Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158715 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Muhammad Ilham Yusuf
"ABSTRACT
Agen (patogen) yang ditemukan di nila tilapia (Oreochromis niloticus, Linnaeus 1758) adalah umumnya disebabkan oleh bakteri Gram-negatif bernama Aeromonas hydrophila dan Grampositive
Bakteri bernama Streptococcus agalactiae, keduanya menyebabkan penyakit wabah. Kedua jenis bakteri tersebut adalah penyebab penyakit Motile Aeromonas Septicemia (MAS) dan
Streptococcosis yang dapat menyebabkan kematian tinggi dan menurun kualitas produk perikanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji imunogenik potensi kemanjuran vaksin polivalen dari S. agalactiae dan A. hydrophila secara oral aplikasi melalui pakan pada budidaya nila nila, O. niloticus. Dua tahap ini penelitian dirancang untuk membantu membuat keputusan. Yang pertama, menganalisis kekebalan tubuh respons terhadap campuran A.hydrophila (AHL 0905-2) dan S.agalactiae (non-hemolitik dan sel-sel antigen hemolitik) sebagai ukuran keberhasilan vaksinasi nil nila dengan vaksin polyvalent. Analisis respons imun pada bakterisida serum aktivitas dapat digunakan sebagai komponen untuk melihat viabilitas patogen dalam inang yang ditunjukkan oleh titer antibodi nila nila. Yang kedua, menganalisis persentase kelangsungan hidup relatif (RPS) nilai pasca-vaksinasi dengan antigen campuran dari A. hydrophila dan S. Bakteri agalactiae untuk melihat keawetan nila tilapia pada MAS dan Streptococcosis penyakit. Hasil penelitian menunjukkan titer antibodi kelompok vaksinasi pada minggu pertama sampai minggu kelima secara signifikan lebih tinggi dari kontrol (P <0,05) setelah ditantang dengan S. agalactiae (non-hemolitik), sedangkan nilai-nilai RPS vaksin adalah pengobatan polivalen B dan pengobatan C campuran seluruh sel S. agalactiae (non-hemolitik dan hemolitik) dan A. hydrophila (AHL 0905-2) mencapai lebih rendah daripada nilai referensi RPS (> 50%) dalam uji tantangan infeksi tunggal.

ABSTRACT
The agent (pathogen) found in tilapia (Oreochromis niloticus, Linnaeus 1758) is commonly caused by Gram-negative bacteria called Aeromonas hydrophila and Grampositive
Bacteria called Streptococcus agalactiae, both of which cause plague. Both types of bacteria are the cause of Motile Aeromonas Septicemia (MAS) and Streptococcosis which can cause high mortality and decrease the quality of fishery products. The purpose of this study was to examine the immunogenic potential efficacy of polyvalent vaccines from S. agalactiae and A. hydrophila orally by application through feed in the cultivation of tilapia, O. niloticus. These two stages of research are designed to help make decisions. The first is analyzing the body's response to a mixture of A.hydrophila (AHL 0905-2) and S.agalactiae (non-hemolytic and hemolytic antigen cells) as a measure of the success of tilapia vaccination with a polyvalent vaccine. Analysis of immune responses to serum bactericidal activity can be used as a component to see the viability of pathogens in the host shown by tilapia tilapia antibodies. Second, analyze the percentage of relative survival (RPS) of post-vaccination values ​​with mixed antigens from A. hydrophila and S. Bacterial agalactiae to see the durability of tilapia in MAS and Streptococcosis. The results showed the vaccination group antibody titers in the first week to the fifth week were significantly higher than controls (P <0.05) after being challenged with S. agalactiae (non-hemolytic), while the RPS vaccine values ​​were polyvalent B treatment and treatment C mixture of all S. agalactiae cells (non-hemolytic and hemolytic) and A. hydrophila (AHL 0905-2) reached lower than the RPS reference value (> 50%) in a single infection challenge test"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutardjo
"Budidaya ikan dalam keramba jaring apung (WA), marupakan salah satu kegiatan yang berkembang pesat di waduk Jatiluhur. Dasar pertimbangan pengembangan BJA ialah untuk pemanfaatan sumber air waduk dan untuk memberikan sumber pendapatan altematif bagi masyarakat di sekitamya. Dampak positif dari pengembangan BJA antara lain meningkatnya lapangan kerja bagi masyarakat di sekitarnya dan meningkatnya produksi ikan untuk konsumsi dalam negeri. Jumlah Keramba Jaring Apung (KJA) yang beroperasi di waduk Jatiluhur terus mengalami peningkatan dari 15 unit KJA pada tahun 1988 menjadi 2.100 unit KJA pada tahun 1997 dengan total produksi ikan yang di panen hingga tahun 1997 sebanyak 1.545.32 ton.
Namun demikian perkembangan WA tersebut telah menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas perairan, dan menyebabkan kegagalan panen akibat kematian ikan budidaya secara masal pada tahun 1996 dan 1997.
Dalam rangka pengendalian dampak negatif BJA tersebut, telah dilakukan berbagai upaya antara lain : penataan ruang waduk dan pengembangan KJA sistem ganda. Kematian ikan akibat perubahan kualitas air biasanya terjadi pada awal musim penghujan saat cuaca mendung, dimana intensitas cahaya matahari sangat rendah, sehingga menyebabkan rendahnya laju fotosintesis dan rendahnya produksi oksigen (02) dalam air. Berdasarkan data time series kualitas air di Ciganea terdapat peningkatan kandungan nutrien yang dihasilkan dari dekomposisi limbah organik yang berasal dari BJA. Peningkatan nutrien tersebut mengakibatkan meningkatnya kesuburan perairan dan densitas fitoplankton, sehingga akan meningkatkan kebutuhan 02 yang diperlukan fitoplankton pada malam hari. Pada kondisi populasi fitoplankton yang padat dan padatnya ikan dalam KJA, menyebabkan terjadinya defisit 02 yang lebih besar, akibatnya jumlah ikan dalam KJA yang mengalami kematian juga meningkat.
Jadi masalah utama yang menyebabkan menurunnya kualitas air di lingkungan budidaya adalah limbah organik dari kegiatan BJA, sehingga permasalahan yang di kaji pada studi ini ialah terjadinya perubahan kualitas air waduk akibat kegiatan BJA, dan proses terjadinya kematian ikan budidaya secara masal dalam KJA.
Tujuan dari studi ini ialah untuk mengetahui : 1) pengaruh kegiatan BJA terhadap perubahan kualitas air di lingkungan budidaya, waduk Jatiluhur, 2) perubahan kualitas air dari waktu ke waktu melalui indikator parameter kunci kualitas air yang terkait dengan kegiatan BJA, dan 3) perbedaan kualitas air antara daerah WA (Ciganea) dan non BJA (Ubrug) di waduk Jatiluhur.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dalam studi ini dapat disusun hipotesis sebagai berikut :
Pertama : Tidak ada perbedaan kualitas air antara daerah BJA dan daerah non BJA.
Kedua : Ada kecenderungan penurunan kualitas air dari waktu ke waktu di Ciganea, mulai sebelum ada kegiatan BJA sampai timbul masalah kematian ikan.
Studi ini dilaksanakan di perairan waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat, dari tanggal 12 Pebruari - 5 Maret 1999. Lokasi penelitian berada di perairan Ciganea yang merupakan areal BJA dan perairan Ubrug yang merupakan areal non budidaya. Metode penelitian yang digunakan dalam studi ini ialah metode surval dengan pendekatan observasi lapang di daerah terpapar dan daerah non terpapar pada kedalaman yang berbeda. Luas perairan Ciganea sekitar 40 ha dengan kedalaman ± (34 - 50) m, keadaan perairan relatif tenang karena jauh dari masukari air sungai, sedangkan perairan Ubrug luasnya sekitar 50 ha dengan kedalaman } (16 - 30) m terletak di sebelah selatan Ciganea, keadaan perairan relatif dangkal dan berarus sedang karena merupakan muara sungai Cilalawi dan Cisomang. Pengambilan sampel air dilakukan di perairan Ciganea pada 5 titik pengamatan (stasiun) dengan jarak antar titik 750 m dan di perairan Ubrug pada 3 titik pengamatan yang dianggap mewakili dengan jarak antar titik 1500 m. Pengambilan dilaksanakan sekali seminggu, selama satu bulan dan dilakukan secara vertikal untuk 3 lapisan kedalaman yang berbeda (permukaan, tengah dan dasar perairan) dengan menggunakan Bottle Water Sampler volume 3,5 L. Pengambilan sampel dilakukan dari pagi hingga siang hari, dengan
1) Perlu pengendalian jumlah KJA yang terdapat di perairan Ciganea, waduk Jatiluhur, karena jumlah KJA yang ada telah melampaui dada dukung lingkungan atau jumlah optimum yang di perbolehkan yaitu 400 unit KJAlwilayah. Pengendalian tersebut harus dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab yaitu Dinas Perikanan Propinsi Dati I Jawa Barat, dengan menerapkan sangsi hukum antara lain dengan tidak menerbitkan Surat ljin Usaha Perikanan (SIUP) untuk BJA dan mengurangi jumlah KJA yang ada dengan memindahkan ke lokasi lain diluar Ciganea sesuai dengan Rencana Tata Ruang Waduk yang ada seperti di daerah Cipariuk, Pasir Jangkung, Batu Kerong, Tegal Malaka dan Cilingga. Hal tersebut dapat dilakukan melalui sosialisasi kepada masyarakatlpetani BJA, dengan pendekatan penyuluhan, pelatihan dan peningkatan kesadaran, agar mereka ikut berperanserta aktif dalam menjaga pelestarian perairan waduk.
2) Perlu disosialisasikan tentang cara pemberian pakan yang sesuai dengan ketentuan, yaitu sebanyak 3 % dari berat badan ikan yang dibudidayakan. Hal itu dimaksudkan untuk mengurangi jumlah sisa pakan yang masuk ke perairan, sehingga dapat mencegah terjadinya pencemaran perairan. Berdasarkan hasil penelitian jumlah sisa pakan yang terbuang ke perairan waduk adalah sekitar 5 kgMari, sehingga agar supaya tidak menimbulkan pencemaran perairan, maka jumlah sisa pakan yang terbuang harus lebih kecil dari 5 kg/hari (< 5 kg/hari) atau sekitar (1-1,5) kg/hari, sehingga hal itulah yang menjadi pedoman yang harus dipatuhi oleh semua prang yang melakukan kegiatan WA di waduk Jatiluhur. Agar hal tersebut dapat terlaksana dengan baik, maka harus disosialisasikan kepada masyarakat khususnya kelompok usaha BJA/petani BJA melalui berbagai pendidikan/pelatihan dan percontohan agar ketentuan-ketentuan yang telah disepakati dapat dipatuhi dan dilaksanakan.
3) Perlu peningkatan pemantauan, pengendalian dan pengawasan, terhadap kegiatan BJA di Ciganea, waduk Jatiluhur, balk dari aspek kualitas air maupun jumlah KJA yang beroperasi. Untuk pemantauan kualitas air tersebut harus dilakukan secara rutin, diikuti dengan pengendalian jumlah KJA yang beroperasi yang dilakukan melalui koordinasi dengan instansi terkait dan melibatkan lembaga masyarakat yang ada di daerah tersebut, dengan Dinas Perikanan sebagai koordinator dan penanggung jawabnya. Selanjutnya dalam pelaksanaan pengawasan perlu peningkatan penegakan hukum (law enforcement) baik kepada pengusaha BJAlpetani BJA maupun kepada aparat pemerintah. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan balk, perlu diterapkan sanksi hukum yang tegas bagi setiap pelanggar sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku (UU. No. 911985 tentang Perikanan, 2311997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup) dan apabila perlu pencabutan S1UPBJA agar mereka patuh. Disamping hal tersebut perlu dibarengi dengan upaya pemberdayaan kepada kelompok usaha BJAI petani BJA melalui sosialisasi, penyuluhan, pendidikan/pelatihan dan penyadaran hukum, sehingga diharapkan mereka dapat ikut berperan serta aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan perairan dan mengawasi tindak pelanggaran yang terjadi.
4) Perlu pengembangan teknik BJA yang ramah lingkungan yaitu Keramba Jaring Apung Ganda (Berlapis) untuk mengurangi Iimbah pakan yang masuk ke perairan waduk. Berdasarkan hasil penelitian teknik budidaya ini dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan dan mencegah pencemaran perairan. Namun demikian untuk dapat dikembangkan dimasyarakat, hal tersebut masih perlu dikaji lebih mendalam terutama dari aspek ekonomi agar dapat terjangkau oleh masyarakatlpetani BJA dan aspek kemudahannya agar dapat dicontohldipraktekkan, dan sebelum dikembangkan secara luas hangs disosialisasikan terlebih dahulu kepada masyarakat melalui kelompok usaha BJA/petani BJA.

The Effects of Fish Culture on the Water Quality of Reservoir (A Case Study on Fish Cage Culture in Ciganea, Jatiluhur Reservoir, Purwakarta, West Java)Fish cage culture was carried out intensively in Jatiluhur reservoir. This activity was developed to utilize the available water resources in the reservoir and to provide alternative income source for the community around the reservoir. Beside that, positive impact the development of cages culture such us the increasing fish production for domestic consumtion and job opportunity for local community. Based on the statistical data the number of cage culture used for fish culture increased steadily for 15 unit in 1988 to 2.100 unit in 1997. Total production of fish harvested in 1997 is 1.545,32 tones. However, this considerable development of the cage culture has resulted in an adverse impact of water quality which in few resulted in the failure of production. It is reported that in 1977 about 50 % of the cages could not be hatvested as the fishes were died. The collaps of production resulting from the low water quality, usually happens during early raining season where the solar radiation is quite low. This results in the low rate of photosynthesis and consequently low oxygen production. In order to control the adverse impact of the cage culture the spatial planning was set up by reservoir management authority in collaboration with the provincial government and interrelated institution.
Based on the time series data of water quality in Ciganea, there is increase in the concentration nutrient resulted of the decomposition of the great concentration production waste of cage culture. Increases in concentration nutrient resulted in eutrophication and increasing phytoplankton density, which In few increase consentration of oxygen required by phytoplankton during night time. Increasing phytoplankton and fish densities resulted in hightly defisit oxygen, consequently the number of fish cultivated in the cage that were dead also increase.
It is clear that the main problem causing dateriotation of water quality is production waste that consisted of feed waste and metabolite. Therefore, this study is focused on the changes of the water quality in aquaculture areas of reservoir resuldted by cage culture activity. The objectives of the study are, {1) to find out the effects of cage culture activity on water quality change in waters environment; (2) to evaluate of the environmental impact of the cage culture on the water quality in Ciganea areas Jatiluhur reservoir.
The objectives of the study are, (1) to find out the effects of cage culture activity on water quality change in waters environment; (2) to evaluate of the environmental impact of the cage culture on the water quality in Ciganea waters, Jatiluhur reservoir.
The hypothesis in this study to be tested are :
First There are not the differences of water quality in both the cage culture compared with in non cage culture areas.
Second : There are the tendences of water quality decrease on periodically in Ciganea areas, before cage culture development until case of death fishes.
The area of sudy are Ciganea and Ubrug waters of Jatiluhur reservoir, Purwakarta, West Java. The study was conducted during February 12 to March 5 1999. The Ciganea waters was used for cage culture, while Ubrug waters was free of cage culture activity. The methode of study used are survey methode, survey was conducted to collect water samples and to observe aquaculture activities reservoir and environment condition.
The Area of Ciganea waters was about 40 ha, it's depth varied between (35-50) m. The waters was relatively stagnant quaite a far from the inlet of reservoir. Area of Ubrug waters was about 50 ha, it's depth varied between (16-30) m, it is south word of Ciganea. The waters condition relatively shalow, moderate curent and as the estuary from Cilalawi and Cisomang rivers. The water samples were collected weekly from 5 stations in Ciganea and 3 stations in Ubrug, using 3.5 liters Kemmerer Bottle sampler in vertical depth of surface, centre and at the bottom water. Distance between station in Ciganea and ubrug are about 750 m and 1500 m representatively. The depth of water sampled were the (0-0,5) m layer, the (1,4-1,8) m layer and the (34-49) m layer. Sampling was carried out during the day time. The physico-chemical characteristic of the water quality measured ware temperature, transparancy, pH, DO, BOD, alkalinity, amonia, amonium, nitrite, nitrate, posphate, and suspended of organic matter. Water samples ware analysed in the chemical laboratory belong to the Research Institute of Fresh Water Fisheries, compared to the standard quality of C catagory, stipulated through Governor of West Java Decree No. 38/1991. The hypothesis were tested by using statistical analysis.
Results of the study show that :
1. The water quality in Ciganea waters to degradation as long as cage cultures activity development. It is indicated by condition of water quality parameters such us NO2, NO3, NF14, NH3 and P04, have been over of threshold value for water quality standard (C criteria), it was caused by input of feeding to waters and number of feeding tend to increases as long as cage cultures activities on going.
The water quality in Ubrug is better than Ciganea waters, it is indicated by condition of water quality parameters such us NO2, NO3, NH4, NH3 and P04, was still good and still under threshold value of water quality standard (C criteria), It is because no pollutant from feeding to waters.
The result of this study can be used. to sugestion of waters environment management in Jatiluhur reservoir, as follow :
1) It is nacessary for local government (Fisheries of Services Office) to control of number cage cultures was operated in Jatiluhur reservoirs, it is because have been carying capacity over. Base on the research, the number of cage culture recommended to operation is 400 unit/areas. Ways to control of cage culture through letter of effort, limitation of cage culture operating in waters through moving of cage culture to other areas and implemented of monitoring and surveillance.
2) It is nacessary for local government (Fisheries of Services Office) to control of number feeding to water a number of 3 °Io from weight of fish biomass to culture. Its means to prevent of polluted waters from feeding. Base on the research the number of feeding waste to waters is 5 kg/day, so recommended that less than 5 kg/day or (1-1,5) kglday of feeding waste to guiden of water quality. To impernented this program mus be following to law enforcement, extention and public awerenees to local community, especially to group of fish farmers in Jatiluhur reservoir.
3) it is necessary to enhancment of monitoring, controling and surveillance for net cage culture activity in Jatiluhur reservoir, it is involving the water quality and number of net cage culture aspect and also strengthening of law enforcement through doubt of law to farmers and official government. In order to implematation this activity is needed coordination with inter instituation and non government organisation. Biside that it is needed empowerment to local community so they can do self management and surveillance of violance to cage culture activity in Jatiluhur reservoir.
4) One of alternative to decrease of organic waste to waters is development of technical culture of environmental friendly. This technical was called double net cage cultures. Base on the research this technical can increase of use feeding efficiency and prevention of pollutted waters. Howerver it is necessary to study in detail especially including economic and assesibility aspect before introduced to community.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Growth and mortality parameters of oreochromis niloticus were estimated from length-frequency data collected from fishiries activity in Bilibili reservoir...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitya Bayu Perdana
"Penelitian untuk mengetahui keanekaragaman genetik bakteri dari usus ikan nila melalui teknik metagenom sequence-based telah dilakukan. Hasil amplifikasi gen 16S rRNA dari usus sebesar 1550 pb, kemudian dilakukan sequencing pada isolat dari Kolam Laboratorium PTPP, Serpong (L1, L2); Tambak Ikan Nila Salin, Karawang (Mu, Pu); dan KJA Waduk Cirata, Purwakarta (A1, C1). Identifikasi ke-6 isolat bakteri berdasarkan BLAST menunjukkan bahwa terdapat similaritas terhadap 4 spesies bakteri dengan nilai max identity tertinggi.
Hasil analisis pohon filogenetik menggunakan metode neighbor-joining memperlihatkan bahwa isolat L1, L2 dan C1 diduga berkerabat dekat dengan bakteri Ochrobactrum anthropi, isolat A1 diduga berkerabat dekat dengan Lysinibacillus boronitolerans, isolat Pu diduga berkerabat dekat dengan Stenotrophomonas maltophilia, sementara isolat Mu diduga berkerabat dekat dengan Cetobacterium somerae. Berdasarkan hasil yang didapat, maka terbukti bahwa terdapat keanekaragaman gen 16S rRNA dari usus ikan nila yang dianalisis melalui teknik metagenom sequence-based.

Research to know the genetic diversity of intestinal bacterias in Tilapia gut had been done using sequence-based metagenome. 16S rRNA gene amplification produced PCR fragment with 1550 bp length, then followed by sequencing of isolates from Outdoor Laboratory, Serpong (L1, L2); Saline Tilapia Ponds, Karawang (Mu, Pu); and Cirata Reservoir, Purwakarta (A1, C1). Identification six bacteria isolates based on BLAST showed that there are 4 different species of bacteria with the highest value of max identity.
Phylogenetic analysis using neighbor-joining method showed that L1, L2, and C1 isolates is close relatives to Orchrobacterum anthropi, while A1 isolates is close relative to Lysinibacillus boronitolerans, Pu isolate is having close relationship with Stenotrophomonas maltophilia, and Mu isolates with Cetobacterium somerae. Thus, based on the results, it is proven that there is 16S rRNA gene diversity from tilapia intestines using metagenome sequence-based method.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1277
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nasya Aqila Firmanza
"Waduk Ria Rio, Jakarta Timur merupakan perairan yang berbatasan langsung dengan wilayah perkotaan. Aktivitas memancing merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh masyarakat setempat dan sebagian besar hasil tangkapan adalah ikan nila (Oreochromis niloticus). Aktitivitas tersebut tentu membutuhkan manajemen pengelolaan sumberdaya ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan panjang-berat, faktor kondisi, dan kelimpahan ikan nila menggunakan metode Catch per Unit of Effort (CPUE) sehingga informasi tersebut dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam kebijakan pengembangan Waduk Ria Rio. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Februari 2023. Metode purposive sampling digunakan untuk pengambilan sampel air, sementara itu pengambilan sampel ikan menggunakan jala tebar sesuai dengan daerah sering ditemukannya ikan. Parameter fisikia dan kimia yang diukur terdiri dari suhu, kecerahan, turbiditas, pH, dan DO. Total jumlah sampel ikan yaitu 144 ekor yang terdiri dari 100 ekor betina dan 44 ekor jantan. Hasil penelitian menunjukkan jumlah ikan yang sering tertangkap memiliki panjang 12—16 cm, terdiri dari 18 ekor jantan dan 34 ekor betina. Berat tubuh ikan yang sering tertangkap adalah 30—61 g, terdiri dari 25 ekor jantan dan 58 ekor betina. Kelimpahan ikan nila secara umum relatif tinggi dengan total hasil tangkapan sebesar 24 ekor/jam. Analisis hubungan panjang dan berat menunjukkan pola pertumbuhan alometrik positif. Nilai faktor kondisi Fulton sebesar 1,7 dan faktor kondisi relatif sebesar 200. Hasil pengukuran kualitas air menunjukkan nilai suhu, pH, dan DO masih berada dalam batas toleransi atau normal. Nilai kecerahan dan turbiditas tidak sesuai batas toleransi yang ada. Kesimpulan penelitian ini adalah ikan nila di Waduk Ria Rio memiliki kelimpahan yang relatif tinggi tetapi belum layak untuk ditangkap karena masuk ke dalam kategori juvenil atau masih berumur muda berdasarkan panjang dan beratnya.

Waduk Ria Rio, East Jakarta is a reservoir that is directly adjacent to the urban areas. Fishing is an activity that is often carried out by the local community and most of the catch is nile tilapia (Oreochromis niloticus). This activity prompted the need for fish resource management. This study aims to determine the length-weight relationship, condition factors, and tilapia abundance using the Catch per Unit of Effort (CPUE) method so that the information can be used as a basis for consideration in the development policy of the Rio Ria Reservoir. The study was conducted in February 2023. The purposive sampling method is used for water sampling, while fish sampling is carried out using cast nets according to the area where fish are often found. Physical and chemical parameters measured consist of temperature, brightness, turbidity, pH, and DO. The total number of nile tilapia samples was 144, consisting of 100 females and 44 males. The results showed that nile tilapia that were often caught had a length of 12—16 cm, consisting of 18 males and 34 females. The body weight that is often caught is 30—61 g, consisting of 25 males and 58 females. The abundance of nile tilapia is relatively high with a total catch of 24 fish/hour. Analysis of the length-weight relationship showed a positive allometric growth pattern. A Fulton condition factor value of 1,7 and a relative condition factor of 200 were gained. The result of water quality measurements showed temperature, pH, and DO values are still within a tolerable range. Brightness and turbidity do not match the existing tolerable range. This study concludes that nile tilapia in Ria Rio Reservoir has a relatively high abundance but is not yet suitable for catching because most of the fish are still in the juvenile category based on their length and weight."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Bakteri Aeromonas spp. merupakan bagian dari mikroflora perairan. Bakteri ini dapat menyebabkan wabah penyakit pada budidaya ikan yang intensif, yaitu apabila ikan mengalami stress karena kepadatan terlalu tinggi, kualitas pakan yang rendah dan kualitas air yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman bakteri Aeromonas spp. Pada ikan yang dipelihara di keramba jaring apung (KJA) di Waduk Jatiluhur, Jawa Barat dan pada kolam-kolam ikan budidaya di Pulau Lombok dan Sumbawa, berdasarkan uji biokimia. Untuk itu, dilakukan pengambilan sampel bakteri pada bulan April, Mei dan Juli 2012 dari ikan sakit dan ikan yang terlihat sehat dengan cara menyapukan swab di permukaan tubuh ikan. Sampel ditumbuhkan di media TSA yang ditambah Ampisilin, lalu dimurnikan dan diuji dengan serangkaian uji biokimia menurut SNI 7303:2009. Dari penelitian ini diperoleh 50 isolat Aeromonas sp., 12 isolat di antaranya dipastikan merupakan spesies Aeromonas hydrophila, sedangkan 34 isolat merupakan Aeromonas sp., tetapi tidak diketahui dengan pasti spesiesnya dan 4 isolat bukan merupakan Aeromonas sp. Berdasarkan uji motilitasnya, 11 isolat diduga merupakan strain A. hydrophila virulen, 19 isolat merupakan Aeromonas sp. virulen dan 15 isolat merupakan strain Aeromonas sp. non virulen."
551 LIMNO 20 (1-2) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Syafira Dwi Ananda
"Waduk Ria Rio merupakan perairan tawar di Jakarta Timur yang dimanfaatkan masyarakat setempat untuk menangkap ikan. Jenis ikan yang paling sering ditangkap adalah ikan nila (Oreochromis niloticus). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasio kelamin, tingkat dan indeks kematangan gonad, fekunditas, dan diameter telur ikan nila di Waduk Ria Rio. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Februari 2023. Metode purposive sampling digunakan di sembilan stasiun untuk pengambilan sampel air, sedangkan pengambilan sampel ikan berdasarkan lokasi ikan sering ditemukan menggunakan jala tebar. Pengukuran panjang dan penimbangan berat ikan dilakukan secara langsung di lapangan. Gonad diawetkan dalam alkohol 70% dan diamati di Laboratorium Ekologi Departemen Biologi FMIPA UI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio kelamin jantan dan betina ikan nila tidak seimbang dengan perbandingan 1 : 2,04 yang didominasi oleh betina. Ikan nila betina yang diperoleh sebanyak 49 ekor, sedangkan ikan jantan sebanyak 24 ekor. Tingkat kematangan gonad bervariasi yang menunjukkan ikan nila dapat memijah sepanjang tahun. Ikan nila yang didapatkan sedang memasuki masa pemijahan dilihat dari banyaknya jumlah ikan yang telah matang gonad (TKG III dan IV). Nilai indeks kematangan gonad kurang dari 20% dengan kisaran 0,01—3,78%. Fekunditas ikan nila berkisar 258—1190 butir. Ukuran diameter panjang telur berkisar 0,86—2,75 mm dan diameter lebar telur berkisar 0,64—2,39 mm. Berdasarkan sebaran diameter telur, diketahui ikan nila memiliki pola pemijahan partial spawner.

Ria Rio Reservoir is a freshwater ecosystem in East Jakarta that is used by local people to catch fish. The most commonly caught fish is nile tilapia (Oreochromis niloticus). The aims of this research were to determine sex ratio, gonad maturity stage, gonadal-somatic index, fecundity, and egg diameter of nile tilapia in Ria Rio Reservoir. Sampling was carried out in February 2023. Purposive sampling method was used in nine stations for water sampling, while fish sampling based on fish location is often found using cast net. Measurement of the length and weighing of fish is carried out in the field. The gonads were preserved in 70% alcohol and observed in the Ecology Laboratory of Departement of Biology FMIPA UI. The results showed that sex ratio of male and female was unbalanced with a ratio of 1 : 2,04 and was dominated by females. The female caught were 49 fish, while the male were 24 fish. Gonad maturity stage was varies, indicating that nile tilapia can spawn throughout the year. The nile tilapia obtained was entering the spawning period seen from the large number of fish that have matured (stage III and IV). Gonadal-somatic index was less than 20% with a ranged of 0,01—3,78%. Fecundity of fish ranged from 258—1190 eggs. Egg length diameter ranged from 0,86—2,75 mm and egg width diameter ranged from 0,64—2,39 mm. Based on distribution of egg diameter, nile tilapia is a partial spawner."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunarya Wargasasmita
Jakarta: Sains Indonesia, 2002
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>