Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1431 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Roughley, T.C.
Sydney: Angus and Robertson, 1971
597.099 4 ROU f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Roughley, T.C.
Sydney: Angus and Robertson, 1968
597.099 4 ROU f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hardy, Alister
London: Collins, 1959
597 HAR f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dona Setya
"Perikanan ikan layang di Kalimantan Barat pada umumnya ditangkap dengan alat tangkap purse seine di Laut Natuna Utara. Hasil tangkapan utama yaitu ikan layang dan pendaratan terbesarnya di Pemangkat. Perkembangan produksi ikan layang yang di daratkan di Pemangkat mengalami penurunan yang drastis dari tahun 2011-2017. Usaha penangkapan ikan layang di Laut Natuna Utara menunjukkan kearah over fishing dengan produksi semakin menurun tetapi upaya penangkapan meningkat. Tujuan penelitian ini untuk merencanakan upaya pengelolaan terbaik pada perikanan purse seine di Pemangkat. Model Surplus produksi yang digunakan yaitu Model Fox. Hasil perhitungan surplus produksi Model Fox menunjukkan besaran Maximum Suistainable Yield (MSY) pada Laut Natuna Utara yaitu 2.412.016 kg dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan sebesar 1.929.612 kg/tahun dan upaya optimumnya sebesar 18.170 upaya. Penangkapan ikan layang di Laut Natuna Utara yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pemangkat sudah over fishing dan ikan yang tertangkap belum sempat memijah. Ukuran rata-rata mata jaring yang digunakan kapal purse seine yaitu 1cm. Pengelolaan terbaik yang dapat dilakukan dengan cara penegakan hukum penerapan ukuran mata jaring yang sesuai dengan PERMEN-KP No.42/ 2014 dan pengaturan upaya penangkapan dan alat tangkap seperti tahun 2010 yaitu 32 kapal dengan trip 388 kali per tahun.

Scads fishing in West Kalimantan is generally caught using purse seine in the North Natuna Sea. The main catch is the scads fish and the biggest landing at Pemangkat. The development of scads fish production that landed in Pemangkat has decreased drastic from 2011 to 2017. Scads fishing efforts in the North Natuna Sea show overfishing with production declining but fishing efforts are increasing. The purpose of this study is to plan the best management efforts on purse seine fisheries in Pemangkat. The production surplus model used is the Fox model. The results of the Fox model production surplus calculation show Maximum Suistainable Yield (MSY) in the North Natuna Sea was 2,412,016 kg with the allowable catch amount of 1,929,612 kg/year and optimum effort of 18,170 units of effort. Catching scads fish in the North Natuna Sea that lands on the PPN Pemangkat has overfishing and the fish caught have not had time to spawn. The average size of a purse seine mesh is 1cm. The best management that can be done is to apply the mesh size to PERMEN-KP No.42/2014 and restrictions on fishing gear and fishing effort as 2010, which is 32 ships with 388 trips per year.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T54912
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Nur Adilla
"UU 18/2012 mengintroduksi kedaulatan pangan sebagai salah satu paradigma dalam penyelenggaraan pangan di Indonesia. Perikanan ditentukan oleh UU 18/2012 sebagai salah satu pilar kedaulatan pangan, karena merupakan sumber pangan dengan sumber daya yang melimpah. Di samping itu, ikan merupakan pangan dengan protein tinggi yang diperlukan oleh tubuh. Penelitian ini dilakukan untuk memeriksa apakah kebijakan dan peraturan di bidang perikanan mendukung perikanan sebagai salah satu pilar kedaulatan pangan. Penelitian dilakukan dengan melihat sinkronisasi peraturan dari tataran legislasi sampai petunjuk teknis. Ketentuan hukum di bidang perikanan belum sepenuhnya secara eksplisit mendukung kedaulatan pangan. Selain itu, juga belum seluruhnya memprioritaskan konsumsi ikan serta pemenuhan protein ikan domestik.

Law 18/2012 introduced food sovereignty as a paradigm for food provision in Indonesia and designated fishery as one pillar of food sovereignty due to fish being a both abundant and rich in protein. This study evaluates whether current policies and regulations in the fishery sector support fishery?s role as one pillar of food sovereignty. The study looks at the synchronism of regulations from the legislation to technical guidance level. Legal provisions in the fishery sector have yet to explicitly support food sovereignty or to fully prioritize fish consumption to meet domestic protein demand."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S63651
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Crawford, R.M.
London: Hutchinson's University Library, 1955
994 CRA a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Crawford, R.M.
London: Hutchinson University Library, 1952.
994 CRA a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Berney, Maurice
Sydney: Angus and Robertson, 1965
919.4 BER a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Spate, Oskar Hermann Kristian
London: Ernest Benn, 1968
994 SPA a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Priyo Suharsono Sulaiman
"ABSTRAK
Tantangan untuk memastikan terpeliharanya kelestarian hiu di Samudera Hindia adalah isu utama pengelolaan sumber daya ikan, meskipun eksploitasi penangkapan masih terjadi. Untuk itu, strategi pengelolaan perikanan yang tepat perlu disusun. Tujuan riset adalah menganalisis keragaan perikanan hiu di Samudera Hindia berdasarkan data nelayan Cilacap, menganalisis kondisi sosial ekonomi nelayan hiu, merinci rantai pemasaran hiu, dan merekomendasikan strategi pengelolaan perikanan hiu agar berkelanjutan. Riset dilaksanakan di Cilacap dengan pendekatan kuantitatif, dengan analisis data deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil riset menunjukan bahwa: (i) Hiu adalah hasil tangkapan sampingan (HTS) pancing rawai tuna (8,8%), jaring insang hanyut (9,66%), dan jaring insang tetap (9,41%), dan ikan target utama pancing rawai hiu. Hiu biru dan hiu tikus adalah hiu yang banyak tertangkap (73%), dengan puncak penangkapan bulan Agustus. Sebagian besar hiu tikus yang tertangkap adalah hiu dewasa, dan sebagian besar hiu mako yang tertangkap adalah hiu yang belum dewasa; (ii) Nelayan hiu di Cilacap didominasi lulusan SD (70,8%) dan berusia sekitar 46-55 tahun (44,2%). Nelayan pancing rawai tuna dan jaring insang tidak termasuk masyarakat miskin. Sebagian besar nelayan menolak campur tangan pemerintah untuk mengelola sumber daya ikan melalui penetapan regulasi baru; (iii) Alur perdagangan hiu di Cilacap dimulai dari nelayan yang menjual hiu langsung tanpa lelang kepada pedagang pengepul untuk selanjutnya diproses menjadi beberapa komoditas yang dipasarkan lokal dan ekspor, dan (iv) Penetapan daerah penangkapan, penetapan jumlah dan ukuran perahu penangkapan ikan, serta penetapan jenis dan ukuran alat tangkap adalah pilihan strategi pengelolaan perikanan hiu dengan tingkat keberhasilan yang paling tinggi. Upaya pelatihan keterampilan baru bagi nelayan juga diperlukan agar tercipta sumber pendapatan lain, sehingga ketergantungan nelayan pada penangkapan ikan dapat dikurangi.

ABSTRACT
The challenge of ensuring the preservation of sharks in the Indian Ocean is a key issue in the management of shark resources in Indonesia. Therefore, an appropriate fisheries management strategies need to be developed. The research aims to analyze the performance of shark fishery in the Indian Ocean based on Cilacap fisheries data, analyze the socio-economic conditions of shark fishermen, analyze the shark marketing chain, and recommend the shark fisheries management strategy to be sustainable. The research was conducted in Cilacap with a quantitative approach, quantitative and qualitative mixed data collection, also qualitative descriptive and quantitative descriptive analysis. The results showed those: (i) shark is by-catch as well as the target. The thesher sharks (Alopias pelagicus and Alopias superciliosus) and also blue shark (Prionace glauca) are the dominant sharks caught (73%), with the peak of capture on August. Most of the thesher Sharks caught are adult, and most of the mako sharks (Isurus paucus and Isurus oxyrhincus) are immature; (ii) Research is conducted in Cilacap with quantitative approach, with quantitative and qualitative descriptive data analysis. The results showed that: (i) Sharks were by-catch of tuna longline (8.8%), drift gillnets (9.66%), and bottom gillnets (9.41%), and main target of shark longline. The thesher sharks (Alopias pelagicus and Alopias superciliosus) and also blue shark (Prionace glauca) are the dominant sharks caught (73%), with the peak of capture on August. Most of the caught thesher sharks are adult, and most of the mako sharks are immature; (ii) the shark fisherman in Cilacap dominated primary school graduates (70.8%) and aged around 46-55 years (44.2%). The fishermen of tuna longline and gillnets are not among the poor. Most of them refuse government intervention to manage fish resources through the establishment of new regulations; (iii) the flows of shark trade begins from fishermen selling directly to the collecting traders, then processed for locall and export marketed; and (iv) determination of fishing grounds, the number and size of fishing boats, and establishing the types and sizes of fishing gear are the alternative management strategy with the highest success rate. New skills training for fishermen is also needed in order to create other sources of income, so the dependence on fishing can be reduced."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2018
T50181
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>