Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9179 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siagian, Renville
Bandung: Yayasan Cempaka Kencana, 2002
R 726.109598 SIA i
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Singapore: Archipelago Press, 1998
R 959.8 IND VII
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Albertus Bramantya Wijaya
"Preservasi cagar budaya merupakan salah satu poin penting dalam proyek rancangan ulang Kawasan Pasar Baru. Proyek perancangan ulang Kawasan Ulang Pasar Baru harus dilakukan tanpa mengurangi nilai – nilai historis dari setiap cagar budaya nya, dan diharapkan untuk meningkatkan nilai – nilai yang ada melalui proyek – proyek pribadi.
Bangunan Sin Tek Bio Temple Complex merupakan revitalisasi dan juga ekstensi terhadap bangunan vihara eksisting, yang terletak pada lokasi yang terpencil di belakang Pasar Baru. Bangunan ini ditujukan sebagai ruang publik dan juga masyarakat agama Buddha, Konghucu, ataupun Taoisme. Bagian yang menghadap langsung Pasar baru ditujukan sebagai ruang publik dalam bentuk retail. Fungsi keagamaan bangunan terletak di seberang Bangunan Eksisting Sin Tek Bio, dengan ruang diantara retail dan fungsi keagamaan berupa ruang pamer sebagai buffer antara public dan privat.

Preservation of cultural heritage is one of the important points in the redesign project of Pasar Baru Area. The of Pasar Baru area must be carried out without reducing the historical values of each cultural heritage and is expected to increase the existing values through individual projects.
The Sin Tek Bio Temple Complex building is a revitalization and an extension of the existing temple building, which is in a remote location behind Pasar Baru. This building is intended as a public space as well as a Buddhist, Confucian, or Taoist community. The part that faces directly towards Pasar Baru is intended as a public space in the form of retail. The religious function of the building is located opposite the Sin Tek Bio Existing Building, with space between retail and religious complex functions in the form of an exhibition space as a buffer between public and private.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyadi S. Wahyono
"Tarabhavanam selama ini dikaitkan dengan candi Kalasan yang sekarang terlihat. Prasasti Kalasan tahun 700 S. (778 M.) dengan pasti menyatakan bahwa Tarabhavanam dan arca Taradevi dibangun oleh Mahar"ajaran Dyah Pancapanam Panamkaranam, yang disebut dalam dengan kata-majemuk sailendravamsatilakasya.
Bersama-sama dengan peresmian Tarabhavanam tersebut oleh Maharajam Panangkaran desa bernama Kalasa dipersembahkan kepada bhiksu samgha yang melaksanakan vinaya Mahayana.
Prasasti Kalasan dan beberapa prasasti berbahasa Sanskerta sejaman pemerintahan Maharaja Panangkaran yang telah diteliti para sarjana merupakan sumber data untuk penelitian ini. Data tersebut berupa abhiseknama beberapa raja dan katamajemuk bahasa sanskerta seperti 'sailendra-vamsa, gailendra-vamsa-tilaka, tarabhavana, dan taradevi. Data tersebut secara deduktif dipergunakan dalam penelitian ini untuk membuktikan hipotesis, bahwa Tarabhavana mempunyai fungsi dan manfaat sebagai legitimasi pemerintahan Maharaja Panangkaran, baik sebagai penguasa (raja) Mataram maupun sebagai pohon-rilaka (pendiri) wangsa sailendra yang beragama Buddha Mahayana.
Berangkat dari tidak jelasnya situs bangunan Tarahhavanam sebagai produk kebudayaan materi masa lalu, maka dipilih metodologi penelitian di luar metodologi arkeologi sebagai alternatif. Pendekatan multidimensional dipilih karena keunikan agama Buddha Mahayna. Analisis dan penyimpulan mempergunakan metode induktif-deduktif untuk membuktikan hipotesis yang diajukan.
Kesimpulan yang diperoleh menjawab pertanyaan penelitian dan tambahan yang diperoleh adalah, bahwa melalui pemahaman hermeneutik atas kata "tilaka" yang disebut prasasti-prasasti Kalasan, Kelurak dan Nalanda maka Maharaja Panangkaran yang dikiaskan sebagai ` pohon-tilaka" dipahami lebih dari sekedar perhiasan (ornament), tetapi lebih tepat sebagai pendiri wangsa sailendra.
Dengan pengertian kata function (fungsi) secara gramatikal Inggris berarti the role of a linguistic form in a Grammatical construction -- to perform usual or specified activity; to serve in a particular capacity, maka manfaat Tarabhavanam terjadi ketika fungsi yang dimaksudkan berlangsung seperti yang diharapkan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11616
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ufi Saraswasi
"Candi di dalam Sejarah Kesenian Indonesia, dikenal sebagai istilah generik untuk menamakan golongan bangunan. Candi merupakan salah satu peninggalan Indonesia kuno, khususnya dari masa Hindu dan Budha yang mempunyai fungsi keagamaan. Pada dinding Candi adakalanya terdapat bidang hias berisi pahatan timbul, yang lazim dikenal dengan istilah relief. Relief dapat dibedakan atas relief cerita (naratif) dan relief penghias bidang. Relief cerita sebagian besar didasarkan atas naskah-naskah agama, wiracarita dan sebagainya, sedangkan relief penghias bidang adalah relief yang merupakan hiasan belaka, misalnya berupa roset atau apsara, dan relief berupa pemandangan yang melukiskan keindahan alam (Satan, 1987:288). Berdasarkan motifnya, relief dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu : (1) motif geometris, (2) motif manusia dan bagiar-bagian tubuh manusia (3) motif flora, (4) motif fauna, (5) dan lain-lain (Satan, 1987:289). Penampilan gaya relief selama ini dibedakan oleh para ahli dalam dua gaya, yaitu relief gaya Jawa Tengah, yang berkembang pada abad VIII -X M dan relief gaya Jawa Timur, yang berkembang pada abad XI-XV M. Penggunaan istilah gaya untuk seni pahatan relief sebenarnya berawal dari suatu kebiasaan penyebutan gaya seni untuk bangunan Candi. Pengelompokan gaya seni Candi atas dasar aspek wilayah, selanjutnya diajukan suatu keberatan oleh Harlan. Santiko pada saat "Pidato Pengukuhan Guru Besar Sastra Universitas Indonesia". Dinyatakan oleh Santiko, bahwa penamaan gaya seni berdasarkan aspek wilayah merupakan suatu hal yang kurang tepat, karena seringkali menimbulkan kerancuan. Santiko, mengusulkan penamaan gaya seni Candi berdasarkan aspek zaman atau periode, misalnya Candi gaya Mataram Kuno (abad VIII-X M), Candi gaya Singasari (abad XII-XIV M), dan Candi gaya Majapahit (abad XIII - XV M) (Santiko, 1995:4), Candi gaya Mataram Kuno ditandai dengan pahatan relief motif geometris, motif flora, motif fauna. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajri Dwi Nugroho
"Skripsi ini membahas tentang menara sudut pipi tangga candi, khususnya pada candi masa Singhasari dan Majapahit dengan meninjau dari segi bentuk dan keletakannya. Data penelitian diperoleh melalui studi lapangan dan kepustakaan. Data lapangan diperoleh dengan melakukan pengamatan untuk kegunaan deskripsi dan dokumentasi. Data kepustakaan diperoleh melalui penelaahan terhadap sejumlah buku, jurnal ilmiah dan hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan candi masa Singhasari-Majapahit. Data tersebut dikumpulkan dan kemudian diolah menggunakan analisis bentuk dan keletakan. Pada analisis ini beragam menara sudut pipi tangga yang terdapat pada candi masa Singhasari-Majapahit dikelompokan berdasarkan atribut bentuk dan keletakan. Hasilnya berupa gambaran mengenai bentuk-bentuk menara sudut yang terdapat pada candi masa Singhasari-Majapahit, fungsi serta peranannya dalam system arsitektur candi.
This study discusses about the corner tower of temples stairs (menara sudut pipi tangga candi), especially at the temples of Singhasari-Majapahit periods by reviewing the terms of form and position. The research data obtained through field studies and literature. Field data obtained by making observations for a description and documentation usability. Data obtained through a literature review of a number of books, scientific journals and research results related to the Singhasari-Majapahit temple. The data that was collected and then processed using the analysis of shape and position. In this analysis various the corner tower of temples stairs (menara sudut pipi tangga candi) that contained on the temples of Singhasari-Majapahit's periods are grouped based on attributes of shapes and position. The result is an overview of the forms contained on the corner tower of temples stairs (menara sudut pipi tangga candi) at the temples of Singhasari-Majapahit periods, function and role in the system of temple architecture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S228
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Aris Munandar
"ABSTRAK
Candi batur adalah bangunan candi yang bentuknya hanya merupakan batur, dan di ataanya terdapat obyek sakral. Candi batur merupakan genre arsitektur bangunan suci tersendiri dalam periode Majapahit, oleh karena itu arsitekturnya menarik untuk dikaji lewat pengamatan terhadap komponen arsitektur, obyek sakral, dan relief. Lewat penelitian terhadap candi batur dapat diketahui keistimewaan bangunan jenis tersebut. Selain itu merupakan pendataan ulang terhadap jenis bangunan yang dapat dinamakan dengan Candi Batur.
Berdasarkan penelitian terhadap arsitektur candi batur dapat diketahui bahwa bangunan jenis ini mempunyai beberapa ciri, antara lain, (1) denahnya sederhana(bujur sangkar); (2) terdiri dari 1 atau 2 batur bertingkat; (3) terdapat obyek sakral berupa arca, altar persajian, atau lingga-yoni; (4) tanpa dinding, tertutup atap yang cepat rusak.
Sangat mungkin bangunan candi batur digunakan olah kaum rsi untuk sarana peribatannya, karena berdasarkan berita Nagarakrtagama pupuh 78:1 kaum mempunyai dua jenis bangunan yaitu Pratista Sabha dan Lingga-Pranala. Kedua jenis bangunan itu terletak di tempat-tempat yang jauh dari keramaian, di lereng gunung dan hutan-hutan. Keadaan demikian sesuai dengan lokasi candi-candi batur saat ini yang juga terletak di lereng pegunungan. Namun banyak juga candi batur yang telah rusak atau mengalami perombakan, sehingga data yang berkenaan dengan ciri candi batur tidak lengkap lagi. Berdasarkan ciri bangunannya sebenarnya candi batur mempunyai gaya arsitektur tersendiri, walaupun ciri tersebut sangat dekat dengan gaya Jago."
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Gaya Mentari
"Skripsi ini membahas mengenai keadaan bentuk dan tata letak stupa yang terdapat di Candi Borobudur. Penelitian ini menggunakan analisis khusus dan analisis konteks yang digunakan di dalam bidang studi arkeologi. Hasil penelitian menemukan bahwa berdasarkan hubungan antara bentuk dan keletakan stupa di Candi Borobudur, terdapat empat macam stupa pada candi, yakni stupa puncak, stupa teras lingkar bercelah bujur sangkar, stupa teras lingkar bercelah belah ketupat, dan stupa pagar langkan.

The focus of this study is the form and space of stupa in Borobudur Temple. The purpose of this study is to understand how the form can connected with the space of stupa in Borobudur Temple. This research is use form analysis and context analysis which used on archaeology. The data were collected by observation. The researcher suggests that from the connection between stupa's form and space, there are four stupa's variation, there are center stupa, stupa round terrace with rectangle slot, and stupa langkan fence."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42681
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Singapore: Archipelago, 1998
700 VIS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Goethe Institut , 2000
709.598 ASP
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>