Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3976 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hodgkin, John E.
St Louis: Mosby Elsevier, 2009
616.24 HOD P
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Nurwidhiyasari
"ABSTRAK
Penyakit paru obstruktif kronik PPOK menurut The Global Initiative for Chronic Obstructive Pulmonary Disease GOLD adalah salah satu penyakit saluran pernapasan yang tidak dapat menular. Klasifikasi pengelompokan ABCD terbaru didasarkan pada gejala dan penilaian risiko eksaserbasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai klasifikasi Pengelompokan ABCD pada kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan pada pasien dengan PPOK. Metode: Desain penelitian ini menggunakan cross sectional dengan metode convenience sampling pada 200 pasien dengan PPOK stabil yang mengalami PPOK selama lebih dari 3 bulan dan tanpa gagal jantung kronis grade 3 dan 4 di Rumah Sakit Persahabatan, Rumah Sakit Budhi Asih dan Pasar Minggu RSUD. Gejala menggunakan COPD Assessment Test CAT dan kuesioner kualitas hidup menggunakan St George 39s Respiratory Questionnaire SGRQ. Hasil: Analisis Chi Square menunjukkan bahwa p = 0,000.

ABSTRACT
Chronic obstructive pulmonary disease COPD according to The Global Initiative for Chronic Obstructive Pulmonary Disease GOLD is one of the non communicable diseases of the respiratory tract. The latest ABCD Groupings classification is based on symptoms and risk assessment of exacerbations. The aim of this study was to assess the classification of ABCD Groupings on the quality of life associated with health in patients with COPD. Methods The design of this study used cross sectional with convenience sampling method in 200 patients with stable COPD who had COPD for more than 3 months and without chronic heart failure grade 3 and 4 at Persahabatan Hospital, Budhi Asih Hospital and Pasar Minggu Hospital. Symptoms use COPD Assessment Test CAT and quality of life questionnaires using St George 39s Respiratory Questionnaire SGRQ. Result Chi Square analysis shows that p 0,000."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
""This book opens with a comprehensive overview of the scientific basis of lung function in health and disease. It then provides detailed coverage of the broad array of diseases and disorders affecting the respiratory system, including obstructive and restrictive diseases, pulmonary vascular disorders, sleep-disordered breathing, lung neoplasms, respiratory infections, and respiratory failure, among others.""
New York : McGraw-Hill Education, 2015
616.24 FIS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Soh
"ABSTRAK
Banyak studiBanyak studi epidemiologi, klinis dan in vitro terakhir menunjukkan hubungan antara vitamin
D dengan tuberkulosis (TB) paru. Kadar 25-hidroksivitamin D (25(OH)D) yang rendah
berhubungan dengan penyakit TB paru aktif dan laten. Namun, sampai saat ini belum ada data
mengenai hubungan kadar 25(OH)D dan status vitamin D dengan derajat lesi TB paru. Tujuan
penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan hubungan antara proporsi status vitamin D dan
kadar 25(OH)D dengan derajat lesi TB paru ringan, sedang dan berat. Desain penelitian
potong lintang, terdiri dari 137 pasien TB paru terbagi menjadi kelompok derajat lesi TB paru
ringan, sedang dan berat masing-masing 46, 47 dan 44 pasien. Diagnosis TB paru
berdasarkan Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Derajat lesi TB paru dinilai secara radiologis berdasarkan klasifikasi dari National
Tuberculosis and Respiratory Disease Association, New York. Status vitamin D ditetapkan
menurut rekomendasi Holick. Pada ketiga kelompok dicatat data karakteristik subjek dan
dilakukan pemeriksaan 25(OH)D. Status vitamin D pada subjek penelitian ini didapatkan
sebanyak 122(89,1%) defisiensi dan 15(10,9%) insufiensi vitamin D. Proporsi defisiensi dan
insufisiensi vitamin D kelompok TB paru ringan, sedang dan berat tidak didapatkan
perbedaan bermakna, masing-masing dengan 84,8% dan 15,2%; 91,5% dan 8,5%; 90,9% dan
9,1%. Kadar 25(OH)D kelompok TB paru ringan, sedang dan berat tidak berbeda bermakna,
masing-masing dengan rerata 12,96 (SB±5,83)ng/mL, 12,42 (SB±5,13)ng/mL, dan 11,29
(SB±5,61)ng/mL. Kami menyimpulkan status vitamin D dan kadar 25(OH)D tidak
berhubungan dengan derajat lesi TB paru. Proporsi defisiensi dan insufisiensi vitamin D
kelompok TB paru ringan, sedang dan berat tidak didapatkan perbedaan bermakna, masingmasing
dengan 84,8% dan 15,2%; 91,5% dan 8,5%; 90,9% dan 9,1%.

ABSTRACT
Most recent epidemiological, clinical and in vitro studies indicate that there is a the
relationship between vitamin D and pulmonary tuberculosis (TB). Low concentration of 25-
hydroxyvitamin D (25(OH)D) is associated with active and latent pulmonary TB disease.
Nevertheless, there is no data about the relationship between vitamin D status and
concentrations of 25(OH)D with severity of pulmonary TB. The aim of this study was to
obtain the relationship between proportions of vitamin D and concentrations 25(OH)D with
mild, moderate and severe degrees of pulmonary TB lesions. This was a cross-sectional study,
137 patients with pulmonary TB and 46, 47 and 44 patients each of mild, moderate and severe
degree of pulmonary TB lesions, respectively. Diagnosis of pulmonary TB was based on
National Tuberculosis Control Guideline, Ministry of Health of the Republic of Indonesia.
The degree of pulmonary TB lesion was radiologically assessed based on classifications of the
National Tuberculosis and Respiratory Disease Association, New York. Vitamin D status was
defined according to Holick recommendations. Baseline characteristics of subjects were
recorded and 25(OH)D concentrations were measured in subjects of each groups. Vitamin D
status of the subjects were 122 (89.1%) deficiency and 15 (10.9%) insufficiency of vitamin D.
The proportions of vitamin D deficiency and insufficiency at mild, moderate and severe
degree of pulmonary TB lesions were also not significantly different, i.e. 84.8% and 15.2%,
91.5% and 8.5%, 90.9% and 9.1%, respectively. Concentrations of 25 (OH) D in each group
of mild, moderate and severe pulmonary TB lesions were not significantly different, with a
mean (SD) 12.96 (5.83)ng/mL, 12.42 (5.13)ng/mL, and 11.29 (5.61)ng/mL respectively. It is
concluded that vitamin D status and serum 25 (OH) D were not related to the degree of
pulmonary TB lesion. The proportion of vitamin D deficiency and insufficiency at mild,
moderate and severe degree of pulmonary TB lesions were also not significantly different, i.e.
84.8% and 15.2%, 91.5% and 8.5%, 90.9% and 9.1%, respectively."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Philadelphia: Wolters Kluwer, 2008
R 616.24 COL
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Kelly Nagaruda
"Paparan terhadap polutan, terutama asap rokok merupakan penyebab peradangan saluran napas kronis pada PPOK. Pada penelitian sebelumnya, piroksikam terbukti menghambat aktivasi neutrofil dan mengurangi pelepasan anion superoksida dari neutrofil melalui ikatannya dengan formyl peptide receptor (FPR) secara in vitro. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis efek antagonis FPR1 piroksikam secara in vivo terhadap parameter hematologi dan red blood’s cell distribution width (RDW). Penelitian ini menggunakan mencit betina ddY. Mencit diinduksi dengan asap rokok selama delapan minggu. Mencit yang sudah mengalami PPOK dibagi menjadi enam kelompok. Kelompok negatif diberi CMC-Na 0,5% secara oral, kelompok positif diberikan inhalasi budesonid 0,002mg/20gBB mencit/hari, serta tiga kelompok variasi dosis piroksikam dengan D1 0,026mg/20gBB mencit/hari; D2 0,052mg/20gBB mencit/hari; dan D3 0,104mg/20gBB mencit/hari secara oral. Mencit diinduksi selama delapan minggu, lalu diberikan perlakuan selama 21 hari. Parameter yang dinilai adalah hematologi serta red blood cell’s distribution width (RDW) yang diukur menggunakan hematology analyzer. Dosis 0,026mg/20gBB dan 0,104mg/20gBB memiliki efek terhadap parameter hematologi. Dosis 0,026mg/20gBB, 0,052mg/20gBB, dan 0,104mg/20gBB dapat menurunkan RDW. Berdasarkan penelitian, piroksikam memiliki efek terhadap parameter hematologi dan dapat menurunkan red blood cell’s distribution width (RDW).

Exposure to pollutants, especially cigarette smoke, is a cause of chronic airway inflammation in COPD. In a previous study, piroxicam was found to inhibit neutrophil activation and reduce the release of superoxide anion from neutrophils by binding to formyl peptide receptor (FPR) in vitro. This study was conducted to analyze the effect of the FPR1 antagonist piroxicam in vivo on hematological parameters and red blood's cell distribution width (RDW). This study used female DDY mice. Mice were induced with cigarette smoke for eight weeks. COPD Mice were divided into six groups. The negative group was given CMC-Na 0,5% orally, the positive group was given inhaled budesonide 0,002mg/20gBW mice/day, and the three variation dose groups of piroxicam with D1 0.026mg/20gBW mice/day; D2 0,052mg/20gBW mice/day; and D3 0,104mg/20gBW mice/day orally. Mice were induced for eight weeks, then given treatment for 21 days. The parameters assessed were hematology and red blood cell's distribution width (RDW) which was measured using a hematology analyzer. Doses 0.026mg/20gBW and 0.104mg/20gBW of piroxicam affect hematological parameters. Doses 0.026mg/20gBW, 0.052mg/20gBW, and 0.104mg/20gBW of piroxicam are able to reduce RDW. The results showed that piroxicam affects hematological parameters and reduces red blood cell’s distribution width (RDW).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febri Syahida
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektifitas biaya antara Puskesmas yang menerapkan PAL dengan yang tidak menerapkan PAL dalam penanganan Tuberkulosis Paru di Wilayah Kota Administratif Jakarta Timur, dengan melakukan perhitungan menggunakan metode Activity Based Costing (ABC) untuk mendapatkan biaya per aktifitas. Penilaian efektifitas berdasarkan perbandingan antara penjumlahan komponen biaya pada masing-masing alternatif dengan output penelitian yang meliputi efektifitas pengobatan, Quality Adjusted Life Years (QALY's) serta Kegagalan/drop out yang dapat dihindari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Puskesmas PAL lebih efektif dalam penanganan Tuberkulosis Paru berdasarkan output kegagalan/drop out yang dapat dihindari.

This research purposes to compare cost effectivity between Center of Health which implements PAL and Non PAL in treatment Pulmonary Tuberculosis on administrative district East Jakarta. It uses Activity Based Costing (ABC) method to obtain cost per activity. The effectivity evaluation is based on comparison between total cost component at each alternatives with output consists of medical treatment effectiveness, Quality Adjusted Life Years (QALY's) and prevented failure/drop out. The result shows that Puskesmas with PAL is more effective in Pulmonary Tuberculosis treatment based on prevented failure/drop out.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T36762
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhela Amelia Nugroho
"Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan penyakit paru-paru kronis progresif yang menyebabkan sesak napas dan mengancam nyawa. PPOK tidak dapat diobati, namun gejalanya dapat ditangani dan mengurangi risiko kematian. PPOK merupakan salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia, yang menyebabkan sebanyak 3,17 juta kematian secara global pada tahun 2015 dan diestimasikan akan menjadi penyakit tiga teratas yang menyebabkan kematian di seluruh dunia pada tahun 2030. PPOK juga merupakan salah satu penyebab kematian utama semua kelompok usia di Indonesia pada tahun 2014 dengan persentase sebesar 4,9%. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko, salah satunya adalah pencemaran udara partikulat. DKI Jakarta merupakan salah satu wilayah dengan udara tercemar di Indonesia dengan Jakarta Pusat sebagai kota yang memiliki jumlah parameter kritikal PM2.5 dan PM10 terbanyak dibandingkan dengan kota Jakarta lainnya. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas udara ambien (PM2.5 dan PM10), Faktor Individu, dan Faktor Meteorologi dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) di Jakarta Pusat tahun 2018-2020. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi berdasarkan waktu (time trend). Hasil studi menunjukkan adanya korelasi yang lemah dengan pola positif antara konsentrasi PM2.5, PM10, dan suhu udara dengan kejadian PPOK di Jakarta Pusat tahun 2018-2020 (r= 0,172, r= 0,056, r= 0,147). Hubungan korelasi yang lemah dengan pola negatif antara kelembaban udara dengan kejadian PPOK di Jakarta Pusat tahun 2018-2020 (r= - 0,248). Hubungan korelasi yang kuat dengan pola positif antara usia ≤ 44 tahun dan jenis kelamin perempuan dengan kejadian PPOK di Jakarta Pusat tahun 2018-2020 (r= 0,534, r= 0,738). Hubungan korelasi yang kuat atau sempurna dengan pola positif antara usia 45-59 tahun, usia > 59 tahun, dan jenis kelamin laki-laki dengan kejadian PPOK di Jakarta Pusat tahun 2018-2020 (r= 0,882, r= 0,958, r= 0,897). Pada penelitian ini hanya ditemukan hubungan yang signifikan antara usia ≤ 44 tahun (p= 0,001), usia 45-59 tahun (p= 0,000), usia >59 tahun (p= 0,000), jenis kelamin laki-laki (p= 0,000), dan jenis kelamin perempuan (p= 0,000) dengan kejadian PPOK di Jakarta Pusat tahun 2018-2020.

Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is a progressive chronic lung disease that causes shortness of breath and is life threatening. COPD cannot be treated, but symptoms can be managed and reduce the risk of death. COPD is one of the leading causes of death worldwide, causing 3.17 million deaths globally in 2015 and it is estimated that it will become the top three disease causing death worldwide by 2030. COPD is also one of the leading causes of death for all age group in Indonesia in 2014 with a percentage of 4.9%. Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) can be influenced by various risk factors, one of which is particulate matter. DKI Jakarta is one of the areas with air pollution in Indonesia with Central Jakarta as the city that has the highest PM2.5 and PM10 pollution compared to other Jakarta administrative cities. In general, this study aims to determine the correlation between ambient air quality (PM2.5 and PM10), Individual Factors, and Meteorological Factors with Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) in Central Jakarta in 2018-2020. This research uses an ecological study design based on time (time trend). The results of the study show a weak correlation with a positive pattern between concentrations of PM2.5, PM10, and air temperature with the incidence of COPD in Central Jakarta in 2018-2020 (r= 0.172, r= 0.056, r= 0.147). Weak correlation with a negative pattern between relative humidity and the incidence of COPD in Central Jakarta in 2018-2020 (r= - 0.248). a strong correlation with a positive pattern between the age of ≤ 44 years and female with the incidence of COPD in Central Jakarta in 2018-2020 (r = 0.534, r = 0.738). a strong or perfect correlation with a positive pattern between the age of 45-59 years, age > 59 years, and male with the incidence of COPD in Central Jakarta in 2018-2020 (r = 0.882, r = 0.958, r = 0.897). In this study age ≤ 44 years (p = 0.001), age 45-59 years (p = 0.000), age >59 years (p = 0.000), male (p = 0.000), and female (p= 0.000) were significantly correlated with the incidence of COPD in Central Jakarta in 2018-2020."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York : McGraw-Hill , 1994
616.24 PUL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Imelda Farida Mauly
"ABSTRAK
Latar belakang penelitian : Polisi Lalu Lintas yang bekerja di daerah lalu lintas yang padat terpajan emisi kendaraan selama bertahun-tahun. Banyak penelitian melaporkan pajanan asap, bahan kimia dan partikel dalam emisi akan merusak faal paru. Belum ada data mengenai faal paru polisi lalu lintas di Wilayah Jakarta Selatan
Metode penelitian :
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian besar di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (JABODTABEK) dengan desain cross-sectional untuk menentukan faal paru polisi lalu lintas dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Penelitian ini dilakukan pada polisi lalu lintas di Wilayah Jakarta Selatan pada bulan Oktober-November 2012 dengan teknik pengambilan total sampling. Wawancara menggunakan Kuesioner Pneumobile Project Indonesia, dilakukan pemeriksaan uji faal paru, foto toraks dan pengukuran CO ekshalasi. Data dianalisis secara deskriptif dan multivariat dengan menggunakan SPSS versi 17.
Hasil penelitian : Pada penelitian ini kami menemukan sebanyak 181 subjek penelitian sesuai dengan kriteria inklusi, kelompok umur terbanyak 41-50 tahun (35,4%), status gizi kelebihan berat badan (54,1%) dan perokok ringan (33,1). Sebanyak 9 subjek ditemukan kelainan faal paru dengan rincian 5 obstruksi ringan dan 4 restriksi ringan. Gambaran kelainan foto toraks ditemukan sebanyak 5 subjek. Nilai kadar CO ekshalasi didapatkan dengan rerata 14,0 ± 8,5. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan bermakna secara statisitik antara faktor usia, status gizi, merokok, masa kerja, pemakaian APD dan kualitas udara dengan faal paru.
Kesimpulan: Terdapat kelainan faal paru pada 9 (5%) polisi lalu lintas di Wilayah Jakarta Selatan. Tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara gambaran faal paru dengan semua faktor-faktor yang diteliti.

ABSTRACT
Background: Traffic policemen working in the busy traffic signal areas get exposed to the vehicular missions for years together. Many studies have reported exposure to smoke, chemicals and particles in emissions will damage lung function. Since there were no data available on the parameters of traffic police personnel of South Jakarta.
Methods: This study is part of a major research area Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang and Bekasi (JABODETABEK) with cross-sectional study to determine the pulmonary function of traffic police and the factors that influenc. The study was conducted traffic policemen in South Jakarta Regional in Oktober-November 2012. Interview using Kuesioner Pneumobile Project Indonesia, Pulmonary function test, Chest X-ray and CO exhaled. The data were analyze using descriptive and multivariate processed to look at the relationship between variables with SPSS version 17.
Results: In this study we found as many as 181 subjects the inclusion criteria with predominant age group between 41-50 years old (35,4%), over weight (54,1%) and mild smoker (33,1%). A total of nine subjects with pulmonary function abnormalities details mild obstruction 5 and 4 mild restriction.Chest X-ray abnormality was found by 5 subjects. Levels of CO exhalation values ​​obtained with a mean 14.0 ± 8.5. The analysis conducted in this study found no significant relationship between the statistics of age, nutritional status, smoking, length of service, use of mask and air quality index with lung function.
Conclusion: There pulmonary function abnormalities in 9 (5%) of traffic police in the area of South Jakarta. There was no statistically significant association between lung function overview with all the factors studied."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>