Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1973 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Polizzotto, Carolyn
Western : Fremantle Arts Centre Press, 1988
305.562 POL f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lowenstein, Wendy J.
Melbourne: Hyland House, 1979
338.54 LOW w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Kebutuhan perawatan dan status kesehatan gigi dan mulut tuna netra di Phitsanuloke, Thailand. Tidak banyak informasi mengenai status kesehatan gigi dan mulut pada tuna netra di Thailand. Tujuan: Menganalisa status dan kebutuhan perawatan kesehatan gigi dan mulut pada tuna netra di Thailand. Metode: Subjek penelitian ini adalah 146 tuna netra (70 laki-laki dan 76 perempuan dengan rerata umur 48,8±5,9) yang bertempat tinggal di Phitsanuloke, Thailand. Kuesioner digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai persepsi subjektif
masalah kesehatan gigi dan mulut, fungsi oral dan perilaku. Pemeriksaan oral dilakukan untuk menganalisa Decay Missing Filling Teeth (DMFT), Simplified Oral Hygiene Index (OHIS) dan prosthetic needs index. Hasil: Rerata DMFT subjek yang diperiksa adalah 16 (DT=4,4, MT=10,2, FT=1,4), rerata jumlah gigi yang masih ada 15,5. 35% memerlukan tambalan gigi dan 12,3% membutuhkan pencabutan gigi. 34,8% memiliki penyakit periodontal dengan rerata OHIS 2,52. 38% subjek membutuhkan gigi tiruan sebagian atas dan bawah. Tuna netra mengalami masalah fungsi oral (masalah dalam berbicara 26,5%, masalah penelanan 32,6%, masalah pengecapan 29,2% dan masalah
pengunyahan 45,2%). Simpulan: Status kesehatan gigi dan mulut tuna netra rendah karena kehilangan gigi yang banyak, karies dan penyakit periodontal. Oleh karena itu sangatlah penting untuk memliki pendekatan program preventif yang tepat untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut populasi tersebut.

There is little information on the oral health status of visual impairment in Thailand. Objective: To investigate the oral health status and dental treatment needs of visual impaired Thai. Method: The subjects were 146 visual impairment (70 males and 76 females, mean age 48.8 ± 5.9), who live in Phitsanuloke, Thailand. Information on self-perceived oral health problems, oral function and oral health behavior was obtained via questionnaires. Oral examinations investigated the Decay Missing Filling Teeth (DMFT), Simplified Oral Hygiene Index (OHIS) and
prosthetic needs index. Results: The mean DMFT score was 16.0 (DT=4.4, MT=10.2, FT=1.4), the mean number of teeth present was 15.5. 35% of subjects needed dental fillings and 12.3% required tooth extractions. 34.8% had periodontal disease and mean OHIS score were 2.52. Thirty-eight percent of subjects need both upper and lower partial dentures. Visual impaired suffer from oral function problems (speaking problem 26.5%, swallowing problem 32.6%, tasting problem 29.2% and chewing problem 45.2%). Conclusion: The oral health status of visual impairment was poor due to high levels of tooth loss, caries experience and periodontal disease. Therefore, it is important to have a proper preventive approach and service delivery programs to improve the oral health condition of this population."
Faculty of Dentistry, Naresuan University, Phitsanulok, Thailand, 2014
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Patcharaphol Samnieng
"To analyze the relationship of nutritional status with oral health status among visual impairment. The subjects were 146
elderly people (70 males and 76 females) aged 20-72 years (mean 48.8±6.2 years), Phitsanulok, Thailand. Mini
Nutritional Assessment (MNA) questionnaires were administered. Oral examinations investigated the number of present
teeth, DMFT and Functional Tooth Units (FTUs). According to the MNA score, 44.5% of subjects were categorized as
normal nutrition, 47.3% as questionable, and 8.2% as malnutrition. The mean numbers of present teeth and FTUs were
17.8±6.9 and 6.9±3.2, respectively. Subjects with malnutrition had lower numbers of present teeth (10.7±1.4) and FTUs
(4.3±1.7) than those with normal nutrition (20.2±0.7 and 12.3±0.5) (p≤0.05). Nutritional status of visual impaired Thai
was associated with mean numbers of present teeth and FTUs. Keeping many natural teeth or having appropriate
numbers of FTUs by replacing missing teeth with dentures would prevention malnutrition.
Hubungan antara Status Gizi dan Status Kesehatan Mulut Penderita Kebutaan. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis hubungan antara status gizi dan status kesehatan mulut penderita kebutaan. Subjek penelitiannya adalah
146 orang lansia (70 orang pria dan 76 orang wanita) berumur 20-72 tahun (rata-rata 48,8±6,2 tahun) di Phitsanulok,
Thailand. Kuesioner Mini Nutritional Assessment (MNA) digunakan dalam penelitian ini. Pengecekan rongga mulut
dilakukan untuk mengetahui jumlah gigi, DMFT dan Functional Tooth Units (FTU). Berdasarkan hasil MNA, 44,5%
subjek penelitian masuk dalam kategori gizi baik, 47,3% masuk dalam kategori gizi kurang, dan 8,2% masuk dalam
kategori gizi buruk. Nilai rata-rata jumlah gigi adalah 17,8±6,9 sedangkan nilai rata-rata FTU adalah 6,9±3,2. Subjek
penelitian yang menderita gizi buruk memilikki jumlah gigi yang lebih sedikit (10,7±1,4) dan FTU (4,3±1,7)
dibandingkan dengan mereka yang bergizi baik (20,2±0,7 dan 12,3±0,5) (p≤0,05). Status gizi penderita kebutaan di
Thailand dihubungkan dengan nilai rata-rata jumlah gigi dan FTU. Gizi buruk dapat dicegah dengan cara
mempertahankan jumlah gigi asli sebanyak mungkin atau dengan mempertahankan jumlah FTU yang mencukupi. Hal
ini dilakukan dengan cara mengganti gigi yang hilang dengan gigi palsu."
Naresuan University. Faculty of Dentistry, 2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
London: The Library Association,
020 RJ
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Washington, D.C.: The United States Departement of Agriculture, 1976
630 FAC
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Johana Aprilia
"Anak tunarungu seringkali didapati mengalami keterlambatan fungsi kognitif yang berakibat pada keterlambatan pencapaian akademis, namun keterlambatan tidak terjadi pada visual-spatial working memory, yang biasa digunakan dalam pemecahan soal matematika. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa visual-spatial working memory pada anak tunarungu berbeda akibat metode komunikasi anak tunarungu yang mengandalkan penglihatan. Sedikit penelitian yang memperlihatkan gambaran kapasitas visual-spatial working memory secara utuh pada anak tunarungu dengan metode komunikasi oral, total, dan bahasa isyarat. Penelitian ini memperlihatkan gambaran tersebut yang didapat melalui pengisian kuesioner mengenai penggunaan metode komunikasi dan pengukuran visual-spatial working memory pada 30 anak tunarungu kelas 3-6 SD. Pengisian kuesioner dilakukan oleh orang tua, dan pengukuran visual-spatial working memory dilakukan dengan anak memainkan Lion Game melalui Zoom call.
Hasil penelitian menunjukkan mean proporsi skor kapasitas visual-spatial working memory anak tunarungu dengan metode komunikasi oral sebesar 0,432 (SD=0,151) dengan level 2,55. Mean proporsi skor kapasitas visual-spatial working memory anak tunarungu metode komunikasi total sebesar 0,453 (SD=0,153) dengan level 2,53. Terakhir, mean proporsi skor kapasitas visual-spatial working memory anak tunarungu metode komunikasi bahasa isyarat sebesar 0,397 (SD=0,128) dengan level 3,25. Dari hasil penelitian ini diketahui kapasitas visual-spatial working memory pada anak tunarungu dengan metode komunikasi oral, total, dan bahasa isyarat belum maksimal.

Children with hearing impairment or deaf usually experience cognitive function delays, but not in visual-spatial working memory which commonly used in mathematical problems. Previous studies discovered that the visual or spatial working memory in deaf children is different due to the communication methods that rely on vision. This study describes deaf childrens visual-spatial working memory by measuring the visual-spatial working memory of 30 deaf children in grade 3-6 elementary school and identifying their communication methods through questionnaires. Questionnaires are filled in by the parents of deaf children. The visual-spatial working memory measurement utilizes the Lion Games through Zoom meetings.
This study shows that the mean score of the visual-spatial working memory of deaf children with oral communication is 0.432 (SD=0.151) with average maximum level 2.55. Furthermore, the mean score of the visual-spatial working memory of deaf children with total communication is 0.453 (SD=0.153) with average maximum level 2.53, and the mean score of the visual-spatial working memory of deaf children in sign language is 0.397 (SD=0.128) with average maximum level 3.25. To conclude the result, it can be argued that deaf children visual-spatial working memory span with oral, total, and sign language communication methods still not reach the maximum point."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Victoria : Brown Prior Anderson
050 ECON 50 (1974)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
New York: The McGraw-Hill Companies, {s.a}
729 ARJ
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
McGraw-Hill,
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>