rutin untuk mendiagnosis meningitis kriptokokal di Laboratorium Mikologi Departemen Parasitologi FKUI adalah pewarnaan tinta India, yaitu pemeriksaan mikroskopik untuk mengenali Cryptococccus spp. secara morfologi. Metode baru yang juga dapat digunakan adalah lateral flow assay LFA , yaitu pemeriksaan sederhana untuk mendeteksi antigen Cryptococcus spp. dalam serum atau cairan serebrospinal.
Tujuan penelitian ini adalah membandingkan lateral flow assay dengan pewarnaan tinta India sebagai pemeriksaan rutin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi potong lintang dengan teknik pengambilan sampel konsekutif. Penelitian ini menggunakan 229 sampel cairan serebrospinal pengidap HIV/AIDS yang diambil pada tahun 2013-2015 di Laboratorium Mikologi Departemen Parasitologi FKUI. Dari uji diagnostik tabel 2x2, didapatkan nilai diagnostik sensitivitas dan spesifisitas LFA sebesar 94,44 dan 94,24 . Dari analisis statistik McNemar, tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara LFA dan pewarnaan tinta India p=0,581 dengan nilai kesetaraan tinggi Kappa=0,882.

Cryptococcal meningitis is an opportunistic infection in meninges caused by Cryptococcus spp. The cases are sporadically distributed throughout the world with 1.000.000 new cases year and 625.000 death year. The main predisposising factor of cryptococcal meningitis is the HIV infection. The ultimate key in reducing mortality and morbidity rate is the efficiency of diagnosis. Routine examination used by Mycology Laboratory of Parasitology Department FMUI is the traditional Indian ink, which purpose is to identify Cryptococcus spp. morfologically. There is new method called lateral flow assay LFA that can be used to detect Cryptococcus spp. antigen in serum or LCS.
The purpose of this research is to compare both examinations mentioned. The method used in this research is cross sectional study with consecutive sampling. The samples are LCS from 299 patients with HIV AIDS who underwent examinations in Laboratory of Parasitology Department FMUI in 2013 2015. From 2x2 table in diagnostic test, the sensitivity and specificity of LFA are 94,44 and 94,24 , respectively. The statistic analysis using McNemar test shows that there is no significant difference between both examinations p 0,581 and the agreement level is high Kappa 0,882.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talitha El Zhafira Hadi
"Angka mortalitas HIV/AIDS hingga saat ini masih menjadi permasalahan kompleks di tingkat global, terutama pada negara berkembang. Terapi Antiretroviral (ARV) menjadi salah satu bentuk pencegahan berkembangnya kasus HIV menjadi AIDS. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa ODHA yang telah memulai terapi ARV pun masih berisiko tinggi untuk mengalami kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepatuhan terapi antiretroviral terhadap kejadian mortalitas pada pasien HIV/AIDS di RSUD Kabupaten Tangerang periode tahun 2006-2022. Desain studi yang digunakan adalah kohort restrospektif. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 924 pasien yang diobservasi melalui rekam medis pasien. Kelompok exposed yaitu 510 pasien yang patuh terapi ARV dan kelompok non-exposed yaitu 414 pasien yang tidak patuh terapi ARV. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa probabilitas kumulatif survival dan median survival time secara keseluruhan adalah 52,3% dan 7 tahun. Rata-rata waktu pengamatan survival pada tahun ke 8 dan median survival time pada tahun ke 7 pengamatan. Selain itu, diketahui pula terdapat pengaruh antara kepatuhan terapi ARV terhadap kejadian mortalitas pasien HIV/AIDS dengan nilai AdjHR = 1,71 (95% CI: 1,3-3,18) setelah mengendalikan variabel usia dan infeksi oportunistik. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dan pertimbangan dalam meningkatkan kepatuhan ODHA dalam menjalankan terapi ARV di kemudian hari supaya tren kematian dapat ditekan.

The mortality rate of HIV/AIDS is still being a complex problem at the global level, especially in developing countries. Antiretroviral Therapy (ARV) is one form of prevention of the development of HIV cases into AIDS. However, it is undeniable that people living with HIV who have started ARV therapy are still at high risk of death. This study aims to determine the effect of adherence to antiretroviral therapy on the survival of HIV/AIDS patients at General Hospital of Tangerang Regency for the period 2006-2022. The study design used a retrospective cohort design. The exposed group was 510 patients who were adherent to ARV therapy and the non-exposed group was 414 patients who were not adherent to ARV therapy. Based on the results of the analysis, it is known that the cumulative probability of survival and median survival time as overall are 52.3% and 7 years. The average survival observation time at year 8 and median survival time at year 7 observation. In addition, it is also known that there is an correlation between adherence to ARV therapy on the mortality incidence of HIV/AIDS patients with AdjHR = 1.71 (95% CI: 1,3-3,18) after controlling for age and opportunistic infection variables. The results of this study can be a reference and consideration in improving the compliance of PLHIV in carrying out ARV therapy in the future so that the mortality trend can be suppressed."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurvika Widyaningrum
"Terapi antiretroviral mampu menekan replikasi HIV, mencegah morbilitas dan mortalitas. Kepatuhan pengobatan dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan terapi, mencegah resistensi obat antiretroviral dan risiko penularan HIVDR ditengah masyarakat. Efek samping obat antiretroviral umumnya terjadi pada 3 bulan pertama setelah inisiasi yang dapat mempengaruhi kepatuhan pengobatan pasien di tahun pertama pengobatan antiretroviral. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efek samping obat antiretroviral lini pertama terhadap kepatuhan pengobatan pasien HIV/AIDS di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso tahun 2010-2015.
Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif berbasis rumah sakit dimana sebanyak 376 naïve-patient HIV/AIDS dipilih sebagai sampel dan diamati selama 12 bulan setelah inisiasi ART. Kepatuhan pengobatan diukur dengan dua metode yaitu berdasarkan self report dan ketepatan waktu ambil obat. Data dianalisa dengan menggunakan cox proportional hazard regression dengan perangkat lunak STATA12. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek samping obat ARV lini pertama berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat (RR12=1,45, 95% CI 1,009?2,021 dan RR34=0,85, 95% CI 0,564-1,273) namun tidak berpengaruh terhadap kepatuhan ambil obat (RR12=1,23, 95% CI 0,851-1,839 dan RR34=0,70, 95% CI 0,437-1,108).

Antiretroviral therapy suppresses HIV replication, preventing morbidity and mortality. Adherence to antiretroviral therapy is needed to achieve successful treatment, prevent resistance to antiretroviral drugs and the risk of transmission of HIVDR in the community. The side effects of antiretroviral drugs generally occur in the first 3 months after initiation that could affect adherence in the first year of antiretroviral treatment. The aim of this study analyzed the effect of first-line antiretroviral side effect and adherence of HIV/AIDS patients in RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso period 2010 until 2015.
This study is hospital based retrospective cohort. A total of 376 HIV/AIDS naïve-patient had been selected as samples. Adherence was measured by two methods, based on self report and drug pick-up. Data was analyzed using cox proportional hazard regression with STATA12 software. Based on self report, HIV/AIDS patients who experience first-line ARV drugs side effect significantly associated with non-adherent (RR12=1.45, 95% CI 1.009 to 2.021 and RR34=0.85, 95% CI 0.564 to 1.273). Based on drug pick up, patients who experience first-line ARV drugs side effect not significantly associated with non-adherent (RR12=1.25, 95% CI 0.851 to 1.839 and RR34=0.70, 95% CI 0.437 to 1.108).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T45807
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Nurul Hanifa
"

Latar Belakang. Kualitas tidur buruk merupakan salah satu komorbiditas yang sering terjadi pada pasien dengan HIV. Secara khusus, populasi pasien dengan HIV lebih rentan untuk memiliki kualitas tidur yang buruk yang diakibatkan oleh berbagai faktor yaitu efek samping terapi antiretroviral, psikososial,dan gangguan imunitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi kualitas tidur buruk pada pasien dengan HIV dalam terapi antiretroviral (ARV) dan faktor-faktor yang berhubungan.

Metode. Penelitian potong lintang ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta pada September 2016 sampai Februari 2017. Kriteria inklusi adalah pasien dengan HIV dewasa yang mengkonsumsi terapi antiretroviral selama minimal 12 bulan. Kualitas tidur ditentukan dengan kuesioner Pittsburgh sleep quality index (PSQI) yang terdiri dari 9 pertanyaan, dengan skor >5 menunjukkan kualitas tidur buruk. Risiko tinggi obstructive sleep apnea (OSA), excessive daytime sleepiness (EDS), dan depresi diperiksa dengan kuesioner Berlin, Epworth sleepiness scale (ESS) and Hamilton depression rating scale (HDRS).

Hasil. Sembilan puluh empat subjek dalam penelitian, berusia antara 20 hingga 59 tahun, sebagian besar subjek 72,3 % adalah laki-laki, 80,9% subjek memiliki viral load terakhir tidak terdeteksi dan 84,9% subjek hitung sel limfosit CD4+ terakhir >200 sel/m3. Didapatkan proporsi kualitas tidur buruk 53,2% subjek, risiko tinggi OSA 8,5% dan EDS 9,6%. Pada analisis univariat, risiko tinggi OSA dan depresi merupakan faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur buruk. Depresi merupakan faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur buruk pada analisis mulitavirat (OR 4.4; IK 95% 1.7-11.4). Sedangkan, faktor lain seperti demografi, status imunologi dan virologi tidak berhubungan secara signifikan dengan kualitas tidur.

Kesimpulan. Kualitas tidur buruk sering terjadi pada pasien dengan HIV dalam terapi antiretroviral. OSA dan depresi merupakan faktor yang harus diwaspadai pada pasien HIV dengan kualitas tidur buruk. Oleh karena itu, skrining kualitas tidur, depresi dan OSAharus dilakukan secara rutin pada pasien dengan HIV.


Background: Poor quality of sleep is one of the common comorbidities in HIV patients. Patients with HIV are particularly vulnerable to poor sleep quality due to multiple factors, including antiretroviral side effects, psychosocial, and immune dysfunction. The aim of this study is to determine the proportion of poor quality of sleep in HIV patients on antiretroviral therapy (ART) and associated factors.

Materials and Method: This was a cross sectional study in Cipto Mangunkusumo Hospital during September 2016 to February 2017. Inclusion criteria were HIV adult patients on ART for minimum of 12 months. Quality of sleep was determine based on 9 items self-administered questionnaire Pittsburgh sleep quality index (PSQI), with score >5 represents poor sleep quality. High risk of obstructive sleep apnea (OSA), excessive daytime sleepiness (EDS) and depression were assessed by Berlin questionnaire, Epworth sleepiness scale (ESS) and Hamilton depression rating scale (HDRS), respectively.

Results: Among 94 subjects, age ranging from 20-59 years old, 72.3% were male, 80.9% had current viral load undetected and 84.9% had current CD4+ lymphocyte >200 cells/m3. Proportion of poor sleep quality, high risk of OSA and EDS were 53.2%, 8.5% and 9.6%, respectively. High risk of OSA and depression were associated with poor sleep quality on univariate analysis. However, depression was the only factor that associated with poor sleep quality (OR 4.4; 95% CI 1.7-11.4) on multivariate analysis. Other factors such as demographic, immunology and virology status were not significantly associated with sleep quality.

Conclusion: Poor sleep quality is common among HIV patients on ART. Obstructive Sleep Apnea and depression were factors that should be aware of in HIV patient with poor sleep quality. Therefore, screening of sleep quality, depression and OSA should be performed routinely on HIV patients.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini membahas gambaran kemampuan perawat di Rumah Sakit Pasar Rebo Jakarta Timur dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang terapi ARV kepada penderita HIV-AIDS. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif sederhana yang bersifat kuantitatif dengan responden sebanyak 68 orang yang ditentukan dengan tehnik random sampling dan instrumen berupa kuesioner clan observasi. Hasil penelitian dari kuesioner rnemmjukkan bahwa 48,53% responden mempunyai pengetahuan yang tinggi dan 51,47% responden mempunyai pengetahuan yang rendah.
Hasil observasi pelaksanaan pendidikan kesehatan secara umum, sebanyak 52,94% responden mempunyai kemampuan tinggi clan 47,06% mempunyai kemampuan yang rendah. Dan hasil riset ini dapat disimpulkan bahwa gambaran kemampuan perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan masih rendah, sehingga perawat diharapkan dapat meningkatkan kemarnpuannya dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang terapi ARV kepada ODHA.

The ability of nurses in providing health education is still low, so that nurses are expected to improve theirs ability to provide health education about ARV therapy for HIV-AIDS patients. This study discuss the image of nursing skills in Pasar Rebo hospital in East Jakarta to provide health education about ARV therapy for HIV-AIDS patients. This study used simple descriptive method and quantitative with 68 respondents who were determined by using random sampling techniques and instruments such as questionnaires and observations.
The results of the questionnaires showed that 48.53% of respondents have a high knowledge and 51.47% of respondents have a low knowledge. As general the result of observations for health education, as much as 52.94% of respondents have a high capacity and 47.06% have a low ability. From the results of study can be concluded that the image of.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
TA5913
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>