Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3146 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mrazek, Jan
Leiden: KITLV Press, 2005
791.539 589 MRA p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mrazek, Jan
791.539 589 M 361 p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
791.539589 M361 p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mrazek, Jan
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
[, ], 2008
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Rahmawanto
"Pagelaran wayang kulit purwa merupakan salah satu produk budaya unggulan orang Jawa. Dialog yang disajikan dalam pagelaran wayang kulit purwa itu merupakan data penggunaan bahasa yang merepresentasikan budaya Jawa, termasuk di dalamnya bagaimana mewujudkan kerukunan. Pemilihan cara bertutur mempertimbangkan reaksi emosional kawan tutur agar tidak terjadi perselisihan dan kerukunan tetap terjaga. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan menemukan strategi kerukunan dalam tuturan orang Jawa pada pertunjukan wayang. Konsep kerukunan diperoleh berdasarkan prinsip rukun dan prinsip hormat yang dikemukakan oleh Franz Magnis Suseno 1991 . Suasana kerukunan terbangun melalui keharmonisan, pencegahan perselisihan, dan ketenteraman. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mengkaji secara mendalam tuturan orang Jawa dalam pertunjukan wayang. Melalui kajian tersebut ditemukan strategi-strategi orang Jawa untuk mewujudkan kerukunan melalui tuturannya. Hasil identifikasi jenis tindak tutur, dengan klasifikasi tindak tutur Searle 1975 menunjukkan bahwa pilihan tindak ilokusioner tuturan berperan dalam pengendalian terjadinya perselisihan dalam komunikasi. Dengan menggunakan teori kesantunan yang dikemukakan oleh Brown dan Levinson 1978 dan Leech 1983 penelitian ini menemukan bahwa kesantunan dalam bertutur digunakan untuk mengekspresikan nilai-nilai kerukunan orang Jawa.
Purwa shadow puppet performances is one of the superior cultural products of the Javanese people. The dialogue presented in the purwa shadow puppet performances is a data of language usage that represents Javanese culture, including how to realize harmony. Selection of the way of speech consider the emotional reaction of hearers to avoid disputes and harmony remained awake. This study aims to find a strategy of kerukunan in Javanese speech on puppet shows. The concept of kerukunan is based on the principles of kerukunan and the principle of respect by Franz Magnis Suseno 1991 . The atmosphere of harmony awakens through harmony, dispute prevention, and serenity. This research is a qualitative research that deeply examines Javanese speech in purwa puppet performances. Through the study, Javanese strategies were found to realize harmony through his speech. The result of identification of speech acts, with the classification of the speech act of Searle 1975 indicates that the choice of illocutionary acts of speech plays a role in controlling the occurrence of disputes in communication. By using the theory of politeness proposed by Brown and Levinson 1978 and Leech 1983 this study found that politeness in speech is used to express the values of kerukunan Jawa."
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kania Dwi Wigati
"ABSTRAK
Masyarakat Jawa memiliki suatu pandangan tersendiri dalam memahami alam semesta yang menjadi identitas mereka, yaitu kosmologi Jawa. Nilai nilai pada pandangan kosmologi Jawa tertuang pada setiap aspek kehidupan mereka. Melalui organisasi ruang, keselarasan nilai nilai tersebut dapat dilihat pada rumah tradisional Jawa dan upacara yang dilakukan di dalamnya. Upacara pada masyarakat Jawa berhubungan dengan siklus kehidupan mereka; mulai dari kelahiran, pernikahan, pencapaian hidup, hingga kematian. Hampir di setiap upacara yang dilakukan diiringi dengan pagelaran wayang kulit sebagai simbol kehidupan masyarakat Jawa, sehingga hubungan organisasi ruangnya dengan rumah tradisional Jawa tidak dapat dipisahkan. Skripsi ini menganalisis organisasi ruang pagelaran wayang kulit dan keselarasannya dengan kosmologi Jawa yang diterapkan pada rumah tradisional Jawa. Berdasarkan hubungan organisasi ruang dan upacara adat yang dilakukan di dalamnya, penulisan ini juga mencoba untuk menganalisis lebih lanjut perubahan dari masa ke masa melalui contoh dua pagelaran wayang kulit yang berbeda, yaitu yang dilakukan sebagai tradisi di dalam rumah tradisional Jawa dan yang dilakukan sebagai rekreasi di luar rumah tradisional Jawa.

ABSTRACT
Javanese people have their own views in understanding the universe that forms their identity, namely Javanese cosmology. Values in Javanese cosmological views are expressed in every aspect of their lives. Through the spatial organization, the harmony of these values can be seen in traditional Javanese houses and ceremonies performed therein. The ceremonies are related to life cycle of javanese people; from birth, wedding, life attainment, to funeral. Almost every ceremony that is performed is accompanied by shadow puppet performances as a symbol of Javanese life, so that the relationship between its spatial organization and traditional Javanese houses cannot be separated. This undergraduate thesis analyze the spatial organization of shadow puppet performance and its connection Javanese cosmology applied in Javanese traditional houses. From the connection of spatial organization and ceremonies performed therein, this study also tries to further explore changes over time through the example of two different shadow puppet performances, which performed as tradition in Javanese traditional house and as recreation outside Javanese traditional house."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmadi Fajar Himawan
"ABSTRACT
Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan penahbisan praktik guyon saru (gurauan tidak senonoh) dalam arena pertunjukan wayang kulit purwa. Pertunjukan wayang kulit purwa, sebagai salah satu sebagai instrumen penyampaian gagasan alternatif terhadap isu kontemporer, secara paralel telah menormalisasikan  praktik humor yang cenderung melecehkan perempuan. Kajian terdahulu menyatakan bahwa humor jamak digunakan dalam seni pertunjukan Indonesia sebagai penyaluran gagasan alternatif terhadap isu sosial-politik, inovasi pertunjukan, dan sarana pelembagaan/perlawanan terhadap norma berbasis gender. Pesindhen (perempuan penyanyi solo dalam pertunjukan wayang kulit purwa) mengalami objektifikasi seksual dan melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan eksistensi profesinya. Skripsi ini berargumen bahwa guyon saru merupakan praktik yang ditahbiskan (consecrated) oleh beberapa aktor dalam arena pertunjukan, termasuk pesindhen, untuk mempertahankan modal ekonomi, sosial, simbolik, dan kultural mereka. Penahbisan guyon saru dalam arena pertunjukan dilatari oleh habitus pengarusutamaan audiens dalam arena. Penahbisan tersebut dikontestasi oleh para aktor lain, termasuk  pesindhen, yang menyingkapi guyon saru sebagai praktik yang tidak sesuai dengan habitus para aktor sebagai orang jawa. Kajian ini menggunakan kerangka teori medan produksi budaya oleh Bourdieu, pendekatan kualitatif, dan studi kasus pada arena pertunjukan wayang kulit purwa di DKI Jakarta.

ABSTRACT
This study aims to explain the consecration of the practice of guyon saru (indecent jokes/gurauan tidak senonoh) in the field of javanese shadow puppet theater (pertunjukan wayang kulit purwa). Javanese shadow puppet theater, as one of the media of alternative ideas towards  contemporary social issues, had normalized the practice of humor which tends to harass women. Previous studies state that humor had been used in Indonesian performing arts as a media of alternative ideas towards socio-political issues, performance innovations, and instrument to institutionalize/resist the gender-based norms. Pesindhen (female solo singer in the javanese shadow puppet theater) experienced sexual objectification and made various efforts to maintain the existence of their profession. This study argues that guyon saru is a practice which has been consecrated by several actors in the field of the javanese shadow puppet theater, including pesindhen, to maintain their economic, social, symbolic and cultural capital. The consecration of guyon saru in the field is based on the habitus of mainstreaming the audience in the field. The consecration has been contested by other actors, including pesindhen, whose revealed guyon saru  as a practice that was not in accordance with the habitus of actors as javanese people (orang jawa). This research uses the field of cultural production theory by Pierre Bourdieu as researchs framework, qualitative approaches, and the field of javanese shadow puppet theater in Jakarta as the case study.
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parikesist, Gea O.F
Yogyakarta: Gadjah Mada Unversity Press, 2017
776 PAR e
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Parikesit, Gea O.F.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2017
776 PAR e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>